Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN SCREEN TIME DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH

SERTA KENAIKAN BERAT BADAN PADA MAHASISWA FAKULTAS


ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :
ROSSY PRATIWI
J 310 161 032

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
HUBUNGAN SCREEN TIME DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH
SERTA KENAIKAN BERAT BADAN PADA MAHASISWA FAKULTAS
ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ABSTRAK
Konsumsi sayur dan buah yang kurang pada seseorang berisiko menjadi
kelebihan berat badan dan obesitas. Salah satu penyebab timbulnya masalah gizi
dan perubahan kebiasaan konsumsi sayur dan buah pada mahasiswa adalah screen
time yang tinggi. Screen time adalah durasi yang dihabiskan untuk kegiatan
didepan layar, screen time dapat meningkatkan resiko kenaikkan berat badan dan
mempengaruhi status gizi kearah obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan screen time dengan konsumsi sayur dan buah serta
kenaikan berat badan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Jumlah
subjek penelitian sebanyak 62 dipilih dengan metode proportional random
sampling. Data screen time diperoleh dari kuesioner yang diisi responden, data
konsumsi sayur dan buah diperoleh dengan wawancara dibantu dengan
menggunakan kuesioner semi quantitative food frequency (SQ-FFQ), data
kenaikan berat badan diperoleh dari penimbangan secara langsung. Analisis data
dengan uji Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan screen time
35 responden (56,5%) termasuk dalam kategori rendah, konsumsi sayur dan buah
46 responden (74,2%) termasuk dalam kategori kurang, kenaikan berat badan 32
responden (51,6%) termasuk kategori berat badan naik. Ada hubungan screen
time dengan konsumsi sayur dan buah serta konsumsi sayur dan buah dengan
kenaikan berat badan nilai p=0,025 dan p=0,037. Tidak ada hubungan screen time
dengan kenaikan berat badan nilai p=0,06.

Kata Kunci: Screen time, konsumsi sayur dan buah, kenaikan berat badan

ABSTRACT

Consumption of less vegetables and fruits in a person risks becoming


overweight and obese. One of the causes of nutritional problems and changes in
consumption habits of vegetables and fruits in students is a high screen time.
Screen time is the duration spent on activities in front of the screen, screen time
can increase the risk of weight gain and affect nutritional status towards
obesity.To determine the association of screen time with consumption of
vegetables and fruits and weight gain on students of Faculty of Health Sciences
Muhammadiyah University of Surakarta. This r.esearch is an observational
research with cross sectional approach. The number of research subjects as many
as 62 selected by the method proportional random sampling. Screen time data
obtained from questionnaires filled with respondents, vegetables and fruit
consumption data obtained by interviews assisted by using semi-quantitative food
frequency questionnaire, weight gain data obtained from weighing directly. Data
analysis with Pearson Product Moment test. Screen time mostly included in low
category (56,5%). Consumption of vegetables and fruits mostly included in the

1
category of less (74.2%). Mostly gained weight (51.6%). Result of Pearson
Product Moment test for screen time with vegetable and fruit consumption p value
= 0,025, screen time with weight gain p value = 0,06, and consumption of
vegetables and fruit with weight gain value p = 0,037. There was a association of
screen time with consumption of vegetables and fruits, vegetable and fruit
consumption with weight gain, but there was no association of screen time with
weight gain in FIK UMS students. Suggestions for respondents to reduce screen
time duration and increase consumption of vegetables and fruit in order to avoid
excessive weight gain resulting in more nutritional status.

