Anda di halaman 1dari 10

Riska Oktafiani

240210150060

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Praktikum kali ini melakukan percobaan mengenai refraktometri untuk


menentukan padatan terlarut dari sampel, alat yang digunakan adalah
refraktometer. Metode Refraktometer merupakan analisis suatu senyawa
berdasarkan indeks bias cahaya suatu senyawa. Refraktometer merupakan alat
yang digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan secara cepat dan mengukur
indeks bias (n) (Underwood, 1986).
Indeks refraksi biasanya digunakan dalam karakterisasi sampel cairan
dengan cara yang hampir sama yaitu titik lebur secara rutin diperoleh untuk
mengkarakterisasi campuran padat. Menurut Sukarti (2009) menyatakan bahwa
indeks refraksi biasanya digunakan secara umum untuk:
1. Membantu mengidentifikasi ciri-ciri suatu sampel dan membandingkan indeks-
refraksi untuk mengetahui nilainya.
2. Menilai kemurnian suatu sampel dengan membandingkan indeks-refraksinya
terhadap nilai untuk unsur yang murni.
3. Menentukan konsentrasi dari suatu solute dalam suatu larutan dengan
membandingkan indeks-refraksi larutan terhadap kurva standar.
Refraktometer tertentu dapat digunakan untuk mengukur gas, cairan
seperti minyak atau larutan basa dan kadang untuk padatan transparent atau
translucent seperti gemstones. Analisa yang digunakan dalam refraktometer ini
adalah analisa kuantitatif. Larutan gula digunakan untuk mengukur obrix atau zat
padat terlarut dalam larutan tersebut. Prinsip dasar pengukuran adalah hubungan
antara indeks bias dengan obrix larutan (Harjadi, 1990).
Bagian- bagian refraktometer tersebut terdapat pada Gambar 1 :

Gambar 1. Bagian-bagian Refraktometer


(Sumber : www.google.com)
Riska Oktafiani
240210150060

Keterangan :
1. Day Light Plate
Day light plate terbuat dari bahan kaca. Fungsi komponen tersebut adalah
mencegah prisma tergores oleh debu atau benda asing, dan agar sample yang
diteteskan pada prisma tidak jatuh atau tumpah.
2. Prisma
Prisma merupakan komponen yang sensitif terhadap goresan. Prisma
berfungsi untuk membaca skala atau indeks bias dari zat terlarut dan mengubah
cahaya polikromatis menjadi monokromatis.
3. Knop Pengatur Skala
Knop pengatur skala berfungsi untuk mengkalibrasi alat dengan
menggunakan akuades. Cara kalibrasi yaitu obeng minus diletakkan pada knop
pengatur skala, lalu diputar-putar hingga specific grafity (rapatan jenis)
menunjukkan hasil 1.000.
4. Lensa
Lensa pada refraktometer berfungsi untuk memfokuskan cahaya dan berada
dalam bagian handle.
5. Handle (pegangan)
Handle yaitu area genggaman pada saat memegang refraktometer yang
dilengkapi dengan grip (permukaan kasar) agar tidak licin saat memegang alat
tersebut. Handle berfungsi untuk area memegang refraktometer dan menjaga suhu
tetap stabil. Handle terbuat dari bahan karet karena karet merupakan bahan
isolator yang tahan terhadap panas dan bahan karet dapat menjaga kestabilan
suhu.
6. Biomaterial Skip
Komponen tersebut berfungsi untuk menstabilkan suhu (200C) dengan range
suhu 150C 280C dan berada di bagian dalam handle.
7. Skala
Skala berfungsi sebagai pembacaan specific grafity atau rapatan jenis (Sp G),
indeks refraksi atau indeks bias (ND), dan konsentrasi suatu zat yang dianalisis.
Skala berada di bagian dalam handle.
Riska Oktafiani
240210150060

