Anda di halaman 1dari 10

Rujukan WHO 2005

A. Definisi
Baku Rujukan adalah tabel yang berisi daftar normatif sebagai pembanding dalam menilai status gizi.
Baku Rujukan dibuat dengan aturan-aturan yang ketat yang harus mewakili penduduk yang sehat yang
mencapai pola pertumbuhan yang optimal. Idealnya baku rujukan disesuaikan dengan pola pertumbuhan ras
yang bersangkutan. Akan tetapi untuk kebutuhan perbandingan, WHO menganjurkan satu Baku Rujukan
untuk dipakai pada semua negara. Agar dapat dibandingkan prevalesni status gizi, untuk mengevaluasi
kemajuan suatu negara, maka data harus dikumpulkan dengan metode yang sama dan menggunakan Baku
Rujukan yang sama.
Baku Rujukan dikeluarkan oleh badan resmi yang mengurusi masalah kesehatan dan gizi. Untuk level
dunia, tentunya WHO dan pada level negara adalah Kementrian Kesehatan negara yang bersangkutan
(Indonesia : Depkes).
Sepanjang sejarah, baru 2 Baku Rujukan yang dipakai secara international yaitu Baku Rujukan Harvard
dan Baku Rujukan WHO-NCHS. Baku Rujukan Harvard dipublikasikan tahun 1966 oleh Derrict B. Jelliffe
dalam bukunya The Assessment of Nutritional Status of Community. Baku Rujukan The Turner Refference
Population hanya dipakai di Amerika dan Canada. Baku Rujukan kedua yang sangat terkenal itu adalah Baku
Rujukan WHO-NCHS (WHO, Nationa Center for Health Statistics) yang dipubikasikan tahun 1983 di dalam
majalah suplemen WHO Measuring Change of Nutritional Status.
Baku Rujukan ini disusun oleh NCHS (Badan Riset Kesehatan Amerika, di bawah CDC = center for
decease control), kemudian diadopsi oleh WHO, maka jadilah Baku Rujukan WHO-NCHS.
Indonesia baru akan menerapkan Baku Rujukan ini pada tahun 1990 dengan digelarnya Lokakarya
Nasional Antropometri di Ciloto. Lokakarya merekomendasikan 10 point, diantaranya adalah : Gunakan Baku
Rujukan WHO-NCHS dan cara menilai status gizi dengan menggunakan kaidah ZScore (simpangan baku,
sebelumnya menggunakan persen terhadap median).
Sepuluh tahun kemudian (tahun 2000), dievaluasi, ternyata baku rujukan ini jalannya terseok-seok,
terutama berkaitan dengan cut off status gizi dan penggunaan istliah yang sama untuk setiap indeks (BB/U,
TB/U dan BB/TB).
Hasil temu pakar Gizi tahun 2000 merekomendasi perubahan cut off status gizi dan memberikan istilah
berbeda untuk setiap indeks status gizi BB/U terdiri dari 4 kategori, TB/U 2 kategori dan BB/TB 4 kategori
dengan pengistilahan yang berbeda-beda
Belum lagi tuntas penerapan WHO-NCHS, pada bulan Mei 2007 WHO mempublikasikan lagi Baku
Rujukan baru yang buatan WHO sendiri. Penelitian longitudinal dilakukan di 5 negara yang tersebar di 4
Benua. Amerika, Asia, Eropa dan Asia. Baku Rujukan baru ini (kata WHO) adalah untuk memperbaiki Baku
Rujukan WHO-NCHS yang memiliki kelemahan.

Baku Rujukan baru yang diberi nama Baku Rujukan WHO 2005 dan lebih lengkap, yaitu terdiri dari :
1. Indeks : BB/U, TB/U, BB/TB, Lingkar Lengan, Lingkar Kepala, Temal Lemak otot Trisep, dan Skinfold
2. Tingkat perkembangan motorik : motor milestone
3. Software Pengolah data antropometri (Anthropometric Calculator
4. Diengkapi dengan dokumen-dokumen riset MGRS (MultiGrowth Refference Study), mannual report dan
video pelaksanaan penelitian, serta dokumen hasil analisis perbandingan baku rujukan baru dengan baku
rujukan yang pernah ada sebelumnya yaitu : WHO-NCHS dan CC 2000.
Penelitian dilakukan secara longitudinal dan cross sectional di 5 negara lokasi.
Di bawah ini merupakan dokumen dan software yang dimaksud yang didownload dari situs resmi WHO :
1.

Software ANTRHO2005

2.

