DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR DIAGRAM.....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................
C. Tujuan Praktikum.................................................................
D. Manfaat Praktikum...............................................................
BAB V PENUTUP.....................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel a. Hasil Organoleptik Brownis Tempe...................................................
Tabel b. Hasil Uji Organoleptik Bahan Sampel Brownis Tempe.....................
Tabel c. Hasil Uji Ornagoleptik Sample Bahan Biskuit Besi...........................
Tabel d. Hasil uji organoleptik biskuit besi......................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar Pembuatan Brownis Tempe................................................................
Gambar Pembuatan Biskuit Besi......................................................................
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Alir Praktikum Brownis Tempe.........................................................
Diagram Alir Pembuatan Biskuit Besi.............................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain busung lapar, ada lagi jenis kelaparan yang perlu kita cermati
keberadaannya, yakni kekurangan zat gizi mikro, atau yang lebih sering disebut
sebagai “kelaparan tersembunyi (hideen hunger). Zat gizi mikro (micronutrient)
adalah zat gizi berupa vitamin dan mineral, yang walaupun kuantitas
kebutuhannya relative sedikit namun memiliki peranan yang penting pada proses
metabolisme dan beberapa peran lainnya pada organ tubuh. Kekurangan asupan
dan absorbsi zat gizi mikro dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan,
pertumbuhan, mental dan fungsi lain (kognitif, system imunitas, reproduksi dan
lain-lain).
kekurangan akan tiga jenis zat gizi mikro (micronutrient) –iodium, besi
dan vitamin A secara luas menimpa lebih dari sepertiga penduduk dunia.
Konsekuensi serius dari kekurangan tersebut terhadap individu dan keluarga
termasuk ketidakmampuan belajar secara baik, penurunan produktifitas kerja,
kesakitan, dan bahkan kematian.
Beberapa Negara menetapkan target untuk menghilangkan kekurangan zat
gizi mikro pada tahun 2000an. Tujuan dasar dari semua program-program zat gizi
mikro nasional adalah untuk menjamin bahwa zat gizi mikro yang dibutuhkan
tersedia dan dikonsumsi dalam jumlah yang cukup, oleh penduduk (terutama
penduduk yang rentan terhadap kekurangan zat gizi mikro tersebut). Strategi-
strategi yang digunakan harus tepat untuk menjawab kebutuhan dan harus
menggunakan system dan teknologi yang tersedia. Kombinasi beberapa intervensi
mencakup promosi pemberian ASI, modifikasi makanan (misalnya meningkatkan
ketersediaan pangan dan meningkatkan konsumsi pangan).
Peningkatan kadar gizi pangan dilakukan terhadap baik zat gizi makro
maupun zat gizi mikro. Dengan teknik peningkatan kadar zat gizi yang
diantaranya adalah suplementasi dan fortifikasi pangan. Suplementasi pangan
ditujukan untuk menambah konsumsi pangan sehari-hari yang kurangyang
diakibatkan oleh berbagai hal seperti kurangnya pengertian, lemahnya ekonomi,
dan sebagainya.
Sedangkan fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi
(nutrient) pada taraf yang lebih tinggi daripada yang ditemukan pada pangan
asal/awal. Dimana tujuan utama fortifikasiyakni untuk meningkatkan tingkat
konsumsi dari zat gizi yang ditambahkan untuk meningkatkan status gizi populasi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana memodifikasi pangan yang dapat di lakukan denan
memanfaatkan bahan yang mudah di dapat di lingkungan sekitar?
C. Tujuan Praktikum
Memeberikan ide tentang fortifikasi pangan yang dapat di lakukan dengan
memanfaatkan bahan yang mudah di dapat dari lingkunagn sekitar.
D. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah mengetahui cara bagaimana fortifikasi
pangan dengan memanfaatkan bahan pangan yang mudah di dapat dari
lingkungan sekitar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Fortifikasi pangan
Fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi (nutrient)
kepangan. Tujuan utama adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat gizi yang
ditambahkan untuk meningkatkan status gizi populasi. Harus diperhatikan bahwa peran
pokok dari fortifikasi pangan adalah pencegahan defisiensi : dengan demikian
menghindari terjadinya gangguan yang membawa kepada penderitaan manusia dan
kerugian sosio ekonomis. Namun demikian, fortifikasi pangan juga digunakan untuk
menghapus dan mengendalikan defisiensi zat gizi dan gangguan yang diakibatkannya.
B. Suplementasi
Suplementasi harus dilakukan dengan memenuhi persyaratan tertentu. Untuk
tujuan meningkatkan nilai gizi suatu bahan makanan, persyaratan yang harus dipenuhi
antara lain sebagai berikut :
a. Zat gizi yang ditambahkan tidak mengubah warna dan citrasa bahan makanan;
b. Zat gizi tersebut harus stabil selama penyimpanan
c. Zat gizi tersebut tidak menyebabkan timbulnya suatu interaktif negative dengan zat
gizi lain yang terkandung dalam bahan makanan.
d. Jumlah yang ditambahkan harus memperhitungkan kebutuhan individu, sehingga
kemungkinan terjadinya keracunan (akibat over –dosis) dapat dihindarkan.
