Anda di halaman 1dari 13

Makalah Sosio Antrhopologi Kesehatan

PANTANGAN MAKANAN DALAM


MASYARAKAT ACEH

Disusun
Oleh:

Devia Miranda : 22181056


Mira Ayu : 22181065

Dosen Pengampu:
Ambia Nurdin, S.Pd.,M.Pd.,M.Kes

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat,dan hidayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang PANTANGAN MAKANAN DALAM
MASYARAKAT ACEH
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini..

Lampoh Keude, Oktober 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Makalah..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Antropologi...................................................................................3
B. Pengertian Gizi...............................................................................................6
C. Pantangan Makanan Dalam Masyarakat Aceh................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aceh merupakan salah satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia yang
memiliki beragam budaya. Salah satu budaya yang dimiliki masyarakat Aceh
adalah tradisi peusijuk. Peusijuk merupakan tradisi menepung tawari. Tradisi ini
sangat dikenal dalam masyarakat Aceh sebagai adat dan budaya yang harus
dilestarikan. Masyarakat Aceh yang dikenal mayoritasnya beragama islam,
memiliki adat istiadat serta kaya dengan berbagai macam budayanya. Hampir
sebagian besar masyarakat.
Berbagai macam tradisi yang berkembang dan masih dipraktekkan dalam
masyarakat Aceh. Salah satunya adalah tradisi peusijuk tujuh bulan bagi wanita
hamil atau dalam bahasa daerah Aceh biasa disebut dengan adat mumee atau mee
buu. Prosesi tradisi mumeeatau mee buu adalah suatu acara adat yang dilakukan
oleh masyarakat Aceh sepanjang kehamilan dara baro (pengantin baru). Acara ini
masih banyak dilakukan terutama jika kehamilan anak pertama. Selain adat
mumeeatau mee buu ada beberapa pantangan dan mitos yang masih dipercayai
oleh masyarakat Aceh. Mitosmitos tersebut masih kental pengaruhnya bagi wanita
hamil di Aceh dan harus dijalani untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan.
Mitos-mitos seputar kehamilan memang masih dipercaya dalam
masyarakat, khususnya di daerah perdesaan yang dipengaruhi oleh adat istiadat.
Segala pantangan dan larangan masih dipegang erat dan masih sangat dipercayai.
Larangan dan pantangan ini diwarisi secara turun-temurun. Semua bentuk
larangan dan pantangan harus dijalani karena akan mempengaruhi masa
kehamilan, persalinan, masa sang anak tumbuh bahkan ada pula yang
menganggap akan mempengaruhi perangai anak hingga ia tumbuh dewasa
(Syamsuddin, 1984 : 32).
Kepercayaan ini dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat zaman dulu, yang
kehidupan sosial, agama, ekonominya masih sangat percaya dengan hal-hal gaib.
Wanita hamil zaman dulu sangat dijaga sepanjang masa kehamilan hingga

1
persalinan, ada sebagian wanita hamil tidak diperkenankan keluar rumah
sepanjang kehamilan dan selama 44 hari setelah melahirkan. Namun mitos-mitos
tersebut nampaknya mulai jarang ditemukan pada masyarakat perkotaan. Hal ini
dipengaruhi oleh kondisi sosial dan teknologi yang semakin berkembang. Di
daerah perkotaan wanita hamil mandiri dan bebas, mereka dapat melakukan
segala kegiatan seperti berkerja, berbelanja, bahkan berekreasi bersama teman-
teman, tak jarang pula ada yang berkeluyuran pada malam hari yang mana hal ini
jelas dilarang jika ia tinggal di daerah pedesaan (Meutia, 1997 : 10).
Dengan adanya masalah ini memotivasi penulis untuk menyusun makalah
yang berjudul “Pantangan Makanan Dalam Masyarakat Aceh”, untuk mengetahui
secara lebih mendalam kebiasaan-kebiasaan suatu masyarakat dalam hal makanan.
Hal ini diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidaknya dapat memberikan
pengetahuan kepada kita tentang masalah tersebut

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis dapat
merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan antropologi ?
2. Apa yang dimaksud dengan gizi ?
3. Apa Saja pantangan makanan dalam masyarakat Aceh ?

