PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat adanya perbedaan
karakteristik pada kondisi ikan yang berbeda.
1
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Universitas Sriwijaya
2.3 Ikan Segar
Ikan yang baik adalah ikan yang masih segar, sehingga disukai oleh
konsumen. Penanganan dan sanitasi yang baik sangat diperlukan untuk tetap
menjaga kesegaran ikan, makin lama berada di udara terbuka maka makin
menurun kesegarannya. Kesegaran ikan merupakan tolak ukur ikan itu baik atau
jelek. Ikan dikatakan segar apabila perubahan-perubahan biokimiawi,
mikrobiologik, dan fisikawi belum menyebabkan kerusakan berat pada ikan. Ikan
segar adalah ikan yang masih mempunyai sifat sama seperti ikan hidup, baik rupa,
bau, rasa maupun teksturnya. Definisi ikan segar menurut SNI 01-2729-2006
adalah produk yang berasal dari perikanan dengan bahan baku ikan, yang telah
mengalami perlakuan pencucian, penyiangan atau tidak penyiangan, pendinginan
dan pengemasan. Ikan segar yang didefinisikan oleh FAO adalah ikan yang baru
saja ditangkap, belum disimpan atau diolah, atau ikan yang memiliki sifat
kesegaran yang kuat serta belum mengalami pembusukan. Ikan yang segar adalah
ikan yang kondisinya dipertahankan tetap segar dengan pendinginan yang tidak
dibekukan, sehingga kualitas masih sama atau mendekati keadaan pada saat-saat
ikan tersebut masih hidup. Kesegaran ikan cukup dengan 4M (melihat, meraba,
menekan, dan mencium) yaitu melihat penampakan fisik, kondisi mata, insang,
adanya lendir, dan sebagainya, meraba dan menekan tekstur dan kondisi daging
ikan, dan mencium baunya (Wibowo, 2010).
3
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METEDOLOGI PRAKTIKUM
4
Universitas Sriwijaya
2. Daging ikan yang akan diamati diiris kira-kira sebesar kacang tanah dan
ditusukan pada ujung kawat. Dan pada ujung kawat lainnya ditusukan
penyumbat gabus.
3. Daging ikan yang sudah ditusuk dimasukkan dalam tabung reaksi dan
gabusnya disumbatkan pada mulut tabung. Terbentuknya gas berwarna
putih didalam tabung menunjukkan adanya gas NH3 hasil pembusukan.
Uji H2S.
Daging ikan diiris sebesar kacang tanah dan diletakkan dalam cawan Petri.
Daging ikan dengan kertas saring dan ditetesi dengan larutan Pb-asetat. Cawan
Petri ditutup (sedikit terbuka). Terbentuknya warna coklat pada bekas tetesan Pb-
asetat menunjukkan adanya gas H2S hasil pembusukan ikan.
5
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang didapat dalam praktikum kali ini adalah :
6
Universitas Sriwijaya
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan kami menggunakan
bahan ikan busuk, ikan mati dan ikan segar dengan tiga uji yanitu pengamtan
subjektif, uji eber dan uji H2S. Uji yang pertama dilakukan yakni pengamatan
subjektif dari ikan, ikan merupakan bahan pangan yang sangat mudah rusak
apabila ikan tersebut telah mati. Hasil pengamatan kami menunjukan bahwa pada
ikan segar warnanya cerah, matanya jernih, dan cembung, kulitnya sedikit
berlendir, tekstur kenyal, sisiknya melekeat kuat, insangnya berwarna merah tua
dan aromanya sangat khas. Fase yang menandakan bahwa ikan itu segar tentu
tidak berlangsung lama tergantung waktu dan cara penyimpanannya. Jika salah
melakukan penanganan ikan menjadi busuk, setelah fase rigor mortis akan terjadi
fase paasca-rigor mortis, pada fase ini terjadi kreatin dan fosfat, sehingga ATP
diubah menjadi ADP dan fosfat organik. ADP ikan terurai menjadi ribosa, fosfat
amonia dan hipoksantin. Pada ikan mati warnanya agak pudar, matanya berwarna
gelap dan cembung, kulitnya sedikit berlendir, teksturnya lunak, sisiknya agak
mudah lepas, dan warna insang merah pudar. Pengaruh peruahan fisik ini ini
dikarenakan tidak berfungsingnya sistem peredaran darah dan respirasi pada ikan
yang sudah mati sehingga menyebabkan insang yang merupakan tempat
terjadinya proses tersebut tidak mendapat pasokan darah yang mambawa oksigen
lagi dan menyebabkan warna insang menjadi coklat. dipengaruhi juga oleh
penyimpanan ikan yang kuarngn baik dan menyebapkan kerusukan pada ikan.
Uji eber adalah uji yang untuk menunjukkan ada atau tidaknya gas NH3
pada ikan busuk, ikan mati dan ikan segar. Berdasarkan hasil pengamatan pada
ikan segar terbentuk gas berwarna putih yang menunjukkan bahwa mengandung
gas NH3. pada ikan mati juga terbentuk gas berwarna putih yang menunjukkan
adanya kandungan gas NH3 sedangkan pada ikan bususk tidak terbentuk gas
berwarna putih yang artinya tidak mengandung gas NH3. selanjutnya uji H2S
yang bila Terbentuk warna coklat pada bekas tetesan Pb-asetat menunjukkan
adanya gas H2S hasil pembusukan ikan. Pada ikan segar tidak terbentuk warna
coklat sehingga tidaak mengandung gas NH3. pada ikan mati dan ikan busuk juga
tidak terbentuk warna coklat sehingga dapat disimpulkan bahwa pada ketiga
sample tidak mengandung gas NH3 .
7
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
8
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Nurwanto, B. 2013. Pengaruh Waktu Rigor Mortis Ikan Lele Berdasarkan Pola
Perubahan Derajat Keasaman. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. Vol: 16
(2), 1-15.
Zaki, R. 2013. Pengaruh Ikan Lele Menggunakan Daun Sirih Dengan Variasi
Lama Perendaman Yang Berbeda. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. Vol:
20 (2), 1-15.
9
Universitas Sriwijaya