Artikel MGRS, perbandingan antar Baku Rujukan

3.

Modul-modul Riet MGRS di 5 negara

4.

Motor Milestone, perkembangan motorik anak,

5.

Simplified Tables, tabel yang akan digunakan oleh Praktisi Gizi di lapangan seperti Kader Posyandu, daln
lain-lain

6.

Tabel Lengkap menilai status gizi yang akan digunakan oleh Para Peneliti dan Mahasiswa

7.

Technical Report. Laporan Lengkap hasil penelitian WHO dalam membangun Baku Rujukan WHO2005

8.

Training : Modul training dalam penerapan Baku Rujukan WHO2005 yang baru

9.

Video pelaksanaan Penelitian yang dilakukan oleh MGRS di 5 negara lokasi penelitia

10. WHO Technical Report Series Part 1


11. Baku Rujukan Remaja
B. Standar Pertumbuhan Anak (WHO 2005)
Dimasa lalu, rujukan pertumbuhan dikembangkan menggunakan data dari satu negara dengan
mengukur contoh anak yang dianggap sehat, tanpa memperhatikan cara hidup dan lingkungan mereka.
Mengingat cara menghasilkan rujukan tersebut, maka rujukan tersebut tidak dapat dipakai diseluruh dunia.
World Health Organization (WHO) telah mengembangkan standar pertumbuhan yang berasal dari
sampel anak-anak dari enam negara yaitu Brazil, Ghana, India, Noerwegia, Oman dan Amerika Serikat. WHO
Multicentre Growth Reference Study (MGRS) telah dirancang untuk menyediakan data yang menggambarkan

bagaimana anak-anak harus tumbuh, dengan cara memasukan kriteria tertentu (misalnya: menyusui,
pemeriksaan kesehatan, dan tidak merokok). Penelitian tersebut mengikuti bayi normal dari lahir sampai usia
2 tahun, dengan pengukuran yang sering pada awal minggu pertama pada setiap bulan, kelompok anak-anak
lain umur 18 sampai 71 bulan diukur satu kali. Data dari kedua kelompok umur tersebut disatukan untuk
menciptakan standar pertumbuhan anak umur 0 sampai 5 tahun.
MGRS menghasilkan Standar Pertumbuhan Normal (preskriptif), berbeda dengan yang hanya deskriptif.
Standar baru memperlihatkan bagaimana pertumbuhan anak dapat dicapai apabila memenuhi syarat-syarat
tertentu misalnya pemberian makan, imunisasi dan asuhan selama sakit. Standar baru ini dapat digunakan
diseluruh dunia, karena penelitian menunjukan bahwa anak-anak dari negara manapun akan tumbuh sama
bila gizi, kesehatan dan kebutuhan asuhannya dipenuhi.
Manfaat lain dari standar pertumbuhan baru meliputi hal-hal sebagai berikut :
-

Standar baru menetapkan bayi yang disusui sebagai model pertumbuhan dan perkembangan bayi normal.
Hasilnya kebijakan kesehatan dan dukungan publik untuk menyusui harus diperkuat.

Standar baru lebih dini dan sensitif untuk mengidentifikasi anak pendek dan anak gemuk/sangat gemuk.

Standar baru seperti IMT (Indeks Masa Tubuh) sangat berguna untuk mengukur peningkatan kejadian
Sangat Gemuk.

Grafik yang menunjukan pola laju pertumbuhan yang diharapkan dari waktu ke waktu memungkinkan
petugas kesehatan mengidentifikasikan anak-anak yang beresiko menjadi kurang gizi atau gemuk secara
dini, tanpa menunggu sampai anak menderita masalah gizi.
Disamping standar untuk pertumbuhan fisik, standar baru WHO 2005 menghasilkan enam tahapan

perkembangan motorik kasar milestone (duduk tanpa bantuan, merangkak, berdiri dengan bantuan,
berdiri tanpa bantuan, berjalan dengan bantuan, dan berjalan tanpa bantuan) yang diharapkan dapat dicapai
oleh anak-anak sehat pada umur antara 4 dan 18 bulan.
Oleh karena WHO telah mengeluarkan standar rujukan yang baru untuk menilai pertumbuhan dan
penentuan status gizi pada anak, maka berdasarkan hasil kesepakatan RTL 2006 oleh Depkes RI disusunlan
Kartu Menuju Sehat (KMS) baru. Pada KMS baru telah dirancang ulang untuk anak Indonesia yang dibedakan
menurut jenis kelamin, dicantumkan 12 tahapan perkembangan motorik.