C. Jenis-Jenis Suplementasi
a. Suplementasi Protein
Efisiensi penggunaan protein atau mutu gizi suatu protein dapat ditingkatkan
dengan cara menambahkan kepada protein yang kekurangan (defisiensi), sejumlah kecil
protein lain yang kaya akan asam amino yang kadarnya rendah dalam protein yang
defisien tersebut.
Contoh pada jagung, kelemahan kandungan jagung adalah asam amino
esensialnya rendah.terutama lisin dan triptofan, itulah sebabnya mengapa mengunakan
jangung yag tinggi harus diimbangi dengan penggunaan bahan lain sebagai sumber
protein yang kandungan asam aminonya tinggi , seperti tepung kedelai.
Metode yang biasanya digunakan adalah dengan cara menambahkan kepada
suatu protein defisien yang jumlahnya ditingkatkan secara bertahap. Kemudian masing-
masing campuran dievaluasi nilai gizinya (nilai PER) menggunakan tikus percobaan.
D. Fortifikasi
Program fortifikasi sebaiknya dilaksanakan dan diikuti program gizi lainnya.
Pendekatan program yang dapat disertakan diantaranya pendidikan gizi, suplementasi,
aktifitas kesehatan masyarakat, dan perubahan konsumsi pangan.
Program fortifikasi memiliki peranan yang sangat penting, tentunya tidak sebatas
pemenuhan gizi masyarakat tapi juga mempunyai arti peningkatan kualitas perekonomian
suatu Negara. Begitu pentingnya program ini, ada wacana penelitian untuk memulai
melakukan biofortifikasi pangan. Biofortifikasi pangan bisa diterjemahkan sebagai
fortifikasi premature, yakni fortifikasi bukan diberikan pada produk tapi bahan-bahan
hasil pertanian seperti padi sudah memiliki kandungan zat gizi yang sengaja
“ditambahkan” mulai dari saat budidaya.
a. Tujuan Fortifikasi
Secara umum fortifikasi pangan dapat diterapkan untuk tujuan-tujuan berikut:
1. Untuk memperbaiki kekurangan zat-zat dari pangan (untuk memperbaiki
defisiensi akan zat gizi yzng ditambahkan)
2. Untuk mengembalikan zat-zat yang awalnya terdapat dalam jumlah yang
siquifikan dalam pangan akan tetapi mengalami kehilangan selama pengolahan.
3. Untuk meningkatkan kualitas gizi dari produk pangan olahan (pabrik) yang
digunakan sebagai sumber pangan bergizi misal: susu formula bayi.
4. Untuk menjamin equivalensi gizi dari produk pangan olahan yang menggantikan
pangan lain, misalnya margarin yang difortifikasi sebagai pengganti mentega.
E. Jenis-jenis Fortifikasi
Industry pangan/makanan memegang peranan kunci dalam setiap program
fortifikasi di setiap Negara kekurangan zat gizi mikro adalah problem kesehatan
masayarakat. Beberapa aspek program fortifikasi pangan bagaimanapun seperti
penentuan prevalensi kekurangan, pemilihan intervensi yang tepat, perhitungan taraf
asupan makanan (zat gizi), konsumsi pangan pembawa sehari-hari dan fortifikan yang
akan ditambahkan, dan juga teknologinya (pengembangan teknologi), harus dievaluasi
oleh otoritas ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat dan pertanian, dan yang
lainnya.
Adapun jenis-jenis fortifikasi pangan/makanan yaitu :
1. Fortifikasi Yodium
Defisiensi yodium dihasilkan dari kondisi geologis yang irreversible. Itu
sebabnya, penganekaragaman panganan yang tumbuh di daerah dengan tipe tanah yang
menggunakan pangan yang sama tidak dapat meningkatkan asupan yodium oleh individu
atau komunitas.
Diantara strategi-strategi untuk penghapusan GAKI, pendekatan jangka panjang
adalah fortifikasi pangan dengan yodium. Sampai tahun 60an, beberapa cara
suplementasiyodium dalam dies yang telah diusulkan berbagai jenis pangan pembawa
seperti garam, roti, susu, gula, dan air telah dicoba iodisasi garam menjadi metode yang
paling umum diterima di kebanyakan Negara di dunia sebab garam digunakan secara luas
oleh seluruh lapisan masyarakat. Prosesnya adalah sederhana dan tidak mahal.
