240210150060
KELOMPOK 9
adalah pereaksi atau reagen yang terbuat dari natrium sitrat, natrium karbonat, dan
kupri sulfat. Cara pembuatan larutan benedict yaitu padatan kristal 173 g Natrium
Sitrat dimasukkan ke dalam gelas kimia, kemudian ditambahkan 100 g Na2CO3
anhidrous dan 800 ml air. Di aduk dan disaring menggunakan kertas saring dan
corong. Kemudian, tambahkan kupri sulfat sebanyak 17,3 g yang telah dilarutkan
dalam 100 ml air ke dalam gelas kimia tersebut. Lalu, diencerkan sampai 1 L
dengan air suling.
Uji Benedict dilakukan dengan memasukkan 2 ml Benedict ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan 2 tetes sampel, lalu sampel tersebut dipanaskan
selama lima menit. Pemanasan bertujuan untuk mempercepat laju reaksi. Setelah
dipanaskan larutan ini perlu didinginkan agar endapan yang akan diamati terlihat
jelas, apabila terbentuk endapan berwarna hijau, kuning atau merah orange
menunjukkan adanya gula pereduksi (Winarno, 2004). Perubahan warna menjadi
merah kekuningan/orange menunjukkan kandungan Cu2O rendah, sedangkan
perubahan warna menjadi merah bata menunjukkan kandungan Cu2O yang tinggi.
Hasil pengamatan A2 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Benedict
Warna Warna
Sampel Endapan Gambar
Awal Akhir
Glukosa Biru Merah Bata Merah Bata
yaitu sebanyak 13,3 g kristal kupri asetat dimasukkan ke dalam beaker glass dan
ditambahkan 200 ml. Kemudian disaring menggunakan corong dan kertas saring.
Tambahkan pula asam asetat glasial sebanyak 1,9 ml.
Untuk uji barfoed, langkah pertama yang dilakukan yaitu memasukkan 1
ml larutan barfoed ke dalam tabung reaksi. Kemudian dimasukkan 2 tetes sampel,
setelah itu sampel dipanaskan selama 10 menit dan setelah itu sampel diamati.
Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Hasil
positif monosakarida ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata atau
orange campuran sampel dan barfoed setelah dipanaskan selama 10 menit.
Endapan merah bata yang ditimbulkan berdasarkan pada reduksi ion Cu2+ menjadi
Cu+. Berikut tabel hasil pengamatan A2:
Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Barfoed
Warna Warna
Sampel Endapan Gambar
Awa Akhir
Glukosa Biru Biru Merah
itu dibuat preparat dari larutan sampel tersebut. Pengamatan dilakukan pada 2
preparat dimana salah satu preparat diberi penambahan KI 0,01 N sebanyak 1-2
tetes. Preparat kemudian diamati menggunakan mikroskop. Penggunaan
mikroskop cahaya biasa karena pati memiliki bentuk granula, ukuran, letak hilum
dan sifat birefringent yang berbeda-beda. Berikut hasil pengamatan identifikasi
pati A2:
Tabel 6. Hasil Pengamatan Identifikasi Pati secara Mikroskopis
Kelompok Sampel Ditambahkan KI Keterangan
6 Tepung Perbesran: 4x
Beras
pati akan keluar dan membentuk suatu gel bila dicampur dengan air, dan dapat
bersifat menjendal bila didinginkan. Suhu dimana granula pati pecah disebut suhu
gelatinasi. Bahan yang digunakan pada percobaan gelatinasi pati adalah tepung
tapioka, tepung beras, tepung maizena, tepung ketan, dan tepung terigu.
