Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) adalah
menurunkan angka kematian anak dengan target menurunkan angka kematian balita sebesar dua
pertiga antara tahun 1990 hingga tahun 2015. Untuk

mencapai tujuan tersebut maka pemerintah melakukan strategi dan usaha, salah

satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif (Bappenas,

2005). Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggerakkan seluruh

masyarakat dalam upaya memberikan ASI Eksklusif pada bayi selama 6 (enam) bulan

(Depkes, 2006). Untuk mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif

diharapkan dapat tercapai maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan

menerapkan program inisiasi menyusu dini (IMD) (Roesli,2007)

Inisiasi menyusu dini adalah proses alami untuk menyusu, yaitu dengan

memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri, dalam satu

jam pertama pada awal kehidupannya bayi. Inisiasi menyusu dini atau IMD

merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah Indonesia. WHO dan

UNICEF telah merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan

penyelamatan kehidupan, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22%

nyawa bayi sebelum usia 28 hari. Untuk itu diharapkan semua tenaga kesehatan di

semua tingkatan pelayanan kesehatan, baik swasta maupun masyarakat dapat

mensosialisasikan dan melaksanakan suksesnya program tersebut (Depkes RI, 2008).

Universitas Sumatera Utara

The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan 1 juta

bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama

kelahiran, yang kemudian dilanjutkan ASI Eksklusif sampai dengan enam bulan
(Hernawati,2008).

Sedangkan di Indonesia, hanya 4 % bayi disusui ibunya dalam waktu 1 jam

pertama setelah kelahiran dan 8 % ibu memberi ASI Eksklusif terhadap bayinya

sampai 6 bulan. Padahal diperkirakan sekitar 30.000 kematian bayi baru lahir

(usia 28 hari) dapat dicegah melalui inisiasi menyusu dini (Amori, 2007).

Hasil penelitian Fikawati dan Safiq (2003) menjelaskan bahwa keberhasilan

dalam menyusu selanjutnya ASI Eksklusif pada bayi yang diberikan kesempatan

menyusu dini dalam satu jam pertama setelah dilahirkan lebih besar delapan kali

dibandingkan bayi yang tidak diberikan kesempatan menyusu dini. Pemberian ASI

Eksklusif pada bayi di Indonesia menurun dari 42,4 % pada tahun 1997 menjadi

39,5% pada tahun 2002-2003 (SDKI, 2007). Sedangkan cakupan ASI Eksklusif yang

ditargetkan dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) dan Strategi

Nasional Program Peningkatan Cakupan Air Susu Ibu (PP-ASI) adalah 80%. Hal ini

menunjukkan keadaan yang cukup memprihatinkan, sehingga perlu upaya serius dan

bersifat segera ke arah yang dapat meningkatkan keberhasilan program ASI Eksklusif

(Depkes RI,2005). Berdasarkan studi kualitatif Fikawati dan Safiq melaporkan bahwa

alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI Eksklusif bermacam-macam

salah satunya terjadinya kegagalan melakukan IMD. Bayi yang lahir normal dan

diletakkan di perut ibu segera setelah lahir dengan kulit ibu melekat pada kulit bayi

selama setidaknya 1 jam dalam 50 menit akan berhasil menyusu, sedangkan bayi lahir

Universitas Sumatera Utara

normal yang dipisahkan dari ibunya 50% tidak bisa menyusu sendiri. Berbagai studi

juga telah melaporkan bahwa IMD terbukti meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif

(Fikawati, 2009).

Inisiasi menyusu dini dengan jelas telah tercantum dalam Buku Acuan
Asuhan Persalinan Normal (APN) dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

APN adalah standar asuhan persalinan normal yang bersih dan aman dari setiap

tahapan persalinan bagi semua ibu bersalin yang harus diterapkan oleh penolong

persalinan dimanapun, hal tersebut telah menetapkan 58 langkah yang mana inisiasi

menyusu dini masuk dalam urutan prosedur tetap seorang bidan dalam melakukan

pertolongan persalinan. Tujuan APN adalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan

derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayi yang dilahirkannya (Depkes,2008).

Penolong persalinan disini mungkin saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau

spesialis obstetri. Karena bidan secara umum merupakan penolong persalinan yang

paling banyak membantu persalinan ibu di Indonesia maka dalam studi ini penolong

persalinan disebut sebagai bidan (BPS, 2007) serta sesuai dengan peraturan

PERMENKES No HK.02.02/MENKES/149/2010 tentang penyelenggaraan praktek

dalam menolong persalinan pada bab 3 pasal 2 bagian g yang menyatakan bahwa

seorang bidan harus melaksanakan IMD dan promosi air susu ibu secara Eksklusif.

Hal ini sebelumnya telah adanya rekomendasi dari WHO dan UNICEF (2002) dalam

Aprillia (2010) yang dibuat untuk peningkatan cakupan ASI Eksklusif salah satunya,

yaitu (1) inisiasi menyusu dini pada satu jam setelah kelahiran, (2) memberikan

secara Eksklusif, kolostrum kepada bayi dan menghindari makanan / minuman

lainnya sebelum pemberian ASI dan makanan lain pada masa awal kehidupan bayi

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan dukungan dari pemerintah antara lain, telah dicanangkannya

GNPP-ASI (Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu) pada tahun

1990, Ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara Eksklusif pada bayi

Indonesia, yang memuat 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui


diantaranya berisi tentang: semua institusi pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan

tertulis mengenai pemberian ASI yang secara berkala dikomunikasikan kepada semua

petugas kesehatan, melatih semua petugas kesehatan dengan keterampilan yang

diperlukan untuk menerapkan kebijakan tersebut, memberi informasi mengenai

manfaat ASI dan menyusui kepada semua ibu hamil, membantu ibu menyusui sedini

mungkin dalam waktu setelah lahir sampai satu jam (Roesli, 2005).

Keberhasilan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) juga sangat dipengaruhi

oleh pengetahuan, sikap dalam bidan penolong persalinan itu sendiri, hal ini

didukung pula oleh pernyataan Siregar A (2004), bahwa keberhasilan menyusu dini

banyak dipengaruhi oleh perilaku petugas kesehatan yang pertama kali membantu

ibu selama proses persalinan. Selain itu keberhasilan ibu menyusui juga harus

didukung oleh suami, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat. Oleh karena itu

sikap dan perilaku petugas kesehatan khususnya bidan yang didasari pengetahuan

tentang IMD, keberhasilan ASI Eksklusif sebelumnya, besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan praktek IMD.

Universitas Sumatera Utara

Kota Dumai merupakan bagian dari Propinsi Riau, dimana kota Dumai suatu

daerah yang telah menerapkan suatu program pemerintah yaitu berupa Desa Siaga.

Desa siaga adalah suatu gambaran masyarakat yang sehat, sadar, mau, dan mampu

mengatasi permasalahan kesehatan diantaranya terhadap masalah kesehatan ibu dan

anak yang dilaksanakan di pos kesehatan desa (POSKESDES). Kata desa siaga dapat

diartikan dengan kelurahan siaga sesuai dengan wilayah yang berwewenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat (Depkes,2008).

Dengan terbentuknya kelurahan siaga peranan bidan sangat berpengaruh

dalam keberhasilan program-program yang diharapkan oleh pemerintah, karena bidan


adalah merupakan ujung tombak dalam suatu pelaksanaan kegiatan pemerintah untuk

membentuk kesadaran serta kemampuan masyarakat mengatasi kesehatan dalam hal

ini tentang kegiatan inisiasi menyusu dini (IMD) yang merupakan salah satu

keberhasilan ASI Eksklusif.

Berdasarkan data dari dinas kesehatan kota Dumai cakupan ASI Eksklusif

masih rendah serta terjadi penurunan pada tahun 2008 adalah 47,6% dan tahun 2009

adalah 43,2% dimana target untuk kota Dumai 72,5%, demikian juga untuk angka

kematian bayi pada tahun 2008 tercatat jumlah kematian bayi sebanyak 44 bayi

dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 6.106, sehingga angka kematian bayi di kota

Dumai adalah sebesar 7 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2009 tercatat jumlah

kematian bayi sebanyak 58 bayi dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 6.727,

sehingga angka kematian bayi di kota Dumai adalah sebesar 8 per 1000 kelahiran

hidup. Angka ini menunjukan telah terjadi peningkatan angka kematian bayi di kota

Dumai pada tahun 2009. Bila dibandingkan dengan target indikator Kota Dumai

Universitas Sumatera Utara

tahun 2009 yakni 40 per 1000 kelahiran hidup, maka pencapaian angka kematian bayi

ini tidak melebihi pencapaian target (Dinkes 2008,2009).

Berdasarkan survei pendahuluan mengenai inisiasi menyusu dini (IMD) pada

8 orang bidan kelurahan siaga dikota Dumai, 7 orang (88%) mengatakan mengetahui

tentang inisiasi menyusu dini (IMD) dan bagaimana melaksanakannya. Namun 5

orang(63%) bidan tersebut mengatakan pernah melakukan IMD tetapi jarang sekali

melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), sebab dari orang tuanya sendiri tidak ingin

melaksanakan karena merasa khawatir dan kasihan melihat bayinya, dan 2 orang

(25%) bidan kelurahan siaga yang belum mengikuti pelatihan inisiasi menyusu dini

(IMD). Kebijakan untuk penerapan IMD sudah mulai dianjurkan oleh dinas kesehatan
pada tahun 2008 dengan melakukan pelatihan kepada bidan kelurahan siaga secara

bertahap, kebijakan IMD di kota Dumai hanya berbentuk himbauan tidak berbentuk

suatu keputusan yang tertulis.