Keywords: Screen time, consumption of vegetables and fruit, weight gain

1. PENDAHULUAN
Mahasiswa remaja akhir adalah seseorang yang berusia 19 sampai 28 tahun,
dimana pada usia ini menjadi dasar masa perpindahan dari masa remaja ke masa
dewasa (Siswoyo, 2007). Pada masa usia ini faktor gizi memiliki peran untuk
meningkatkan ketahanan fisik dan produktivitas kerja, dimana gizi bukan hanya
berpengaruh pada derajat kesehatan tetapi juga dapat mendukung kualitas
kecerdasan intelektual pada manusia (Hidayat, 1997). Kehidupan mahasiswa usia
19-28 tahun menyebabkan terjadinya perubahan pola makan. Pada usia dewasa
pola makan biasanya akan menjadi pedoman kebiasaan perilaku makan yang
menetap dan sulit untuk diubah untuk usia selanjutnya (Brown, 2005). Hal inilah
yang menyebabkan mahasiswa termasuk golongan yang rentan terhadap status
gizi (Thamrin, dkk., 2008). Data Riskesdas 2013 di Jawa Tengah menunjukkan
bahwa prevalensi obesitas pada kelompok 15 tahun keatas mencapai 28,97%,
sedangkan kejadian obesitas di Kota Surakarta sebanyak 32,5 %. Hal tersebut
menunjukkan bahwa prevalensi di kota Surakarta lebih tinggi dibandingkan
prevalensi Jawa Tengah.
Salah satu faktor penyebab obesitas adalah gaya hidup pada mahasiswa yang
lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget, laptop dan televisi. Durasi
yang dihabiskan untuk kegiatan di depan layar seperti menonton televisi,
menggunakan komputer, laptop, handphone dan bermain video game disebut
dengan screen time (Houghton, dkk., 2015). Penelitian Pramadhan (2016)
menyebutkan bahwa 87,50 persen siswa sekolah temasuk dalam kategori high
screen time. Durasi screen time yang tidak sesuai dengan rekomendasi kurang dari

2
2 jam/hari akan menyebabkan perubahan pola makan. Screen time yang tinggi
dapat meningkatkan asupan energi akibat dari kebiasaan mengkonsumsi makanan
ringan dan cemilan pada saat melakukan kegiatan di depan layar, sehingga
mengakibatkan ketidak seimbangan energi dan berpotensi meningkatkan berat
badan, hal ini disebabkan oleh kegagalan individu mengenali atau mencatat sinyal
rasa kenyang saat di depan layar sehingga menyebabkan asupan energi menjadi
tinggi dan terjadi penurunan konsumsi sayur dan buah (Lipsky dan Lannoti,
2012).
Sayur dan buah merupakan sumber zat gizi mikro yang diperlukan untuk
proses metabolisme tubuh (Kemenkes, 2014). Masyarakat Indonesia dianjurkan
untuk mengonsumsi sayur dan buah 250 gram per hari dan 150 gram per hari
sesuai dengan rekomendasi Pedoman Gizi Seimbang (Kemenkes, 2014).
Berdasarkan Survey Konsumsi Makan Individu Provinsi Jawa Tengah (2014),
diketahui rata-rata konsumsi sayur dan buah penduduk usia 19-55 tahun 42,6
gram per orang per hari. Hasil ini dapat membuktikan bahwa rata-rata konsumsi
sayur dan buah penduduk di Provinsi Jawa Tengah masih tergolong rendah jika
dibandingkan dengan rekomendasi Pedoman Gizi.
Selain mempengaruhi konsumsi sayur dan buah, screen time juga dapat
mempengaruhi aktivitas fisik. Penelitian Kenny, dkk., (2016) menyebutkan bahwa
screen time yang tinggi dapat menyebabkan remaja beresiko dua kali lipat lebih
mungkin untuk menjadi gemuk, karena saat remaja menggunakan smartphone,
tablet, komputer, dan bermain video game membuat aktivitas fisik remaja diluar
rumah menjadi berkurang. Aktivitas fisik yang rendah akan menyebabkan
peningkatan berat badan diluar batas normal, karena tubuh menjadi jarang
bergerak sehingga kalori yang masuk lebih besar dari pada yang digunakan.
Kelebihan kalori didalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak, jika hal ini
terus menerus terjadi maka status gizi individu akan rentan mengalami obesitas
(Freitag, 2010).
Hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan pada 20 mahasiswa di
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta didapatkan
bahwa mahasiswa dengan durasi screen time diatas rata-rata sebesar 80% dan

