LAPORAN PRAKTIKUM
(BURUNG DARA / BURUNG MERPATI )
OLEH :
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI DIV A
2016/2017
A. Judul
Burung Dara / Burung Merpati
C. Prinsip
Perubahan fisik dan kimiawi burung dara menentukan tingkat kualitas dan mutu dari
burung dara . Tingkat kesegaran dan kerusakan bahan mentah burung dara serta cara
mengolah bahan akan mempengaruhi kualitas produk.
D. Tujuan
A. Tujuan Umum :
Pada akhir praktukum diharapkan peserta didik mampu mengidentifikasi kualitas
daging , unggas dan ikan secara subyektif dan obyektif serta faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas unggas.
B. Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan praktikum ini diharapkan peserta didik mampu :
1. Membedakan berbagai jenis unggas serta hasil olahannya.
2. Membedakan daging , unggas dan ikan berdasarkan bagian tubuhnya.
3. Mengidentifikasi tanda kesegaran dan kerusakan sifat pada unggas.
4. Menentukan fungsi / cara penggunaan dan pemasakan yang tepat.
5. Menentukan waktu , suhu pemasakan dan perubahan yang terjadi.
6. Menentukan porsi yang dapat dimakan dari unggas.
7. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas unggas.
E. Dasar Teori
Unggas (Bahasa Inggris: poultry) telah lama dikenal sebagai sumber protein. Unggas
adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan untuk daging dan
telurnya. Umumnya merupakam bagian dari ordo Galliformes (seperti ayam dan
kalkun) dan Anseriformes (seperti bebek ). Kata unggas juga umumnya sering
digunakan untuk daging burung seperti di atas. Lebih luasnya, kata ini juga dapat
digunakan untuk daging burung jenis lain seperti merpati.Unggas biasanya dipelihara
di dalam kandang. Seringkali kandang tersebut terintegrasi dalam suatu peternakan.Di
Indonesia unggas telah banyak dikenal selama ini dan juga telah diolah menjadi
bahan-bahan olahan pangan lainnya. Didalam unggas juga terkandung kalori dan
lemak, dalam mengonsumsinya kita harus berhati-hati agar tidak berdampak
buruk.Burung merpati atau burung dara yang digunakan biasanyaburung dara yang
masih muda. Digunakan untuk masakan-masakan Tionghoa, berupa masakan tim atau
burung dara goreng.
F. Bahan Dan Alat
BAHAN
Burung dara / burung merpati
Kertas Ph
Kertas Saring
Larutan Eber
Larutan Pb Asetat
Daun papaya
Buah nanas muda
Air
ALAT
Tabung reaksi dan penyumbat (gabus / kapas)
Plastik
Baskom kecil
Pipet
Kawat lidi
Timbangan
Kompor , pisau , dan timer
Petridish
G. Prosedur Kerja
1. Untuk Pengamatan Subjektif
Cara Kerja :
- Siapkan seekor burung dara serta hasil olahannya
- Amati masing – masing daging secara subjektif dengan bantuan panca
indera meliputi warna , aroma , dan tekstur.
- Timbang 100 gram bahan kemudian bersihkan dan kemudian timbang
berat bahan yang dapat dimakan. Dan hitung bdd dari bahan tersebut.
2. Untuk Uji Nh3 / Uji Eber
Untuk mengetahui apakah daging tersebut sudah mengalami dekomposisi
yang ditandai oleh adanya pelepasan gas NH3 dari unggas tersebut.
Bahan : daging burung dara dipotong kotak dengan ukuran sisi 0,5cm /
seukuran kacang tanah.
Larutkan eber ( 1 bagian HCl , 3 bagian alkohol 96% dan 1 bagian
eter ).
Prosedur :
1. Tabung reaksi diisi larutan eber 3-5 ml, kemudian ditutup dengan gabus.
Potongan unggas dimasukkan pada salah satu ujung lidi , sedangkan ujung
lidi yang lain dimasukkan pada bagian dalam dari tutup gabus tadi
2. Masukkan potongan unggas tersebut dengan cepat kedalam tabung
( potongan unggas tidak menyentuh cairan )
3. Bila daging unggas melepaskan gas NH3 , maka dalam beberapa saat akan
terbentuk uap (asap ) berwarna putih. Amati bentuknya uap warna putih
diatas larutan.
Reaksi : NH3 + HCL → NH4Cl ↑ (asap putih )
3. Untuk Uji H2s
Untuk mengetahui apakah unggas tersebut mengalami dekomposisi yang
ditandai oleh adanya pelepasan H2S dari unggas tersebut .
Bahan : unggas ± 3 gram ( atau seukuran kacang tanah )
Larutan Pb-asetat
Prosedur :
1. Tempatkan unggas pada cawan petri
2. Basahin kertas saring dengan air bersih dan tiriskan , kemudian tutup
cawan petri yang sudah diisi bahan dengan kertas saring tersebut
3. Teteskan larutan Pb-asetat diatas kertas , usahakan tepat diatas unggas.
Bila unggas melepaskan gas H2S , maka akan terbentuk warna hitam
atau coklat tua pada kertas bekas tetesan tersebut. Amati perubahan
warna yang terjadi.
4. Untuk Uji pH
a. Ambil kertas pH , kemudian tempelkan pada permukaan unggas.
b. Lihat perubahan warna yang terjadi dan bandingkan dengan standar pH.
5. Untuk Pengolahan Unggas
Perebusan unggas dengan berbagai perlakuan
Buat 4 (empat ) potongan daging dengan berat masing – masing 25 gram
a. Direbus dengan air mendidih selama 30 menit
b. Direbus dengan cara daging dimasukkan lebih dahulu ke dalam air dingin ,
kemudian dipanaskan sampai mendidih dan dihitung sejak mendidih
selama 30 menit
c. Dilumuri dengan getah pepaya selam 15 menit , kemudian dicuci dan
direbus dalam air mendidih selama 30 menit
d. Dilumuri dengan nanas yang dihancurkan selam 15 menit , kemudian
dicuici dan direbus dalam air mendidih selama 30 menit .
= 80 gram
4. Pembahasan Uji Ph
Pada uji pH didapat daging burung dara memiliki pH 6 yaitu bersifat asam.
Setelah ternak disembelih terjadi penurunan pH karena adanya penimbunan asam
laktat dalam jaringan otot akibat proses glikolisis anaerob. Setelah hewan
disembelih pH daging mengalami penurunan karena adanya aktivitas mikroba yang
menyebabkan proses glikolisis menghasilkan asam laktat. Sementara daging yang
busuk akan memiliki pH basa yaitu antara pH 8 – pH 14. Daging busuk mengalami
peningkatan pH karena penurunan aktivitas mikroba penghasil asam karena
persediaan glikogen yang semakin terbatas dan diikuti aktivitas mikroba penghasil
senyawa basa. Untuk daging burung dara yang diuji, belum mengalami proses
pembusukan karena pH yang didapat bersifat asam. Hasil perhitungan pH sampel
yang diuji menunjukkan bahwa nilai pH yang diperoleh berada dalam kisaran pH
normal daging.
K. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut:
Untuk daging yang berkualitas baik berwarna merah, beraroma seperti daging
normalnya dan memiliki tekstur yang kenyal.
Untuk menentukan daging mengalami dekomposisi atau tidak, dilakukan dengan
pengujian dengan larutan eber dan larutan Pb-asetat. Jika pada pengujian larutan eber
terbentuk uap (asap) berwarna putih berarti daging sudah mengalami proses
pembusukan. Untuk pengujian dengan larutan Pb-asetat, apabila terbentuk warna
coklat pada kertas saring, maka daging sudah mengalami proses pembusukan.
Pada proses pengolahan daging dapat memengaruhi warna serta tekstur pada daging.
(Gambar 1: Daging yang dapat dimakan) (Gambar 2: Daging yang tidak dapat dimakan)
(Gambar 3: Uji NH3, Tidak terbentuk uap putih) (Gambar 4: Proses Uji H2S)
(Gambar 5: Pelumuran daging dengan nanas) (Gambar 6: Pelumuran daging dengan daun
papaya)
(Gambar 7: Pengujian pH) (Gambar 8: Daging yang direbuas dengan air dingin)