8. Lensa Pembesar
Lensa pembesar berfungsi untuk melihat atau mempermudah ketajaman
skala, serta berada di bagian dalam handle.
9. Eye Pieces
Eye Pieces berfungsi untuk melihat pembacaan skala dengan menggunakan
detektor mata.
Jenis refraktometer yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah jenis
refraktometer abbe. Refraktometer utama dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu
sebagai berikut:
1. Refraktometer genggam tradisional (traditional handheld refraktometers)
2. Refraktometer genggam digital (digital handheld refraktometers)
3. Laboratorium ataurefraktometer abbe( abbe refraktometers)
4. Proses refraktometer inline (inline process refraktometers)
Menurut Hidayanto et al (2010) menyatakan bahwa prinsip refraktometer
yaitu menggunakan pembiasan cahaya melalui suatu larutan, ketika cahaya datang
dari udara ke dalam larutan maka kecepatannya akan berkurang. Prinsip
refraktometer digunakan untuk menentukan jumlah zat terlarut dengan
melewatkan cahaya ke dalamnya. Sumber cahaya ditransmisikan oleh serat optik
ke dalam salah satu sisi prisma dan secara internal akan dipantulkan ke interface
prisma dan sampel larutan. Bagian cahaya ini akan dipantulkan kembali ke sisi
yang berlawanan pada sudut tertentu yang tergantung dari indeks bias larutannya
(Hidayanto et al, 2010). Prinsip kerja dari refraktometer dapat digambarkan
sebagai berikut :
1. Gambar 2 menunjukkan terdapat 3 bagian yaitu: sampel, prisma, dan papan
skala. Refractive indeks prisma jauh lebih besar dibandingkan dengan sampel.
2. Apabila sampel merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka sudut
refraksi akan lebar karena perbedaan refraksi dari prisma dan sampel besar.
Maka papan skala sinar a akan jatuh pada skala rendah.
3. Apabila sampel merupakan larutan pekat atau konsentrasi tinggi, maka sudut
refraksi akan kecil karena perbedaan refraksi prisma dan sampel kecil.
Gambar 2 menunjukkan bahwa terlihar sinar b jatuh pada skala besar.
Riska Oktafiani
240210150060

Gambar 2. Prinsip Kerja Refraktometer


(Sumber : www.google.com)
Sampel yang digunakan dalam praktikum adalah larutan gula dengan
konsentrasi yang berbeda antara lain 10%, 20 %, 30%, 40 %, 50%, dan 60%.
Prosedur yang pertama dilakukan adalah masing-masing larutan diteteskan ke
permukaan plasma, kemudian ditutup plat tersebut serta diamati batas gelap dan
terang pada garis normal. Bidikan ujung refraktometer kearah cahaya terang
supaya larutan sampel terbaca dalam skala. Setelah itu, diukur padatan terlarutnya
dengan refraktometer n1, n2, dan n3. Kemudian, dicatat nilai oBrix dan dibuat
grafik antara % larutan gula (x) terhadap oBrix (y). Setelah itu, dicari persamaan
regresinya.
Pengukuran larutan gula dilakukan dengan menggunakan tiga jenis
refraktometer yaitu refraktometer n1, n2, dan n3 dimana ketiga jenis refraktometer
ini memiliki ketelitian oBrix yang berbeda. n1 dapat mengukur oBrix antara 0-33
o
Brix, n2 dapat mengukur antara 28-62 oBrix, dan n3 dapat mengukur 58-90oBrix.
Ketiga jenis refraktometer digunakan untuk melihat perbandingan antara
refraktometer satu dengan yang lainnya.
Unit dalam Refraktometer ditetapkan dalam satuan Brix. Brix adalah zat
padat kering terlarut dalam suatu larutan (gram per 100 gram larutan) yang
dihitung sebagai sukrosa. Hasil pengamatan nilai oBrix dari masing-masing
larutan gula dapat dilihat dalam tabel 1.

Tabe 1. Hasil Pengamatan Kadar Gula dengan Cara Refraktometri


Konsentrasi Indeks Bias oBrix

Larutan
I II I II
Gula
10 % 1,348 1,3400 10,5 11
20 % 1,363 1,362 19,5 18,9
Riska Oktafiani
240210150060

Konsentrasi Indeks Bias oBrix

Larutan
I II I II
Gula
30 % 1,377 1,376 28 27
40 % 1,392 1,391 36,1 35,5
50 % 1,419 1,419 49,5 49,5
60 % 1,419 1,419 48,7 49,6
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Menurut hasil pengamatan di atas menunjukkan bahwa nilai oBrix pertama


(I) dan kedua (II) dengan konsentrasi larutan yang berbeda menghasilkan nilai
o
Brix yang berbeda pula. Kolom pertama (I) yang memiliki oBrix terbesar adalah
larutan gula dengan konsentrasi 50 % sebesar 49,5oBrix dan paling kecil adalah
larutan gula konsentrasi 10 % sebesar 10,5oBrix. Sedangkan pada kolom kedua
(II) yang memiliki oBrix tertinggi yaitu larutan gula konsentrasi 60 % sebesar
49,6oBrix dan paling kecil adalah larutan gula konsentrasi 10 % sebesar 11oBrix.
Seharusnya, semakin besar konsentrasi pada larutan gula maka nilai oBrix yang
dihasilkan semakin besar pula. Pada kolom pertama (I) pada larutan konsentrasi
60 % nilainya tidak paling besar jika dibandingkan dengan kolom kedua (II), hal
ini disebabkan mungkin saat larutan dipipet takarannya terlalu banyak atau terlau
o
sedikit sehingga memengaruhi konsentrasi larutan gula dan Brix, atau
kemungkinan lainnya adalah seharusnya kapasitas alat refraktometer hanya
digunakan secara seimbang sampai konsentrasi larutan gula 50 %. Semakin besar
indeks bias yang dihasilkan, maka oBrix nya semakin besar pula.
Menurut Tjahjadi dan Martha (2011) menyatakan bahwa kekentalan
larutan gula dinyatakan dalam bentuk Brix. 1Brix setara dengan 1% sukrosa dan
1% kadar padatan total. Derajat Brix menyatakan hubungan antara berat jenis
spesifik suatu larutan dengan larutan sukrosa murni dalam konsentrasi yang sama,
sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi larutan gula tersebut akan sama
dengan oBrix yang dihasilkan. Pada kolom II tertera bahwa konsentrasi larutan
gula 60% memiliki 49,6oBrix yang artinya setiap 100 bagian larutan gula terdiri
dari 49,6 bagian Brix dan 50,4 bagian merupakan air.
Perbedaan nilai oBrix yang dihasilkan dengan konsentrasi larutan gula
dapat disebabkan karena gula yang digunakan belum tentu memiliki kemurnian
Riska Oktafiani
240210150060

