Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ANALISIS SENYAWA BIOAKTIF

Dosen Pengajar:
Dr. Ir. Lena Jeane Damongilala, M.Si

Disusun oleh

Cythia Carissa Tanjung


18051104028

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. TujuanPenulisan............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 2

A. Pengertian Senyawa Bioaktif.................................................................. 2


B. Senyawa Bioaktif Tumbuhan Laut.......................................................... 2
C. Senyawa Bioaktif Hewan Laut…………………………………………. 3
D. Isolasi Senyawa Flavonoida dari Kulit Batang Tumbuhan Balik
Angin (Macaranga Recurvata Gage)....................................................... 3

BAB III PENUTUP............................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 7

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pengembangan dan pencarian sumber senyawa bioaktif terus menerus


dilakukan seiring dengan makin banyaknya penyakit-penyakit baru yang
bermunculan, mulai dari penyakit infeksi, kanker, dan beberapa penyakit berbahaya
lainnya. Senyawa bioaktif dapat diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya dari
tumbuhan, hewan, mikroba dan organisme laut (Prihatiningtias dan Sri 2011).
Tanaman mangrove merupakan salah satu tanaman pesisir yang memiliki kandungan
metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Tanaman mangrove
diketahui memiliki manfaat yang sangat banyak. Kandungan metabolit sekunder yang
dimiliki tanaman mangrove memiliki kemampuan sebagai bahan antimikroba,
antimalaria, antikanker, antioksidan, dll

Komponen makanan bioaktif adalah komponen di makanan atau suplemen


diet, selainyang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dasar, yang
bertanggung jawab untuk perubahan status kesehatan (Studdert,et al. 2011). Menurut
Khatab (2008) dalam Hardiningtyas (2009) senyawa bioaktif adalah senyawa kimia
aktif yang dihasilkan oleh organisme melalui jalur biosintetik metabolit sekunder.
Sifat fungsional merupakan suatu sifat yang ada dalam makananfungsional
disebabkan oleh adanya komponen bioaktif yang terdapatdalam bahan nabati
(misalnya serat pangan, inulin, FOS danantioksidan) ataupun bahan hewani (EPA,
DHA, dan CLA). Efek sehat pangan fungsional adalah dampak positif yang diberikan
pangan karena kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi
kesehatan juga memberikan manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung
di dalamnya. Dapat dirumuskan bahwa efek sehat merupakan efek positif yang
ditimbulkan akibat mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung komponen
bioaktif sehingga dapat memberikan manfaat bagi tubuh yaitu kesehatan.

B. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui materi mengenai analisis senyawa bioaktif

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Senyawa Bioaktif


Senyawa bioaktif adalah senyawa esensial dan non esensial (misalnya vitamin
atau polifenol) yang terdapat di alam, menjadi bagian dari rantai makanan, dan
memiliki pengaruh terhadap kesehatan tubuh manusia. Senyawa bioaktif yang juga
disebut sebagai nutraceuticals, didalam pangan berperan sebagai unsur alami dalam
bahan pangan dan memberikan manfaat kesehatan diluar nilai gizi dasar bahan
pangan (Biesalski et al, 2009). Senyawa bioaktif terbagi atas 2 yaitu metabolit primer
yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak yang digunakan sendiri oleh tanam untuk
pertumbuhannya. Dan metabolit sekunder yang terdiri dari terpenoid, sterol,
flavonoid, alkanoid, koumarin dll.

B. Senyawa Bioaktif Tumbuhan Laut

Ganggang laut atau rumput laut merah, hijau dan coklat memiliki senyawa
bioaktif sekunder seperti kelompok bromo phenol, 2,3 dibromobenzil, yang berfungsi
sebagai senyawa antibakteri dan antijamur. Senyawa sterol pada ganggan merah
ditemukan tidak bercacun, dan memiliki kemampuan menurunkan kolesterol dalam
darah, menurunkan gejala fatty liver dan penumpukan lemak pada jantung.

Pada rumput laut merah (Rhodophyceae), coklat (Phaeophychae), biru-


hijau( Cyanophyceae) sangat bernilai eknomis karena mengandung sulphated
polisacharides sebagai bahan baku makanan dan obat-obatan seperti agar, karagenan,
alginate. Karagenan banyak dipakai sebagai obat anti borok ( diusus, dikaki, dll)

Alginat (asam alginate/poliguluronat), dikenal sebagai bahan mendorong


pembekuan darah pada luka dijaringan sel organ tubuh. Alginat diekstrak dari rumput
laut laminaria (hijau), dan coklat (sargassum). Sodium alginate diknela pula sebagai
obat membuang strontium-90 (logam radiasi) akibat ledakan bom atom

2
C. Senyawa Bioaktif Hewan Laut

Teripang salah satu kelompok jenis biota laut sudah lama dikenal dan
merupakan bahan pangan (DARSONO 1988). Dalam pada itu kelompok teripang ini
diketahui mempunyai kandungan senyawa toksik yang dikenal sebagai "holothurin".
Di China, teripang telah dimanfaatkan sebagai pengobatan sejak jaman dinasti Ming
(ANONIM 1991). Daging teripang berdaya obat untuk penyakit ginjal, "constipation",
kurang darah (anaemia), kencing gula (diabetes) dan sebagainya. Organ dalam
(viscera) diketahui sebagai berdaya obat untuk penyakit ayan (epilepsy) dan ususnya
(intestine). berkhasiat untuk pencegahan luka (tukak) pada perut besar dan saluran
pencernaan (duodenal). Teripang mengandung saponin, yang kadang beracun sebagai
senjata alami teripang untuk melawan predator.

