PUTRI WALA
711331119056
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………1
B. Rumusan masalah………………………………………………… 1
C. Tujuan…………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….2
A . Pembahasan…………………………………………………. 2
1. Pengertian Antropologi………………………………………. 2
2. Pengertian Gizi…………………………………………………….3
3. Peran Sosio Antropologi Dalam Ilmu Gizi…………………………. 5
A. Kesimpulan……………………………………………..10
B. Saran………………………………………….. 10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..……11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang banyak sekali orang yang kekurangan gizi atau mengalami
gizi buruk. Masalah ini sangat meresahkan sekali, karena asupan gizi itu penting sekali
bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan gizi yang baik, manusia dapat hidup sehat
karena dengan mengkonsumsi gizi yang baik dapat mencegah penyakit, meningkatkan
daya tahan tubuh sehingga bisa terhindar dari berbagai penyakit.
Kekurangan gizi ini bisa diakibatkan oleh panen yang gagal, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi itu sendiri, dan bisa juga diakibatkan oleh
kebiasaan-kebiasaan atau pantangan-pantangan yang dianut atau dipercaya oleh suatu
masyarakat, dimana tidak boleh memakan atau mengkonsumsi suatu makanan yang
justru mengandung banyak gizi. Dengan adanya masalah ini memotivasi penulis untuk
menyusun makalah yang berjudul “Hubungan Antropologi Dengan Gizi”, untuk
mengetahui secara lebih mendalam kebiasaan-kebiasaan suatu masyarakat dalam hal
makanan. Hal ini diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidaknya dapat
memberikan pengetahuan kepada kita tentang masalah kekurangan gizi ini supaya kita
dapat memperbaiki tentang masalah gizi ini, sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan orang banyak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Pengertian Antropologi
Antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk manusia
dan juga budayanya. Menurut Koentjaraningrat (1981 : 11) antropologi berarti “ilmu
tentang manusia.” Ilmu antropologi telah berkembang dengan luas, ruang lingkup dan
batas lapangan perhatiannya yang luas ini yang menyebabkan timbulnya paling sedikit
5 masalah penelitian.
2
Terdapat macam-macam antropologi seperti antropologi fisik, antropologi budaya,
antropologi biologi antropologi sosial, antropologi kesehatan. Ilmu antropologi memberi
sumbangan bagi ilmu kesehatan. Anderson (2006 : 247) menyatakan bahwa kegunaan
antropologi bagi ilmu-ilmu kesehatan terletak dalam 3 kategori utama :
a. Ilmu antropologi memberikan suatu cara yang jelas dalam memandang masyarakat
secara keseluruhan maupun para anggota individual mereka. Ilmu antropologi
menggunakan pendekatan yang menyeluruh atau bersifat sistem, dimana peneliti
secara tetap menanyakan, bagaimana seluruh bagian dari sistem itu saling
menyesuaikan dan bagaimana sistem itu bekerja.
b. Ilmu antropologi memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk
menguraikan proses-proses perubahan sosial dan buaya dan juga untuk membantu
memahami keadaan dimana para warga dari “kelompok sasaran” melakukan respon
terhadap kondisi yang berubah dan adanya kesempatan baru.
Antropologi kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang sangat penting
sekali, karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan dengan jelas kaitan antara
manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat mengetahui kaitan antara budaya
suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri. Anderson (2006 : 3)
menyatakan bahwa antropologi kesehatan adalah disiplin biobudaya yang memberi
perhatian kepada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi ntara keduanya di sepanjang sejarah kehidupan
manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Antropologi kesehatan ini tidak
serta merta muncul dengan sendirinya, akan tetapi antropologi kesehatan ini
mempunyai akar. Anderson (2006 : 4) menyatakan antropologi kesehatan kontemporer
mempunyai 4 sumber :
3
a. Perhatian ahli antropologi fisik terhadap topik-topik seperti evolusi, adaptasi, anatomi,
komparatif, tipe-tipe ras genetika, dan serologi.
b. Perhatian etnografi tradisional terhadap pengobatan primitif, termasuk ilmu sihir dan
magis.
c. Gerakan “kebudayaan dan kepribadian” pada akhir 1930-an dan 1940-an yang
merupakan kerjasama antara ahli-ahli psikiatri dan antropologi.
d. Gerakan kesehatan masyarakat internasional setelah perang dunia II. Untuk menjadi
seorang ahli antropologi kesehatan tidaklah mudah, dibutuhkan pegalaman, naluri
dalam menyikapi masalah, seperti yang dikatakan Anderson (2006 : 244), beliau
menyatakan : untuk menjadi seorang ahli antropologi kesehatan, seseorang
memerukan dasar latihan antropologi ang baik, pengalaman penelitian, naluri terhadap
masalah, simpati terhadap orang lain, dan tentunya dapat memasuki dunia kesehatan
dan masyarakat kesehatan yang bersedia menerma kehadiran para ahli antropologi itu.
2. Pengertian Gizi
Ilmu gizi merupakan salah satu ilmu terapan yang berkaitan dengan berbagai ilmu
dasar seperti ilmu kimia, biokimia, biologi, fisiologi, pathologi, ilmu pangan, dan lain-lain.
Lahirnya ilmu gizi diawali dengan penemuan tentang hal yang berkaitan dengan
penggunaan energi makanan meliputi proses pernapasan, oksidasi, dan kalorimetri.
Gizi merupakan zat yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Dan
untuk mengetahui tentang gizi ini kita harus lebih mendalam mempelajari tentang gizi.
Almatsier (2004 : 3) menyatakan ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata “gizi” berasal
dari bahasa Arab Ghidza, yang berarti “makanan”. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan
dengan makanan dan di sisi lain dengan tubuh manusia.
Selain pendapat Almatsier, banyak juga yang berpendapat tentang ilmu gizi yang
dibahas dalam buku FKM UI (2007 : 4).
a. Guthrie (1983), beliau menyatakan prinsip-prinsip gizi dasar adalah ilmu yang
mempelajari makanan, zat gizi, proses pencernan, metabolisme dan penyerapan dalam
tubuh, fungsi serta akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi bagi tubuh.
b. Sediaoetama (1987), beliau menyatakan ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari hal
ikhwal makanan yang dikaitkan dengan kesehatan tubuh.
4
c. National Academy of Science (1994), ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari zat-zat
dari pangan yang bermanfaat bagi kesehatan dan proses yang terjadi pada pangan
sejak dikonsumsi, dicerna, diserap sampai dimanfaatkan tubuh, serta dampaknya
terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup manusia serta faktor
yang mempengaruhinya.
Dengan melihat pengertian ilmu gizi di atas, sudah dapat dipastikan gizi merupakan
zat gizi atau makanan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kita. Menurut Almatsier
(2004 : 3) zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses jaringan. Dengan demikian, apabila kita memilih makanan
sehari-hari kita harus memilih dengan baik karena makanan yang baik dapat
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Jadi apabila
kita memilih makanan, kita harus memilih makanan yang mengandung zat gizi yang
berfungsi seperti yang dikatakan Anderson (2006 : 8). Beliau menyatakan bahwa :
a. Memberi energi : zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat,
lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh
untuk melakukan kegiatan/aktivitas.
b. Pertumbuhan dan pemelihara jaringan tubuh : protein, mineral, dan air adalah bagian
dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru,
memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak.
c. Mengatur proses tubuh : protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur
proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai
buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai
pangkal organisme yang bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke
dalam tubuh.
Setelah mengetahui betapa pentingnya gizi bagi kesehatan atau fungsi tubuh kita,
maka kita harus senantiasa menjaga agar jangan sampai kita ini kekurangan ataupun
kelebihan gizi, karena akan berbahaya. Menurut Almatsier (2004 : 9) bahwa gangguan
gizi disebabkan oleh faktor primer dan sekunder. Faktor primer adalah bila susunan
makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan oleh
kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan,
ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi
semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah
makanan dikonsumsi.
5
Karena kebiasaan makan hanya dapat dimengerti dalam konteks budaya yang
menyeluruh, maka program-program pendidikan gizi yang efektif yang mungin menuju
kepada perbaikan kebiasaan makan harus didasarkan atas pengertian tentang
makanan sebagai suatu pranata sosial yang memenuhi banyak fungsi. Studi mengenai
makanan dalam konteks budayanya yang menunjuk kepada masalah-masalah yang
praktis ini, jelas merupakan suatu peranan para ahli antropologi yang sejak pertama
dalam penelitian lapangannya telah mengumpulkan keterangan tentang praktek-praktek
makan dan kepercayaan tentang makanan dari penduduk yang mereka observasi.
Dalam buku karya Anderson (2006 : 312), Norge Jerome menyatakan bahwa
“Antropologi Gizi” meliputi disiplin ilmu tentang gizi dan antropologi. Bidang itu
memperhatikan gejala-gejala antropologi yang mengganggu status gizi dari manusia.
Dengan demikian, evolusi manusia, sejarah dan kebudayaan, dan adaptasinya kepada
variabel gizi yang berubah-ubah dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam
menggambarkan bahan-bahan yang merupakan titik perhatian dalam antropologi gizi.
Menurut Anderson (2006 : 312) ada dua aspek penting dari antropologi gizi :
6
a. Sifat sosial, budaya, dan psikologis dari makanan (yaitu peranan-peranan sosial
budaya dari makanan yang berbeda dengan peranan-peranan gizinya).
Menurut Anderson (2006 : 313) menyatakan bahwa para ahli antropologi memandang
kebiasaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak-memasak, masalah
kesukaran dan ketidaksukaran, kearifan rakyat, kepercayaan-kepercayaan, pantangan-
pantangan, dan takhayul-takhayul yang berkaitan dengan produksi, persiapan, dan
konsumsi makanan. Pendeknya, sebagai suatu kategori budaya yang penting, ahli-ahli
antropologi melihat makanan mempengaruhi dan berkaitan dengan banyak kategori
budaya lainnya. Setelah mengetahui betapa kuatnya kepercayaan-kepercayaan kita
atau suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap makanan dan apa yang dianggap
bukan makanan, sehingga terbukti sangat sukar untuk meyakinkan orang untuk
menyesuaikan makanan tradisional mereka demi kepentingan gizi yang baik. Karena
pantangan agama, takhayul, kepercayaan tentang kesehatan, dan suatu peristiwa yang
kebetulan dalam sejarah ada bahan-bahan yang bergizi baik yang tidak boleh dimakan,
mereka diklasifikasikan sebagai “bukan makanan”. Dengan kata lain, penting untuk
membedakan antara nutrimen dengan makanan. Anderson (2006 : 313) menyatakan
bahwa nutrimen adalah suatu konsep biokimia, suatu zat yang mampu untuk
memelihara dan menjaga kesehatan organisme yang menelannya. Makanan adalah
suatu konsep budaya, suaty pernyataan yang sesungguhnya mengatakan “zat ini
sesuai bagi kebutuhan gizi kita.”
Dalam kebudayaan bukan hanya makanan saja yang dibatasi atau diatur, akan tetapi
konsep tentang makanan, kapan dimakannya, terdiri dri apa dan etiket makan. Di
antara masyarakat yang cukup makanan, kebudayaan mereka mendikte, kapan mereka
merasa lapar dan apa, serta berapa banyak mereka harus makan agar memuaskan
rasa lapar. Jadi dengan demikian, nafsu makan lapar adalah suatu gejala yang
berhubungan namun berbeda. Anderson (2006 : 315) menyatakan nafsu makan, dan
apa yang diperlukan untuk memuaskan adalah suatu konsep budaya yang dapat
sangat berbeda antara suatu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Sebaliknya,
lapar menggambarkan suatu kekurangan gizi yang dasar dan merupakan suatu konsep
fisiologis. Makanan selain penting bagi kelangsungan hidup kita, juga penting bagi
pergaulan sosial. Anderson (2006 : 317) menyatakan tentang simbolik dari makanan :
7
1. Makanan sebagai ungkapan ikatan social
2. Gizi merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Ilmu gizi sendiri adalah
ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan
kesehatan optimal. Gizi itu sangat penting sekali bagi kelangsungan hidup kita. Apabila
gizi kita terpenuhi, maka kita akan terhindar dari berbagai penyakit karena kita
mempunyai tubuh yang sehat.
3. Peran sosio antropologi dalam ilmu gizi itu sangat erat sekali, karena banyak sekali
orang yang kekurangan gizi yang bukan diakibatkan oleh masalah ekonomi, akan tetapi
diakibatkan oleh kepercayaan atau kebudayaan mereka yang melarang memakan
makanan yang sebenarnya mengandung banyak gizi. Hal ini menimbulkan sesuatu
yang sangat mengecewakan. Di satu sisi terdapat masyarakat yang kekurangan gizi
karena mereka tidak bisa mendapatkannya karena masalah ekonomi, di sisi lain
terdapat masyarakat yang kekurangan gizi akibat kebudayaan mereka tidak
mengizinkan atau melarang mereka memakan makanan tersebut yang seharusnya
dipergunakan dengan sebaik-baiknya karena makanan tersebut sangat bermanfaat
bagi mereka.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap pembaca lebih mendapatkan
pengetahuan tentang peran sosio antropologi dalam ilmu gizi, sehingga pembaca dapat
mengetahui tentang pentingnya gizi dan pengaruh antropologi terhadap gizi suatu
masyarakat, sehingga pembaca mendapatka pengetahuan tentang cara-cara
meningkatkan derajat kesehatan. Akhirnya, semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://wongjogja14.blogspot.com/2014/01/hubungan-antropologi-
dengan-gizi.html
FKM UI. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
11