C. Variabel Pengukuran Status Gizi


Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah
dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian
status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut
adalah sebagai berikut :
a.

Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,


kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang

salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat,
menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang
tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk
memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh
sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat.
Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi
perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam
hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b.

Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan


gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat
peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi
maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan
dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan
penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan
kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan
satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi
kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari
waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).

c.

Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang


dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat
baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan
dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa
balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan
menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut
Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang
lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini
pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak
baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI,
2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting
untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang
berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan

BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan


fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).

D. Pengolahan Data Antropometri Berdasarkan Z-Score (Simpangan Baku) WHO 2005


Z-Score atau simpangan baku digunakan untuk menilai seberapa jauh penyimpangannya dari angka
median (nilai tengah). Perhitungan Z-Score berbeda untuk populasi yang distribusinya normal atau tidak
normal.
-

Pengukuran Distribusi Normal.


Konsep distribusi normal sangat membantu untuk memahami apa itu z-score. Dlam satu distribusi
normal, sebagian besar nilai dikelompokan di tengah, dan distribusi pengukuran berada disekitar angka
median yang berbentuk lonceng. Pada kurva normal, satu z-score menggambarkan seberapa jauh
penyimpangan baku seorang anak dari angka median.
Kurva tersebut dihasilkan dari pengukuran Panjang/Tinggi Badan anak-anak yang dibuat dalam
grafik, hasilnya menyerupai distribusi normal. Setiap segmen pada sumbu horizontal menggambarkan satu
simpangan baku atau z-score. Pada distribusi normal, z-score -1 dan +1 mempunyai jarak yang sama dari
angka median ( 0 ). Jarak dari angka median ke +1 z-score adalah setengah dari jarak ke +2 z-score.
Cara perhitungan Z-Score adalah sebagai berikut :
Z score =

Keterangan :
Xi : Nilai yang diamati atau hasil pengukuran yang sebenarnya
Mi : Nilai Referensi Median
SBi : Z-Score (standar baku) dari populasi referensi/rujukan
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan
anak ditimbang dengan timbangan dacin yang memiliki presisi 0,1 kg, panjang badan diukur dengan
length-board dengan presisi 0,1 cm, dan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan
presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB anak ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu:
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB).

Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversikan
ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO 2005.
Selanjutnya berdasarkan nilai Z-Score masing-masing indicator tersebut ditentukan status gizi balita
dengan batasan sebagai berikut :
a) Berdasarkan indikator BB/U :

Berat badan adalah satu parameter yang memberikan gambaran


massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan
yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya
nafsu makan atau menurunnya nafsu makan atau memnurunnya jumlah
makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri
yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik
dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka
berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam
keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat
badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat badan menurut
umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat
karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
v Kelebihan
a. Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat
b. Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis
c. Indikator status gizi kurang saat sekarang
d. Sensitif terhadap perubahan kecil
e. Growth monitoring
f. Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth
g. Failure karena infeksi atau KEP
h. Dapat mendeteksi kegemukan (overweight)
v Kekurangan
a. Kadang umur secara akurat sulit didapat
b. Dapat menimbulkan interpretasi keliru bila terdapat edema
maupun asites
c. Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk usia balita

d. Sering terjadi kesalahan dalam pengukruan, seperti pengaruh


pakaian atau gerakan anak saat ditimbang
e. Secara operasional: hambatan sosial budaya misalnya tidak mau
menimbang anak karena dianggap seperti barang dagangan

Kategori BB/U :
1. Kategori Gizi Buruk, jika Z-score < -3,0
2. Kategori Gizi Kurang, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3. Kategori Gizi Baik, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
4. Kategori Gizi Lebih, jika Z-score >2,0

b) Berdasarkan indikator TB/U:

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan


keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti
berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam
waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tingii badan akan
nampak dalam waktu yang relatif lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini
menggambarkan status gizi masa lalu. Menurut Beaton dan Bengoa (1973)
indeks TB/U dapatmemberikan status gizi masa lampau dan status
sosial ekonomi.
v Kelebihan
a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b. Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
c. Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa
v Kekurangan

a. TB tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun


b. Diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, karena
biasanya anak relatif sulit berdiri tegak
c. Ketepatan umur sulit didapat
Kategori TB/U :
1.

Kategori Sangat Pendek, jika Z-score < -3,0

2.

Kategori Pendek, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0

3.

Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0

c) Berdasarkan indikator BB/TB:


1.

Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,0

2.

Kategori Kurus, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0

3.

Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0

4.

Kategori Gemuk, jika Z-score >2,0

Perhitungan angka prevalensi dilakukan sebagai berikut :

Prevalensi gizi buruk = (Jumlah balita gizi buruk/jumlah seluruh balita) x 100%

Prevalensi gizi kurang = (Jumlah balita gizi kurang/jumlah seluruh balita) x 100%

Prevalensi gizi baik = (Jumlah balita gizi baik/jumlah seluruh balita) x 100%

Prevalensi gizilebih = (Jumlah balita gizi lebih/jumlah seluruh balita) x 100%

d) IMT / U
Pengukuran
perhitungan

status

indeks IMT/U.

gizi

IMT/U

tahun, dengan menggunakan z-score.


Kategori IMT/U :

dilakukan

dengan

digunakan

untuk

metode
anak

antropometri
yang

berumur

melalui
5-19

1.

Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,0

2.

Kategori Kurus, jika Z-score < - 2SD

3.

Kategori Normal, jika Z-score -2SD sampai +1SD

4.

Kategori Gemuk, jika Z-score > + 1SD

5.

Kategori Obese I, jika Z-score >+2SD

6.

Kategori Obese II jika, Z-score >+3SD

Cara Penilaian Status Gizi dalam Program Kesehatan Masyarakat.


Salah satu cara yang digunakan dalam penentuan status gizi masyarakat adalah dengan cara
pengukuran terhadap nilai-nilai dari indeks antropometri. Dalam penentuan status gizi suatu kelompok
masyarakat, lebih baik kita mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
1. Nilai-nilai indeks antropometri (BB/U, TB/U atau BB/TB) dibandingkan dengan nilai RUJUKAN yang
dalam hal ini digunakan Rujukan WHO-2005).
2. Dengan menggunakan batas ambang (cut-off point) untuk masing-masing indeks, maka status gizi
seseorang atau anak dapat ditentukan.
Didasarkan pada asumsi resiko kesehatan :
a)

Antara -2 SD s/d +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk menderita masalah
kesehatan

b)

Antara -2 s/d -3 atau antara +2 s/d +3 memiliki resiko cukup tinggi (mode-rate) untuk
menderita masalah kesehatan

c)

Di bawah -3 SD atau di atas +3 SD memiliki resiko tinggi untuk menderita masalah kesehatan

3. Istilah status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak terjadi kerancuan dalam
interpretasi.
4. Bila dalam masyarakat ada lebih dari 2,5% balita berada <-2 SD tetapi kurang dari 0,5% berada <-3 SD
kemungkinan

besar

penyebabnya

masa-

lahnya adalah kekurangan zat gizi karena berbagai faktor (kemiskinan, ketidak tahuan, pola asuh yang
berkaitan dengan penyakit)
5. Bila dalam suatu masyarakat ada lebih dari 2,5 % balita <-2 SD dan lebih dari 0,5% anak < -3 SD, maka
masyarakat

tersebut

masih

memiliki

gizi yang perlu penanganan secara komprehensif terhadap akar masalahnya.

masalah

@Rian5aputra (t) blogRianSaputraRidian (b)

Pada masa bayi pertumbuhan kepala relatif cepat, sehingga pada tahun pertama
ukuran lingkar kepala lebih besar daripada lingkar dada. Sesudah usia 1 tahun
lingkar dada menjadi lebih besar karena pertumbuhan kepala berkurang.
Pengukuran lingkar kepala dilakukan untuk menilai kecepatan tumbuhnya otak. Jika
terdapat pertumbuhan lingkar kepala yang tidak normal, hal ini dapat dideteksi
sedini mungkin. Biasanya gangguan pertumbuhan otak dapat dilihat dari kelainan
klinis yang diistilahkan mikrosefali dan hidrosefali. Pada umur 1 tahun lingkar kepala
anak sekitar 42,3-45,7 cm. Mulai umur 2 tahun kenaikannya 2,5 cm per tahun.
Pada usia 5 tahun hingga pubertas lingkar kepala bertambah 1,25 cm per 5 tahun
sehingga pada usia dewasa mencapai 52,1-55,1 cm. Pada akhir usia 2 tahun,
pertumbuhan otak dan jaringan tubuh anak akan melambat. Hal ini terlihat dari
pertambahan berat badan yang tidak pesat. Perut anak batita yang tadinya buncit
mulai terlihat langsing.

Anda mungkin juga menyukai