Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“BUDAYA MAKAN SUKU BUGIS”

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi dengan Dosen
Pengajar Linda Riski Sefrina, SKM., M.Si.

Oleh:

Kelompok 2/ Kelas B
1. Anisa Sagita NPM. 1810631220036
2. Grisvia Zain Rahmah NPM. 1810631220038
3. Sinta Puspita Dewi NPM. 1810631220054
4. Indah Nurkhotimah NPM. 1810631220056

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia terdiri dari beberapa kepulauan dan memiliki banyak suku di dalamnya.
Salah satu pembahasan dalam makalah ini adalah suku Bugis. Di Indonesia terdapat
bermacam suku bangsa yang memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan itu dapat berupa
bahasa, adat istiadat, tradisi atau yang biasa disebut dengan kebiasaan, kepercayaan,
kesenian dan kebudayaan. Dalam makalah ini kami akan membahas kebudayaan dalam
kegiatan makan suku Bugis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana budaya makan suku Bugis?
2. Bagaimana tata cara dalam kegiatan makan khas suku Bugis?
3. Apa saja makanan yang dipantang dalam budaya suku Bugis?
4. Apa saja macam-macam makanan khas suku Bugis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui budaya makan suku Bugis.
2. Untuk mengetahui tata cara dalam kegiatan makan khas suku Bugis.
3. Untuk mengetahui makanan yang dipantang dalam budaya suku Bugis.
4. Untuk mengetaui macam-macam makanan khas suku Bugis.

D. Manfaat
Mengenal lebih dalam kebudayaan suku Bugis, mengetahui budaya makan suku
bugis, makanan pantanagan dan makanan khas suku Bugis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Suku Bugis tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutro. Masuk ke Nusantara setelah
gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata “Bugis” berasal dari
kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan “Ugi” merujuk pada raja pertama kerajaan
Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo, saat ini yaitu La Sattumpugi.
Dalam budaya suku bugis terdapat tiga hal yang bisa memberikan gambaran tentang
budaya orang bugis, yaitu konsep ade, siri na pesse dan simbolisme orang bugis adalah
sarung sutra.
Rumah adat bugis bisa berdiri tanpa menggunakan satu paku pun. Orang dahulu kala
menggantikan fungsi paku besi menjadi paku kayu. Rumah adat bugis terdiri dari tiga bagian
yaitu : Boting Langiq (Perkawinan di Langit yang dilakukan oleh We Tenriabeng), Alek
Kawaq (Di bumi. Keadaan yang terjadi di bumi), Buri Liu (Pertiwi/Dunia bawah
tanah/Laut),
Etnik Bugis mempunyai bahasa tersendiri dikenal sebagai Bahasa Bugis (ugi).
Konsonan didalam ugi pula dikenal sebagai Lontara yang berdasarkan tulisan Brahmi.
Pakaian suku Bugis adalah baju Bodo yang diperkirakan salah satu busana tertua di
dunia. Bahan dasar baju Bodo yaitu kain muslim. Jenis kain yang dikenal dengan sebutan
kain Muslin (Eropa), Maisolos (Yunani Kuno), Masalia (India Timur) atau Ruhm (Arab).
Kesenian suku Bugis ada Tari Paduppa Bosara, Tari Pakarena, Tari Ma’badong, Tari
Pa’gellu, Tari Mabbissu, Tari Kipas, Gandrang Bulo, Kecapi, Gendang, Suling.
Adat istiadat merupakan perlakuan atau perbuatan yang menjadi aturan yang telah
berlaku dari zaman dahulu kala. Tradisi ialah adat istiadat yang telah menjadi suatu
kebiasaan leluhur nenek moyang yang diturunkan secara turun-temurun oleh suatu
masyarakat tertentu. Kepercayaan merupakan keyakinan seseorang akan sesuatu yang
dianggap paling tinggi dan menyangkut tentang agama seseorang, sedangkan kebudayaan
merupakan hasil dari karya atau cipta, pikiran, dan perasaan manusia yang sampai pada saat
ini masih dapat dijumpai sampai kepada kegiatan makan pun terdapat tata cara sendiri dalam
penyajian maupun dalam makannya
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN

A. Budaya Makan Suku Bugis

Dalam budaya Bugis-Makassar telah tertanam tidak tertulis aturan bahwa dalam satu
keluarga makan bersama merupakan suatu keharusan dan hal ini sudah jadi tradisi turun-
temurun. Hampir semua sesi makan (pagi, siang, dan malam) khususnya makan malam wajib
diikuti oleh semua anggota keluarga. Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari makan
bersama, salah satunya ialah orang tua dapat mengontrol makanan yang dikonsumsi oleh anak-
anak mereka.

Masyarakat yang memiliki suatu kebudayaan tertentu akan mencerminkan pribadi


masyarakat itu sendiri. Kebudayaan pada suatu daerah memiliki potensi nilai tambah, nilai
positif sehingga dapat memperkokoh sistem masyarakat yang ada sehingga dipandang sebagai
kebudayaan yang baik dan dapat menunjang kebudayaan nasional Indonesia. Suatu
kebudayaan pada hakikatnya merupakan tanda pengenal atau identitas diri baik secara individu
maupun masyarakat tertentu yang dapat digunakan sebagai alat pengenal dan untuk mengetahui
suku bangsa tertentu.

B. Tata Cara Makan Suku Bugis

Dalam penyajian makanannya sangat menarik. Mulai dari tempat penyajiannya yang
biasanya menggunakan piring rotan dengan daun pisang, dan cara penyajiannya biasanya
dalam satu nampan besar terdapat beberapa jenis makanan dalam piring-piring kecil. Tradisi
makan bersama sambil duduk bersila, membentuk sebuah lingkaran kecil, serta semua menu
makanan diletakkan dalam sebuah tempayang besar yang di letakkan ditengah-tengah
lingkaran.

C. Makanan yang di Pantang dalam Suku Bugis

Di suku bugis ada beberapa pantangan makanan, beberapa meyakini bahwa bayi/balita
tidak boleh diberikan ikan asin. Alasannya karena dapat menyebabkan kulit bayi/nalita menjadi
korengan dan cacingan. Sedangkan pada wanita dewasa diantaranya adalah pisang ambon dan
timun, dikarenakan akan menyebabkan keputihan. Pada wanita hamil pantangannya berupa
tidak dianjurkan untuk makan durian, nanas, nangka, cumi, cabai, minuman dingin, tape,
jantung pisang, dan makanan pedas, dengan alasan karena akan mengalami keguguran dan
anak yang dilahir jalannya mundur, cengeng, anaknya besar, dan nantinya tidak punya teman.

D. Macam-macam Makanan Khas Suku Bugis

Makanan tradisional khas Bugis ini bervariasi, mulai dari olahan ikan, ayam, sayuran dan
beberapa jenis kue atau kudapan semua tersedia. Beberapa menu makanan yang tersedia di
pantai Bunga Jabe adalah buras, gogos, tumbuk, lepek-lepek, jejabuk, gagapek, bale nasu, nasu
santang, ikan bakar, pepes, tapa ombang, sayur asam, lawak lato, lawak cappak otti, bingkak,
surabeng, darlok, putri sellek, burongko, buroncong, cucur telok, pisang ijo.
DAFTAR PUSTAKA

Arundhana AI, et al., 2012. Budaya Makan Lokal dan Perbaikan Gizi. Retrieved from
www.kompasiana.com:
https://www.kompasiana.com/arundhana_s.gz/5519c3718133110a7b9de0c1/budaya-
makan-lokal-dan-perbaikan-gizi

Bitar. 2018. Suku Bugis : Sejarah, Adat Istiadat, Kebudayaan, Kesenian, Rumah Adat, dan
Bahasa Beserta Pakaian Adatnya Lengkap. Retrieved from
www.gurupendidikan.co.id: https://www.gurupendidikan.co.id/suku-bugis-sejarah-
adat-istiadat-kebudayaan-kesenian-rumah-adat-dan-bahasa-beserta-pakaian-adat-
lengkap/

Kartikasari WR, et al., 2014. ANALISIS KEBIASAAN MAKAN MASYARAKAT DI


SEKITAR WADUK CIRATA, KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN
CIANJUR. Skripsi, 20-21.

Mayasari CU, et al., (2017). BUDAYA SUKU BUGIS SEBAGAI DAYA TARIK WISATA
DI PANTAI BUNG JABE KARIMUNJAYA. Jurnal Media Wisata, 15(2) : 568-576.

Sari R, et al., (n.d.). MANTRA DALAM UPACARA MAKAN DALAM KELAMBU


ADAT MASYARAKAT BUGIS KELOLA DUSUN MERPATI KABUPATEN
KUBU RAYA. 1-2.

Anda mungkin juga menyukai