3
mahasiswa dengan durasi dibawah rata-rata sebesar 20%. Selain itu didapatkan
bahwa mahasiswa dengan konsumsi sayur dan buah kurang sebesar 85% dan
mahasiswa dengan konsumsi sayur dan buah baik sebesar 15%. Berdasarkan
uraian tersebut maka peneliti tertarik meneliti tentang hubungan sreen time
dengan konsumsi sayur dan buah serta kenaikan berat badan pada mahasiswa
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. METODE
Jenis penelitian ini bersifat observasional. dengan pendekatan cross-
sectional. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2017. Lokasi
penelitian dilakukan di FIK Universitas Muhammadiyah Surakarta. Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa FIK yang berjumlah 631 orang. Besar
sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini berdasarkan perhitungan adalah 62
orang.
Pengambilan sampel dilakukan secara Propotionate Stratified Random
Sampling, yaitu mengambil sampel dari tiap kelas jurusan secara seimbang sesuai
dengan banyaknya subjek dalam masing-masing kelas. Jika jumlah sampel pada
masing-masing kelas telah diketahui maka pengambilan sampel diambil dengan
cara mengundi nomor urut sesuai dengan kerangka absen. Nomor yang terpilih
akan menjadi sampel penelitian. Pemilihan sampel memperhatikan kriteria inklusi
dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu tidak sedang menjalani
diet penurunan berat badan atau mengkonsumsi obat penurunan berat badan.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini, yaitu mahasiswa yang sedang mengalami
sakit kronis.
Data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
meliputi data identitas, konsumsi sayur dan buah, data screen time, data
antropometri berat badan. Data identitas diri menggunakan kuesioner pernyataan
kesediaan sebagai responden sedangkan data konsumsi sayur dan buah
menggunakan formulir Semi Quantitative Food Frequency selama 1 bulan
terakhir dan alat bantu food picture. Kategori konsumsi sayur dan buah dikatakan
kurang jika <400 gram/hari dan baik jika ≥400 gram/hari (Kemenkes, 2014).

4
Data screen time diperoleh dengan cara meminta responden responden
untuk mengisi kuesioner screen time. Responden diberikan waktu satu minggu
untuk mengisi kuesioner screen time dengan cara mengisi durasi yang dihabiskan
untuk kegiatan didepan layar, seperti menonton televisi, menggunakan
komputer/laptop, menggunakan handphone/ smartphone, dan bermain play
station. Kuesioner diberikan pada awal penelitian dan diambil seminggu
berikutnya. Kategori screen time dikatakn rendah jika <rata-rata/hari dan tinggi ≥
rata-rata/hari
Data berat badan diperoleh dari hasil penimbangan, diambil sebanyak dua
kali yaitu diawal penelitian dan diakhir penelitian dengan rentang waktu satu
bulan. Berat badan responden dikatakan tidak naik jika ≤berat badan awal dan
dikatakan naik jika >berat badan awal. Uji kenormalan data menggunakan
Kolmogorov Smirnov. Hubungan screen time, konsumsi sayur dan buah serta
kenaikan berat badan menggunakan uji Pearson Product Moment. Data sekunder
terdiri dari gambaran FIK Universitas Muhammadiyah Surakarta dan jumlah
mahasiswa yang diperoleh dengan cara dokumentasi dan observasi, yaitu dengan
mencatat dan mengamati keadaan lingkungan di FIK Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) umumnya memiliki kegiatan
yang yang sama yaitu waktu kuliah yang padat dari pagi hingga sore kemudian
ditambah dengan jadwal praktik. Kegiatan yang padat dapat mempengaruhi
aktifitas fisik pada mahasiswa yang banyak dihabiskan untuk duduk dikelas
dan mengerjakan tugas kuliah dirumah, sehingga aktivitas fisik menjadi sangat
rendah. Selain itu kegiatan mahasiswa dalam membuat tugas kuliah dan
kemudahan dalam mengakses internet menyebabkan mahasiswa tidak dapat
lepas dari penggunaan media elektronik, sehingga durasi yang dihabiskan di
depan layar menjadi tinggi.
Kegiatan yang padat dan penggunaan media elektronik dengan durasi
yang lama akan mempengaruhi kebiasaan pola makan mahasiswa, yaitu sering

5
mengkonsumsi makanan cepat saji. Hal ini dipilih mahasiswa karena
mahasiswa harus mendapatkan makanan secara cepat dan mudah kenyang.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan pada mahasiswa dan kantin yang
tersedia di kampus, mahasiswa FIK rata-rata mengkonsumsi makanan yang
dijual di kantin. Makanan yang dijual di kantin adalah makanan siap santap dan
merupakan makanan cepat saji yang hanya tinggi karbohidrat, lemak, dan
kolesterol seperti nugget, sosis, batagor dan goreng-gorengan. Selain itu,
berdasarkan kuesioner penelitian diketahui bahwa mahasiswa FIK sebanyak
72,5% tidak tinggal bersama orang tua atau memiliki tempat tinggal di kos, hal
ini dapat mempengaruhi pemilihan makanan yang akan di konsumsi
mahasiswa. Penelitian Nurlita dan Mardiyati (2016) diketahui bahwa sebagian
besar mahasiswa FIK yang memiliki tempat tinggal di kos sering
mengkonsumsi fast food, sehingga konsumsi sayur dan buah menjadi rendah.
Kebiasaan konsumsi sayur pada mahasiswa tidak bervariatif karena hanya
membeli sayur yang sering tersedia di warung makan seperti wortel, jamur,
kangkung dan sawi. Sedangkan untuk kebiasaan konsumsi buah mahasiswa
lebih sering mengkonsumsi buah yang diolah dalam bentuk jus dan buah
potong yang tersedia disekitar kampus dan kos seperti pepaya, semangka,
mangga, melon dan lainnya. Alasan untuk responden memilih buah yang
dikonsumsi dalam bentuk jus karena lebih praktis dikonsumsi dan memiliki
manfaat yang lebih optimal bagi tubuh karena mudah dicerna, sedangkan
alasan responden yang mengonsumsi buah dalam bentuk segar atau dimakan
secara langsung antara lain karena lebih segar, enak, lebih banyak mengandung
zat gizi seperti vitamin dibandingkan jika diolah terlebih dahulu. Berdasarkan
survey dilingkungan kampus pedagang makanan yang menjual buah dan sayur
lebih sedikit dibandingkan makanan cepat saji. Sehingga mahasiswa lebih
sering mengkonsumsi makanan cepat saji dan lebih sedikit mengkonsumsi
sayur dan buah.
Kebiasaan menghabiskan waktu di depan layar dengan durasi yang tinggi
dan kebiasaan konsumsi sayur dan buah yang rendah kemudian tidak diimbangi
dengan aktifitas fisik dapat meningkatkan resiko mahasiswa FIK mengalami

6
kenaikan berat badan yang dapat menyebabkan status gizi pada mahasiswa
menjadi obesitas.
3.2. Analisis Univariat
3.2.1.Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin
Responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FIK Universitas
Muhammadiyah Surakarta dengan distribusi karakteristik jenis kelamin
seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
Laki-laki 14 22,6
Perempuan 48 77,4
Total 62 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin
perempuan yaitu sebesar 77,4%. Berdasarkan penelitian Wardhani (2015)
pada mahasiswa TBP-IPB didapatkan hasil bahwa ada hubungan antar jenis
kelamin responden dengan konsumsi sayur dan buah, yakni responden
perempuan mengkonsumsi buah dan sayur lebih banyak dari pada laki-laki.
Selain itu penelitian Othman, dkk., (2012) yang dilakukan di Malaysia pada
responden dewasa awal menyatakan, jenis kelamin berpengaruh terhadap
tingkat konsumsi sayur dan buah, dimana wanita cenderung mengkonsumsi
sayur dan buah lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Penelitian Nasution
(2014) pada siswa SD di Bogor juga menyatakan terdapar perbedaan durasi
screen time antar laki-laki dan perempuan.
3.2.2.Distribusi Responden menurut Usia
Responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FIK Universitas
Muhammadiyah Surakarta dengan distribusi karakteristik usia seperti pada
Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Responden menurut Usia
Usia (Tahun) Jumlah (n) Persentase (%)
19 45 72,6
20 16 25,8
21 1 1,6
Total 62 100

7
Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 19 tahun
sebesar 72,6%. Pada masa usia ini faktor gizi memiliki peran untuk
meningkatkan ketahanan fisik dan produktivitas kerja, dimana gizi bukan
hanya berpengaruh pada derajat kesehatan tetapi juga dapat mendukung
kualitas kecerdasan intelektual pada manusia (Hidayat, 1997). Kehidupan
mahasiswa menyebabkan terjadinya perubahan pola makan. Pada usia dewasa
pola makan biasanya akan menjadi pedoman kebiasaan perilaku makan yang
menetap dan sulit diubah untuk usia selanjutnya (Brown, 2005). Perilaku
konsumsi makanan yang salah akan mengakibatkan konsumsi zat gizi tidak
sesuai dengan kecukupan zat gizi yang harus dipenuhi. Hal inilah yang
menyebabkan mahasiswa termasuk golongan yang rentan terhadap status gizi
(Thamrin, dkk., 2008).
3.2.3.Distribusi Screen Time
Durasi screen time dalam penelitian ini diambil menggunakan kuesioner. Data
diambil dengan cara menanyakan dan mencatat durasi yang dihabiskan untuk
kegiatan didepan layar selama 7 hari, kemudian dikonversikan menjadi durasi
screen time rata-rata perhari dalam bentuk satuan menit. Distribusi statistik
deskriptif menurut durasi screen time dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Statistik Deskriptif menurut Durasi Screen Time
Statistik Deskriptif Screen Time (menit)
Rata-rata 316,30
Standar deviasi 199,16
Nilai Maksimal 874,28
Nilai Minimal 21,42
Responden dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata durasi screen time
sebesar 316,30±199,16 menit dengan nilai maksimal 874,28 menit yang
tergolong dalam kategori durasi screen time tinggi dan nilai minimal 21,42
menit yang tergolong dalam kategori durasi screen time rendah. Kategori
screen time dikatakan rendah jika durasi <317 menit/hari dan tinggi jika durasi
≥317 menit/hari. Distribusi responden menurut durasi screen time dapat dilihat
pada Tabel 4.

8
Tabel 4. Distribusi Responden menurut Screen Time
Kategori Jumlah (n) Persentase (%)
Rendah 35 56,5
Tinggi 27 43,5
Total 62 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki screen time dalam
kategori rendah <317 menit/hari sebesar 56,5% dan screen time tinggi ≥317
menit/hari sebesar 43,5%. Durasi screen time yang rendah kemungkinan dapat
dipengaruhi oleh kegiatan mahasiswa yang padat seperti jadwal kuliah dari
pagi hingga sore. Hasil ini tidak sejalan dengan penenlitian Worang, dkk
(2017) pada anak SMA Kristen Eben Haezar Manado siswa kelas XI
didapatkan hasil yaitu screen time tinggi sebesar 82,6%. Perbedaan hasil
penelitian ini diduga disebabkan oleh perbedaan standar durasi screen time
yang digunakan peneliti yaitu American Academy of Pediatrict (2001) yang
menyatakan, screen time terbagi menjadi dua kategori yaitu low screen time
(LST) yang berdurasi kurang dari 2 jam/hari dan high screen time (HST) yang
berdurasi lebih besar sama dengan 2 jam/hari. Namun standar ini tidak sesuai
untuk responden mahasiswa karena aktivitas dari mahasiswa yang tidak bisa
lepas dari penggunaan media elektronik pada kegiatan sehari-hari dan kegiatan
mengerjakan tugas kuliah. Selain itu faktor waktu dan wilayah penelitian juga
mempengaruhi sehingga terdapat perbedaan gaya hidup yang mengakibatkan
perbedaan rata-rata screen time.
Hasil kusioner dalam 7 hari terakhir dapat diketahui bahwa durasi screen
time terlama adalah 14,57 jam/hari sedangkan durasi terpendek adalah 0,35
jam/hari. Durasi screen time paling tinggi adalah penggunaan smartphone,
komputer dan laptop, hal ini berkaitan dengan kegiatan mahasiswa dalam
membuat tugas kuliah dan kemudahan akses internet yang dapat digunakan
dimana saja seperti melakukan streaming serta mahasiswa juga aktif dalam
menggunakan media social seperti instagram, facebook dan twitter. Hasil
penelitian Kairupan (2012) menyebutkan bahwa durasi screen time terlama
adalah 10 jam 23 menit per hari dengan rata-rata screen time secara
keseluruhan adalah 2 jam 19 menit per hari.

9
Screen Time (Jam/Hari)
5.73
5.68

5.35

5.11 5.12
4.98 4.97

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

Gambar 1. Screen time selama satu minggu


Gambar 1 menunjukan rata-rata screen time tertinggi adalah pada hari
Minggu dan yang terendah adalah hari Jumat. Hal ini kemungkinan
disebabakan karena hari minggu merupakan hari libur sehingga responden
memiliki lebih banyak waktu luang yang memungkinkan untuk melakukan
aktivitas di depan media elektronik. Umardani (2011) menyebutkan bahwa
rata-rata kegiatan ringan seperti duduk, menonton televisi, dan bermain ringan
(komputer dan play station) pada hari libur meningkat 2,5 jam pada responden
laki-laki dan 2,3 jam pada responden perempuan.
Jika ditinjau berdasarkan hari kuliah, sebaran screen time pada hari Senin,
Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat cenderung seimbang. Hal ini karena responden
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar di kampus. Rata-rata
screen time hari sabtu lebih tinggi dari hari kuliah lainnya karena pada hari
Sabtu sebagian responden ada yang libur kuliah dan sebagian lainnya
melakukan kegiatan organisasi di kampus sehingga memiliki waktu luang yang
lebih banyak untuk screen time.

10
Screen Time
Menonton TV Menggunakan Komputer/laptop
Bermain Play Station (PS) menggunakan Hp

11%

17%

1%
71%

Gambar 2. Jenis kegiatan screen time selama satu minggu


Gambar 2 menunjukan sebagian besar responden menghabiskan waktu
untuk menggunakan HP 71% dan sebagian kecil responden bermain play
station 1%. Hal ini disebabkan sebagian besar responden adalah perempuan
sehingga cenderung jarang bermain play station. Penelitian Anderson, dkk.,
(2008) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa waktu rata-rata anak usia 4-11
tahun untuk menonton televisi adalah dua jam per hari. Sebesar 50 persen dari
responden penelitian Mark, dkk., (2006) di Kanada menonton televisi 2,29-2,71
jam/hari. Lipsky dan Lannotti (2012) menyebutkan bahwa rata-rata
penggunaan komputer remaja di Amerika Serikat adalah 2,8 jam/hari. Selain
itu penelitian Nasution (2014) pada siswi di Bogor menyatakan rata-rata durasi
screen time adalah 2,81±2,06 jam/hari, dengan durasi terlama banyak
dihabiskan didepan layar televisi sekitar 10,5 jam/hari. Perbedaan hasil
penelitian ini mungkin disebabkan oleh perbedaan umur dan wilayah penelitian
sehingga gaya hidup responden juga kemungkinan berbeda. Selain itu,
penelitian screen time pada mahasiswa masih sangat sedikit dilakukan.
4. PENUTUP
Screen time responden sebagian besar termasuk dalam kategori rendah sebesar
56,5%, konsumsi sayur dan buah responden sebagian besar termasuk dalam

11
kategori kurang sebesar 74,2%, kenaikan berat badan responden sebagian besar
termasuk dalam kategori naik sebesar 51,6%. Ada hubungan signifikan antara
screen time dengan konsumsi sayur dan buah, konsumsi sayur dan buah dengan
kenaikan berat badan dan tidak ada hubungan antara screen time dengan kenaikan
berat badan pada mahasiswa FIK di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Disarankan bagi Universitas Muhammadiyah Surakarta perlu diadakan
penyuluhan pada setiap fakultas atau membuat poster mengenai ajakan konsumsi
sayur dan buah serta membatasi kebiasaan screen time sehingga diharapkan
mahasiswa dapat mengurangi durasi screen time dan meningkatkan konsumsi
sayur dan buah agar tidak terjadi peningkatan berat badan yang berlebihan
sehingga berakibat pada status gizi obesitas. Sedangkan untuk peneliti selanjutnya
disarankan untuk meneliti yang faktor lain yang mempengaruhi screen time,
konsumsi sayur dan buah serta kenaikan berat badan pada mahasiswa (uang saku,
tempat tinggal, aktifitas fisik) serta peneliti dapat menggunakan metode penelitian
yang gold standart seperti food weighting pada konsumsi sayur dan buah, untuk
waktu pengamatan pada screen time serta kenaikan berat badan dapat diamati
dengan jangka waktu yang lebih panjang agar hasil penelitian lebih
menggambarkan

DAFTAR PUSTAKA
Al-Hazzaa, H. M., Al-Sobayel, H. I., Abahussain, N. A., Qahwaji, D. M.,
Alahmadi, M. A., Musaiger, A. O. 2013. Association of dietary habits with
levels of physical activity and screen time among adolescents living in
Saudi Arabia. J Hum Nutr Diet.

Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anderson, S. E., Economs, C.D., Must, A. 2008. Active play and screen time in
US children aged 4 to 11 years in relation to sociodemographic and weight
status characteristics: anationally representative cross-sectional analysis.
BMC Public Health.

American Academy of Pediatrics. 2001. Children, adolescents, and television.


Committee on Public Education. Pediatrics. 107:423─6.

Apriadji, WH. 1986. Gizi Keluarga. Penebar Swadaya. Jakarta.

12
Blanchette, L,. Brug, J. 2005. Determinants of Fruit and Vegetable Consumption
among 6-12 Year Old Children and Effective Interventions to Increase
Consumption. Journal Human Nutrition Diet. 18(6): 431-43.

Bowman S, Gortmaker S, Ebbeling, Pereira M, and Ludwig S. 2004. Effect of


Fast Food Consumption on Energy Intake and Diet Quality Among
Children in a National Household Survey. Pediatrics. Vol. 113 No.1

Brown, JE. 2005. Nutrition Through the Life Cycle (edisi kedua). Thomson
Wadsworth. USA.

Buijsse, B., Feskens, EJM., Schulze, MB., Forouhi, NG., Wareham, NJ., Sharp,
S., Palli, D., Tognon, G., Halkjaer, J., Tjonneland, A. 2009. Fruit and
vegetable intakes and subsequent changes in body weight in European
populations: results from the project on Diet, Obesity, and Genes. The
American Journal of Clinical Nutrition. 90(1) : 202-207.

Diarly, M. (2007). Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit. Penerbit


Pustaka Obor Populer. Jakarta.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2007. World Watch List for Domestic
Animal Diversity 3rd Ed. Rome (CI): FAO.

Farisa, S. 2012. Hubungan sikap, pengetahuan, ketersediaan dan keterpaparan


media massa dengan konsumsi buah dan sayur pada siswa SMPN 8 Depok
tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia. Depok.

Fauziyah, R. 2015. Sehat dengan Buah dan Sayur. Penerbit Notebook.


Yogyakarta

Freitag, H. 2010. Bebas Obesitas tanpa Diet Menyiksa. Media Pressindo.


Yogyakarta

Hidayat, Syarief. 1997. Membangun SDM Berkualitas. Suatu Telahan Gizi


Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. IPB. Bogor.

Hill, JO., Wyatt, HR., Peters, JC. 2012. Energy balance and obesity.
Circ.126(1):126-132.

Houghton, S., Hunter, SC., Rosenberg, M., Wood, L., Zadow, C., Martin, K.,
Shilton, T. 2015. Virtually impossible: limiting Australian children and
adolescents daily screen based media use. BMC Public Health. 15:5 1471-
2458/15/5.

Kenny, E., Gortmaker, S. 2016. United States Adolescents' Television,


Computer, Videogame, Smartphone, And Tablet Use: Associations With
Sugary Drinks, Sleep, Physical Activity, And Obesity. Journal Pediatr.

13
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta.

Khasanah, N. 2012. Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola


Makan. Cetakan Pertama Yogyakarta: Penerbit Laksana.

Khomsan, A. 2006. Solusi Makanan Sehat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Khomsan, A. 2009. Rahasia Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta: PT


Kompas Medium Nusantara.

Kairupan, T. S. 2012. Hubungan antara aktivitas fisik dan screen time dengan
status gizi pada siswa-siswa SMP Kristen Eben Haezar 2 Manado. Tesis.
Program Pasca Sarjana Program Study Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Manado.

Lestari, AD. 2013. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Konsumsi


Buah dan Sayur Pada Siswa SMP Negeri 226 Jakarta Selatan Tahun 2012.
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta.

Lipsky, LM., Lannotti, RJ. 2012. Associations of Televition Viewing with Eating
Behaviors in the 2009 Health Behaviour in School-aged Children Study.
Arch Pediatr Adolesc Med. 166(5):465-72.

Lock, K., Pomerleau, J., Causer, L., Altmann, DR., McKee, M. 2005. The global
burden of disease attributable to low consumption of fruit and vegetables:
implications for the global strategy on diet. Bulletin of the World Health
Organization. 83:100-108.

Mark, A. E, Boyce, W. F, Janssen, I. 2006. Television viewing, computer use and


total screen time in Canadian youth. Paediatr Child Health.

Nasution, IN. 2014. Screen time, asupan lemak dan serat serta status gizi siswa
sekolah dasar di Kota Bogor. Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia. IPB.
Bogor.

Ness, A. R., Maynard, M., Frankel, S., Davey, S., Frobisher, C., Leary, S. D.,
Emmett, P. M., Gunnell, D. 2005. Diet in Childhood and Adult
Cardiovascular and All cause Mortality: The Boyd Orr Cohort.
Cardiovascular Medicine. 91(4) : 894-898.

Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni . Jakarta: PT Rineka
Cipta

Nurlita, N., Mardiyati, NL. 2016. Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat
Saji (Fast Food) dengan Tempat Tinggal pada Mahasiswa FIK dan FT
UMS. Jurnal. 2579-9622.

14
Othman, K.I., Karim, M. S. Ab., Karim, R., Adzhan, N., Halim, N. A., Osman, S.
2012. Factors influencing fruits and vegetables consumption behaviour
among adults in Malaysia. Journal of Agribusiness Marketing. 5 : 29-46.

Pramadhan, Y. 2016. Keterkaitan Screen Time, Aktivitas Fisik, Asupan Zat Gizi
Dengan Status Gizi Dan Tingkat Kecukupan Energi Pada Siswa Sd Gadog
03 Bogor. Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia. IPB. Bogor.

Rasjad, IM. 2006. Dasar Genetik Obesitas Viseral. Jurnal Kedokteran


Brawijaya, Vol. XXII No.1.

Schulz, MB., Fung, TT., Manson, JE., Willett, W.C, Hu, FB. 2006. Dietary
Patterns and Changes in Body Weight in Women. Obesity (Silver
Spring).14:1444–53.

Siswoyo, Dwi. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakata: UNY Press.

Survey Konsumsi Makan Individu. 2014. Studi Diet Total: Survey Konsumsi
Makan Individu Provinsi Jawa Tengah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Suryanti R, Jafar N, Syan A. 2013. Gambaran jenis dan jumlah konsumsi fast
food dan soft drink pada mahasiswa obesitas di Universitas Hasanudin.
Skripsi. Fakultas kesehatan masyarakat Universitas Hasanudin. Makassar.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Story, M., Sztainer, DN., French, S. 2002. Individual and Enviromental Influence
on Adolescent Eating Behaviors. J Am Diet Assoc. 102: 40-51.

Syifa, P.C., 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pola Makan


Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah.

Thamrin, MH., Kusharto, CM., Setiawan, B. 2008. Kebiasaan Makan dan


Pengetahuan Reproduksi Remaja Putri Peserta Pusat Informasi dan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Jurnal Gizi dan
Pangan: Bogor.

Umardani, M. R. 2011. Kebiasaan jajan, aktivitas fisik, status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota
Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[WHO] World Health Organization. 2003. Fruit and Vegetable Promotion


Initiative Report of The Meeting. Geneva: WHO. US.

15

Anda mungkin juga menyukai