Fortifikasi yodium yang biasa digunakan adalah kalium yodida (KI) dan kalium
iodat (KID3). Iodat lebih stabil dalam ‘impure salt’ pada penyerapan dan kondisi
lingkungan yang buruk. Penambahan tidak menambahkan warna dan rasa pada garam.
Negara-negara dengan program iodisasi garam yang efektif memperlihatkan pengurangan
yang berkesinambungan akan prevalensi GAKY.
2. Fortifikasi Besi
Dibandingkan dengan strategi lain yang digunakan untuk perbaikan anemia gizi
besi, fortifikasi zat gizi besi dipandang oleh beberapa peneliti merupakan strategi
termurah untuk memulai, mempertahankan, mencapai/mencakup jumlah populasi
terbesar, dan menjamin pendekatan pada jangka panjang (Cook dan Reuser,1983).
Fortifikasi zat besi tidak menyebabkan efek samping pada saluran pencernaan.
Inilah keuntungan pokok dalam hal keterterimaannya oleh konsumen dan pemasaran
produk-produk yang diperkaya dengan besi.
Penetapan target penerima fortifikasi zat besi yaitu mereka yang rentan defisiensi
zat besi, merupakan strategi yang aman dan efektif untuk mengatasi masalah anemia besi
(Ballot, 1989). Pilihan pendekatan ditentukan oleh prevalensi dan beratnya kekurangan
zat besi (INAAG,1977). Tahapan kritis dalam perencanaan program fortifikasi besi
adalah pemilihan senyawa besi yang dapat diterima dan dapat diserap (Cook dan Reuser,
1983).
Harus diperhatikan bahwa wanita hamil membutuhkan zat besi sangat besar
selama akhir trimester kedua kehamilan. Terdapat beberapa fortifikan yang umum
dugunakan untuk fortifikasi besi seperti besi sulfat, besi glukaonat, besi laktat, besi
ammonium sulfat, dan lain-lain (Siagian,2003).
BAB III
METODE
C. Prosedur
Prosedur pembuatan brownis tempe
Siapkan alat dan bahan
Pototng tempe terlebih dahulu dengan ukuran kecil,kemudian kukus dalam
panci pengukus sampai tempe bertekstur tempe
Haluskan tempe yang telah di kukus dengan menggunkan sendok
Lelehkan margarin dan coklaat secara terpisah
Campurkan putih telur dan gula,kemudian mixer sampai mengembang
Tambahkan baking powder dan vanili aduk dengan waktu 15-20 menit
Mauskkan margarine perlahan,kemudian tambahkan tepung terigu,
lelehkan cokelat dan minyak sayur,mixer hingga merata
Pleskan loyang dengan sedikit minak dan tuang ke dalam loyang
Kukus brownis hingga matang
Prosedur pembuatan biskuit besi
Siapkan seluruh bahan
Mixer margarin, tepung,gula, dan kuning telur selama 5-10 menit
Campurkan (tepung pisang,tepung ubi jalar, tepung tempe, tepung
wortel,tepung buah bit, soda kue, susu skim,dan garam)
Masukkan hasil campuran bahan tersebut kedalam hasil adonan
Aduk hingga kalis dan merata
Cetak pipih dengan bentuk bualat
Pangang adonan dengan suhu 140 0c selama 25 menit
Biskuit selesai di sajikan
D. Gambar Pembuatan Suplementasi Dan Fortifikasi Bahan Pangan
pengukusan tempe
penghalusan
Diagram alir pembuatan biskuit besi
Dicampurkan 5-
10 menit
Dicampur kering
Dicampurkan
keseluruhan
dicetak
A. Hasil
a. Tabel Hasil Organoleptik Suplementasi Dan Fortifikasi Bahan
Pangan
Tabel a. Hasil Organoleptik Brownis Tempe
NO HASIL RASA WARNA TEKSTUR AROMA
OLAHAN
B. Pembahasan
A. Kesimpulan
B. Saran
http://archive.unu.edu/unupress/food/8F154e/8F154E03.htm
http://www.foodinsight.org/Newsletter/Detail.aspx%3Ftopic
%3DFood_Fortification_in_Today_s_World
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1753-4887.1995.tb01539.x/pdf
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3319130/
http://archive.unu.edu/unupress/food/8F154e/8F154E04.htm
scholar.unand.ac.id/17898/2/VIONA.20EDIASARI.20BAB.201.pdf
https://yprawira.wordpress.com/program-fortifikasi-pangan/
http://indraachmadi.blogspot.co.id/2013/04/potensi-vehicle-dari-minyak-dan-
msg.html
http://sehatceriaavail.blogspot.co.id/2012/01/program-penanggulangan-gizi-
buruk-dari.html
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK208880/
https://www.translate.com/english/masalah-gizi-utama-di-negara-maju-sekarang-
tampaknya-menjadi-konsumsi-berlebihan-lemak-terutama-asa/44148027