Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DOSEN PENGAMPU : Ibu Suryani,Spd.MPH

DI SUSUN OLEH
1. YUNI
2. HARTATI
3. DEWANTI

POLTEKKES KEMENKES JAMBI PRODI SARJANA TERAPAN


KEBIDANAN MAHASISWA KELAS KAB. MURATARA
TAHUN AKADEMIK
2023/2024
STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Menurut Widjayanti (2011) mengatakan bahwa pemberdayaan memiliki makna


membangkitkan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan
masyarakat untuk meningkatkan dan menentukan masa depan lebih baik.

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan, dan kapasitas masyarakat untuk mengenali, menangani, memelihara,
melindungi, dan meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya non konstruktif yang memfasilitasi peningkatan pengetahuan dan
kapasitas masyarakat untuk mengidentifikasi, merencanakan dan menyelesaikan
masalah dengan memanfaatkan potensi lokal dan fasilitas yang ada,
baik dari lintas sektor instansi maupun LSM dan tokoh masyarakat. (Setyawan,
Wawan dkk)

Strategi pemberdayaan masyarakat yang dilihat dalam konteks pekerjaan sosial


pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan
(empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro (Suharto dalam Huraerah,
2008:992-93).
1. Aras Mikro, pemberdayaan dapat dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress managemen, dan crisis intervention.
Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan
tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang
berpusat pada tugas (task centered approach).
2. Aras Mezzo, pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan
sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran pengetahuan, keterampilan,
dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan
yang dihadapinya.
3. Aras Makro, pendekatan ini disebut juga sebagai strategi system besar (large
system strategi), karena sasaran perubahan diarahkan pada system lingkungan
yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi
sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, management konflik, adalah
beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi system besar memandang
klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-
situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan.strategi yang
tepat untuk bertindak.

Perumusan kebijakan adalah pengembangan kebijakan yang efektif dan dapat


diterima untuk mengatasi masalah apa yang telah ditempatkan dalam agenda
kebijakan. Perhatikan bahwa ada dua bagian definisi ini: Formulasi efektif, berarti
bahwa kebijakan yang diusulkan dianggap sebagai solusi yang valid, efisien, dan
dapat diterapkan. Jika kebijakan ini dilihat sebagai tidak efektif atau tidak bisa
dijalankan dalam prakteknya, maka tidak ada alasan yang sah untuk mengusulkan
rumusan kebijakan tersebut. Oleh karena itu, terdapat berbagai alternatif kebijakan
yang diusulkan. Ini adalah fase analisis dari perumusan kebijakan. Formulasi diterima
berarti bahwa arah kebijakan yang diusulkan kemungkinan akan disahkan oleh
pengambil keputusan yang sah, biasanya melalui suara mayoritas dalam proses tawar-
menawar. Artinya, kebijakan itu harus layak secara politis. Jika kebijakan
kemungkinan akan ditolak oleh pengambil keputusan, mungkin tidak praktis untuk
menyarankan kebijakan tersebut. Ini adalah fase politik perumusan kebijakan.

Istilah perencanaan sosial dalam upaya pengembangan masyarakat tidak dipahami


sebagai pemaksaaan dari atas mengenai rencana besar, atau aktivitas yang sangat
teknis yang dinyatakan secara tidak langsung dalam model B Rothman (1974) dalam
tipologi praktik organisasi masyarakat yang banyak dikutipnya.[2] Lebih dari itu,
perencanaan sosial merupakan proses orang-orang disebuah masyarakat yang
membataasi kebutuhan mereka dan merencanakab bagaimana memmenuhi kebutuhan
mereka maupun mengoordinasikan pelayanan dan sumber daya yang ada dan
menggunakannya secara maksimal.[2] Perencanaan dan koordinasi ini pada level akar
rumput dan para ahli yanitu memfasilitasi dan memberikan keahlian teknis tersebut
untuk membantu orang-orang membuat putusan mereka tentang prioritas masyarakat.
[2]

3 Strategi Dasar dalam Perencanaan Sosial[sunting | sunting sumber]

1. Rasional-empiris yaitu dipengaruhi oelh aliran-aliran ekonomi nasional, yang


sangat mengedepankan rasionalitas, tidak hanya common sense, sangat
berlatar belakang oleh ilmu pengetahuan, akal dan pengalaman-
pengalaman empiris.[3]
2. Normatif-reedukatif yaitu berfokus pada manusia itu sendiri.[3] Manusia itu
makhluk yang aktif, responsive. Maka hal ini juga dipengaruhi oleh
karakter iklim, budaya. Hal ini mempengaruhi cara hidup dan beradaptasi
manusia.[3] Perubahan perilaku dipengaruhi oleh
perubahan norma dan nilai yang dianutnya.[3]
3. Power-coercive yaitu program-program yang dibuat lebih bersifat dipaksakan,
paksaan berupa adanya pembuatan persyaratan oleh pemerintah yang wajib
dipenuhi oleh orang-orang yang menjadi sasaran program ini.[3]

Kampanye sosial adalah bagian daripada kegiatan berkampanye yang dilakukan


oleh seseorang dengan serangkaian tindakan untuk mengkomunikasikan pesan yang
biasanya berisi tentang masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Kampanye sosial ini
bersifal non kamersil karena tujuannya adalah perubahan agar masyarakat menjadi
lebih baik.
Sehingga dengan demikianlah, maka kampanye sosial adalah kampanye yang
dilakukan demi perubahan dalam kehidupan bermasyarakat tanpa adanya imbalan
dalam segi harta benda.
Pengertian Kampanye Sosial Menurut Para Ahli
Setidaknya untuk definisi kampanye sosial menurut para ahli, antara lain;
1. Lukman (1996)
Menurutnya, kampanye sosial adalah bagian daripada suatu bentuk gerakan atau
tindakan yang dilakukan untuk     melawan, mengadakan aksi, mengubah prilaku,
mengubah keadaan dan lain sebagainya.
2. Venus (2004)
Definisi kampanye sosial adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
perseorangan atau organisasi dengan terencana dan memiliki tujuan untuk
menciptakan  perubahan yang lebih baik dalam kurun waktu tertentu.
3. Charles U. Larson (1992)
Kampanye sosial adalah kegiatan mengkomunikasikan pesan kepada masyarakat
tentang adanya beragam masalah  sosial yang bersifat non komersil.
4. Kotler (1992)
Menurutnya, arti kampanye sosial adalah jenis kampanye yang berorientasi kepada
tujuan dan tidak berdimensi pada keutungan harta benda.
Tujuan Kampanye Sosial
Tujuan melakukan kampanye sosial di masyarakat, antara lain;
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap masalah sosial yang  sedang 
terjadi. Oleh karena itulah kampanye sosial ini disitilahkan sebagai penjualan
gagasan kepada masyarakat.
2. Membantu masyarakat dalam mengatasi permasalahan sosialnya

Contoh Kampanye Sosial


Adapun untuk contoh adanya kampanye sosial di masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari. Antara lain;
1. Adanya kampanye anti merokok
2. Adanya keinginan kelompok sosial tertentu untuk mengajak masyarakat
membuang sampah pada temapatnya
Aksi sosial adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok masyarakat
untuk memperjuangkan atau memperbaiki suatu masalah sosial yang dianggap
penting dan memerlukan perhatian lebih dari pemerintah atau masyarakat.
Aksi sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti demonstrasi, kampanye,
petisi, pemogokan kerja, aksi kekerasan atau non-kekerasan, dan lain sebagainya

Contoh Aksi Sosial di Masyarakat


Berikut beberapa contoh aksi sosial yang sering dilakukan oleh masyarakat:
1. Demonstrasi: Demonstrasi adalah aksi sosial yang paling umum dilakukan
oleh masyarakat untuk menyuarakan tuntutan atau keberatan mereka terhadap
kebijakan atau tindakan yang dianggap merugikan. Demonstrasi bisa bersifat
damai atau bermuara pada kekerasan tergantung pada cara yang dilakukan.
2. Kampanye: Kampanye dilakukan untuk memperkenalkan atau
mempromosikan suatu isu atau tujuan tertentu dengan tujuan mempengaruhi
pendapat umum atau masyarakat. Contohnya adalah kampanye anti-merokok,
kampanye anti-kekerasan terhadap perempuan dan anak, atau kampanye
penanggulangan bencana.
3. Petisi: Petisi adalah cara yang efektif untuk meminta dukungan dari
masyarakat terhadap suatu isu tertentu. Biasanya petisi ini ditujukan kepada
pihak berwenang atau pemerintah dengan harapan bahwa tuntutan mereka
akan dipenuhi.
4. Mogok Kerja: Pemogokan kerja adalah aksi yang dilakukan oleh buruh atau
pekerja untuk menuntut hak-hak mereka, seperti kenaikan gaji, perbaikan
kondisi kerja, dan perlindungan hak-hak buruh lainnya.
5. Aksi Sosial Online: Aksi sosial juga bisa dilakukan secara online melalui
media sosial dengan membuat kampanye atau petisi online yang dapat
menjangkau lebih banyak orang secara global.
6. Penggalangan Dana: Aksi sosial juga dapat dilakukan dengan melakukan
penggalangan dana untuk membantu orang atau kelompok yang
membutuhkan, seperti korban bencana alam, anak-anak miskin, atau orang-
orang yang sakit.
7. Penyuluhan: Penyuluhan adalah cara efektif untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang masalah sosial dan bagaimana cara mengatasi atau
mencegahnya. Penyuluhan bisa dilakukan melalui seminar, lokakarya, atau
acara publik lainnya.

lobbying upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak


Maschab (1997) lebih menekankan bahwa lobbying adalah segala bentuk upaya yang
dilakukan oleh suatu pihak untuk menarik atau memperoleh dukungan pihak lain.
Pandangan ini mengetengahkan ada dua pihak atau lebih yang berkepentingan atau
yang terkait pada suatu obyek, tetapi kedudukan mereka tidak sama.

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat
dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan
dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk
dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau
komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah,
pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah
keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.

 Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu
memenuhi tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang
besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal
maupun tahap-tahap kritisnya, dan yang paling berperan sebagai pendidik anak-
anaknya adalah ibu. Peran seorang ibu dalam keluarga terutama anak adalah
mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayi sehingga dewasa, karena anak
tidak jauh dari pengamatan orang tua terutaa ibunya. (Asfryati, 2013)

     Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu
sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga
dewasa, bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah
dengan orang lain seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya.
 Tujuan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

     Tujuan Pelayanan Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

        Sedangkan tujuan khusus pelayanan KIA adalah :

1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam


mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10
keluarga, Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan
Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,
terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya

Anda mungkin juga menyukai