Pratikum ini menggunakan sampel yaitu tingkat persen 5%. Salah satu
bahannya menggunakan tepung tapioka dengan perbedaan konsentrasi tersebut
bertujuan untuk membuktikan bahwa semakin besar konsentrasi tepung tapioka
yang digunakan, maka granula dari patinya juga semakin rapat, begitupun
sebaliknya. Masing-masing sampel tepung 5% dimasukkan kedalam beaker glass
kemudian ditambahkan 200 ml akuades. Lalu diamati warna, kekeruhan, dan
kekentalan, dan larutan dibuat preparat basahnya dan diamati menggunakan
mikroskop. Setelah itu sisa larutan panaskan dengan api kecil dan diukur suhunya
menggunakkan termometer, kemudian amati perubahan, catat suhu saat tampak
kekentalan, lalu ambil sedikit sampel, buat preparat dan kemudian amati di
mikroskop. Setelah itu sampel dibiarkan hingga suhu 70oC dan dibuat preparat
basahnya kemudian diamati kembali menggunakan mikroskop. Setiap dilakukan
pengamatan menggunakan mikroskop dilakukan juga pengamatan terhadap
perubahan warna, kekeruhan dan kekentalan dari sampelnya. Berikut hasil
pengamatan gelatinisasi pati:
Jumlah gugus hidroksil yang sangat banyak dalam molekul pati memudahkan pati
menyerap air juga menyebabkan sebagian pati berdifusi keluar. Pati yang
berdifusi keluar granula inilah yang meningkatkan viskositas. Sifat fisik yang
terlihat setelah pemanasan dapat dilihat seperti yang didapat pada hasil
pengamatan praktikan. Suhu pada gelatinasi bergantung pada konsentrasi dari
pati, semakin kental larutan pati maka tercapainya suhu yang diinginkan semakin
lambat dicapai.
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9
5.1 Kesimpulan
1. Glukosa, fruktosa, maltosa, dan laktosa menunjukkan hasil positif pada uji
benedict yang merupakan termasuk ke dalam gula pereduksi.
2. Sukrosa tidak termasuk gula pereduksi karena tidak mempunyai gugus OH
bebas yang reaktif karena keduanya sudah saling terikat.
3. Sampel yang positif pada uji barfoed yang sesuai dengan literature hanya
sampel glukosa dan fruktosa yang merupakan monosakarida, golongan
disakarida yaitu maltosa dan laktosa.
4. Sampel yang seharusnya positif uji seliwanoff yaitu fruktosa dan sukrosa.
5. Tingkat kemanisan relatif pada sakarida yang paling tinggi yaitu sampel
fruktosa.
6. Bentuk granula pati tiap sampel berbeda-beda. Namun, saat diamati bentuk
granula setiap tepung hampir sama, hal ini terjadi kendala dimana kurang
telitinya praktikan dalam mengatur perbesaran mikroskop atau mikroskop
yang digunakan kurang berfungsi dengan baik.
7. Perbedaan karakteristik pada gelatinisasi pati dipengaruhi oleh konsentrasi
pati tersebut.
5.2 Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, praktikan sebaiknya mempelajari terlebih
dahulu materi yang akan dipraktikumkan.
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9
DAFTAR PUSTAKA
Hart, H., Craine, L. E., dan Hart, D. J. 2003. Kimia Organik Edisi
Kesebelas. Erlangga, Jakarta.
Hutagalung, Halomoan. 2004. Karbohidrat Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Medan. Terdapat Pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3561/1/gizi-halomoan.pdf
(diakses pada tanggal 24 September 2014).
Lehninger, A. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta.
Nurul, Siti. 2013. Artikel Umum Karbohidrat. Terdapat pada : http://siti-nurul-
fst12.web.unair.ac.id/artikel_detail-79177-Umum-karbohidrat.html
(Diakses pada 04 Oktober 2016).
Patong, A.R., dkk. 2012. Biokimia Dasar. Lembah Harapan Press, Makassar.
Pine, S. H., J. B. Hendrickson, D. J. Cram, dan G. S. Hammond. 1988. Kimia
Organik 2 edisi keempat. ITB, Bandung.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI-Press, Jakarta.
Ralp J. essenden, dan Joan S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Soedarmadji, S. 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty,
Yogyakarta.
Tim Dosen Kimia. 2013. Penuntun dan Laporan Praktikum Biokimia. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Winarno. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarno. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9
JAWABAN PERTANYAAN