Pelaksanaan program inisiasi menyusu dini merupakan tanggung jawab semua

praktisi kesehatan. Bidan kelurahan siaga sebagai salah satu profesi yang juga

mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan ibu dan anak, harus dapat

memberikan informasi yang benar terhadap pentingnya melakukan Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) dan menerapkan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan benar

yang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan cakupan ASI Eksklusif. Mengacu

pada hal diatas maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian tentang

pengetahuan, sikap, dan tindakan bidan kelurahan siaga dalam kegiatan inisiasi

menyusu dini (IMD) di kota Dumai.

Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

pengetahuan, sikap, dan tindakan bidan kelurahan siaga kota Dumai dalam kegiatan

inisiasi menyusu dini (IMD) tahun 2011 ?.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan bidan kelurahan siaga

dalam kegiatan inisiasi menyusu dini (IMD) di kota Dumai tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk dapat mengambarkan tingkat pengetahuan bidan kelurahan siaga dalam

kegiatan inisisi menyusu dini di kota Dumai .

2. Untuk dapat mengambarkan sikap bidan kelurahan siaga terhadap kegiatan inisisi
menyusu dini di kota Dumai .

3. Untuk dapat mengambarkan tindakan bidan kelurahan siaga terhadap kegiatan

inisisi menyusu dini di kota Dumai .

4. Untuk dapat mengambarkan hubungan pengetahuan bidan kelurahan siaga

berdasarkan sikap dalam kegiatan inisisi menyusu dini di kota Dumai .

5. Untuk dapat mengambarkan hubungan pengetahuan bidan kelurahan siaga

berdasarkan tindakan dalam kegiatan inisisi menyusu dini di kota Dumai .

6. Untuk dapat mengambarkan hubungan sikap bidan kelurahan siaga berdasarkan

tindakan dalam kegiatan inisisi menyusu dini di kota Dumai .

Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan dapat memberi manfaat sebagai masukan bagi dinas kesehatan

kota Dumai khususnya terhadap bidan kelurahan siaga kota Dumai dalam upaya

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) sehingga dapat meningkatkan cakupan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

IMD adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri menyusu

dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin

contact) antara kulit ibu dengan kulit bayinya (Nurtjahjo dan Paramitia, 2008 dalam

Sunansari, 2008).

Di Indonesia pelaksanaan IMD disosialisasikan pada saat Pekan ASI se-Dunia

tahun 2007. Pada kesempatan tersebut ibu Presiden Republik Indonesia menghimbau

agar para ibu memberi kesempatan pada bayinya untuk menyusu dalam satu jam

pertama setelah melahirkan. Oleh karena itu, Ibu Negara juga menghimbau semua

petugas kesehatan yang terlibat dalam persalinan, termasuk para dokter dan bidan

untuk membantu ibu-ibu melaksanakan IMD segera setelah melahirkan (Kementrian

Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2007). IMD menjadi begitu penting

untuk dilakukan karena sejak tahun 2008 dalam Asuhan Persalinan Normal (APN),

IMD tersebut merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan oleh petugas

kesehatan yang membantu persalinan (Depkes, 2008).

2.1.1. Tahapan yang Dilakukan Bayi dalam IMD

Dikutip dari Roesli (2008), tahapan yang biasanya dilakukan bayi pada saat IMD

adalah :

1. Istirahat sebentar dalam keadaan siaga untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

2. Memasukkan tangan ke mulut.

Universitas Sumatera Utara

3. Menghisap tangan dan mengeluarkan suara


4. Bergerak ke arah payudara dengan aerola sebagai sasaran.

5. Menyentuh puting susu dengan tangannya.

6. Menemukan puting susu.

7. Melekat pada puting susu.

8. Menyusu untuk pertama kalinya.

2.1.2. Manfaat IMD

Menurut Roesli (2008) ada beberapa manfaat yang bisa didapat dengan melakukan

IMD adalah :

a). Menurunkan resiko kedinginan ( hypothermia).

Bayi yang diletakkan segera di dada ibunya setelah melahirkan akan

mendapatkan kehangatan sehingga dapat menurunkan resiko hypothermia

sehingga angka kematian karena hypothermia dapat ditekan.

b). Membuat pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil.

Ketika berada di dada ibunya bayi merasa dilindungi dan kuat secara psikis

sehingga akan lebih tenang dan mengurangi stres sehingga pernafasan dan

detak jantungnya akan lebih stabil .

c). Bayi akan memiliki kemampuan melawan bakteri.

