Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kacang arab dengan nama ilmiah Cicer arietinum berasal dari famili pabaceae alias polong-
polongan, kacang arab memiliki banyak  manfaat bagi kesehatan. Kandungan proteinnya cukup
tinggi dan  merupakan sumber mineral  penting seperti kalsium dan fospor dan sangat diperlukan
tubuh. Sementara itu kandungan lemaknya merupakan asam lemak  tak jenuh sehingga  aman 
dikonsumsi oleh orang-orang dengan  masalah obesitas.

Kacang arab ( Cicer arietinum) tumbuh subur di negara Turki dan negara – negara Timur
Tengah lainnya pada ketinggian 1100 – 1400m di atas permukaan laut. Di Indonesia sendiri,
chickpeas pertama kali tumbuh di daerah Kendalpayak, Kota Malang pada ketinggian 450m di
atas permukaan laut pada musim penghujan di tahun 1995. Chickpeas dapat tumbuh dengan
subur pada berbagai jenis tanah yang memiliki kadar pH 4,5 – 8,5 dan terairi dengan baik. Oleh
karena itu, makalah ini dibuat agar pembaca dapat mengetahui kandungan protein yang terdpat
dalam kacang arab.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut di atas, muncul beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa kandungan dan manfaat dari kacang arab?

2. Bagaimana struktur dan sifat protein?

3. Bagaimana kandungan protein dalam kacang arab?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui kandungan dan manfaat kacang tanah.

2. Mengetahui struktur dan sifat protein.

3. Mengetahui kandungan protein dalam kacang tanah.

1
1.4 MANFAAT

1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kandungan protein pada kacang arab.

2. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai kandunga protein pada kacang
arab.

2
BAB 2

ISI

2.1 Kacang Arab (Cicer arietinum)

Kacang chickpeas atau yang lebih dikenal dengan nama ilmiah Cicer arietinum adalah
tumbuhan yang termasuk dalam family Fabaceae atau polong – polongan. Tumbuhan ini tumbuh
subur di negara Turki dan negara – negara Timur Tengah lainnya pada ketinggian 1100 – 1400m
di atas permukaan laut. Di Indonesia sendiri, chickpeas pertama kali tumbuh di daerah
Kendalpayak, Kota Malang pada ketinggian 450m di atas permukaan laut pada musim penghujan
di tahun 1995. Chickpeas dapat tumbuh dengan subur pada berbagai jenis tanah yang memiliki
kadar pH 4,5 – 8,5 dan terairi dengan baik (karsono, 1999).

Berdasarkan daerah penghasilnya, terdapat dua jenis kacang chickpeas yaitu desi dan
kabuli. Di dalam dunia kuliner terutama di daerah Timur Tengah, kacang chickpeas sering
dimanfaatkan dalam pembuatan sup, salad, tepung dan saus. Hal tersebut terjadi bukan hanya
karena banyaknya jumlah kacang ini di sana tetapi juga karena tingginya kandungan nutrisi di
dalam kacang tersebut, salah satu kandungan tertinggi yang terdapat pada kacang chickpeas
adalah protein. Chickpeas memiliki kandungan nutrisi yang unik dibandingkan dengan jenis
kacang-kacangan dan produk nabati lainnya, di dalam chickpeas terkandung protein dengan
proporsi yang lebih tinggi yaitu sekitar 17%-30% (dihitung dari berat kering). Kandungan
protein lain yang juga ditemukan dalam chickpeas adalah albumin dan globulin, terdapat juga
kandungan glutelins dalam jumlah yang kecil dan terdapat juga kandungan prolamin (Wallace et
al, 2016).

Pemanfaatan kacang chickpeas sebagai bahan makanan umumnya dilakukan oleh orang-
orang yang memiliki alergi terhadap protein hewani, seorang vegan atau sedang menjalani diet
khusus, mereka mengkonsumsi chickpeas dengan tujuan untuk tetap memenuhi kebutuhan gizi
mereka akan protein. Keuntungan besar dari protein nabati dibandingkan dengan protein hewani
adalah nutrisi tambahan yang menyertainya seperti serat makanan, karbohidrat kompleks dan
tidak adanya kandungan kolestrol (Pittaway, 2006).

3
2.1 Protein

Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah L-asam amino yang
dihubungkan oleh ikatan peptida. Suatu molekul protein disusun oleh sejumlah asam amino
dengan susunan tertentu dan bersifat turunan. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein sebanyak 16% dari
berat protein. Molekul protein juga mengandung fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang
mengandung unsur logam seperti tembaga dan besi (Winarno, 2004). Suatu asam amino
lazimnya diklasifikasikan sebagai suatu molekul yang memiliki gugusan α-karboksil maupun α-
amino dan secara kimiawi suatu rantai samping khas (gugusan R) yang melekat dengan α-
karbon. Kualitas protein dapat didefinisikan sebagai efisiensi penggunaan protein oleh tubuh
(Barasi, 2009).

Kualitas protein ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang
dikandungnya(Almatsier, 2001). Pada prinsipnya suatu protein yang dapat menyediakan asam
amino esensial dalam suatu perbandingan yang menyamai kebutuhan manusia, mempunyai
kualitas yang tinggi. Sebaliknya protein yang kekurangan satu atau lebih asamasam amino
esensial mempunyai kualitas yang rendah (Winarno, 2004).

