Anda di halaman 1dari 140

BAHAN AJAR

MATA KULIAH
KONSEP KEBIDANAN
SEMESTER I

Minarti
Rubel.,SST.,M.Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DAFTAR
KADER BANGSA
PALEMBANG
ISI
( Jln.Mayjend H.M. Ryacudu No.88 Kel.7 ulu kec. Seberang ulu 1 Palembang )
DAFTAR PUSTAKA

Materi 1 Filosofi dan Definisi Bidan.5

Materi 2 Praktek Kebidanan

...................................................................................................25

Materi 3 Perkembangan Profesi, Pelayanan dan Pendidikan Bidan secara

Nasional dan Internasional....44

Materi 4 Paradigma Asuhan Lebidanan.91

Materi 5 Asuhan Kebidanan103

Materi 6 Mengindentifikasi Bidan sebagai Profesi ...............................................................135

DAFTAR PUSKATA
PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim!

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, dan

karena izin-Nyalah saya dapat menyelesaikan bahan ajar Konsep Kebidanan mengenai filosofi dan

definisi bidan,Praktek Kebidanan, profesi, pelayanan dan pendidikan bidan secara nasional dan

internasional,paradigma asuhan kebidanan, Asuhan Kebidana, Mengindentifikasi bidan sebagai

profesi.Tak lupa shalawat serta salam kepada Rasul akhir zaman, panutan dalam segala hal, Nabi

Muhammad SAW.

Sejarah menunjukkan bahwa bidan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak

adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan

menolong ibu melahirkan. Peran dan posisi bidan di masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena

tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, dan mendampingi, serta

menolong ibu melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik.

Dalam naskah kuno pada zaman prasejarah tercatat bahwa bidan dari mesir (Shiprhah dan

Poah) berani mengambil resiko menyelamatkan bayi laki laki bangsa yahudi (orang orang yang di

jajah bangsa Mesir) yang di perintahkan oleh Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menujukkan sikap

etika moral yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada pada

posisi lemah yang pada zaman modern ini kita sebut peran advokasi. Dalam menjalankan tugas dan

praktiknya, bidan bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja,

standar praktik pelayanan, serta kode etik profesi yang di milikinya.

Mudah-mudahan Anda dapat mempelajari modul ini dan mendapatkan hasil yang

maksimal. Selamat belajar, semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan meridhai upaya kita

semua ,amiin.

Palembang, Januari 2017

( Minarti Rubel.,SST.,M.Ke)
PERTEMUAN PERTAMA
Mata Kuliah : Konsep Kebidanan

Kopetensi Dasar : Filosofi dan Definisi Bidan

Tujuan Perkuliahan :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami Pengertian

filosofi dan definisi bidan.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami Filsafah asuhan

kebidanan.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami Definisi bidan.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami Pelayanan

kebidanan.

Pokok Bahasan :

1. Pengertian filosofi dan definisi bidan

2. Filsafah asuhan kebidanan

3. Definisi bidan

4. Pelayanan kebidanan

Metode pembelajaran : Ceramah dan Tanya jawab/diskusi

Pertemuan : Pertama

Waktu : 100 Menit


BAB I
Filosofi dan Definisi Bidan

1.1 Latar Belakang

Bidan adalah sebutan bagi orang yang belajar di sekolah khusus untuk

menolong perempuan saat melahirkan. Bidan merupakan salah satu profesi tertua

sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita

terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan

posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang

sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati,mendampingi, serta

menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan

baik. Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan

prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode

kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.

Bidan Seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Bidan

yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk

menjalankan praktik kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi,

asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa

hamil, persalinan dan masa pasca persalinan ( post partum period ), memimpin

persalinan atas tanggung jawanya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.

Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan

bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat

darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mempunyai tugas penting

dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi

juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan

antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari

ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktik di rumah sakit,

klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat-tempat lainnya.


Bidan Indonesia : Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi

masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan

Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui

pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta

memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah

mendapat lisensi unttk menjalankan praktik kebidanan.

Diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel,

yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan

nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan

atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan

bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi

komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang

sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.

1.2 Filosofi dan definisi Bidan

1.2.1 Filosofi

Pengertian filosofi secara umum adalah ilmu yang mengkaji tentang akal

budi mengenai hakikat yang ada. Filosofi Kebidanan adalah keyakinan atau

pandangan hidup bidan yang digunakan sebagai kerangka pikir dalam

memberikan asuhan kebidanan.

Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu falsafa

(timbangan) yang dapat diartikan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal

budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya (Harun

Nasution, 1979). Menurut bahasa Yunani philosophy berasal dari dua kata

yaitu philos (cinta) atau philia(persahabatan, tertarik kepada)

dan sophos (hikmah, kebijkasanaan, pengetahuan, pengalaman praktis,

intelegensi).

Filsafat secara keseluruhan dapat diartikan cinta kebijaksanaan atau


kebenaran. Pendapat para ahli :

1. Filosofi adalah disiplin ilmu yang difokuskan pada pancarian dasar-dasar

dan penjelasan yang nyata (Chinn & Krammer, 1991:17).

2. Filosofi adalah pendekatan berpikir tentang kenyataan meliputi tradisi,

agama, marxime, existentialisme dan fenomena yang berhubungan dengan

kesehatan masyarakat (Person dan Vaughan, 1998).

3. Filosofi adalah adalah ungkapan seseorang tentang nilai, sikap dan

kepercayaan meskipun pada waktu yang lain ungkapan tersebut merupakan

kepercayaan kelompok yang lebih sering disebut ideologi (Moya Davis,

1993).

1.2.2 Falsafah Kebidanan

Falsafah kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam

memberikan pelayanan kebidanan. Falsafah kebidanan tersebut adalah:

a. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam undang-undang maupun

peraturan pemerintah Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan

kesehatan professional dan secara internasional diakui oleh ICM, FIGO dan

WHO.

b. Tugas, tanggung jawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam

beberapa peraturan maupun keputusan menteri kesehatan ditujukan dalam

rangka membantu program pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam

rangka menurunkan AKI, AKP, KIA, Pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang

aman, pelayanan Keluarga Berencana (KB), pelayanan kesehatan masyarakat

dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

c. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan

kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan
perbedaan budaya. Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri,

mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan di segala aspek

pemeliharaan kesehatannya.

d. Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan dan menopause

adalah proses fisiologi dan hanya sebagian kecil yang membutuhkan intervensi

medic.

e. Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila

tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.

f. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap

wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat

pelayanan yang berkualitas.

g. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang

membutuhkan persiapan mulai anak menginjak masa remaja.

h. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan

pelayanan kesehatan.

i. Intervensi kebidanan bersifat komprehensif mencakup upaya promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitative ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat.

j. Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam

rangka meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang professional dan

interaksi social serta asas penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi

manajemen secara terpadu.

k. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan kepribadian

berlangsung sepanjang hidup manusia perlu dikembangkan dan diupayakan

untuk berbagai strata masyarakat.


l. Kebidanan (midwifery) merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai

disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi

ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu perilaku, ilmu sosial budaya, ilmu

kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan

kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru

lahir.

1.2.3 TinjaunFilosofi dalam Ilmu Kebidanan Tinjauan Keilmuwan

Setiap pengetahuan mempuyai 3 komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh

pengetahuan yang disusun. Komponen tersebut adalah: ontology, epistemoly dan

aksiology. Ontology merupakan asas dalam menetapkan ruang lingkup ujud yang

menjadi objek penelaahan ( objek ontology atau objek formall pengetahahuan) dan

penafsiran tentang hakikat realitas (metafisika) dari objek antologis atau objek formall

tersebut. Epistemology merupakan atas mengenai cara bagaimana materi

penegatahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh penetahuan. Aksiology

merupakan asas dalam mengunakan pengetahuan yang diperoleh dan di susun dalam

tubuh pengetahuan tersebut.

1.2.4 Dimensi Kefilsafatan Ilmu Kebidanan

Keberadaaban disiplin keilmuawan kebidanan sama seperti keilmuan lainya dipotong

oleh berbagai disiplin keilmuan yang telah berkembang, sehingga dalam perjalananya

mulai dipertanyakan indetitas dirinya sebagai suatu disiplin keilmuan yang mandiri.

Yang sering dipertanyakan pada pengetahaun kebidanan ( Midwifery Knowledge )

terutama terfokus pada tubuh pengetahuan kebidanan ( Boby Knowledge Midwifey )

untuk eksistensi sebagai suatu disiplin keilmuwan yang mandiri. Lebih lanjut, sering

dipetanyakan adalah ciri-ciri atau karakteristik yang membedakan pengetahuan

kebidanan ( Midwafery Knowledge ) dengan ilmu yang lain.


Berdasarkan komponen hakikat ilmu, maka setiap cabang pengetahuan dibedakan dari

jenis pengetahun dibedakan dari jenis penegtahaun lainya bedasarkan apa yang

diketahui (Ontology), bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh dan disusun

(epistomologis). Oleh karena itu penetahuan ilmiah mempuyai landasan ontology,

epistemology, dan aksiology yang spesifik dan bersifat ilmiah. Artinya suatu

pengetahuan ilmiah apabila dapat memenuhi persyaratan ontology, epistemology, dan

aksiology keilmuam.

Dimensi kefilsafatan keilmuan secara lebih rinci dapat dibagi menjadi tiga tingkatan

karakteristik, yaitu :

a. Bersifat universal artinya berlaku untuk seluruh disiplin yang bersifat keilmuan

b. Bersifat generik artinya mencirikan segolongan tertentu dari pengetahuan ilmiah,

contoh ilmu-ilmu social.

c. Bersifat spesifik artinya memiliki ciri-ciri yang khas dari sebuah disiplin ilmu yang

membedakanya dengan disiplin ilmu yang mebedakanya dengan disiplin keilmuan

yang lainya.

1.2.5 Tubuh Pengetahuan Kebidanan

Disiplin keilmuan kebidanan mempuyai karakteristik dan spesifikasi baik objek

formal maupun objek material. Objek formal disiplin keilmuwan kebidanan adalah cara

pandang yang tertentu. Objek formasl dari disiplin keilmuan kebidanan adalah

mempertahankan status kesehatan reproduksi tersebut kesejateraan wanita sejak

lahir sampai masa tuanya (Late menopause )n termasuk berbagai im plikasi dalam

siklus kehidupanya.

Objek material disiplin keilmuan kebidanan adalah substansi dari objek

penelaahan dalam lingkup tertentu. Objek material dalam disiplin keilmuwan

kebidanan adalah janin, bayi baru lahir, bayi dan anak di bawah lima tahun (Balita)
dan wanita secara utuh atau holistic dalam siklus kehidupanya (Kanak-kanak, Pra

remaja, remaja, dewasa muda, dewasa lansia dini dan lansia lanjut) yang berfokus

kepada kesehatan reproduksi.

Berdasarkan pikiran dasar, objek formasl dan objek material, disusunlah

pengetahuan kebidanan (Boby of knowledge) yang dikelompokan menjadi empat

yaitu :

1. Ilmu dasar : anatomi, psikologi, mikrobiologi dan parasitology, patofisiologi, fisika

dan biokimia.

2. Ilmu social : pancasila dan wawasan nusantara, bahasa Indonesia, bahasa inggris,

sosiologi, antopologi, psikologi, administrasi dan kepemimpinan, ilmu komunikasi,

humaniora, dan pendidikan ( prinsip belajar dan mengajar ).

3. Ilmu terapan : kedokteran, pharmakologi, epidemiologi, statistic, tehnik kesehatan

dasar (TKD)/ Keperawatan dasar, paradigma sehat, ilmu gizi, hokum kesehatan,

kesehatan masyarakat, dan metode riset.

4. Ilmu kebidanan

a. Dasar-dasar kebidanan ( perkembangan kebidanan, registrasi dan organisasi

profesi dan peran serta fungsi bidan.

b. Teori dan model konseptual kebidanan.

c. Siklus kehidupan wanita.

d. Etika dan etiket kebidanan.

e. Pengantar kebidanan professional (Konsep kebidanan, definisi bidan dan luang

lingkup kebidanan dan manajemen kebidanan).

f. Tingkat dan jenis pelayanan kebidanan.


g. Legislagi kebidanan

h. Praktek klinik kebidanan

Adapun wujud yang hakiki dari objek ilmu kebidanan adalah sebagai berikut :

1) Wanita

Wanita adalah makhluk bio-psikososial-kultural dan spiritual yang utuh dan

unik, mempuyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan tingkat

perkembanganya. Wanita atau ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa

sehingga keberadaanya wanita yang sehat jasmani dan rohani serta social sanggat

diperlukan.wanita atau ibu adalah pendidikan pertama dan utama dalam keluarga.

Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan dan kondisi dari wanita atau iby

dama keluarga.

2) Reproduksi

Reproduksi adalah suatu fungsi pada manusia yang sangat penting untuk

mempertahankan diri dari kepunahan. Proses reproduksi mulai dari saat pembuah,

melalui masa kehamilan dan akhirnya mencapai titik kulminasi berupa persalinan, maka

lahirnya insan yang menjadi generasi penerus.

3) Keluarga

Keluarga adalah suami, istri disertai anak dari suami istri tersebut dan juga

individu yang mempuyai hubungan kekeluargaan yang tinggal di bawah satu atap.

Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah atau daerah membentuk masyarakat.

Kumpulan dari masyarakat Indonesia terhimpun di dalam satu kesatuan bangsa

Indonesia.

4) Persalinan
Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila

tidak kelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal. Setiap individu berhak

untuk dilahirkan secara sehat. Untuk itu, maka setiap wanita usia subur, ibu hamil,

melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang berkualitas.

1.2.6 Falsafah Asuhan Kebidanan

Falsafah asuhan kebidanan merupakan keyakinan/ pandangan hidup bidan

yang digunakan sebagai kerangka berpikir dalam memberikan asuhan kepada klien.

a. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan

Bidan yakin bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses alamiah dan bukan

suatu penyakit, namun tetap perlu diwaspadai karena kondisi yang semula normal

dapat tiba tiba menjadi tidak normal.

1) Bidan meyakini bahwa menstrusi, kehamilan, persalinan dan menopause dalah

proses fisiologi. Factor fisiologik merupakan bagian dari factor penyebab

penyakit /agent selain host dan environment, yang apabila terjadi

kegagalan/keberhasilan dalam mengadaptasi dengan lingkungan akan

meyebabkan jatuhnya seseorang pada kondisi sehat atau sakit.

2) Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila

tidak dikelola dengan tepat, dapat berubah menjadi abnormal.

3) Kehamilan dan persalinan adalah pengalaman yang sangat mendalam,

membawa suatu arti yang bermakna untuk perempuan tersebut, keluarga dan

komunitasnya.

4) Proses tersebut mempuyai resiko yang sama, baik untuk kehidupan

perempuan maupun bayinya. Apabila proses mulai dengan bermasalah atau

memburuk dari setiap fase proses tersebut, bidan menghormati kepentingan

ibu maupun janin sesuai dengan keadaan. Berdasarkan atas keaadaan itu,
hindari intervensi yang tidak perlu pada pertolongan persalinan. Misalnya tidak

meberikan obat perangsang agar persalinan menjadi lebih cepat.

5) Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan kelurga yang

membutuhkan persiapan mulai anak menginjak masa remaja.

6) Kesehatan ibu pariode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan

dan pelanan kesehatan.

b. Keyakinan tentang wanita/perempuan

1) Perempuan dan keluarga merupakan pusat dari asuhan kebidanan dan pilihan

serta hal yang dianggap penting oleh para perempuan harus disertakan dalam

pemberian asuhan kebidanan

2) Setiap perempuan adalah pribadi yang unik yang memputai hak, kebutuhan

dan harapan serta keinginanya, oleh karena itu dia harus berpartisifasi secara

aktif dalam asuhanya selama kehamilan, persalinan, nifas dan membuat pilihan

serta keputusan tentang bayi cara asuhan yang diberikan. Masalah kebutuhan

ibu dan bayi yang harus dihargai.

3) Keunikan fisik, emosional, kehususan social dan budaya dari setiap perempuan

dan keragaman kebutuhan serta arti kebudayaan yang bibawa oleh

perempuan, kelurga dan komunitasnya dalam kaitan dengan kehamilan,

pemahaman pendidikan awal pada anak harus dihormati.

Bidan yakin bahwa perempuan meupakan pribadi yang unik, mempunyai hak

mengkontrol dirinya sendiri, memiliki kebutuhan, harapan dan keinginan yang

patut dihormati.

c. Keyakinan mengenai fungsi profesi dan pengaruhnya

Fungsi utama asuhan kebidanan adalah memastikan kesejahteraan


perempuan bersalin dan bayinya. Bidan mempunyai kemampuan mempengaruhi

klien dan keluarganya.

d. Keyakinan tentang pemberdayaan dan pembuatan keputusan

Membuat kepurusan adalah tanggung jawab bersama anatara perempuan,

keluarga serta pemberi asuhan dan yang menentukanya adalah perempuan

tersebut sebagai pengambil keputusan yang utama.

Perempuan mempuyai hak untuk memilih dan memutuskan tentang siapa

yang memberi asuhan, dimana tepat melahirkan apakah dirumahnya atau dirumah

sakit.

Dalam setiap asuhan asuhan, wanita juga terlibat dalam membuat suatu

keputusan yang terkait dengan dirinya setelah mendapatkan informasi yang jelas

dari bidan.

Bidan yakin bahwa pilihan dan keputusan dalam asuhan kebidanan patut

dihormati. Keputusan yang dipilih merupakan tanggung jawab bersama antara

perempuan, keluarga, dan pemberi keputusan.

e. Keyakinan tentang asuhan

Bidan yakin bahwa fokus asuhan kebidanan adalah upaya pencegahan

dan peningkatan kesehatan yang menyeluruh, meliputi pemberian informasi yang

relevan dan objektif, konseling dan menfasilitasi klien yang menjadi tanggung

jawabnya. Oleh karena itu, asuhan kebidanan harus aman, memuaskan,

menghormati dan mengoptimalkan wanita serta keluarganya.

f. Keyakianan tentang kalaborasi

Bidan meyakini bahwa dalam memberikan asuhan harus tetap

mempertahankan, mendukung dan menghargai proses fisiologi. Intervensi dan


penggunaan teknologi dalam asuhan hanya bedasarkan indikasi. Bidan adalah

praktisi yang mandiri, yang bekerja sama mengembangkan kemitraan dengan

anggota tim kesehatan lainnya.

g. Keyakinan tentang fungsi profesi dan manfaatnya

Bidan meyakini bahwa mengembangkan kemandirian profesi, kemitraan

dan pemberdayaan wanita serta tim kesehatan yang lainnya selama pemberian

asuhan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

1.2.7 Tinjauan filosofi dalam ilmu kebidanan

1. Komponen Ilmu Kebidanan

Ilmu atau science adalah suatu studi atau pengetahuan yang sistematik

untuk menerangkan suatu fenomena dengan acuan materi dan fisiknya melalui

metode ilmiah ( Hutchinson, 1994). Setiap pengetahuan mempuyai tiga

komponen yang merupakan tiang penyanggah tubuh pengetahuan yang

disusun. Komponen tersebut adalah ontology, epostemologi, dan aksiologi.

Ontologi merupakan azas dalam menetapkan ruang lingkup ujud yang

menjadi objek penelaahan (Objek ontology atau objek formal pengetahuan)

dan penafsiran tentang hakikat realitas (Metafisika) dari objek ontologis atau

objek formal tersebut.

Epistemologi merupakan azas mengenai cara bagaimana materi

pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan.

Aksiologi merupakan azas dalam mengunakan pengetahuan yang diperoleh

dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.

2. Dimensi Kefilsafatan Ilmu Kebidanan

Keberadaan disiplin keilmuan kebidanan sama seperti keilmuan lainya


dipotong oleh berbagai disiplin keilmuan yang telah jauh berkembang, sehingga

dalam perjalanan mulai dipertanyakan indentitas dirinya sebagai satu disiplin

keilmuan yang mandiri.

Dimensi kefilsafatan keilmuan secara lebih rinci dapat dibagi menjadi

tiga tingkatan karakteristik, yaitu :

1) Bersifat universal artinya berlaku untuk seluruh disiplin yang bersifat

keilmuan.

2) Bersifat generik artinya mencirikan segolongan tertentu dari pengetahuan

ilmiah.

3) Bersifik spesifik artinya memilki ciri-ciri yang khas dari sebuah disiplin ilmu

yang membedakan dengan ilmu disiplin yang lain.

