OLEH :
Vivi Ida Rusita
030216A181
Wewen
030216A182
Wildatussaadah
030216A183
Winda Lestari
030216A184
030216A185
Merziana Topalo
030216A207
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................3
B. Latar Belakang..................................................................................................................3
C. Tujuan.................................................................................................................................5
D. Manfaat..............................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................7
1. Memulai Pemberian ASI Dini dan eksklusif............................................................7
2. Regulasi Suhu BBL dengan Kontak Kulit ke Kulit................................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................................16
A. Kesimpulan......................................................................................................................16
B. Saran.................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi yang baru lahir yang lahir dengan usia kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu, dengan berat 2500 gram lahir 4000 gram. Kehidupan
seorang bayi yang baru lahir adalah masa yang paling kritis dari kehidupan
intrauterine transisi ke kehidupan ekstrauterin. Menurut Rochman (2011),
bayi tidak bisa mengatur suhu tubuh mereka sehingga akan mengalami
stres dengan perubahan lingkungan (Ekawati, 2015).
Menurut Roesli (2008), kulit dada ibu yang melahirkan 1 oCelcius
lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Dada ibu menghangatkan bayi
dengan tepat selama merangkak mencari payudara. Dengan mengetahui
manfaat terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir maka tenaga
kesehatan dapat menganjurkan ibu untuk melakukan IMD agar suhu tubuh
bayi baru lahir terkontrol dalam batas normal sehingga mencegah
terjadinya Hipotermi (Ekawati, 2015).
Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan suhu tubuh bayi baru
lahir agar tidak terjadi hipotermi adalah pemantauan suhu tubuh bayi
secara tepat dan teliti, mengusahakan suhu kamar optimal atau pemakaian
selimut hangat, lampu penghangat, incubator, metode kangguru dan
metode skin to skin yaitu salah satunya dengan meletakan bayi telungkup
di dada ibu maka akan terjadi kontak kulit langsung antara ibu dan bayi
sehingga bayi akan memperoleh kehangatan (Ekawati, 2015).
Kulit ibu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan suhunya
dengan
suhu
yang
dibutuhkan
bayi
(Thermoregulator
Thermal
Cara skin to skin ini dapat dilakukan pada saat pelaksanaan IMD
(inisiasi menyusui dini). Karena masih tingginya angka kejadian hipotermi
pada bayi baru lahir maka upaya intervensi yang dapat dilakukan tim
kesehatan khususnya perawat adalah dengan memberikan motivasi kepada
para tenaga kesehatan lainnya agar dapat memberikan konseling kepada
ibu hamil mengenai manfaat IMD (inisiasi menyusui dini) yang salah
satunya adalah mencegah kehilangan panas atau hipotermi dan
memberikan IMD (inisiasi menyusui dini) kepada bayi baru lahir selama 1
jam setelah kelahirannya (Ekawati, 2015).
Inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI eksklusif sejak lahir hingga
usia enam bulan merupakan dua praktik pemberian ASI yang penting
untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan optimal bayi. IMD berperan
penting dalam mengurangi angka kematian bayi dan meningkatkan
keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Beberapa faktor determinan dalam
praktik IMD dan ASI eksklusif yaitu faktor predisposisi (predisposing),
pemungkin (enabling), penguat (reinforcing), dan lingkungan. Berbagai
penelitian telah mengkaji manfaat pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
dalam hal menurunkan mortalitas bayi, menurunkan morbiditas bayi,
mengoptimalkan pertumbuhan bayi, membantu perkembangan kecerdasan
anak, dan membantu memperpanjang jarak kehamilan bagi ibu di
Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui program
perbaikan gizi (Ratna, 2011).
Masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan
sebesar 80%. Namun demikian angka ini sangat sulit untuk dicapai bahkan
tren prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke tahun terus menurun. Mengacu
pada target program pada tahun 2014 sebesar 80%, maka secara nasional
cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 52,3% belum mencapai target.
Hanya terdapat satu provinsi yang berhasil mencapai target yaitu Provinsi
Nusa Tenggara Barat sebesar 84,7%. Provinsi Jawa Barat, Papua Barat,
dan Sumatera Utara merupakan tiga provinsi dengan capaian terendah
(Profil Kesehatan Indonesia, 2014).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui evidance based dalam memulai pemberian ASI dini
dan eksklusif serta regulasi suhu BBL dengan kontak kulit ke kulit.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi dan kebijakan ASI
Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini di Indonesia berdasarkan
studi-studi yang ada.
b. Untuk mengetahui pengaruh kontak skin to skin Inisiasi Menyusui
Dini terhadap perubahan suhu tubuh pada Bayi Baru Lahir.
C. Manfaat
1. Bagi Universitas Ngudi Waluyo
lebih
banyak
informasi,
BAB II
PEMBAHASAN
Mengidentifikasi asuhan BBL dan Balita Berdasarkan Evidence Based:
1. Memulai Pemberian ASI Dini dan eksklusif
Pemberian ASI secara eksklusif adalah pemberian hanya ASI tanpa
memberikan cairan atau makanan padat lainnya kecuali vitamin, mineral
atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 4-6 bulan. Berbagai
penelitian telah mengkaji manfaat pemberian ASI eksklusif dalam hal
menurunkan mortalitas bayi, menurunkan morbiditas bayi, membantu
perkembangan kecerdasan anak dan membantu memperpanjang jarak
kehamilan bagi ibu. Penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia adalah
kematian neonatal dan dua pertiga dari kematian neonatal adalah pada satu
minggu pertama dimana daya imun bayi masih sangat rendah. Sub
Committee on Nutrition (ACC/SCN) dalam edisi laporan menyebutkan
perlunya meningkatkan durasi pemberian ASI eksklusif karena perilaku
menyusui sangat berhubungan dengan kesehatan dan kelangsungan hidup
anak. Pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi dianjurkan untuk
diberikan selama 4-6 bulan. UNICEF bersama dengan World Health
Assembly (WHA) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan untuk keuntungan yang optimal bagi ibu dan bayinya. Rekomendasi
pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan tampaknya masih terlalu
sulit untuk dilaksanakan (Syafiq, dkk, 2003).
Promosi mengenai ASI eksklusif sudah mulai terlihat hasilnya
dengan cukup tingginya pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif yang
berkisar antara 59,7% - 79,0%. Namun demikian tingginya pengetahuan
ibu ini tidak diikuti dengan prakteknya. Persentase praktek pemberian ASI
eksklusif hanya kurang dari seperempat persentase pengetahuan ibu.
Demikian pula halnya dengan pengetahuan dan praktek immediate
breastfeeding, walaupun kesenjangannya tidak sebesar kesenjangan
masalah budaya tidak dijadikan fokus utama dan diskusi akan lebih
ditujukan pada masalah pemberian makanan/ minuman pralakteal yang
disebabkan oleh hal-hal lain seperti persepsi ASI belum keluar, bayi
menangis terus atau pemberian hanya ASI saja tidak mencukupi kebutuhan
bayi. Pada hari-hari pertama persalinan sebenarnya bayi yang sehat belum
memerlukan cairan atau makanan, sehingga tidak diperlukan pemberian
makanan/minuman apapun. Bayi baru lahir menangis bukan selalu karena
kehausan tapi bisa karena berbagai faktor seperti ketidaknyamanan, popok
yang basah dan kotor, kembung, sakit dan kolik (Syafiq, dkk, 2003).
Berbagai literatur menyebutkan bahwa segera setelah lahir bayi
harus didekatkan kepada ibu dengan cara menempelkan bayi pada
payudara ibu. Bayi pada usia kurang dari 30 menit harus segera disusukan
pada ibunya, dalam hal ini bukan untuk pemberian nutrisi tetapi untuk
belajar menyusui guna mempersiapkan payudara ibu mulai memproduksi
ASI. Perasaan senang melihat bayi dan kepuasan dapat menyusui akan
merangsang kelenjar hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin
untuk mempercepat pengeluaran ASI. Selain itu gerakan untuk mengisap
pada bayi baru lahir akan mencapai puncaknya pada waktu berusia 20-30
menit, sehingga apabila terlambat menyusui refleks ini akan berkurang dan
melemah (Syafiq, dkk, 2003).
Walaupun ASI belum keluar tetapi interaksi itu akan membuat bayi
merasa tenang dan nyaman sehingga bayi tidak menangis. Refleks bayi
akan segera bekerja mencari puting payudara ibu untuk belajar menyusui
yang akan membuat ibu merasa puas dan percaya diri untuk memberikan
ASI-nya sehingga tidak perlu memberikan makan/minuman pralakteal.
Terlihat adanya hubungan antara praktek immediate breastfeeding dengan
pemberian
makanan/minuman
pralakteal.
Ibu
yang
immediate
salah
satu
alternatif
untuk
menghindari
pemberian
nya
sehingga
tidak
merasa
perlu
untuk
memberikan
10
11
dini sangat diperlukan untuk upaya bayi dapat bertahan hidup dan
menunda semua asuhan lainnya minimal satu jam pertama kelahiran.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan dengan air susu ibunya sendiri dalam satu jam pertama
kelahiran. Menurut Roesli (2008), kulit dada ibu yang melahirkan 10
Celcius lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Dada ibu
menghangatkan bayi dengan tepat selama merangkak mencari payudara.
Dengan mengetahui manfaat terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru
lahir maka tenaga kesehatan dapat menganjurkan ibu untuk melakukan
IMD agar suhu tubuh bayi baru lahir terkontrol dalam batas normal
sehingga mencegah terjadinya Hipotermi (yantri, dkk, 2014).
Hasil penelitian suhu bayi baru lahir tanpa dilakukan IMD dengan
hasil suhu rata rata 36,26 C. Hal tersebut menunjukkan bahwa suhu bayi
baru lahir kelompok kontrol cenderung mengalami suhu dibawah normal
(hipotermia) dengan kategori dari 15 bayi baru lahir 13 bayi mengalami
hipotermia ringan ( cold stress ) dan 2 bayi tidak mengalami hipotermia.
Hal ini sesuai dengan dengan penjelasan IDAI (2010) mengenai kategori
hipotermia yang terbagi atas : hipotermia ringan (cold stress) yaitu suhu
antara 36-36,5C, hipotermia sedang yaitu antara 32-36C, dan hipotermia
berat yaitu suhu tubuh < 32C (Oktariana, dkk, 2013).
Bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia melalui beberapa
mekanisme yang berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas (IDAI, 2010).
Menurut Stright (2004) suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajad
setelah kelahiran karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada
lingkungan dalan uterus, suplai lemak subkutan yang terbatas dan area
permukaan
kulit
yang
besar
dibandingkan
dengan
berat
badan
12
serta
mekanisme
kehilangan
panas
ditambah
dengan
13
baru lahir yang dilakukan inisiasi menyusu dini suhu tubuh rata-rata
adalah 36,94 hal tersebut menggambarkan bahwa adanya perbedaan suhu
pada bayi baru lahir pada bayi yang tidak dilakukan inisiasi menyusu dini
dengan suhu bayi baru lahir yang dilakukan inisiasi menyusu dini. Sesuai
dengan pendapat Sulistyowati dan Nugraheni (2010) bahwa keuntungan
kontak kulit ke kulit dan inisiasi menyusu dini bagi bayi selain
menstabilkan pernafasan juga dapat mengendalikan temperature tubuh
bayi. IDAI (2010 ) menyatakan kontak kulit dengan kulit adalah cara yang
sangat efektif untuk mencegah hilangnya panas pada bayi baru lahir, baik
pada bayi aterm atau preterm (Oktariana, dkk, 2013).
Dada atau perut ibu, merupakan tempat yang sangat ideal bagi
bayi baru lahir untuk mendapatkan lingkungan suhu yang tepat. Pemberian
ASI sesegera mungkin, sangat dianjurkan dalam jam - jam pertama
kehidupan nayi baru lahir. Pemberian ASI dini dan dalam jumlah yang
mencukupi akan sangat menunjang kebutuhan nutrisi, serta akan berperan
dalam proses termoregulasi pada bayi baru lahir. Penelitian yang terkait
pernah dilakukan oleh Aris Puji Utami (2007) dengan judul Pengaruh
Metode Kanguru terhadap Peningkatan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir di
BPS Kasih Ibu Ny.Soenarlin dengan hasil adanya pengaruh metode
kanguru tehadap peningkatan suhu bayi baru lahir. Penelitian ini
menggunakan tehnik metode kanguru yaitu meletakkan bayi didada ibu
secara seksama selama 15 menit dengan tujuan untuk meningkatkan suhu
bayi baru lahir. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Yohmi.E ( 2010 )
menyatakan manfaat inisiasi menyusu dini bahwa dada ibu akan
menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya
dengan kebutuhan bayi. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh dr.Niels Bergman dari Afrika Selatan
membuktikan bahwa dada ibu yang melahirkan satu derajad lebih panas
dari ibu yang tidak melahirkan.Jika bayinya kedinginan, suhu kulit ibu
otomatis naik dua derajad untuk menghangatkan bayi. Jika bayi
14
kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun satu derajad untuk mendinginkan
bayinya ( Roesli, 2008).
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan Inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI
eksklusif sejak lahir hingga usia enam bulan merupakan dua praktik
pemberian ASI yang penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan
optimal bayi. IMD berperan penting dalam mengurangi angka kematian
bayi dan meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Pemberian
ASI sesegera mungkin, sangat dianjurkan dalam jam jam pertama
kehidupan BBL. Pemberian ASI dini dan dalam jumlah yang mencukupi
15
D. Saran
1. Bagi Universitas Ngudi Waluyo
Lebih menambah referensi seperti buku-buku, sumber majalah
kesehatan ,jurnal serta bahan-bahan lain yang menunjang dalam
pembuatan makalah ini guna meningkatkan ilmu pengetahuan, dan
dapat menambah wawasan tentang IMD dan ASI eksklusif serta cara
penerapannya.
2. Bagi Pembaca
Dapat membantu sebagai sumber atau bahan untuk menambah
materi dalam penelitian selanjutnya, khususnya tentang IMD dan ASI
Ekslusif sebagai bahan bacaan bagi yang membaca.
3. Bagi Penulis
Lebih meningkatkan informasi, wawasan serta pengalaman untuk
meningkatkan pengetahuan tentang IMD dan ASI eksklusif serta
bahan-bahan lain yang menunjang dalam pembuatan makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2014.Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Depkes
RI.
Ekawati, heny 2015. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap
Perubahan Suhu Tubuh Pada Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Mitra
HusadaDesa Pangean Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Tahun
2015. (http://stikesmuhla.ac.id (Volume 7 Nomor 01). Diakses tanggal 28
September 2016.
Inisiasi
Menyusu
Dini
di
Indonesia
Tahun
2010.
Yantri, Eny 2014. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Suhu dan
Kehilangan
Panas
pada
Bayi
Baru
Lahir
Tahun
2014.
17
(online)