Anda di halaman 1dari 4

Tugas Renval Kesehatan

Kelompok 6
Anggota Kelompok :
1. Radita Mahendra 25010111130183
2. Nur Rachmayanti 25010111130184
3. Natalia Desy Ekayanti 25010111130185
4. Luqman Zarkasyi 25010111130186
5. Kusnia Wati Rahayu 25010111130187
6. Magdalena Mutiara S.R. 25010111110188
7. Sisilia Rindi Kurniasari 25010111130189
8. Nur Eka Adiyatma 25010111130190
9. Kusuma Damayanti S. 25010111130191
10. Khasna Fikriya 25010111130182

Inisiasi Menyusui Dini

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan bayi dengan standard emas, ASI
terbukti mempunyai keunggulan yang tidak dapat digantikan oleh makanan dan
minuman apapun, karena ASI mengandung zat gizi paling tepat, lengkap, dan
selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat. Standar emas makanan
bayi dimulai dengan tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dilanjutkan dengan
pemberian ASI secara eksklusif selama 6 (enam) bulan (Gazali, 2008)
Inisiasi menyusu dini adalah proses mengawali menyusu sejak dini yakni
pada menit-menit pertama kelahiran si jabang bayi. (Roesli, 2008).

A. Peraturan Pemerintah mengenai Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


1. Peraturan Pemerintah No. 33 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
Dalam Bagian Kedua
Pasal 9
(1) Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan
wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap Bayi yang baru lahir
kepada ibunya palinag singkat selama 1 (satu) jam.
(2) Inisiasi menyusu dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan cara meletakkan Bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu
sehingga kulit Bayi melekat pada kulit ibu.
Pasal 10
(1) Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan
wajib menempatkan ibu dan Bayi dalam 1 (satu) ruangan atau rawat
gabung kecuali atas indikasi medis yang ditetapkan oleh dokter.
(2) Penempatan dalam 1 (satu) ruangan atau rawat gabung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk memudahkan ibu setiap saat
memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi.
2. Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan/Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) 24 Jam di Rumah Sakit menyebutkan bahwa; Inisiasi
Menyusu Dini merupakan Lingkup Pelayanan PONEK pada Rumah
Sakit Tipe C dan Tipe B;
Tujuan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi antara lain; meningkatkan
fungsi Rumah Sakit sebagai model dan pembina teknis dalam pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini dan pemberian ASI Eksklusif.

B. Praktek Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia


Riset Kesehatan Dasar 2010 menunjukkan penurunan presentase
bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan dimana untuk tahun
2010 ASI Eksklusif hanya 15.3%. IMD kurang dari 1 jam setelah bayi
lahir adalah 29.3%, tertinggi di Nusa Tenggara Timut 56.2% dan terendah
di Maluku 13%. Sebagian besar proses menyusui dilakukan pada kisaran
waktu 1 – 6 jam setelah bayi lahir tetapi masih ada 11,1% proses mulai
disusui dilakukan setelah 48 jam. IMD di Provinsi Sulawesi Selatan yang
kurang dari 1 jam adalah 30,1 % dan pada kisaran 1 – 6 jam yaitu 34.9%
(Riskesdas 2010). Sedangkan jumlah Bayi yang diberi ASI Ekslusif di
Sulawesi Selatan tahun 2008 yaitu 48,64%, terjadi penurunan dari tahun
2006 yaitu 57,48%, dan tahun 2007 yaitu 57,05% (Profil Kesehatan Sul-
Sel, 2009). Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menetapkan target
cakupan pemberian ASI secara eksklusif pada tahun 2010 pada bayi 0-6
bulan sebesar 80% (Depkes, 2007). Sedangkan UNICEF menyimpulkan,
cakupan ASI eksklusif enam bulan di Indonesia masih jauh dari rata-rata
dunia, yaitu 38% sedangkan persentasi wanita usia 15 – 49 tahun yang
memberikan ASI kurang dari 1 jam setalah melahirkan sejak tahun 1990 –
2006 di Indonesia yaitu 21 – 49% (Unicef, 2007).
Bayi yang diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama
dengan dibiarkan kontak kulit bayi ke kulit ibu, maka 22 % nyawa bayi
berumur kurang dari 28 hari bisa diselamatkan
Inisiasi menyusu dini adalah proses alami untuk menyusu, yaitu
dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI
sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya bayi. Inisiasi
menyusu dini atau IMD merupakan program yang sedang gencar
dianjurkan pemerintah Indonesia. WHO dan UNICEF telah
merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan
kehidupan, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22% nyawa
bayi sebelum usia 28 hari. Untuk itu diharapkan semua tenaga kesehatan
di semua tingkatan pelayanan kesehatan, baik swasta maupun masyarakat
dapat mensosialisasikan dan melaksanakan suksesnya program tersebut
(Depkes RI, 2008).
C. Indikator Keberhasilan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten sendiri menetapkan bahwa Indikator
dari keberhasilan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif
di Kabupaten Klaten antara lain:
a. Turunnya Angka kematian Bayi dan Balita di Kabupaten Klaten
b. Terdapatnya perubahan perilaku pada bidan atau dokter dengan
diterapkannya IMD dan ASI Eksklusif dalam setiap pertolongan
persalinan
c. Adanya perubahan kebijakan terutama di RS/ RSIA dengan
adanya ruang rawat gabung, pojok/ klinik laktasi, terbentuknya
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi.
d. Adanya pojok laktasi baik pada setiap institusi pelayanan
kesehatan, maupun institusi swasta lainnya misalnya mall, bank,
terminal, dsb.
e. Tingginya kesadaran masyarakat terutama ibu menyusui tentang
pentingnya ASI Eksklusif dan meningkatnya cakupan IMD dan
ASI Eksklusif.
f. Tersedianya pojok/klinik laktasi dan tempat konseling hampir di
seluruh puskesmas .
g. Peningkatan jumlah ibu yang meminta inisiasi dini di rumah sakit,
rumah bersalin maupun bidan praktek swasta.
h. Meningkatnya kesadaran bidan untuk tidak menerima sponsor dari
susu formula
i. Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif menjadi bagian dari bidan dan
dokter dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan.
j. Terbentuknya peer conselor pada ibu hamil dan ibu menyusui di
setiap desa.
D. Evaluasi
Upaya meningkatkan pemberian ASI sedini mungkin di Indonesia hingga
saat ini masih banyak menemui kendala. Permasalahan yang utama adalah
faktor kurangnya pengetahuan, sosial budaya, kesadaran akan pentingnya
ASI untuk kesehatan anak, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang
belum sepenuhnya mendukung program peningkatan ASI, gencarnya
promosi susu formula dan ibu yang bekerja (gerakan ASI eksklusif 2006)
Kurangnya pengetahuan dari orang tua, pihak medis maupun keengganan
untuk melakukanya membuat IMD masih jarang dipraktekkan. Sarana
kesehatan seperti Rumah Sakit seharusnya membantu ibu yang baru
meahirkan untuk melakukan IMD.

Anda mungkin juga menyukai