Kelompok 4A
Disusun Oleh :
Riska Oktafiani 240210150060
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKONOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2017
RISKA OKTAFIANI
240210150060
I. TUJUAN
2.1 Ikan
Ikan merupakan produk hasil laut yang dapat dibedakan menjadi ikan air
tawar, ikan laut, udang, lobster, cumi, kepiting atau rajungan, kerang, dan tiram
(Tjahjadi dan Herlina, 2008). Ikan merupakan pangan yang mudah rusak
(perishable). Salah satu penyebab kerusakan ikan adalah tingginya pH akhir daging
ikan, biasanya 6,4 – 6,4 karena rendahnya cadangan glikogen dalam daging ikan.
Lagipula, ikan sukar ditangkap dalam jumlah besar tanpa pergulatan yang
selanjutnya mengakibatkan turunnya cadangan glikogen (Buckle et al., 2007).
Setelah ikan mati, sirkulasi darah ikan berhenti, suplai oksigen berkurang,
sehingga terjadi perubahan glikogen menjadi asam laktat. Perubahan ini berakibat
jaringan otot pada tubuh ikan mati, tidak mampu mempertahankan kekenyalannya,
dan ikan menjadi semakin lembek (Sulis, 2010). Pada fase pasca rigor, daging ikan
menjadi lunak kembali. Melunaknya daging ikan ini disebabkan kerusakan atau
penguraian struktur jaringan daging ikan akibat kerja enzim-enzim proteolitik.
2.2 Telur
Telur ayam mempunyai struktur yang sangat khusus dan mengandung zat
gizi cukup untuk mengembangkan sel yang telah dibuahi menjadi seekor anak
ayam. Ketiga komponen tersebut adalah : kulit telur, putih telur atau albumen dan
kuning telur (Buckle et al., 2007).
Penilaian mutu telur merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan agar telur
ayam terlindung dari kerusakan. Perubahan-perubahan yang terjadi selama
penyimpanan dapat menurunkan mutu dan kualitas telur ayam. Perubahan-
perubahan yang terjadi selama penyimpanan telur utuh seperti berkurangnya berat,
terutama disebabkan karena hilangnya air dari albumen tetapi sebagian juga karena
kehilangan CO2, NH3, N2 dan H2S. Pertambahan ukuran ruang udara, karena air
hilang, volume ruang udara bertambah. Penurunan berat jenis karena bertambah
besarnya ruang udara. Bercak-bercak pada permukaan kulit telur karena
penyebaran air yang tidak merata. Penurunan jumlah putih telur tebal karena serat
glikoprotein ovomucin pecah. Penambahan ukuran kuning telur karena
RISKA OKTAFIANI
240210150060
perpindahan air dari albumen ke kuning telur sebagai akibat perbedaan tekanan
osmose. Perubahan cita-rasa, kehilangan karbondioksida, kenaikan pH, terutama
dalam albumen yang meningkat dari pH 7 sampai 10 atau 11 sebagai akibat
hilangnya CO2. Struktur telur dapat dijelakan dalam gambar berikut ini :
Metode paling umum dalam menilai telur adalah dengan candling, dimana
telur diamati dan diletakkan dalam jalur sorotan sinar yang kuat sehingga
memungkinkan pemeriksaan pada bagian dalamnya. Cara ini memungkinkan
penemuan keretakan pada kulit telur, ukuran serta gerakan kuning telur, ukuran
kantong udara, bintik-bintik darah, bintik-bintik daging, kerusakan oleh
mikroorganisme atau pertumbuhan benih (Herudiyanto, 2006).
Telur sangat mudah mengalami kerusakan yang akan mengakibatkan
penurunan kualitasnya. Menurut Setiasih (2011) menyatakan bahwa penyebab
kemunduran kualitas dari telur adalah sebagai berikut:
1. Pertambahan kantung udara
Rata-rata dari diameter kantung udara telur ayam segar 1.5 cm.
Pertambahan diameter merupakan fungsi dari waktu, bila suhu dan RH
relatif tetap. Semakin lama penyimpanan telur, diameter dari kantung udara
akan semakin membesar. Diameter kantung udara dari telur dapat dilihat
dengan cara candling.
2. Penurunan kekentalan putih telur
Penyebab utama penurunan kekentalan putih telur adalah terjadinya
perubahan struktur gelnya yang diakibatkan oleh adanya kerusakan fisiko
kimia dari serabut ovomucin yg berakibat keluarnya air dari jala-jala yang
RISKA OKTAFIANI
240210150060
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Piring;
2. Pisau;
3. Talenan.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Ikan Kembung;
2. Ikan Mas.
RISKA OKTAFIANI
240210150060
IV. PROSEDUR
E. Tekstur
Dada, kenyal, sulit menyobek dari tulang belakang, kadang-kadang
agak lunak sesuai dengan jenisnya. 10
Daging agak lunak, belum ada bekas jari bila ditekan. 7
Lunak, bekas jari lama hilangnya 4
Sangat lunak, bekas jari tak mau hilang, sisik banyak yang hilang
dan mudah disobek dari tulang belakang 1
F. Bau (Odor)
Segar, bau laut, bau spesifik menurut jenis 10
Bau segar / bau laut mulai menghilang 9
Tak berbau / netral 8
Bau susu, belum ada bau asam, ada bau-bau ikan asin atau bau cold- 7
storage
Bau susu asam, bau susu kental 6
Bau kental rebus atau logam 5
4
Bau asam asetat, bau rumput atau bau sabun
3
Bau amonia mulai tercium
1
Bau amonia kuat, ada bau H2S 0
Bau busuk, bau indol
RISKA OKTAFIANI
240210150060
5.1 Ikan
Penilaian mutu ikan secara organoleptik ini dilakukan untuk menentukan
mutu ikan tersebut apakah layak konsumsi atau tidak. Uji organoleptik ikan ini
menggunakan penilaian dengan skala skor 1-10 dengan parameter-parameter yang
telah diklasifikasikan. Parameter-paramater yang diamati adalah mata, insang,
lendir di permukaan kulit, daging dan perut, tekstur, serta bau. Sampel ikan yang
dipakai adalah jenis ikan air laut yaitu ikan kembung dan ikan air tawar berupa ikan
mas.
Uji mutu ikan merupakan bagian dari uji skoring dimana diberikan skor
pada jenjang mutu atau tingkat skala hedonik yang sesuai dimana memberikan skala
skor pada contoh yang diukur oleh panelis (Sofiah, 2008). Skor yang diberikan
tergantung dari kepraktisan dan kemudahan data. Skor yang diberikan untuk mutu
ikan berkisar dari 1-10.
Menurut Herudiyanto (2006) bahwa terdapat perbedaan antara ikan segar
dengan ikan yang telah rusak dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 3. Perbedaan Ikan Segar dan Ikan Rusak
Ikan Segar Ikan Rusak
Warna kulit cerah Warna buram dan pucat
Sisik melekat dan kuat Sisik lepas
Mata jernih, tidak terbenam dan Mata buram, masuk dan berkerut
berkerut
Daging keras, lentur, tekanan oleh jari Daging kendur dan lunak
tidak tertinggal
Bau segar pada kulit dan insang Bau busuk atau asam terutama insang
Sedikit lendir pada kulit Kulit berlendir banyak
Tubuh kaku atau diam Tubuh lunak dan mudah melengkung
Ikan tenggelam dalam air Ikan terapung jika sudah busuk sekali
(Sumber: Herudiyanto, 2006)
terjadi akibat enzimatis, kimia, dan aktivitas mikroba (Ghaly et al., 2010). Berikut
tabel hasil pengamatan kriteria mutu ikan mas dan ikan kembung:
Tabel 4. Hasil Tabulasi Data Penilaian Mutu Ikan Kloter 4
Daging
Mata Insang Lendir Tekstur Bau
& perut
Panelis
A B A B A B A B A B A B
51 10 7 10 8 10 6 10 7 10 8 10 8
52 10 7 10 4 10 7 10 7 10 4 10 7
53 10 7 10 8 10 7 10 7 10 6 10 9
54 10 7 10 8 10 7 10 7 10 6 10 9
55 10 4 10 7 10 8 10 7 10 6 10 8
56 10 7 10 8 10 6 10 8 10 6 10 7
57 10 6 10 5 10 10 10 6 10 4 9 9
58 10 7 10 8 10 6 10 8 10 6 10 7
59 10 6 10 5 10 10 10 6 10 4 9 9
60 10 4 10 7 10 8 10 7 10 6 10 8
61 10 7 10 7 10 10 10 7 10 6 9 7
62 10 6 10 7 10 7 10 7 10 5 10 8
63 9 7 10 4 10 7 10 7 10 4 9 7
65 10 7 10 8 10 6 10 7 10 8 9 8
66 10 6 10 7 10 7 10 7 10 5 10 8
67 10 7 10 4 10 7 10 7 10 4 10 7
15 10 16 10 16 11 11 16 15 12
160 88
∑ 9 2 0 5 0 9 2 0 5 6
X̅ 10 6 10 7 10 7 10 7 10 6 10 8
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
Keterangan:
A= Ikan Mas
B= Ikan Kembung
5.1.1 Mata
Hasil pengamatan panelis terhadap keadaan mata ikan emas bernilai 10
dimana bola mata menonjol, pupilnya hitam cerah mengkilat, dan kornea selaput
mata jernih. Ikan emas ini terlihat masih segar. Sedangkan ikan kembung memiliki
keadaan bola mata agak cekung, warna pupil agak keabu-abuan dan kornea agak
keruh sehingga panelis memberikan nilai 6.
RISKA OKTAFIANI
240210150060
5.1.2 Insang
Hasil pengamatan panelis terhadap insang ikan mas adalah 10. Insang ikan
masih berwarna merah cerah cemerlang, bersih tanpa lendir yang berasal dari
bakteri, hal ini karena ikan mas yang diamati masih dalam keadaan segar.
Sementara itu, ikan kembung memiliki nilai 7, insang berwarna merah namun mulai
memudar ke merah cokelat dengan sedikit berlendir, selain itu bau asam juga mulai
tercium pada insang. Ikan mengalami berbagai perubahan salah satunya insang.
Adanya lendir dipermukaan insang ini disebabkan karenanya ada kontaminasi
mikroorganisme. Selain itu, bau busuk insang ini karena perubahan kimia pada
daging ikan.
5.1.3 Lendir di Permukaan Kulit
Ikan memiliki lapisan lendir yang tipis homogen, jernih atau transparan,
mengkilap cerah dan tidak ada perubahan warna. Hasil pengamatan panelis
terhadap lendir dipermukaan pada ikan emas yaitu 10 dan ikan kembung yaitu 7.
Ikan mas yang diamati masih dalam keadaan hidup, sehingga lapisan lendir yang
terbentuk tipis homogen, jernih, mengkilap dan tidak ada perubahan warna.
Sedangkan lendir yang terdapat pada ikan kembung telah mulai mengendapdan
agak berwarna putih.
Selama ikan hidup, bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan, insang,
saluran darah dan permukaan kulit, tidak dapat masuk atau menyerang bagian tubuh
ikan karena pada bagian-bagian tubuh ikan tersebut mempunyai batas pencegah
(barrier) terhadap penyerangan bakteri. Setelah ikan mati, kemampuan barrier
hilang, sehingga bakteri dengan leluasa masuk ke dalam daging ikan melalui
keempat bagian tubuh ikan tersebut. Pada awalnya, bakteri tumbuh berkat senyawa
molekular ringan yang dapat terurai yang terdapat pada otot ikan dan lendir yang
menjadi sumber makanannya. Awal mulanya bakteri tumbuh di permukaan dan
lendir yang bertambah banyak menjadikan keadaan menjadi lebih mendukung
untuk pertumbuhan anaerob (Anonimb, 2008).
Proses terlepasnya lendir dari kelenjar-kelenjar yang ada di dalam kulit
dikenal dengan nama hyperaemia. Proses selanjutnya membentuk lapisan bening
yang tebal di sekeliling tubuh ikan. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir, akibat dari
RISKA OKTAFIANI
240210150060
reaksi khas suatu organisme. Lendir tersebut terdiri dari glukoprotein dan
merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
5.1.4 Daging dan Perut
Hasil pengamatan panelis terhadap daging dan perut ikan emas yaitu 10,
sedangkan ikan kembung bernilai 7. Ikan emas sayatan dagingnya masih cemerlang
dan berwarna asli, ada sedikit pemerahan sepanjang tulang belakang, perut utuh
belum ada diskolorisasi, ginjal merah terang, dinding perut utuh, bau off odor mulai
tercium. Sedangkan ikan kembung yang diamati sayatan dagingnya masih
cemerlang, ada pemerahan sepanjang tulang belakang, selain itu bau off odor juga
sudah mulai tercium pada ikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa daging dan perut
pada ikan yang mati mulai mengalami rigor mortis dan sudah mulai terinfeksi
bakteri pembusuk.
5.1.5 Tekstur
Hasil pengamatan panelis terhadap tekstur pada ikan emas adalah 10,
sedangkan untuk ikan kembung adalah 6. Ikan kembung memiliki ciri-ciri dada
kenyal, dagingnya sudah mulai agak lunak dan bekas jari bila ditekan tidak mau
hilang. Ikan emas teksturnya agak lunak dan belum ada bekas jari setelah ditekan.