Teripang laut jenis tertentu, memiliki potensi sebagai anti kanker dan
neuromuscular (jaringan syaraf). Senyawa pada karang laut berfungsi sebagai
antibiotic. Batu karang yang hidup dilaut, seperti great barrier reef dan sponges (batu
karang) lainnya dapat hidup lama karena tahan terhadap dekomposisi oleh bakteri.
Batu karang Phakellia Flagellata ekstraknya menganduung zat antibakteri (brominated
alkaloid) dan senyawa bioaktif lainnya.

D. Isolasi Senyawa Flavonoida dari Kulit Batang Tumbuhan Balik Angin


(Macaranga Recurvata Gage)

Macaranga merupakan salah satu genus yanvg besar dari famili


Euphorbiaceae, terdiri dari sekitar 300 spesies dengan penyebaran relatif luas, mulai
dari Afrika dan Madagaskar di bagian barat hingga ke wilayah tropik Asia, Australia
utara, dan kepulauan Pasifik di bagian timur (Blattner et al, 2001). Salah satu pusat
penyebarannya adalah di wilayah tropika Indonesia, dimana kelompok tumbuhan ini
dapat dijumpai diseluruh kawasan negeri ini, dan masyarakat lokal menyebutnya
sebagai tumbuhan ”mahang-mahangan”. Umumnya tumbuhan Macaranga berupa
semak atau pohon, dan menyukai tempat tumbuh yang banyak mendapat sinar
matahari di hutan sekunder atau hutan yang sudah rusak. Oleh karena itu, tumbuhan
ini dikenal sebagai tumbuhan pelopor, yang dapat mengembangkan kembali hutan
yang sudah rusak. Secara tradisional,

3
Macaranga banyak dimanfaatkan untuk keperluan bahan bangunan, seperti untuk
tiang atau atap, dan pengobatan tradisional. Beberapa penggunaan sebagai obat
tradisional yang penting antara sebagai obat diare, luka, dan batuk. Macaranga,
diantaranya adalah isolasi senyawa flavanol dari ekstrak kloroform daun tumbuhan
M. denticulata (Sutthivaiyakit et al,2001) , isolasi senyawa chromenoflavon dari
ekstrak aseton daun tumbuhan M. indica (Sultana et al,1985) dan isolasi senyawa
prenylated flavanon dari ekstrak diklorometan daun tumbuhan M. pleiostemona
(Schutz et al,1995) yang mana memiliki aktivitas antibakterial.

Metode Analisa:

1. Penyediaan Sampel
Sampel yang diteliti adalah kulit batang tumbuhan Balik Angin yang diperoleh
dari area Sunggal, Deli serdang, Sumatera Utara. Kulit batang tumbuhan Balik
Angin dikeringkan di udara terbuka, lalu dihaluskan sampai diperoleh serbuk
kulit batang tumbuhan Balik Angin sebanyak 1500 gram.

2. Ekstraksi dan Fraksinasi Kulit batang tumbuhan balik angin


kemudian dimaserasi dengan metanol sebanyak ± 10 L sampai semua sampel
terendam dan dibiarkan selama ± 72 jam. Maserat ditampung dan dipekatkan
dengan menggunakan alat rotarievaporator sehingga diperoleh ekstrak pekat
metanol. Kemudian diuapkan hingga semua pelarut metanol menguap. Lalu
dilakukan pemisahan tanin dengan cara melarutkan fraksi metanol dengan
etilasetat, dan disaring. Filtrat kemudian dirotarievaporator lalu diuapkan hingga
semua pelarut etilasetat menguap. Lalu fraksi etilasetat dilarutkan dengan
metanol dan dipartisi berulang-ulang dengan n-heksana. Lapisan metanol
dipisahkan dari lapisan n-heksana, lalu dipekatkan kembali dengan
rotarievaporator dan diuapkan sehingga diperoleh ekstrak pekat lapisan metanol.
Fraksi metanol dihidrolisa dengan menggunakan HCl 6%. Kemudian disaring dan
filtrat yang diperoleh diekstraksi partisi dengan kloroform secara berulang-ulang.
Ekstrak kloroform dipekatkan kembali sehingga diperoleh ekstrak pekat
kloroform sebanyak 0,7174 g.

