NIM : 191440108
2. PEMANTAUAN PERTUMBUHAN
Untuk memantau pertumbuhan sejak bayi lahir sampai balita dapat dipantau
berdasarkan berat badannya setiap bulan yang dicatat pada Kartu Menuju Sehat
(KMS).
Dengan mencatat pertambahan berat badan anak akan terlihat apakah anak tersebut
tumbuh sesuai garis pertumbuhan anak sehat. Anak dikatakan sehat apabila berat
badannya mengikuti pita/grafik pertumbuhan yang tertera pada KMS sedangkan anak
dikatakan mengalami hambatan pertumbuhan (indikator adanya gangguan) apabila
berat badannya tetap atau pada grafik KMS digambarkan mendatar atau menurun
memotong grafik pertumbuhan dibawahnya.
Dengan membandingkan berat badan anak dengan pertambahan yang harus
dicapai dengan pertambahan usianya dapat digunakan sebagai standar apakah anak
tersebut sehat atau mengalami masalah gizi. Pada anak yang menderita penyakit
kurang energi dan protein maka dari hasil penimbangan berat badannya dapat
digunakan sebagai batasan apakah anak tersebut sudah mengalami penyakit energi
dan protein.
Untuk menegakkan diagnosis medis dan diagnosis gizi, asesmen yang penting
dilakukan pada anak dengan penyakit Kurang Energi dan Protein adalah :
2. DIAGNOSIS GIZI
3. INTERVENSI GIZI
Intervensi gizi pada pasien anak dengan penyakit Kurang Energi dan
Protein diberikan berdasarkan diagnosis gizi yang ditegakkan dan diberikan dalam
3 (tiga) tahapan yaitu: a) Stabilisasi, b) Fase Transisi dan c) Fase Rehabilitasi dan
secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
a. Fase Stabilisasi
Pengertian: Pada fase ini kondisi pasien dengan Penyakit Kurang Energi dan
Protein menunjukkan kondisi klinis dan metabolisme belum stabil. Untuk
menstabilkan diperlukan 1-2 hari mungkin lebih bila keadaan anak terlalu buruk
atau ada komplikasi berat. Pada fase iniperlu dimonitor kemungkinan terjadi
reffeeding syndrome karena intervensi gizi dalam bentuk cairan yang agresif dan
akan beresiko menyebabkan gagal jantung. Tujuan intervensi gizi: Pada fase ini
diet yang diberikan ditujukan untuk menstabilkan status metabolik tubuh dan
kondisi klinis anak.
Syarat pemberian diet:
1) Energi 80-100 kkal/kg Berat Badan (BB) per hari. BB yang digunakan untuk
perhitungan kebutuhan energi adalah BB aktual hari itu.
2) Protein 1-1,5 gram/kg BB/hari atau 4-7.5 % total kebutuhan energi per hari.
Diutamakan protein hewani, misalnya susu, daging ayam atau telur.
3) Cairan 130 ml/kg BB, 100 ml/kg BB perhari bila da edema berat.
4) Rendah laktosa.
5) Mineral mix 20 ml (8 gram)/ 1000 ml formula.
Cara pemberian diet:
1) Untuk menghindari hipoglikemia dan beban saluran cerna, hati serta ginjal
pasien, maka pemberian makanan dilakukan dengan lebih sering dan jumlah
sedikit. Pada fase ini makanan formula (F75) diberikan setiap 2 jam (12 kali) atau
setiap 3 jam (8 kali) dalam 24 jam. Bila anak mampu menghabiskan porsi yang
diberikan maka makanan dapat diberikan setiap 4 jam (6 kali)
2) Bila masih mendapat ASI, dapat diberikan setelah pemberian formula khusus.
b. Fase transisi
Pengertian: Pada fase ini merupakan fase perpindahan pemberian makan bila
pemberian makan pada fase stabilisasi tidak membuat kondisi anak bermasalah.
Biasanya pada fase ini memerlukan waktu antara 3-7 hari.
Tujuan intervensi gizi: Pada fase ini intervensi gizi diberikan untuk
memberikan kesempatan tubuh untuk beradaptasi terhadap pemberian energi
dan protein yang semakin meningkat guna mempersiapkan anak ke fase
stabilisasi.
Syarat pemberian diet:
1) Energi 100-150 kkal/kg BB yang digunakan untuk perhitungan adalah BB
aktual hari itu.
2) Protein 2-3 gram/kg BB perhari
3) Cairan diberikan sampai 150 ml/kg BB perhari 4) Mineral mix 20 ml (8
gram) /1000 ml formula
Cara pemberian diet: 1) Pemberian makanan F100 dengan frekuensi sering dan
porsi kecil, diberikan setiap 4 jam sekali.
2) Pada 48 jam pertama (2 hari) volume yang diberikan masih sama dengan
3) Selanjutnya pada hari ke s fase transisi volume F 100 yang diberikan
ditambah setiap hari sampai mencapai 150 ml/ kg BB perhari (150 kkal / kg BB
perhari = volume minuman pada tabel pemberian F 100)
4) Bila volume ini sudah tercapai dan anak mampu menghabiskan porsinya
berarti fase transisi selesai dan anak masuk ke fase rehabilitasi.
5) Bila anak masih mendapat ASI, tetap diberikan setelah anak menghabiskan
porsi makanannya.
c. fase rehabilitasi
Pengertian: Umumnya pada fase ini nafsu anak sudah kembali dan asupan
makanan sepenuhnya secara oral. Bila anak belum dapat mengonsumsi
makanan sepenuhnya secara oral, maka dapat digunakan NGT. Pada fase ini
biasanya berlangsung selama 2-4 minggu samapai BB/TB mencapai z score – 2
SD
Tujuan intervensi Gizi : Tujuan intervensi gizi yang diberikan pada fase ini
adalah :
1) Memberikan makanan yang adekuat untuk tumbuh kejar
2) Memotivasi anak agar dapat menghabiskan porsinya
3) Memotivasi ibu agar tetap memberikan ASI
4) Mempersiapkan ibu atau pengasuh untuk melakukan perawatan di rumah
d. Larutan pengganti tersebut tidak mengandung MG, ZN dan CU, maka untuk
mencukupi kebutuhan mineral tersebut perlu diberikan makanan yang mengandung
zat tersebut. Dapat juga diberikan MgSO4 50 % melalui intramusskuler 1 kali
dengan dosis 0,3 ml/kg BB maksimum 2 ml
cara pembuatan
- semua bahan dicampur, tambahkan satu gelas belimbing air, aduk menjadi
satu