100%, gula yang telah mengalami proses kristalisasi diduga masih ditemukan
kotoran seperti debu dan abu pada kristal, serta kemurnian gula dijadikan sebagai
penggolongan grade gula pasir. Hasil pengukuran konsentrasi larutan gula
terhadap oBrix kemudian dibuat grafik untuk masing-masing kolom I dan kolom
II. Grafik kolom I antara konsentrasi larutan gula dengan oBrix dapat dijabarkan
seperti berikut:

Hubungan antara Konsentrasi Gula terhadap Brix


60.00
y = 82.6x + 3.14
50.00 R = 0.9657
kelompok 3 dan 6
Derajat Brix

40.00
y = 83.8x + 2.5867 Kelompok 9 dan 12
30.00 R = 0.9708
Linear (kelompok 3 dan 6)
20.00
Linear (Kelompok 9 dan
10.00 12)

0.00
0% 20% 40% 60% 80%
Konsentrasi Larutan

Grafik 1. Hubungan antara Konsentrasi Larutan Gula dengan oBrix


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Setelah kurva antara konsentrasi larutan gula dengan 0Brix-nya dibuat,


maka dibuat persamaan regresinya untuk masing-masing kolom I dan kolom II.
Sebelum itu, ditentukan terlebih dahulu nilai a, b, dan r setiap masing-masing
kolom. Pada kolom I terdapat regresi antara konsentrasi larutan gula dengan
o
Brix:
Diketahui: a = 3,140
b = 0,826
r = 0,983
r2 = 0,965
Maka, persamaan regresinya dapat ditulis sebagai berikut:
Y = 3,140 + 0,826x
Y tersebut merupakan indeks biasanya dan x adalah konsentrasi dari
larutan gulanya. Nilai slope atau kemiringan (b) yang didapatkan adalah 0,826 dan
Riska Oktafiani
240210150060

nilai intersept (a) yang didapatkan adalah 3,140. Nilai r adalah 0,983 yang
menandakan bahwa keterkaitan antara data satu dengan lainnya memiliki presisi
yang baik, nilai r2 sebesar 0,965 menunjukkan bahwa akurasi yang didapatkan
baik, namun kurang begitu baik karena tidak mendekati 1. Persamaan tersebut
dapat digunakan untuk mencari konsentrasi gula pada suatu sampel dengan cara
membaca derajat oBrix dan memasukannnya ke dalam persamaan di atas.
Sedangkan untuk kolom II, dapat ditentukan nilai a, b, r sebagai berikut:
Diketahui: a = 2,587
b = 0,838
r = 0,985
r2 = 0,970
Maka, persamaan regresinya dapat ditulis sebagai berikut:
Y = 2,587 + 0,838x
Kolom II pada oBrix tersebut memiliki nilai intersept (a) dari kolom II
dimana hasilnya adalah 2,587, namun nilai slope atau kemiringannya (b) yang
dihasilkan lebih besar dari kolom II sebesar 0,838. Hal ini menunjukkan bahwa
kolom II memiliki nilai keakuratan yang lebih tepat jika dibandingkan dengan
kolom I.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam percobaan
dapat disebaban karena sampel yang akan diukur indeks biasnya tidak homogen
secara sempurna, kemudian pada saat memasukkan sampel pada prisma, prisma
tempat sampel tersebut dalam keadaan tidak bersih atau masih mengandung sisa
sampel larutan, sehingga pada pengukuran nilai yang dihasilkan tidak tepat.
Penyebab lainnya adalah tidak tepatnya dalam mengamati atau memfokuskan
cahaya batas gelap terang sehingga terjadi penyimpangan nilai indeks bias cahaya
sampel terbaca yang cukup besar, selain itu kesalahan dapat disebabkan karena
menggunakan mata sebagai detektor pada refraktometer, sebagaimana yang telah
diketahui, mata tidak dapat mengukur dengan ketepatan dan ketelitian tinggi dan
pada percobaan tidak menggunakan satu mata dalam melakukan pengamatan
sehingga akan mendapatkan nilai kesalahan yang besar.
Menurut Sukarti (2008) menyatakan bahwa refraktometer memiliki
bermacam-macam jenis yaitu ABBE, immersion atau dipping dan pullfrich.
Riska Oktafiani
240210150060

ABBE refraktometer merupakan type refaktor yang banyak digunakan.