Klasifikasi protein berdasarkan pada fungsi biloginya terdiri atas: enzim, protein
pembangun, protein kontraktil, protein pengangkut, protein hormon, protein bersifat racun,
protein pelindung, dan protein cadangan. Klasifikasi protein terdapat dalam bentuk serabut
(fibrosa), globular, dan konjugasi. Protein bentuk serabut terdiri atas beberapa rantai peptida
berbentuk spiral yang terjalin satu sama lain sehingga menyerupai batang yang kaku.
Karakteristik protein bentuk serabut adalah memiliki daya larut yang rendah, kekuatan mekanis
yang tinggi, dan tahan terhadap enzim pencernaan. Kolagen, elastin, keratin, dan miosin
termasuk dalam protein bentuk serabut. Protein globular berbentuk bola dan terdapat pada cairan
jaringan tubuh. Protein jenis ini larut dalam larutan garam dan asam, mudah berubah dibawah
pengaruh suhu, konsentrasi garam serta mudah mengalami denaturasi. Albumin, globulin, dan
histon termasuk dalam protein globular. Protein konjugasi adalah protein sederhana yang terikat
dengan bahan-bahan non asam amino. Gugus non asam amino ini dinamakan gugus prostetik.
Nukleoprotein, lipoprotein, fosfoprotein, metaloprotein, hemoprotein, dan flavoprotein termasuk
dalam protein konjugasi (Winarno, 2004).

4
2.2 Kandungan Protein Pada Kacang Arab (Cicer arietinum)

Kandungan protein dalam kacang arab bervariasi secara signifikan sebagai persentase dari
total massa biji kering sebelum dan setelah dehulling (13,48). Kandungan protein biji dari
delapan spesies liar tahunan genus Cicer berkisar dari 168 g / kg di Cicer cuneatum hingga 268 g
/ kg di Cicer pinnatifidum, dengan rata-rata 207 g / kg dibandingkan delapan spesies liar.
Kualitas protein chickpea lebih baik daripada beberapa tanaman kacang-kacangan seperti gram
hitam (Vigna mungo L.), gram hijau (Vigna radiata L.) dan gram merah (Cajanus cajan L.).
Selain itu, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam konsentrasi protein biji kacang arab
mentah dibandingkan dengan beberapa kacang-kacangan seperti gram hitam, lentil, kacang
merah dan kacang putih. Asam amino pada biji kacang arab memiliki beberapa variasi kecil
dalam jumlah beberapa asam amino seperti lisin, tirosin, asam glutamat, histidin dan dua asam
amino aromatik gabungan.

Kacang Arab mengandung protein 23,8 gram, atau 39,67% dari nilai gizi total. Kacang arab
merupakan salah satu dari 5 jenis kacang-kacangan yang paling tinggi kandungan proteinnya
selain kedelai, kacang tanah, kacang hitam, dan lentil. Selain itu, kacang arab mengandung nilai
gizi yang kuat karena kandungan lisin dan asam amino. Adapun lisin merupakan asam amino
penyusun protein yang dalam pelarut air bersifat basa, seperti juga histidin. Lisina tergolong
asam amino esensial bagi manusia, yakni asam amino yang dibutuhkan untuk kesehatan, tetapi
tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia. Kacang arab banyak dimanfaatkan sebagai
makanan instan yang kaya protein karena merupakan sumber protein yang bagus dan
menunjukkan sifat fungsional sebagai bahan makanan.

5
BAB III

3.1 KESIMPULAN

Kacang chickpeas atau yang lebih dikenal dengan nama ilmiah Cicer arietinum adalah
tumbuhan yang termasuk dalam family Fabaceae atau polong – polongan. Tumbuhan ini tumbuh
subur di negara Turki dan negara – negara Timur Tengah lainnya pada ketinggian 1100 – 1400m
di atas permukaan laut. Kualitas protein chickpea lebih baik daripada beberapa tanaman kacang-
kacangan seperti gram hitam (Vigna mungo L.), gram hijau (Vigna radiata L.) dan gram merah
(Cajanus cajan L.). Asam amino pada biji kacang arab memiliki beberapa variasi kecil dalam
jumlah beberapa asam amino seperti lisin, tirosin, asam glutamat, histidin dan dua asam amino
aromatik gabungan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier Sunita.2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Barasi Mary E. At a Glance. 2009 Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Karsono, S. (1999). Dalam: Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Komoditas Tanaman


Kacang-Kacangan. Bogor: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian.

Pittaway, J. (2006). Chickpeas and Human Health The Effect of Chickpea Consumption on
Some Physiological and Metabolic Parameters. Tasmania: University of Tasmania.

Salim, Chairul. 2018. Pembuatan Meringue Pavlova Mengunakan Air Rendaman Kacang
Chickpeas Sebagai Pengganti Putih Telur.Jurnal Pariwisata, Vol. 5 No.1.Jakarta

Wallace, T. C. et al. (2016). The Nutritional Value and Health Benefits of Chickpeas and
Hummus. Nutrients 2016. 8. 766.

Winarno F.G.2004. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai