OLEH :
PRODI GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Makalah “Antioksidan dan Radikal
Bebas” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Isu
Gizi Mutakhir. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
antioksidan dan serat kaitannya dengan diabetes melitus bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kata Pengantar 2
DAFTAR ISI 3
PENDAHULUAN 5
BAB II 7
PEMBAHASAN 7
BAB III 16
PENUTUP 16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................16
3.2 Saran.........................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan
cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Salah satu bentuk senyawa
oksigen reaktif adalah radikal bebas, senyawa ini terbentuk di dalam tubuh dan dipicu
oleh bermacam-macam faktor (Winarsi, 2007). Sadikin (2001) berpendapat bahwa
serangan radikal bebas terhadap molekul sekelilingnya akan menyebabkan terjadinya
reaksi berantai, yang kemudian menghasilkan senyawa radikal baru. Dampak reaktivitas
senyawa radikal bebas mulai dari kerusakan sel atau jaringan, penyakit autoimun,
penyakit degeneratif, hingga kanker. Oleh karena itu tubuh memerlukan substansi
penting, yakni antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal
bebas dengan meredam dampak negatif senyawa radikal bebas tersebut (Karyadi, 1997).
Antioksidan dalam pangan berperan penting untuk mempertahankan mutu produk,
mencegah ketengikan, perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan
fisik lain yang diakibatkan oleh reaksi oksidasi (Widjaya, 2003). Antioksidan yang
dihasilkan tubuh manusia tidak cukup untuk melawan radikal bebas, untuk itu tubuh
memerlukan asupan antioksidan dari luar (Dalimartha dan Soedibyo, 1999).
Radikal bebas adalah molekul yang pada orbit terluarnya mempunyai satu atau lebih
elektron tidak berpasangan, sifatnya sangat labil dan sangat reaktif (Soeksmanto dkk,
2007). Peranan reaksi radikal bebas pada makhluk hidup telah menjadi objek penelitian
yang banyak diminati. Secara garis besar radikal bebas berperan penting pada kerusakan
jaringan dan proses patologi dalam organisme hidup (Velazquez et al., 2003).
Radikal bebas yang berlebih dapat menyerang senyawa apa saja terutama yang rentan
seperti lipid dan protein dan berimplikasi pada timbulnya berbagai penyakit degenerative
(Amic et al., 2003). Hal ini dapat terjadi sebagai akibat kurangnya antioksidan dalam
tubuh, sehingga tidak mampu mengimbangi terjadinya produk oksidasi setiap saat.
Tubuh manusia secara alami telah dilengkapi pertahanan antioksidan dari enzim-
enzim seperti katalase, superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase, dan glutation
S-transferase. Namun demikian, antioksidan tersebut belum dapat sepenuhnya mencegah
kerusakan sel. Tubuh masih memerlukan antioksidan dari luar (Vaya dan Aviram, 2001).
PEMBAHASAN
b. Antioksidan sekunder
c. Antioksidan tertier
Contohnya yaitu enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin
sulfoksida reduktase.
Ada dua macam antioksidan berdasarkan jenisnya, yaitu antioksidan alami dan
antioksidan sintetik. Antioksidan alami dapat ditemukan pada sayuran, buah-buahan,
dan tumbuhan lainnya. Isolasi antioksidan alami telah dilakukan dari tumbuhan yang
dapat dimakan, tetapi tidak selalu dari bagian yang dapat dimakan. Antioksidan alami
tersebar di beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah,
bunga, biji, dan serbuk sari. Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah
senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam
sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional. Golongan
flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon,
kateksin, flavonol dan kalkon. Turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam
ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain.
Radikal bebas adalah molekul yang tidak stabil karena memiliki elektron yang
tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi.
Lipoprotein dan DNA dari sel manusia yang sehat merupakan sumber pasangan
elektron yang baik. Radikal bebas dapat terbentuk secara alami di dalam tubuh dan bisa
diperoleh dari luar tubuh. Radikal bebas yang terbentuk di dalam tubuh adalah bahan
kimia yang dihasilkan dari proses pencernaan makanan. Radikal bebas dari luar tubuh
dapat ditimbulkan akibat polusi, asap rokok dan radiasi. Radikal bebas yang tidak dapat
ditangani tubuh dapat menjadi pemicu berbagai penyakit kronis.
Pembasmi serangga
Asap kendaraan bermotor
Asap rokok
Radiasi computer
Radiasi sinar matahari
Kebakaran hutan
Radiasi handphone
Polusi udara
Pengawet
Pewarna
Radiasi televise
Makanan (gorengan, sate, penyedap)
Pestisida
Pencemaran air/tanah
Abnormalnya kadar radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh dapat menyerang
senyawa yang rentan, seperti lipid dan protein dan berimplikasi pada timbulnya
berbagai penyakit (Amic et al. 2003). Hal ini disebabkan karena oksidan yang masuk
kedalam tubuh tidak mampu diimbangi oleh antioksidan dalam tubuh. Tubuh manusia
memiliki antioksidan alami dari enzim-enzim seperti katalase, superoksida dismutase
(SOD), glutation peroksidase, dan glutation S-transferase.
Kerja radikal bebas dapat dihambat oleh antioksidan yakni zat yang dapat
memperlambat dan mencegah terjadinya oksidasi molekul. Adanya senyawa
antioksidan mengurangi timbulnya penyakit kronis yang disebabkan karena kerja
radikal bebas dalam tubuh seperti kanker, disfungsi otak dan inflamasi yang dapat
menyebabkan kematian.
Uji klinis acak konsumsi antioksidan termasuk beta karoten, vitamin E, vitamin C
dan selenium menunjukkan tidak ada pengaruh pada risiko kanker atau mengalami
peningkatan risiko kanker. Suplementasi dengan selenium atau vitamin E tidak
mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Stres oksidatif dapat dianggap sebagai
penyebab atau konsekuensi dari beberapa penyakit, merangsang pengembangan obat
senyawa antioksidan potensial untuk mengobati penyakit.
2.12. Isu terbaru terkait antioksidan
Antioksidan dari suplemen ternyata malah bisa berbahaya daripada menyehatkan.
Meta analisis tahun 2012 menemukan bahwa dari sejumlah penelitian yang
menggunakan suplemen antioksidan, menunjukkan bahwa suplemen tersebut tidak
efektif bahkan dapat menimbulkan efek samping merusak. Kebutuhan antioksidan
seseorang juga berbeda-beda tergantung gaya hidupnya.
Alasan mengapa antioksidan konsentrasi sangat tinggi bisa jadi merusak tubuh, di
antaranya:
Berfungsi sebagai pro-oksidan, justru meningkatkan oksidasi.
Melindungi sel-sel berbahaya (seperti sel kanker), selain sel-sel yang sehat.
Mengurangi manfaat kesehatan dari berolahraga.
Menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti mual-mual dan pusing,
bahkan bisa menjadi racun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
• Antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal atau meredam dampak negatif
oksidan. Antioksidan dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan radikal
bebas.
• Radikal bebas adalah molekul yang memiliki satu atau lebih elektron tidak
berpasangan pada orbit terluarnya, dan memiliki sifat yang sangat labil dan reaktif.
• Abnormalnya kadar radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh dapat menyerang
senyawa yang rentan, seperti lipid dan protein dan berimplikasi pada timbulnya
berbagai penyakit.
• Adanya senyawa antioksidan mengurangi timbulnya penyakit kronis yang disebabkan
karena kerja radikal bebas dalam tubuh.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat meningkatkan kesehatan tubuh dengan
mengkonsumsi makanan tinggi antioksidan untuk menghindari penyakit yang dapat
timbul akibat aktifitas radikal bebas dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Anliza, S., Hamtini. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol dari Daun Alocasia
Macrorrhizos dengan Metode DPPH. Jurnal Medikes. Vol. 4, No. 1, Hlm. 101-106.
Pratama, A.N., Busman, H. 2020. Potensi Antioksidan Kedelai (Glycine Max L) Terhadap
Penangkapan Radikal Bebas. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. Vol. 11, No. 1,
Hlm. 497-504. DOI: 10.35816/jiskh.v10i2.333. e-ISSN: 2654-4563.
Sayuti, Kusuma; Rina Yenrina. 2015. Antioksidan Alami Dan Sintetik. Padang. Andalas
University Press. Diakses Melalu Http://Repository.Unand.Ac.Id/23714/1/Kesuma
%20Sayuti_Antioksidan%20Alami%20dan%20Sintetik%20OK.Pdf Diakses Pada
Tanggal 23 Maret 2021, Pukul 10.15 WIB
Setiawan, B. 2018. Antioksidan dalam Dunia Kesehatan [Kuliah Umum Gizi]. Yogyakarta-
content/uploads/2018/10/Antioksidan-dalam-dunia-kesehatan_Unisa_15102018.pdf