Refraktometer ABBE ini mempunyai daerah indeks bias dari 1,30-1,75 dan 1,45-
1,84 menggunakan alat indeks bias suatu bahan yang diukur dapat secara
langsung dan memerlukan sampel hanya 1-2 tetes.
Menurut Subedi, et al (2009) dikutip Rofiq (2010) dalam bidang kimia
menyatakan bahwa pengukuran terhadap indeks bias secara luas telah digunakan
antara lain untuk mengetahui konsentrasi larutan dan mengetahui komposisi
bahan-bahan penyusun larutan. Indeks bias juga dapat digunakan untuk
mengetahui kualitas suatu larutan. Penelitian yang dilakukan Sutiah (2008)
dikutip Rofiq (2010) menunjukkan bahwa indeks bias dapat digunakan untuk
menentukan kemurnian minyak goreng, dalam bidang industri makanan dan
minuman, indeks bias juga dapat digunakan untuk mengetahui besarnya
konsentrasi gula dalam produk makanan dan minuman seperti contoh untuk
mengetahui kandungan gula dalam jus buah, kandungan gula dalam kue, dan lain-
lain (Rofiq, 2010).
Riska Oktafiani
240210150060

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pada kolom I yang memiliki oBrix paling besar yaitu larutan gula
konsentrasi 50 % sebesar 49,5, sedangkan indeks bias yang paling kecil
yaitu larutan gula konsentrasi 10 % sebesar 10,5;
2. Pada kolom II yang memiliki oBrix paling besar yaitu larutan gula
konsentrasi 60 % sebesar 49,6, sedangkan oBrix yang paling kecil adalah
larutan gula konsentrasi 10 % sebesar 11;
3. Semakin besar konsentrasi suatu larutan, maka oBrix yang dihasilkan
semakin besar pula;
4. Pada kolom I tidak sesuai literatur yang disebabkan bahan yang digunakan
mungkin kurang pekat, takaran larutan gula yang dimasukkan ke dalam
refraktometer menggunakan piet setiap orangnya berda-beda, reagen yang
digunakan kurang tepat, dan pemakaian listrik yang berlebihan;
5. Seharusnya, kapasitas maksimal untuk pemakaian refrakotmeter yaitu
hanya sampai larutan gula yang knsentrasinya 50 %;
6. oBrix memengarui nilai indeks biasnya, semakin besar indeks bias, maka
o
Brix yang dihasilkan semakin besar pula;
7. Pada kolom I, hubungan antara konsentrasi larutan gula dengan oBrix
dapat dituliskan regresi: y = 3,14 + 0,826 x;
8. Pada kolom II, persamaan regresi antara konsentrasi larutan gula dengan
o
Brix-nya yaitu: y = 2,587 + 0,838 x.

5.2 Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, praktikan sebaiknya mempelajari terlebih
dahulu materi yang akan dipraktikumkan;
2. Sebaiknya asisten dapat menjelaskan lebih jelas, agar praktikan lebih
memahami dan tidak mengalami kesulitan;
3. Praktikan harus lebih teliti dan berhati-hati dalam penggunaan alat.
Riska Oktafiani
240210150060

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, K. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia, Jakarta.

Hidayanto, E., A. Rofiq., H. Sugito. 2010. Aplikasi Portable Brix Meter untuk
Pengukuran Indeks Bias. Jurusan Fisika Universitas Diponegoro
Semarang, Semarang. Vol. 13, No. 4, Oktober 2010, hal 113 118.

Rofiq, A. 2010. Analisis Indeks Bias pada Pengukuran Konsentrasi Larutan


Sukrosa (C12h22o11) Menggunakan Portable Brix Meter. Jurusan Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Diponegoro, Semarang. Terdapat pada http://eprints.undip.ac.id/
(diakses tanggal 9 Desember 2016).

Sukarti, T. 2009. Pengantar Lengkap Analisa Kimia Bahan.Widya Padjadjaran,


Bandung.

Sukarti, T. 2008. Kimia Analitik. Widya Padjadjaran, Bandung.

Tjahjadi, C. dan H. Marta. 2011. Pengantar Teknologi Pangan : Volume 1 Jurusan


Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

Underwood, A. L. dan R. A. Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga,


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai