Anda di halaman 1dari 6

PROFESIONALISME KEBIDANAN

1. MAHASISWA MAMPU MENGANALISIS HUBUNGAN BIDAN – IBU DAN


KETEREAMPILAN KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN
A. HBUNGAN IBU –BIDAN
Dengan penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan,
kepuasan pasien menjadi bagian yang integral dan menyeluruh dari
kegiatan jaminan mutu layanan kesehatan. Artinya pengukuran tingkat
kepuasan pasien harus menjadi kegiatan yang tak terpisahkan dari
pengukuran mutu layanan kesehatan. Hal ini mencakup beberapa dimensi,
diantaranya adalah sikap dan kelancaran komunikasi antara petugas
kesehatan dengan pasien. Berarti pelayanan kesehatan bukan hanya
pengobatan secara medis saja melainkan juga berorientasi pada sikap dan
komunikasi, karena sikap dan komunikasi sangat penting dan berguna bagi
pasien (Pohan, 2006). Menurut Saifuddin (2008), komunikasi yang baik
antara bidan dengan ibu hamil sangat mempengaruhi kepuasan ibu dalam
memperoleh pelayanan kesehatan oleh bidan, sehingga terbina rasa saling
percaya antara bidan dengan ibu hamil. Rasa saling percaya ini, akan
memberi dampak perubahan sikap baik bagi pemberi pelayanan maupun
penerima layanan. Sesuai dengan penelitian Rambe (2013), yaitu terdapat
hubungan antara komunikasi verbal dan non-verbal oleh bidan dengan
tingkat kepuasan pasien, serta penelitian Erabka (2012), yaitu terdapat
hubungan antara sikap dan komunikasi bidan dengan tingkat kepuasan ibu
hamil dalam Antenatal care. Sedangkan sikap, sudah lama menjadi salah
satu konsep yang dianggap paling penting dalam interaksi sosial. Perubahan
sikap sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan karena sebagai
manusia kadang-kadang kita berperan sebagai agen perubahan dan kadang-
kadang sebagai subjek perubahan (Azwar, 2013). Komariah (2011),
berdasarkan hasil penelitiannya yaitu terdapat hubungan antara
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan
dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan. Ditinjau dari pandangan
pasien/masyarakat, layanan kesehatan bermutu adalah suatu layanan
kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan
diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap
dan mampu menyembuhkan keluhan serta mencegah berkembangnya atau
meluasnya penyakit. Pandangan pasien/masyarakat ini sangat penting,
karena pasien yang merasakan kepuasan akan mematuhi pengobatan dan
mau datang berobat kembali (Pohan, 2006)
B. KETERAMPILAN KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN
1) FAKTOR KETERAMPILAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Secara etimologis kata efektif sering diartikan sebagai mencapai
sasaran yang diinginkan (producing desired result), berdampak
menyenangkan (having a pleasing effect), bersifat aktual, dan nyata
(actual and real). Dengan demikian, kominikasi yang efektif dapat
diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikan atau receiver
sesuai dengan pesan yang dikirim oleh sender atau komunikator,
kemudian receiver atau komunikan memberikan respon yang positif
sesuai yang dengan diharapkan. (Maulana Herdiyan and Gumgum
Gumelar, 2013).
Kata kunci komunikasi efektif adalah sejauh mana komunikator
mampu berorientasi kepada komunikannya. Berorientasi artinya melihat
dan memahami tingkat akal budi (decoder dan interpreter) berikut
peralatan jasmaniah (receiver) yang dimiliki komunikan, mengingat hal
ini terkait dengan pemilihan bentuk pesan, makna pesan, struktur
pesan, dan cara penyajian pesan termasuk pula penentuan
saluran/media yang anda harus lakukan selaku komunikator (Dani
Vardiansyah., 2004)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi dalam
pengungkapan diri menurut Devito (1997:62) mengemukakan bahwa:
a. Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil
daripada kelompok besar. Kelompok yang terdiri dari dua orang
merupakan lingkungan yang paling cocok untuk mengungkapkan diri
dan disitulah orang dapat meresapi tanggapan dengan cermat.
b. Perasaan menyukai akan mempengaruhi pembukaan diri seseorang
terhadap penentuan pilihan yang disukai atau pun dicintai.
c. Bila kita melakukan pengungkapan diri secara otomatis orang yang
bersama kita akan melakukan juga pengungkapan diri sebagai efek
diadik.
d. Kompetensi disini diartikan sebagai faktor yang mempengaruhi
pengungkapan diri karena orang yang lebih kompeten merasa diri
mereka mempunyai rasa percaya diri dan banyak hal yang positif
yang semua itu lebih dimanfaatkan sebagai pengungkapan dalam
berkomunikasi.
e. Faktor kepribadian sebagai wujud orang-orang yang pandai bergaul
dan ekstrovert melakukan pengungkapan diri lebih banyak dari pada
orang yang kurang pandai bergaul.
f. Faktor topik atau tema pembicaraaan tentang informasi yang bagus
akan cenderung membuka diri terhadap komunikasi yang ada.
g. Jenis kelamin merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi
pengungkapan diri pada umumnya pria lebih kurang terbuka dari
pada wanita.
2) TEKNIK PENYAMPAIAN PESAN DALAM PELAYANAN
KEBIDANAN
Cara berkomunikasi yang baik merupakan gabungan dari
mendengarkan dan menanggapi, tetapi pada kenyataannya masing-
masing pihak seringkali kurang melatih
kemampuan untuk mendengarkan, bahkan terkadang melamun saat
seseorang sedang berbicara. Mendengarkan lawan bicara berarti
benar-benar fokus pada apa yang dibicarakan dan tidak memikirkan
hal-hal lainnya. Saat lawan bicara sedang mengutarakan pemikirannya,
kita harus membiasakan untuk tidak memotongnya tetapi diam dan
dengarkan kalimat yang diucapkan. Hal ini bukan hanya membuat kita
bisa berkonsentrasi mendengarkan apa yang dikatakan oleh lawan
bicara, tetapi juga membuatnya merasa dihargai.
Gestur tubuh dalam berkomunikasi juga menjadi bagian penting
dalam komunikasi. Hal ini penting karena sebagian besar komunikasi
kita menggunakan bentuk nonverbal. Gestur tubuh dapat menampilkan
bagaimana pemikiran atau perasaan komunikan terhadap komunikator.
Misalnya, melipat lengan menunjukkan bahwa komunikan merasa
defensif atau kurangnya kontak mata menandakan bahwa komunikan
tidak tertarik melanjutkan pembicaraannya. Komunikator juga dituntut
untuk memperhatikan gestur tubuhnya, karena Komunikan juga dapat
menganalisis Komunikator melalui gestur tubuh yang ditampilkan.
Ketika dalam berkomunikasi pesan tidak tersampaikan dengan
baik dan respon tidak sebagaimana yang diharapkan, kita tidak dapat
saling memaksakan kehendak, karena masing-masing pihak tidak bisa
saling mengendalikan dan saling mengatur. Ketika solusi tidak
didapatkan dan lawan bicara tetap teguh dengan pemikirannya, maka
tidak ada salahnya untuk membahas masalah tersebut di lain waktu
atau memutuskan untuk melakukannya dengan cara masing-masing.
Menghargai tiap perkataan, pemikiran, perasaan, maupun masukan dari
orang lain, menjadi bagian penting dalam keberhasilan berkomunikasi
karena semua orang memiliki perspektif masing-masing.

3) HAMBATAN DALAM KETERAMPILAN KOMUNIKASI EFEKTIF


DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
Meskipun komunikasi sudah dirancang secara matang, belum tentu
tujuan komunikasi tercapai secara efektif. Karena ada faktor-faktor
yang mungkin menjadi penghambat, adapun faktor-faktor tersebut,
yaitu:
A. Hambatan Sosiologis
Secara sosiologis warga perkantoran berasal dari berbagai golongan
dan lapisan yang menimbulkan perbedaan status, ideologi, agama,
tingkat pendidikan, status ekonomi yang kesemuanya dapat menjadi
hambatan bagi kelancaran komunikasi. Hambatan ini lebih nampak
pada pelaksanaan komunikasi formal di perkantoran karena adanya
perbadaan kedudukan dan jabatan
B. Hambatas Psikologis Yakni hambatan berkomunikasi yang
disebabkan oleh situasi psikologis yang tidak mendukung. Misalnya
berkomunikasi dengan orang yang sedang marah, bingung, cemas,
kecewa, atau sedang menaruh prasangka terhadap komunikator,
atau akan menghambat tercapainya tujuan komunikasi.
C. Hambatan Sistematis Ialah hambatan komunikasi yang disebabkan
oleh latar belakang bahasa yang berbeda, contohnya bahasa
Indonesia “jangan” (larangan) berbeda makna dengan kata “jangan”
dalam bahasa jawa yang berarti “sayur”. Gedang berarti pisang bagi
orang jawa, tetapi papaya bagi orang sunda.
D. Hambatan Mekanis Hal ini sering terjadi pada proses komunikasi
perkantoran yang menggunakan media, seperti bunyi krotokan pada
pesawat telepon, tulisan yang tidak terbaca pada surat, sinyal yang
hilang pada telepon seluler, dan sebagainya
E. Hambatan Ekologis Hal ini disebabkan oleh gangguan yang terjadi
dilingkungan ketika proses komunikasi sedang berlangsung. Misalnya
saja hujan deras, lalu lintas yang bising, bunyi mesin pabrik yang
menderu, semuanya bisa menjadi penghambat kelancaran
berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Maulana Herdiyan and Gumgum Gumelar, Psikologi Komunikasi Dan Persuasi
(Jakarta: Akademia Permata, 2013), 161.
Dani Vardiansyah., Pengantar Ilmu Komunikasi (Bogor: Ghalia Indonesia,
2004), 111
AW Suranto, Komunikasi Perkantoran: Prinsip Komunikasi Untuk
Meningkatkan Kinerja Perkantoran (Yogyakarta: Media Wacana, 2005),
112
Ali. 2010. Pengantar Metode Statistik Untuk Keperawatan.Jakarta : TIM
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin 2013, Sikap Manusia Teori dan Maria, Sikap Dan Komunikasi
Bidan Pengukurannnya Edisi 2 Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Dahlan, Muhamad Sopiyudin. 2012. Statistik untuk Kedokteran dan
Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan
Menggunakan SPSS Ed 5. Jakarta: Salemba Medika. Dalami, Dahliar &
Rochimah.Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan.Jakarta :
TIM Erabka,
Ririn. 2012. Hubungan Antara Komunikasi Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu
Hamil dalam Antenatal Care di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kerja
Puskesmas Lingkar Barat Bengkulu.
Hastono & Sabri.2010.Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers
Hidayat.2010. Metode Penelitian Kebidanan & tekhnik Analisa Data.Jakarta :
Salemba Medika
Pohan. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta : EGC
Keputusan Menteri Kesehatan, RI. 2007. Standar Profesi Bidan.Jakarta : PP
IBI
Mandriwati. 2011. Asuhan Kebidanan Antenatal.Jakarta : EGC
Marimbi. 2009. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan.Jogjakarta : Mitra
Cendikia Press
Meha, Melandi. 2009. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Bidan
dengan Tindakan Bidan dalam Mengatasi Komplikasi selama Persalinan
di Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten Asahan.
Neil Niven. 2000. Psikologi Kesehatan.alih Bahasa oleh Agung Waluyo ,
Jakarta: EGC Notoatmojo.2007. Promosi Kesehatan & Ilmu
Perilaku.Jakarta : Rineka Cipta
2011. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kebidanan di Bidan Praktik Swasta
Pare, Kediri. Melalui
Nurunniyah & Nurhayati. 2013. Mutu Pelayanan Kebidanan.Yogyakarta :
Fitramaya Nurmawati. 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan.Jakarta : TIM
Pohan. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai