PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Gizi dan Ilmu Gizi baru dikenal di Indonesia sekitar awal tahun 1950an, sebagai
terjemahan kata ” Nutrition” dan “Nutrition Science”.Ilmu Gizi (Nutrience Science) adalah ilmu
yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan
optimal / tubuh. Gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal
dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan.
Berat Utuh merupakan berat pada bahan makanan sebelum dibersihkan ataupun
dipisahkan antara bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan.Berat Untuh
menjadi berat awal suatu bahan makanan sebelum diolah.
F-EDIBLE (food edible) adalah bagian atau presentase berat pangan yang dapat dimakan
(BDD). BDD (Bagian yang Dapat Dimakan), atau bagian dari bahan mentah yang sudah bersih
dan siap dikonsumsi atau dimasak dan diolah. Contoh: BDD telur tanpa cangkang, BDD ikan
tanpa duri, sirip, ekor, kepala. Kadar zat gizi dalam TKPI disajikan per 100 g BDD. Contoh: jika
kita makan ikan seberat 100 g, maka zat gizi yang kita konsumsi adalah yang terkandung dalam
bagian ikan yang dapat dimakan, tidak termasuk tulang, sirip, ekor dan kepala. Bagian BM yang
tidak dapat dikomsumsi (refuse dan waste).
Ukuran Rumah Tangga (URT) digunakan dalam daftar bahan makanan penukar.
Tujuannya memudahkan penggunaan bahan makanan dalam daftar karena menggunakan alat
ukur yang lazim digunakan di rumah tangga. Ukuran Rumah Tangga merupakan ukuran yang
lazim digunakan di rumahtangga sehari-hari untuk menaksir jumlah pangan yang dikonsumsi atau
dimasak. Satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) diperoleh dari jenis peralatan makan yang biasa
digunakan di rumah tangga seperti piring, gelas, sendok, mangkok, sedangkan untuk buah dan
sayur digunakan satuan potong, buah, ikat, dan sebagainya (Hardinsyah & Briawan, 1994).
Kesalahan menggunakan nilai konversi sa- tuan URT (menggunakan konversi bahan pangan lain
yang sejenis) dapat berakibat pada kesalahan penilaian konsumsi pangan dan gizi, yang pada
akhirnya terjadi kesalahan dalam penentuan status gizi (Hardinsyah & Briawan, 1994).
1
Standar porsi adalah rincian macam dan jumlah bahan makanan dalam jumlah bersih setiap
hidangan. Dalam penyelenggaraan makanan orang banyak, diperlukan adanya standar porsi
untuk setiap hidangan, sehingga macam dan jumlah hidangan menjadi jelas. Porsi yang standar
harus ditentukan untuk semua jenis makanan dan penggunaan peralatan seperti sendok sayur,
centong, sendok pembagi harus distandarkan. Pemorsian menu makanan adalah suatu proses
atau cara mencetak makanan sesuai dengan standar porsi yang telah ditentukan. Standar porsi
adalah rincian macam dan jumlah bahan makanan dalam jumah bersih pada setiap hidangan.
Dalam penyelenggaraan maknanan di rumah sakit, diperlukan adanya standar porsi untuk setiap
hidangan, sehingga macam dan jumlah hidangan menjadi jelas. Porsi yang standar harus
ditentukan untuk semua jenis makanan dan penggunaan peralatan seperti sendok sayur,
centong, sendok pembagi harus standar.
Bahan makanan penukar terdiri dari 7 golongan Bahan makanan dalam tiap golongan
memiliki nilai gizi hampir sama sehingga satu sama lain dapat saling menukar. Sehingga disebut
satu satuan penukar.Penggolongan bahan makanan berdasarkan nilai gizi yang setara (kalori,
protein, lemak,dan karbohidrat) atau penggunaan aneka ragam bahan pangan yang tersedia
dalam komsumsi sehari-hari dapat dinyatakan dalam satuan penukar. DBMP untuk masing-
masing golongan, dapat dihitung beratnya untuk menghasilkan nilai energi dan zat gizi yang
relatif sama. Jadi pada masing-masing golongan BM tersebut dapat ditukar dengan nilai gizi yg
sama namun beratnya berbeda. Namun perlu diingat bahwa BM dari satu golongan tidak dapat
ditukar dgn BM dari golongan lain.
B. Tujuan Praktikum
2. Menentukan BDD (Berat Dapat Dimakan) dan persen BDD suatu bahan makanan.
3. Menentukan BTD (Berat Tidak dapat Dimakan) dan persen BTD suatu bahan makanan.
2
4. Menetukan Standar Porsi suatu bahan makanan.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
A. Alat :
B. Bahan :
3
pisang
beras
telur
mangga
tomat
jeruk
kentang
wortel
tempe
buncis
bayam
terigu
kacang
C. Cara Kerja
4
Untuk menentukan berapa %BDD nya:
-Cara menentukan %BDD-nya yaitu dengan memasukkan nilai BDD yang sudah ditimbang
pada rumus : BDD/ BERAT UTUH X 100%
-Setelah mendapatkan hasil dari rumus tersebut, maka itulah yang menjadi nilai % BDD nya.