3. Pemisahan Senyawa Flavonoida dengan Kromatografi Kolom


Kemudian dilakukan pemisahan senyawa flavonoida dengan kromatografi kolom.
Fasa diam yang digunakan adalah silika gel 40 (70-230 mesh) ASTM dan fasa
gerak yaitu n-heksana 100%, campuran pelarut n-heksan : etilasetat dengan
perbandingan (90:10;80:20;70:30;60:40 v/v). Terlebih dahulu dibuburkan silika
gel 40 (70-230 mesh) ASTM dengan menggunakan n-heksana, diaduk-aduk
hingga homogen lalu dimasukkan ke dalam kolom kromatografi. Kemudian
dielusi dengan menggunakan n-heksana 100% hingga silika gel padat dan
homogen.

4
Dimasukkan 0,7174 g ekstrak metanol kulit batang tumbuhan Balik Angin ke
dalam kolom kromatografi yang telah berisi bubur silika gel, lalu ditambahkan
fasa gerak nheksan : etilasetat (90:10 v/v) secara perlahan – lahan, dan diatur
sehingga aliran fasa yang keluar dari kolom sama banyaknya dengan penambahan
fasa gerak dari atas. Ditingkatkan kepolaran dengan menambahkan fasa gerak n-
heksana : etilasetat dengan perbandingan (80:20;70:30 dan 60:40v/v). Hasil yang
diperoleh ditampung dalam botol vial setiap 14 ml , lalu di KLT dan digabung
fraksi dengan harga Rf yang sama lalu diuji dengan FeCl3 5%.

4. Pemurnian
Kemudian diuapkan sampai terbentuk pasta Pasta yang diperoleh dari
kromatografi kolom dilarutkan kembali dengan metanol lalu dianalisis KLT
untuk mengetahui apakah senyawa yang diperoleh sudah murni atau belum
sekaligus mencari fasa gerak yang sesuai untuk preparatif KLT. n-heksana :
etilasetat (70 : 30 v /v) adalah fasa gerak yang menunjukkan pemisahan paling
baik untuk selanjutnya digunakan untuk menjenuhkan bejana KLT preparatif.
Sedangkan pasta yang telah dilarutkan tadi ditotolkan secara perlahan – lahan dan
sama rata disepanjang tepi bawah pelat KLT yang telah diaktifkan. Plat
dimasukkan kedalam bejana yang berisi pelarut yang dijenuhkan, kemudian
ditutup. Setelah dielusi, plat dikeluarkan dari bejana, dikeringkan, dan hasilnya
diperiksa di bawah sinar UV254/356 nm. Tiap zona diberi tanda dan dikeruk lalu
dielusi dengan metanol-etilasetat (1:1). Hasil elusi diuapkan hingga diperoleh
pasta

5. Uji kemurnian hasil isolasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT)


Dimasukkan 10 ml larutan fasa gerak ke dalam bejana kromatografi, lalu
dijenuhkan. Ditotolkan pasta yang sebelumnya dilarutkan dengan etilasetat pada
plat KLT. Dimasukkan plat KLT tersebut ke dalam bejana kromatografi yang
telah jenuh. Setelah pelarut fasa gerak merembes sampai batas tanda, plat KLT
dikeluarkan dari bejana, dikeringkan, dan difiksasi dengan menggunakan pereaksi
FeCl3 5% dalam metanol menghasilkan bercak berwarna hitam yang
menunjukkan adanya senyawa flavonoida.

6. Hasil
Hasil skrining fitokimia terhadap ekstrak metanol dari kulit batang tumbuhan
Balik Angin (M.recurvata Gage.) menunjukkan bahwa sampel positif terhadap
pereaksi – pereaksi flavonoida. Hasil isolasi senyawa flavonoida dari kulit batang
tumbuhan Balik Angin berupa berbentuk pasta, berwarna merah kecoklatan
diperoleh dengan menggunakan fase gerak nheksana positif terhadap pereaksi
flavonoida.

5
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Senyawa bioaktif adalah senyawa esensial dan non esensial (misalnya vitamin atau
polifenol) yang terdapat di alam, menjadi bagian dari rantai makanan, dan memiliki
pengaruh terhadap kesehatan tubuh manusia. Senyawa bioaktif yang juga disebut
sebagai nutraceuticals, didalam pangan berperan sebagai unsur alami dalam bahan
pangan dan memberikan manfaat kesehatan diluar nilai gizi dasar bahan. Senyawa
bioaktif juga banyak terdapat pada tumbuhan laut, dan hewan laut seperti teripang.

6
DAFTAR PUSTAKA

http://media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090048_1_7606.pdf

http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xviii(3)87-94.pdf

https://id.scribd.com/doc/283304603/Pengertian-komponen-bioaktif

https://media.neliti.com/media/publications/221190-isolasi-senyawa-flavonoida-dari-
kulit-ba.pdf

Anda mungkin juga menyukai