Setelah ikan mati, sirkulasi darah ikan berhenti, suplai oksigen berkurang, sehingga
terjadi perubahan glikogen menjadi asam laktat. Perubahan ini berakibat jaringan
otot pada tubuh ikan mati, tidak mampu mempertahankan kekenyalannya, dan ikan
menjadi semakin lembek (Sulis, 2010). Pada fase pasca rigor, daging ikan menjadi
lunak kembali. Melunaknya daging ikan ini disebabkan kerusakan atau penguraian
struktur jaringan daging ikan akibat kerja enzim-enzim proteolitik.
5.1.6 Bau
Hasil pengamatan panelis terhadap bau ikan emas adalah 10, sedangkan dan
ikan kembung memiliki bau yang bernilai 8. Bau ikan kembung memiliki bau
sedikit asam dan bau spesifik menurut jenis. Sedangkan bau ikan emas bau segarnya
mulai menghilang.
Pada tahap pasca rigor mortis, terjadi autolisis yang disebabkan oleh
aktivitas bakteri dan enzim endogen ikan. Enzim proteolitik seperti tripsin dan
pepsin akan memecah protein daging ikan menjadi senyawa yang lebih sederhana
seperti polipeptida, asam amino, H2S, indol dan 2 skatol. H2S, indol, dan skatol
RISKA OKTAFIANI
240210150060
menimbulkan bau busuk ikan. Bakteri pada ikan disamping menghasilkan enzim
proteolitik pengurai daging ikan, juga menghasilkan enzim dekarboksilase yang
akan mengubah asam-asam amino menjadi senyawa biogenik amin penyabab
alergi. Misalnya histidin menjadi histamin, lisin menjadi kadaverin, dan triptofan
menjadi triptamin. Perubahan lainnya adalah hidrolisa lemak dan TMAO. Lemak
akan dihidrolisa oleh enzim lipase dan lipoksigenase yang hasilnya menimbulkan
bau tengik ikan. Sedangkan TMAO direduksi menjadi TMA yang menimbulkan
bau busuk pada ikan (Anonimb, 2008).
Hasil pengamatan keseluruhan pada ikan emas dan ikan kembung
menunjukkan bahwa ikan kembung telah mengalami kerusakan yang banyak baik
dari penilaian mata, insang, lendir, daging dan perut, tekstur maupun bau
dibandingkan ikan emas. Hal ini disebabkan oleh ikan emas baru mengalami
kematian yang singkat, sedangkan ikan kembung telah mengalami kematian yang
lebih lama sehingga kemungkinan untuk terjadi kerusakan pada bagian-bagian ikan
lebih besar.
Secara keseluruhan, perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh bakteri
dipicu oleh terjadinya kerusakan komponen-komponen dalam tubuh ikan oleh
aktivitas enzim dan aktivitas kimia. Aktivitas kimia menghasilkan komponen yang
yang lebih sederhana. Kondisi ini lebih disukai bakteri sehingga memicu
pertumbuhan bakteri pada tubuh ikan.
Proses kemunduran mutu berlangsung sangat kompleks. Satu dengan
lainnya saling berkatian, dan bekerja secara simultan. Untuk mencegah terjadinya
kerusakan secara cepat, maka harus selalu dihindarkan terjadinya ketiga aktivitas
secara bersamaan. Untuk mencegah kemunduran mutu ikan tersebut perlu
dilakukan penyimpanan pada suhu rendah. Suhu rendah mampu menghambat
pertumbuhan mikroorganisme perusak maupun enzim-enzim yang menimbulkan
kerusakan maupun ketengikan.
Standar-standar mutu tersebut meliputi standar mutu dari kulit cangkang, kantung
udara, kuning telur, dan bagian putih telur.
Tabel 5. Hasil Tabulasi Data Penilaian Mutu Telur Kloter 4
Kulit Kantung
Kuning Telur Putih Telur
Cangkang Udara
Panelis
A A A A
A B C A B C A B C A B C
A A A A
51 2 3 2 3
52 2 3 2 3
53 2 4 2 3
54 3 3 3 3
55 4 4 3 2 3
56 2 4 2 3
57 2 4 2 3
58 2 4 2 3
59 2 4 2 3
60 4 4 2 3
61 4 4 2 3
62 2 2 2 3
63 3 3 2 1
65 2 3 3 3
66 2 2 2 3
67 2 3 2 3
3
∑ 12 6 22 0 21 4 0 0 6 28 0 0 45 0 1
2
0. 0. 1. 1. 0. 0. 1. 2. 0.
X̅ 0 2 0 0 0 0 0
75 37 37 31 25 37 75 81 06
∑ RATA-
2.5 3.56 2.12 2.88
RATA
MUTU B A B A
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
simpan. Perubahan suhu lingkungan dalam telur ketika berada dalam tubuh induk
(sekitar 40°C) dan suhu luar (sekitar 27°C) akan mengakibatkan lapisan membran
bagian luar dan dalam tidak melekat satu sama lain. Secara rata-rata mutu kantung
udara yang diamati adalah A.
Secara rata-rata, mutu kuning telur ini adalah mutu B. Saat dipecahkan
kuning telur berwarna kuning cerah, berada di agak menepi. Warna dan kualitas
dari kuning telur disebabkan oleh jenis makanan yang dimakan oleh ayam. Ayam
yang diberi makan gandum, warna kuning telurnya lebih pucat dibanding ayam
yang diberi makan jagung, rumput, atau dedak. Kuning telur berfungsi sebagai
sumber makanan untuk perkembangan embrio. Noda yang tedapat dalam albumin
maupun kuning telur seperti bintik-bintik kecil darah tidak menunjukkan adanya
telur subur, hal ini disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah pada permukaan
kuning telur selama pembentukan sel telur. Selain itu, kotoran yang terdapat dalam
telur disebakan dari kotoran yang masuk dari luar akibat keretakan cangkang.
Secara rata-rata mutu bagian putih telur yang diamati adalah mutu A.
Bagian putih dari telur ini bening, dan agak lembek. Pengembangan putih telur ini
terutama disebabkan oleh meningkatnya usia telur. Tingkat kekentalan ini
dipengaruhi oleh suhu penyimpanan tinggi dan kelembaban rendah. Faktor-faktor
seperti perubahan suhu dan meningkatnya kelembaban menghilangkan karbon
dioksida (CO2) dari telur yang diperburuk dengan lama penyimpanan. Hasilnya
adalah gangguan dalam struktur albumen yang menyebabkan albumen menjadi
transparan dan semakin berair (encer).
RISKA OKTAFIANI
240210150060
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Keadaan mata ikan emas bernilai 10 dimana bola mata menonjol, pupilnya
hitam cerah mengkilat, dan kornea selaput mata jernih. Ikan emas ini terlihat
masih segar. Sedangkan ikan kembung memiliki keadaan bola mata agak
cekung, warna pupil agak keabu-abuan dan kornea agak keruh sehingga
panelis memberikan nilai 6;
2. Insang ikan mas adalah bernilai 10. Insang ikan mas masih berwarna merah
cerah cemerlang, bersih tanpa lendir yang berasal dari bakteri, hal ini karena
ikan mas yang diamati masih dalam keadaan segar. Sementara itu, ikan
kembung memiliki nilai 7, dimana insang berwarna merah namun mulai
memudar ke merah cokelat dengan sedikit berlendir, selain itu bau asam
juga mulai tercium pada insang;
3. Lendir di permukaan pada ikan emas yaitu 10 dan ikan kembung bernilai 7.
Ikan mas yang diamati masih dalam keadaan hidup, sehingga lapisan lendir
yang terbentuk tipis homogen, jernih, mengkilap dan tidak ada perubahan
warna. Sedangkan lendir yang terdapat pada ikan kembung telah mulai
mengendapdan agak berwarna putih;
4. Hasil pengamatan panelis terhadap daging dan perut ikan emas yaitu 10,
sedangkan ikan kembung bernilai 7;
5. Hasil pengamatan panelis terhadap tekstur pada ikan emas adalah 10,
sedangkan untuk ikan kembung adalah 6;
6. Hasil pengamatan panelis terhadap bau ikan emas adalah 10, sedangkan dan
ikan kembung memiliki bau yang bernilai 8;
7. Pengamatan panelis terhadap mata ikan, menyimpulkan bahwa kesegaran
ikan emas lebih baik daripada ikan kembung;
8. Rata-rata mutu kulit cangkang pada telur ayam adalah B;
9. Rata-rata mutu kantung udara pada telur ayam adalah A;
10. Rata-rata mutu kuning telur pada telur ayam adalah B;
11. Rata-rata mutu putih telur pada telur ayam adalah A.
RISKA OKTAFIANI
240210150060
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wootton. 2007. Ilmu Pangan.
Penerjemah : Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.
Tjahjadi, C., dan H. Marta. 2008. Buku Ajar Pengantar Teknologi Pangan Volume
II. Jurusan Teknologi Industri Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pangan,
Universitas Padjadjaran, Bandung.