C. Tujuan Makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui pengertian antropologi
2. Untuk mengetahui pengertian gizi
3. Untuk pantangan makanan dalam masyarakat Aceh.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Antropologi
Antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk
manusia dan juga budayanya. Menurut Koentjaraningrat (1981 : 11) antropologi
berarti “ilmu tentang manusia.” Ilmu antropologi telah berkembang dengan luas,
ruang lingkup dan batas lapangan perhatiannya yang luas ini yang menyebabkan
timbulnya paling sedikit 5 masalah penelitian.
Koentjaraningrat (1981 : 12) mengemukakan tentang 5 masalah ini :
masalah sejarah asal dan perkembangan manusia secara biologi, masalah sejarah
terjadinya aneka warna makhluk manusia, dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya
masalah sejarah asal, perkembangan dan penyebaran aneka warna bahasa yang
diucapkan manusia di seluruh dunia. Masalah perkembangan, penyebaran, dan
terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di seluruh dunia. Masalah mengenai
azas-azas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku
bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi masa kini.
Dengan melihat 5 masalah di atas, sudah dapat dipastikan terdapat ilmu-
ilmu yang terdapat dalam ilmu antropologi yang membahas tentang ke-5 masalah
tersebut. Untuk memecahkan suatu masalah sudah dapat dipastikan dibutuhkan
beberapa penelitian untuk mengetahui sumber masalah itu sendiri dan
pemecahannya. Menurut Anderson (2006 : 256) ahli antropologi melaksanakan
penelitian mereka dengan cara eksplorasi yang relatif tanpa struktur dan meliputi
masalah-masalah yang sangat luas. Seorang ahli antropologi tidak terlalu
mempersoalkan untuk memisahkan antara masalah-masalah penelitian yang kecil
dan ketat yang dapat mereka kerjakan dengan disain-disain penelitian yang dari
segi estetika memuaskan, dengan masalah-masalah umum yang luas, yang akan
mengarahkan peneliti kepada banyak jalur penemuan.
Menurut Anderson (2006 : 257) pendekatan holistik antropologi terhadap
interpretasi atas bentuk-bentuk sosial dan budaya serta ketergantungan pokok
pada observasi partisipasi untuk mengumpulkan data dan menghasilkan hipotesis
adalah hasil dari, atau berkaitan erat dengan sampel umum dari penelitian

3
antropologi. Akan tetapi Anderson (2006 : 246) juga menyatakan antropologi
tidak mencukupi diri dalam menghasilkan hipotesis-hipotesis dan topik-topik
penelitian baru. Kita (ahli antropologi) didorong oleh data dan ide-ide dari
berbagai bidang lain.
Terdapat macam-macam antropologi seperti antropologi fisik, antropologi
budaya, antropologi biologi antropologi sosial, antropologi kesehatan. Ilmu
antropologi memberi sumbangan bagi ilmu kesehatan. Anderson (2006 : 247)
menyatakan bahwa kegunaan antropologi bagi ilmu-ilmu kesehatan terletak dalam
3 kategori utama :
1. Ilmu antropologi memberikan suatu cara yang jelas dalam memandang
masyarakat secara keseluruhan maupun para anggota individual mereka.
Ilmu antropologimenggunakan pendekatan yang menyeluruh atau bersifat
sistem, dimana peneliti secara tetap menanyakan, bagaimana seluruh
bagian dari sistem itu saling menyesuaikan dan bagaimana sistem itu
bekerja.
2. Ilmu antropologi memberikan suatu model yang secara operasional
berguna untuk menguraikan proses-proses perubahan sosial dan buaya dan
juga untuk membantu memahami keadaan dimana para warga dari
“kelompok sasaran” melakukan respon terhadap kondisi yang berubah dan
adanya kesempatan baru.
3. Ahli antropologi menawarkan kepada ilmu-ilmu kesehatan suatu
metodologi penelitian yang longgar dan efektif untuk menggali
serangkaian masalah teoritis dan praktis yang sangat luas, yang dihadapi
dalam berbagai program kesehatan.
Begitu pula sebaliknya, menurut Anderson (2006 : 244) ilmu-ilmu
kesehatan menawarkan kepada ilmu antropologi berbagai bidang yang khusus,
yang langsung dapat dibandingkan dengan subjek-subjek tradisional seperti
masyarakat rumpun dan desa-desa.
Antropologi kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang
sangat penting sekali, karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan dengan
jelas kaitan antara manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat

4
mengetahui kaitan antara budaya suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat
itu sendiri.
Anderson (2006 : 3) menyatakan bahwa antropologi kesehatan adalah
disiplin biobudaya yang memberi perhatian kepada aspek-aspek biologis dan
sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi ntara
keduanya di sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan
dan penyakit.
Antropologi kesehatan ini tidak serta merta muncul dengan sendirinya,
akan tetapi antropologi kesehatan ini mempunyai akar. Anderson (2006 : 4)
menyatakan antropologi kesehatan kontemporer mempunyai 4 sumber :
1. Perhatian ahli antropologi fisik terhadap topik-topik seperti evolusi,
adaptasi, anatomi, komparatif, tipe-tipe ras genetika, dan serologi.
2. Perhatian etnografi tradisional terhadap pengobatan primitif, termasuk
ilmu sihir dan magis.
3. Gerakan “kebudayaan dan kepribadian” pada akhir 1930-an dan 1940-an
yang merupakan kerjasama antara ahli-ahli psikiatri dan antropologi.
4. Gerakan kesehatan masyarakat internasional setelah perang dunia II.
Untuk menjadi seorang ahli antropologi kesehatan tidaklah mudah,
dibutuhkan pegalaman, naluri dalam menyikapi masalah, seperti yang dikatakan
Anderson (2006 : 244), beliau menyatakan : untuk menjadi seorang ahli
antropologi kesehatan, seseorang memerukan dasar latihan antropologi ang baik,
pengalaman penelitian, naluri terhadap masalah, simpati terhadap orang lain, dan
tentunya dapat memasuki dunia kesehatan dan masyarakat kesehatan yang
bersedia menerma kehadiran para ahli antropologi itu. Untuk menjadi ahli
antropologi kesehatan, selain yang sudah disebutkan, seorang ahli antropologi
kesehatan haruslah sabar dan teliti karena seperti yang dikatakan Anderson
(2006 : 246) beliau menyatakan : Para ahli antropologi harus menjadi generalis,
mencatat, dan menginterpretasikan data tentang geografi, kebudayaan material,
kehidupan ekonomi, organisasi sosial, religi, kesenian, foklor, rekreasi, bahasa –
segala sesuatu yang dilakukan manusia atau diingat pernah dilakukan mereka.
Akan tetapi semua ini tidaklah cukup seorang ahli antropologi harus bisa

5
mengetahui, memahami, dan juga menerangkan mengapa suatu sikap atau tingkah
laku di suatu masyarakat bisa terjadi.

B. Pengertian Gizi
Gizi merupakan zat yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh
kita. Dan untuk mengetahui tentang gizi ini kita harus lebih mendalam
mempelajari tentang gizi. Almatsier (2004 : 3) menyatakan ilmu gizi adalah ilmu
yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan
kesehatan optimal. Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab Ghidza, yang berarti
“makanan”. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di sisi lain
dengan tubuh manusia.
Selain pendapat Almatsier, banyak juga yang berpendapat tentang ilmu
gizi yang dibahas dalam buku FKM UI (2007 : 4).
1. Guthrie (1983), beliau menyatakan prinsip-prinsip gizi dasar adalah ilmu
yang mempelajari makanan, zat gizi, proses pencernan, metabolisme dan
penyerapan dalam tubuh, fungsi serta akibat kekurangan atau kelebihan zat
gizi bagi tubuh
2. Sediaoetama (1987), beliau menyatakan ilmu gizi adalah ilmu yang
mempelajari hal ikhwal makanan yang dikaitkan dengan kesehatan tubuh.
3. National Academy of Science (1994), ilmu gizi adalah ilmu yang
mempelajari zat-zat dari pangan yang bermanfaat bagi kesehatan dan
proses yang terjadi pada pangan sejak dikonsumsi, dicerna, diserap sampai
dimanfaatkan tubuh, serta dampaknya terhadap pertumbuhan,
perkembangan, dan kelangsungan hidup manusia serta faktor yang
mempengaruhinya.
Dengan melihat pengertian ilmu gizi di atas, sudah dapat dipastikan gizi
merupakan zat gizi atau makanan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kita.
Menurut Almatsier (2004 : 3) zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh
untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses jaringan. Dengan demikian,
apabila kita memilih makanan sehari-hari kita harus memilih dengan baik karena
makanan yang baik dapat memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk

6
fungsi normal tubuh. Jadi apabila kita memilih makanan, kita harus memilih
makanan yang mengandung zat gizi yang berfungsi seperti yang dikatakan
Anderson (2006 : 8). Beliau menyatakan bahwa :
1. Memberi energi : zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah
karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan
energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas.
2. Pertumbuhan dan pemelihara jaringan tubuh : protein, mineral, dan air
adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan untuk
membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak.
3. Mengatur proses tubuh : protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan
untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam
sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan
membentuk antibodi sebagai pangkal organisme yang bersifat infektif dan
bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam tubuh.
Setelah mengetahui betapa pentingnya gizi bagi kesehatan atau fungsi
tubuh kita, maka kita harus senantiasa menjaga agar jangan sampai kita ini
kekurangan ataupun kelebihan gizi, karena akan berbahaya. Menurut Almatsier
(2004 : 9) bahwa gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer dan sekunder.
Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan
atau kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya
distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan
sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat
gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi..

C. Pantangan Makanan Dalam Masyarakat Aceh


Setiap kebudayaan, setiap masyarakat pada berbagai negeri memiliki
kekhasan sendiri. Salah satu bagian dari bingkai kebudayaan yang besar itu adalah
pantangan. Begitu pula dengan masyarakat Aceh terdapat cukup banyak
pantangan yang dalam bahasa Aceh lazim disebut “Hame”, pantangan tersebut
menjadi semacam aturan tidak tertulis yang disampaikan secara lisan. Tradisi oral
ini telah berlangsung selama ratusan tahun, namun demikian masih banyak orang
yang menjadikan pantangan/larangan tersebut sebagai pedoman.

7
1. Mengapa ada aturan pantangan dalam masyarakat?
Aturan atau pembatasan yang tergolong pantang atau tabu di Aceh yang
disebut dengan hame (seperti hanya pamali di masyarakat Sunda) digunakan
sebagai pendidikan kepada anak, ada kasus-kasus pengambaran akibat buruk dari
pelanggaran hanya berupa deraan sehingga dapat digambarkan sebagai imitasi
dari pantang yang sebenarnya, tak lebih dimanfaatkan untuk tujuan agar si anak
menjadi beradab.
Orang tidak boleh memakan telur yang diambil dari ayam yang sudah
mati, sekiranya larangan ini tak diindahkan dan kelak tertembak peluru,
sebenarnya telur dari ayam yang sudah mati tidak sehat.
a. Larangan-larangan bagi ibu hamil dalam masyarakat Aceh
1) Tidak boleh makan bue krak (kerak nasi) karena dikhawatirkan tidak
keluar ari-ari | suduthukum.com

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk
manusia dengan budayanya, atau juga berarti ilmu tentang manusia. Dalam
antropologi diterangkan bagaimana hubungan manusia dengan budayanya dan apa
pengaruhnya. Cakupan ilmu antropologi itu luas sekali, salah satunya antropologi
kesehatan yang menerangkan tentang manusia, budaya, dan kesehatan sehingga
kita dapat mengetahui kaitan antara budaya suatu masyarakat dengan kesehatan
masyarakat itu sendiri.
Gizi merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Ilmu gizi
sendiri adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam
hubungannya dengan kesehatan optimal. Gizi itu sangat penting sekali bagi
kelangsungan hidup kita. Apabila gizi kita terpenuhi, maka kita akan terhindar
dari berbagai penyakit karena kita mempunyai tubuh yang sehat..

9
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Anderson, Foster. (2006). Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press.

FKM UI. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

https://tengkuputeh.com/2019/06/19/hame-atau-pantangan-orang-aceh/diakses 31
Oktober 2022

Meutia, Farida. 1997. Kehamilan Kelahiran Perawatan Ibu Hamil dan Bayi dalam
Konteks Budaya. Jakarta: Univesitas Indonesia.
Syamsuddin dkk. 1984. Upacara Tradisional Propinsi Daerah Istimewa Aceh.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

10

Anda mungkin juga menyukai