Menentukan BTD :
-Bersihkan dulu bahan makanan dari bagian yang tidak dapat dimakan (BTD).
-Kemudian pisahkan bagian yang tidak dapat dimakan (BTD) dari bagian yang dapat
dimakan (BDD).
-Ambil bagian yang tidak dapat dimakan (BTD), kemudian letakkan diatas timbangan.
-Dan perhatikan berapa angka timbangannya.
Untuk menentukan berapa %BTD nya:
-Cara menentukan %BTD-nya yaitu dengan memasukkan nilai dari hasil timbangan berat
bagian yang tidak dapat dimakan pada rumus : BTD/ BERAT UTUH X 100%
Menentukan Standar Porsi :
-Sesuaikan bahan makanan dengan standar porsi yang sesuai pada standar porsi yang
telah ditentukan pada buku penuntun.
-Standar porsi makanan pokok adalah 100 gram beras.
-Standar porsi lauk ialah 50 gram
-Standar porsi sayur ialah 100 gram
-Standar porsi buah terdiri dari 100 gram.
Menentukan URT :
-Ukur setiap bahan makanan pada alat ukur rumah tangga seperti gelas ukur, sendok,
maupun mangkok.
-Gelas ukur digunakan untuk menakar semacam beras.
-Sendok ukur digunakan untuk menakar bahan dalam jumlah kecil misalnya garam
-Mangkok dapat digunakan untuk mengukur misalnya sayuran.
Untuk menentukan nilai gizinya :
-Untuk menentukan Nilai Gizinya yaitu dengan memasukkan nilai BDD dan Nilai Gizi setiap
bahan makanan yang ada pada TKPI dengan rumus : BDD / 100 X nilai gizi pada buku TKPI
Lakukan cara yang sama pada semua bahan makanan yang akan di ukur
5
BAB III
A. Hasil
6
5. Bayam 86 47 54,65% 39 45,34% 100 1 gelas
7
5.BAYAM 596,19 128,75 14,028 2,83
B. Pembahasan
8
Pisang = 69/117 X 100 % =58,97%
9
Pisang = 48/117 X 100 % =41,02%
Lauk hewani : daging (50 gr) Ikan, ayam (100 gr), Telur (50 gr)
10
Buah : 100 gram
Bh = buah
Bj = biji
Btg = batang
Gls = gelas
Bsr = besar
Ckr = cangkir
Sdg = sedang
Kcl = kecil
Ptg = potong
Lbr = lembar
Pk = pak
Kcl = kecil
11
Persamaan antara ukuran rumah tangga dengan rata rata
1 sdm kacang-kacang kering (kacang tanah, kedelai, kacang tolo, kacang merah, kacang
hijau dll) = 10 gr
1 bh pisang (3 x 15 cm ) = 75 gr
1 sdm = 3 sdt = 10 ml
12
Kentang 400 gr = 8 bh sdg
Misalnya :
P =0,8 g
L =0,5 g
KH =26,3 g
Penyelesaian :
13
-BDD/100 X KH = 69/100 X 26,3 = 21,942 g
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa, tidak semua bagian bahan makanan seperti sayur dan buah dapat dikonsumsi. Hal
ini dikarenakan mayoritas buah dan sayur memiliki kulit dan biji yang tidak bisa dikonsumsi.
Sehingga perlu adanya perhitungan bagian yang dapat dimakan (bdd) dan yang tidak dapat
dimakan (btd) dari suatu bahan pangan. Penghitungan BDD sangat penting karena dengan
informasi BDD ini dapat ditentukan kandungan energi, protein, karbohidrat dan instrumen gizi
lainnya. Oleh karena itu, setiap bahan makanan telah memiliki bagian dari BDD, BTD, serta
standar porsinya masing-masing. Untuk menentukan suatu BDD dan BTD pada bahan makanan
dapat menggunakan alat timbangan secara langsung.
B. Saran
Sebaiknya, pada saat menimbang suatu bahan makanan, perlu berhati-hati menggunakan
wadah atau alas yang digunakan sebagai tempat dari bahan makanan. Telitilah pada angka
timbangan saat akan memulai untuk menimbang bahan makanan, jangan sampai menghasilkan
angka dari BDD maupun BTD yang keliru.
DAFTAR PUSTAKA
14
https://www.panganku.org/assets/files/publikasi/351bb3c3b280a7fcd7c864cba56c7917.pdf
https://www.google.com/amp/s/slideplayer.info/amp/2806298/
https://lilyutami10.blogspot.com/2015/05/menghitung-bagian-yang-dapat-dimakan.html?m=1
http://www.watonsinau.work/2016/01/mengetahui-dan-menghitung-ukuran-rumah.html?m=1
Sediaoetomo, A. Djaeni.1976. Ilmu Gizi dan Ilmu Diet di Ddaerah Tropik. Balai pustaka. Jakarta.
https://www.google.com/amp/s/kamilaparadisa.wordpress.com/2016/06/21/tugas-ilmu-gizi-dasar-
perhitungan-dalam-dkbm/amp/
https://nutritionataugizi.blogspot.com/2019/01/berat-dapat-dimakan-bdd.html?m=1
LAMPIRAN
15
16