IMD memungkinkan bayi akan kontak lebih dahulu dengan bakteri ibu yang

tidak berbahaya atau ada antinya di ASI ibu, sehingga bakteri tersebut

membuat koloni di usus dan kulit bayi yang akan dapat menyaingi bakteri

yang lebih ganas di lingkungan luar.

Universitas Sumatera Utara

d). Bayi mendapat kolostrum dengan konsentrasi protein dan immunoglobulin

paling tinggi.

IMD akan merangsang pengeluaran oksitosin sehingga pengeluaran ASI dapat


terjadi pada hari pertama kelahiran. ASI yang keluar pada hari pertama

kelahiran mengandung kolostrum yang memiliki protein dan immunoglobulin

dengan konsentrasi paling tinggi. Kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi

karena kaya akan antibodi dan zat penting untuk pertumbuhan usus dan

ketahanan terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi demi kelangsungan

hidupnya .

e). Mendukung keberhasilan ASI Eksklusif

Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan mempunyai kesempatan

lebih berhasil menyusu Eksklusif dan mempertahankan menyusu dari pada

yang menunda menyusu dini.

f). Membantu pengeluaran plasenta dan mencegah pendarahan

Sentuhan, kuluman dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan merangsang

sekresi hormon oksitosin yang penting untuk menyebabkan rahim kontraksi

yang membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi pendarahan sehingga

mencegah anemia, merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi

tenang, rileks dan mencintai bayinya serta merangsang pengaliran ASI dari

payudara.

g). Membantu bayi agar memiliki keahlian makan di waktu selanjutnya

h). Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan bayinya pertama kali di

dada ibunya .

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit

ibu dengan kulit bayi menurut Roesli (2008) yaitu :

1. Bayi kedinginan
Berdasarkan Penelitian dr Niels Bergman (2005) ditemukan bahwa suhu dada ibu

yng melahirkan menjadi 1°C lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak

melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu

akan turun 1°C. Jika bayi kedinginan suhu dada ibu akan meningkat 2°C untuk

menghangatkan bayi.

2. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.

Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini

membantu menenangkan ibu.

3. Tenaga Kesehatan kurang tersedia

Saat usia bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat menjalankan tugas. Bayi

dapat menemukan sendiri payudara ibu. Lihat ayah atau keluarganya terdekat unuk

menjaga bayi sambil memberikan dukungan pada Ibu.

4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk

Dengan bayi diatas ibu, ibu dapat dipindahkan keruang pulih atau kamar

perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai

payudara dan menyusu dini.

Universitas Sumatera Utara

5. Ibu harus dijahit

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi diarea payudara.yang dijahit adalah

bagian bawah tubuh ibu.

6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorhea)

harus segera diberikan setelah lahir

7. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi.


Selain itu, kesempatan vernix (zat lemak putih yang melekat pada bayi)

meresap,melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat

dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda

sampai menyusu dini selesai.

8. Bayi kurang siaga

Pada 1 -2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi

tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu,

kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk

bonding (ikatan kasih sayang).

9. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga

diperlukan cairan lain (cairan prelaktal)

Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan

dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

10. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya bagi bayi

Universitas Sumatera Utara

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai

imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum

melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.

2.2. Pengetahuan Bidan Tentang IMD

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (over behavior).


Pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak didasari dengan

pengetahuan. Bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru (berperilaku baru), di

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulasi (objek) terlebih dahulu.

2) Interest, yakni orang mulal tertarik kepada stimulus.

3) Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya.

4) Trial, orang yang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adaption, yaitu subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya sendiri terhadap stimulus

Universitas Sumatera Utara

Didasari oleh pengetahuan yang positif maka seorang bidan akan

melakukan kegiatan yang positif contohnya ibu-ibu diperintah/dianjurkan oleh

seorang bidan berdasarkan pengetahuan yang dia dapati untuk melakukan

penggunaan ASI Eksklusif dan pentingnya melakukan inisiasi menyusu secara dini,

mereka akan segera melakukan perintah/anjuran tersebut.

Berdasarkan penelitian Idris (2009) menyatakan bahwa pengetahuan petugas

penolong persalinan, merupakan salah satu peran yang berarti terhadap praktek

inisiasi menyusu dini. Informasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dominan didapatkan

dari bidan yang menangani pemeriksaan kehamilan dan persalinan, yang menjadi

masalah karena informasi tersebut tidak selamanya disampaikan bidan jauh sebelum

praktek IMD dilakukan, bahkan terkadang diberi tahu sesaat setelah melahirkan.

Namun yang paling dominan, adalah yang mendapatkan informasi saat pemeriksaan
kehamilan. Dengan pengetahuan seorang bidan terhadap IMD maka dapat

menginformasikan pada pasien yang datang memeriksakan kehamilannya mengenai

ASI Eksklusif maupun IMD, meskipun terkadang informasi itu diberikan pada umur

kehamilan yang mendekati persalinan. Keterlambatan penyampaian informasi

menyebabkan masih adanya ibu yang ragu mengambil keputusan untuk IMD.

2.3. Sikap Bidan Dalam IMD

Menurut Notoadmojo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

penghayatan terhadap objek. Sikap juga diartikan sebagai penggambaran setuju atau

Universitas Sumatera Utara

tidak setuju seseorang terhadap objek, yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau

orang lain dan membuat seseorang mendekati atau menjauhi objek lain.

Dikutip dari Aprilia (2010) salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Eksklusif adalah faktor sikap, petugas

kesehatan khususnya bidan dalam hal motivasi, ibu dalam pelaksanaan IMD.

Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat membangkitkan rasa

percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui bayinya. Informasi tentang

perawatan payudara selama masa kehamilan, lama menyusui, keuntungan menyusui,

inisiasi menyusu dini, merupakan dukungan tenaga kesehatan untuk menyukseskan

kelangsungan pemberian ASI Eksklusif.

Sikap bidan dalam praktek inisiasi menyusu dini juga diungkapkan oleh

Februhartanty, dalam penelitiannya bahwa sekitar 80% bayi baru lahir ini menerima

makanan/minuman prelakteal berdasarkan anjuran dari petugas kesehatan. Kutipan

hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa terlaksana atau tidaknya inisiasi


menyusu dini, ikut dipengaruhi oleh peran (sikap) petugas kesehatan, dalam hal ini

bidan.

2.4. Tindakan Bidan Dalam IMD

Menurut Bloom yang dijabarkan oleh Notoatmodjo (2007) Sikap adalah

kecenderungan untuk bertindak (Praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam

tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu sarana dan

prasarana.

Universitas Sumatera Utara

Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut

kualitasnya, yaitu:

a. Praktik terpimpin (guide response)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada

tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau memperaktekkan sesuatu

hal secara otomatis.

c. Adopsi (Adoption)

Adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, artinya apa yang

sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan yang berkualitas.

Menurut Roesli (2008), umumnya praktek (tindakan) inisiasi

menyusu dini yang kurang tepat tetapi masih dilaksanakan adalah sebagai

berikut :

1) Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering.

2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering tali pusat lalu dipotong dan

diikat.
3) Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.

4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu (tidak terjadi kontak

kulit).

5) Setelah bayi dibedong kemudian diangkat dan disusukan pada ibu dengan

cara memasukan puting susu ibu ke mulut bayi.

Universitas Sumatera Utara

6) Setelah itu, bayi ditimbang, diukur, diazankan oleh ayahnya, diberi

suntikan vitamin K, dan kadang-kadang diberi tetes mata.

2.4.1. Langkah-langkah Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

a. Menurut Roesli (2008) langkah-langkah dalam melakukan Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) yaitu:

1) Menganjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.

2) Menyarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi.

3) Mempersilahkan ibu untuk menentukan cara melahirkan yang

diinginkannya, misalkan melahirkan normal, di dalam air, atau dengan

jongkok.

4) Mengeringkan seluruh badan dan kepala bayi sebaiknya dikeringkan

secepatnya, kecuali kedua tangannya.

5) Menengkurapkan bayi di dada atau di atas perut ibu, dan biarkan bayi

melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit dipertahankan

minimal satu jam setelah menyusu awal selesai dan keduanya diselimuti.

6) Membiarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu, ibu dapat saja

merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi

ke puting susu.

7) Memberikan dukungan pada ayah agar membantu ibu untuk mengenali


tanda-tanda atau prilaku bayi sebelum menyusu.

8) Menganjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit

pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar.

Universitas Sumatera Utara

9) Memisahkan bayi dari ibu untuk ditimbang ,diukur, dan dicap setelah satu

jam atau menyusu awal selesai.

10) Merawat gabung, ibu dan bayi dalam satu kamar.

Menurut Roesli (2008), dalam Inisiasi Menyusu Dini melalui 5 (lima)

tahapan prilaku sebelum bayi menyusu, yakni :

1) Dalam 30 menit pertama, stadium istirahat / diam dalam keadaan siaga.

Bayi diam tidak bergerak, sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya.

Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari

keadaan dalam kandungan ke luar kandungan.

2) Antara 30-40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau

minum, mencium, menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan air

ketuban yang ada ditangannya. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi

untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.

3) Mengeluarkan air liur, saat menyadari ada makanan disekitarnya bayi

mulai mengeluarkan air liurnya.

4) Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai

sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu,

menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah

puting susu dan sekitarnya dengan tangan yang mungil.

5) Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan

melekat dengan baik.


2.5. ASI

2.5.1 Komposisi ASI

Universitas Sumatera Utara

Komposisi ASI tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu (Suraatmaja,

1997 dalam Refina 2009). Komposisi ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh stadium

laktasi, ras, keadaan nutrisi dan diet ibu. Secara umum, komposisi ASI adalah sebagai

berikut :

a. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang keluar pada hari pertama sampai hari

ketiga setelah melahirkan yang berwarna kuning atau jernih. Volume kolostrum

sekitar 150-300 ml/24 jam. Komposisi kolostrum berubah setiap hari. Kandungan

protein kolostrum lebih banyak daripada ASI matang, namun kandungan karbohidrat

dan total energinya lebih rendah daripada ASI matang. Kolostrum mengandung zat

anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan dengan ASI matang. Selain itu

kolostrum merupakan cairan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak

dibutuhkan dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran cerna bayi

terhadap makanan yang akan datang.

b. Air susu transisi/peralihan

Air susu peralihan merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum hingga

sebelum menjadi ASI matang , disekresikan pada hari keempat hingga hari kesepuluh

sesudah bayi dilahirkan. Kandungan protein air susu peralihan lebih rendah dibanding

kolostrum sedangkan kandungan karbohidratnya lebih tinggi. Volume air susu

peralihan meningkat dibanding kolostrum.

c. Air susu matang (mature)

Air susu matang (mature) merupakan cairan yang berwarna putih kekuningkuningan
karena garam Ca-caseinat, riboflavin dan karoten yang terdapat di dalam

Universitas Sumatera Utara

air susu matang tersebut . ASI matang disekresikan pada hari kesepuluh dan

seterusnya. Komposisi ASI matang relatif konstan.

2.5.2 Manfaat Pemberian ASI

Menurut Depkes (2002), ada beberapa manfaat yang bisa didapat bila ibu

memberikan ASI pada bayinya. Kandungan ASI sesuai dengan kebutuhan untuk

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, sehingga ASI adalah makanan yang

paling sempurna untuk bayi. ASI mengandung zat-zat untuk perkembangan

kecerdasan, dan zat kekebalan yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Pemberian ASI

bukan hanya bermanfaat bagi bayi, tapi juga bagi ibu. Ibu yang memberikan ASI

pada bayinya akan lebih cepat pulih kesehatannya setelah melahirkan, perdarahan

setelah melahirkan dapat berkurang. Menyusui dapat menunda kehamilan bahkan

mengurangi resiko kanker payudara. Manfaat yang juga sangat penting jika ibu

menyusui bayinya adalah terjalin ikatan batin yang sangat kuat antara ibu dan bayi.

Pemberian ASI ternyata tidak hanya memberikan manfaat secara langsung

bagi ibu dan bayinya. Lebih jauh lagi, pemberian ASI memberikan dampak positif

dalam perekonomian. Ibu yang memberikan ASI kepada bayinya tidak perlu membeli

susu formula sehingga dapat menghemat pengeluaran keluarga. Anggaran tersebut

dapat dialokasikan untuk kepentingan lain, misalnya untuk biaya pemeliharaan

kesehatan maupun untuk pendidikan anak tersebut.

Secara tidak langsung, manfaat tersebut juga memberikan dampak positif bagi

negara. Dapat menghemat penggunaan devisa negara dan menghemat subsidi biaya

kesehatan masyarakat karena dapat menekan angka kesakitan bahkan kematian.

Karena masyarakat mampu meningkatkan alokasi dana untuk biaya pemeliharaan


Universitas Sumatera Utara

kesehatan maupun dan pendidikan anak maka tersedianya sumber daya manusia yang

berkualitas dapat lebih terjamin dan dapat mengurangi hilangnya hari kerja karena

sakit. Hal ini tentu saja akan mengurangi beban negara. Selain itu pencemaran

lingkungan akan terhindari karena rumah tangga yang tidak menggunakan peralatan

susu formula misalnya botol dan dot yang terbuat dari plastik yang tidak dapat didaur

ulang.

2.5.3.Mekanisme Menyusu

Menurut Kari (1997) dalam Refina (2009), ada tiga refleks yang berhubungan

dengan mekanisme menyusu yaitu :

a. Refleks mencari (Rooting Reflex)

Bayi yang pipi atau daerah sekeliling mulutnya menempel pada payudara ibu

akan mendapat rangsangan sehingga menimbulkan refleks untuk mencari

(rooting reflex). Refleks tersebut akan memungkinkan bayi memutar

kepalanya menuju puting susu diikuti dengan membuka mulut kemudian

puting susu akan ditarik masuk ke dalam mulut.

b. Refleks menghisap (Suckling Reflex)

Bila langit-langit mulut bayi mulai tersentuh, maka refleks menghisap akan

terjadi.

c. Refleks menelan (Swallowing Reflex)

Air susu yang keluar dari puting susu akan dihisap dengan gerakan menghisap

yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan

Universitas Sumatera Utara

bertambah. Air susu tersebut selanjutnya akan ditelan masuk ke lambung

karena adanya refleks menelan.


2.5.4 ASI Eksklusif dan Manfaat Pemberiannya

ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayi tanpa

memberikan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan

makanan tambahan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan

nasi tim (Roesli, 2000) kecuali obat dan vitamin (WHO, 1991). Sesuai dengan

pedoman internasional, ASI Eksklusif diberikan hingga bayi berusai 6 (enam) bulan

karena secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa ASI sangat besar manfaatnya bagi bayi

dan semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi dapat tercukupi hanya dengan

pemberian ASI Ekslusif hingga usia bayi 6 (enam) bulan. Pemberian ASI Eksklusif

dapat mengurangi angka kematian bayi karena berbagai penyakit yang sering diderita

anak-anak misalnya diare dan radang paru. ASI Eksklusif juga dapat mempercepat

pemulihan bayi setelah sakit dan dapat membantu menjarangkan kehamilan

(Linkages, 2002 dalam Refina 2009).

Meskipun pemberian ASI Eksklusif sangat penting namun pada prakteknya

seringkali bayi diberikan cairan lain selain ASI misalnya teh, air manis, jus, dan madu

kepada bayi pada usia yang masih sangat muda, biasanya dimulai saat bayi berusia

sebulan. Suatu penelitian yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan

bahwa 83% bayi mendapat air putih dan teh dalam bulan pertama kehidupannya.

Penelitian selanjutnya dilakukan di Gambia, Filipina, Mesir dan Guatemala

menunjukkan hasil bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan atau

teh. Berbagai alasan yang diajukan dalam pemberian cairan tersebut misalnya cairan

Universitas Sumatera Utara

tersebut dibutuhkan oleh bayi untuk hidup, menghilangkan rasa haus, menghilangkan

rasa sakit (sakit perut atau sakit telinga), mencegah dan mengobati pilek dan sembelit

serta untuk menenangkan bayi (Linkages, 2002 dalam Refina 2009).


2.5.5 Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan ASI

Menurut peraturan menteri negara pemberdayaan perempuan dan

perlindungaan anak No 03 tahun 2010 tentang Penerapan Sepuluh Langkah Menuju

Keberhasilan Menyusui adalah:

1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan

Pemberian ASI (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada

semua petugas.

2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan

untuk menerapkan kebijakan tersebut.

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan

penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur

2 (dua) tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.

4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang

dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui

setelah 30 menit ibu sadar.

5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan

menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru

lahir.

Universitas Sumatera Utara

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam

sehari.

8. Membantu ibu menyusui semau bayi, tanpa pembatasan terhadap lama dan

frekuensi menyusui.

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
10. Mengupayakan terbentuknya kelompok ASI dan rujuk ibu kepada kelompok

tersebut ketika pulang dari rumah sakit bersalin/sarana pelayanan kesehatan.

2.6. Peranan Bidan Dalam Pelaksanaan IMD

Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan Program

Pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan

persyaratan yang berlaku (Depkes RI,1995 dalam Puspitasari E, 2009), yang

memunyai tugas penting dalam bimbingan dan penyuluhan kepada ibu hamil,

persalinan nifas, dan menolong persalinan serta mempunyai tugas penting dalam

pendidikan dan konsling, tidak hanya untuk klien, tetapi juga untuk keluarga dan

masyarakat (Notoatmodjo,1993 dalam Puspitasari E, 2009).

Dalam pelaksanaan praktiknya, bidan mempunyai wewenang yang diatur

sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

900/MENKES/SK/VII/2002, dimana seorang bidan mempunyai wewenang yang

diberikan tersebut, bidan harus:

a. Melaksanakan tugas kewenangan sesuai dengan standar profesi.

b. Memiliki keterampilan dan kemampuan untuk tindakan yang dilakukannya.

c. Mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku di wilayahnya.

Universitas Sumatera Utara

d. Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan berupaya secara optimal

dengan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi atau janin.

Salah satu wewenangnya adalah pelayanan kesehatan kepada anak yang meliputi:

a. Pelayani neonatal esensial dan tata laksana neonatal sakit di luar rumah sakit:

1. Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman.

2. Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini.

3. Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan.


4. Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan.

5. Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan tali pusar

secara higienis, pemberian imunisasi dan pemberian ASI Eksklusif.

b. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada bayi 0 – 28 hari.

c. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI Eksklusif untuk bayi di bawah 6

bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi diatas 6 bulan.

d. Pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas tumbuh

kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang balita.

e. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai

dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan segera merujuk pada dokter.

Berikut ini didalam buku JNPK-KR (2007) mengatakan bahwa seorang bidan

dalam pelaksanaan IMD antara lain:

a. Melatih katerampilan, mendukung, membantu, dan menerapkan IMD-ASI

Eksklusif

b. Memberi informasi manfaat IMD dan ASI Eksklusif pada BUMIL

Universitas Sumatera Utara

c. Membiarkan kontak kulit ibu-bayi setidaknya 1 jam atau sampai menyusu

awal selesai.

d. Menghindarkan memburu-buru bayi atau memaksa memasukkan puting susu

ibu kemulut bayi

e. Membantu ayah menunjukkan perilaku bayi yang positif saat bayi mencari

payudara.

f. Membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu.

g. Menyediakan waktu dan suasana tenang diperlukan kesabaran.

2.7. Desa Siaga


Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya

dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah

kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri.

Desa yang dimaksud disini dapat diarti kelurahan atau nagari atau istilahistilah

lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang

berwewenag untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena kota Dumai

tidak ada desa hanya kelurahan maka kata desa siaga menjadi kelurahan siaga.

Kriteria desa siaga adalah apabila desa tersebut telah memiliki sekurangkurangnya

sebuah pos kesehatan desa(Poskesdes). Poskesdes diselenggarakan oleh

tenaga kesehatan (minimal seorang bidan) dibantu sekurang-kurangnya 2 (dua) orang

kader.

Universitas Sumatera Utara

Poskesdes adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang

dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar

bagi masyarakat desa.

Poskesdes dapat dikatakan sebagai sarana kesehatan yang merupakan

pertemuan antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah.

Salah satu peran bidan dalam pengembangan desa siaga adalah Pembimbing dan

pelaksana penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan, berupa

pelayanan yang meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif (DepKes RI, 2008).

2.8. Kerangka Konsep

Pendekatan teori yang digunakan dalam meneliti perilaku bidan dalam

kegiatan inisiasi menyusu dini adalah teori Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007)
yang membagi perilaku dalam 3 kawasan yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap)

dan psikomotor (tingkah laku). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).

Pengetahuan sangat berperan dalam menentukan sikap seseorang. Sikap (atittude)

merupakan kecenderungan untuk berespon baik secara positif ataupun negatif

Dari konsep di atas dapat kita lihat bahwa terbentuknya suatu perilaku baru dimulai

dari domain kognitif, subjek tahu terlebih dahulu tentang stimulus/objek tertentu,

kemudian menimbulkan pengetahuan baru dan selanjutnya menimbulkan respons

batin dalam bentuk sikap. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan

disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respons yang lebih jauh lagi yaitu

tindakan terhadap orang, objek ataupun situasi tertentu. Suatu sikap belum

merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

Universitas Sumatera Utara

perilaku. Demikian juga bidan kelurahan siaga pengetahuan mereka tentang inisiasi

menyusu dini akan mempengaruhi sikap mereka terhadap pelaksanaan inisiasi

menyusu dini, kemudian akan mempengaruhi tindakan bidan dalam kegiatan inisiasi

menyusu dini.

Gambar 2.1. Kerangka konsep

Keterangan: Penelitian bertujuan untuk mencari gambaran tentang bagaimana

pengetahuan,sikap dan tindakan bidan kelurahan siaga dalam kegiatan inisiasi

menyusu dini di Kota Dumai.ASI Eksklusif.


4.7 Cara pengumpulan data

4.7.1 Alat dan instrumen

Materi/Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi:

1) Surat permohonan menjadi responden (terlampir)

2) Surat pernyataan bersedia menjadi responden (terlampir)

3) Kuesioner penelitian (terlampir)

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

pengukuran tingkat pengetahuan yang dirancang sendiri oleh peneliti

berdasar pada sumber kepustakaan. Kuesioner tingkat pengetahuan diuji

validitasnya dengan metode judgement experts. Kuesioner dikirimkan pada

dua pakar Obstetri dan Ginekologi untuk selanjutnya dinilai tiap item

pertanyaan dalam kuesioner dengan skor:

+1 : setuju pernyataan ini diajukan kepada responden

0 : pertanyaan tidak tepat diajukan

-1 : tidak setuju pertanyaan diajukan kepada responden

Pertanyaan dalam kuesioner dapat diajukan apabila nilai rata-rata skor

lebih dari 0,5 yang dapat dihitung dengan rumus:

rata-rata skor item = jumlah skor per item

jumlah pakar

Kuesioner tingkat pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan berupa pilihan

ganda. Setiap jawaban mempunyai nilai yang berbeda. Jawaban benar

bernilai 2, jawaban mendekati benar bernilai 1, dan jawaban salah bernilai

0 sehingga jumlah skor berkisar antara 0-30. Semakin tinggi skor semakin

tinggi tingkat pengetahuan ibu tersebut, begitu pula sebaliknya.37

36
4) Lembar wawancara (terlampir)

Anda mungkin juga menyukai