3. Tubuh Pengtahuan kebidaanan

Disiplin keilmuan kebidanan mempuyai karakteristik dan spesifikasi baik forma

maupun objek material. Objek forma disiplin keilmuan kebidanan adalah cara

padang yang berfokus pada objek penelaahan dalam batas ruang lingkup

tertentu. Objek forma dari disiplin keilmuwan kebidanan adalah

mempertahankan status kesehatan reproduksi termasuk kesejahteraaan wanita

sejak lahir sampai masa tuanya ( Late menopause) termasuk berbagai implikasi

dalam siklus kedepanya.

1.2.8 Pengertian bidan

1) Pengertian bidan menurut IBI (Ikatan Bidan Indonesia)

Seorang perempuan yang telah lulus dari pendidikan bidan yang diakui

pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta

memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister,sertifikasi dan atau secarah

sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.


2) Pengertian bidan menurut WHO

Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan

yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi

kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk

melakukan praktik bidan.

3) Menurut International Confederation of Midwives (ICM)

Pengertian bidan dan bidang praktikya secara internasional telah diakui

oleh ICM tahun 1972 dan Federation of International Gynecologist Obstetrition

(FIGO) tahun 1973, World Health Organisation (WHO) dan badan lainnya. Pada

pertemuan dewan di Kobe tahun 1980, ICM menyempurnakan definisi tersebut

yang telah di sahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992).

Kutipan teks asli

A midwife is a person who, having been regulary admitted to a diwifery

educational program fully regcognized in the country in which it is located, has

successfully completed the prescribed course of studies in midwifery and has

acquired the requiste qualificatin to be registered and or legally licensed to practise

midwifery.

She must be able to give the necessary supervision, care and advice to

women during pregnancy, labor and postpartum, to conduct deliveries on her own

responsibility and to care for the newborn and the infant.this care includes

preventive measures, the detection of abnormal condition in mother and child. The

procurement of medical assitance, and the execution of emergency measure in the

absense of medical help.

She has important task in counseling and education, nor onlu for patients,

but also wihin the family and community.


Their work should involve antenatal aducation and preparation for parenthood and

extends to certain areas of gynecology, family planning and child care. She may

practise in hospital, clinics, health units, domiciliary conditions or any other service.

Arti secara lengkap

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan Program Pendidikan

Bidan yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk

menjalankan praktik kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan

supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita

selama mada hamil, persalinan dan masa pasca persalinan (post partum periode),

memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru

lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi

abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan

tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya.

Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak

hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya.

Pekerjaan ini termasuk pendidikan antenatal, persiapan untuk menjadi orang tua,

dan meluar ke daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana dan asuhan

anak. Dia bisa berpraktik di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan

atau tempat-tempat pelayanan lainya.

1.2.9 Pelayanan kebidanan

Merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk

mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas.

Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuia kewenangan

yang diberikan dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka

tercapainya keluarga yang berkualiatas, bahagia dan sejahtera.


1.1 Klasifikasi Pelayanan Kebidanan

1) Layanan Kebidanan Primer

Merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dan sepenuhnya

menjadi tanggung jawab bidan.

2) Layanan Kebidanan Kolaborasi

Merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dengan tanggung

jawab bersama semua pemberi pelayanan yang terlibat (mis : bidan, dokter atau

tenaga kesehatan yang professional lainnya). Bidan menuoakan anggota tim.

3) Layanan Kebidanan Rujukan

Merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan menyerahkan tanggung

jawab kepada dokter, ahli dan / atau tenaga kesehatan professional lainnya untuk

mengatasi masalah kesehatan klien di luar kewenangan bidan dalam rangka

menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya.

Contoh: Pelayanan yang dilakukan bidan ketika menerima rujukan dari dukun,

layanan rujukan bidan ke tempat fasilitas pelayanan kesehatan secar horizontal

atau vertical atau ke profesi kesehatan yang lain.

1.2.10 Praktek Kebidanan

Penerapan ilmu kebidanan dalam pemberian pelayanan atau asuhan kebidanan

dengan klien menggunakan pendekatan manajem kebidanan.

Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam

menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis

Lingkup praktik kebidanan meliputi asuhan mandiri / otonomi pada perempuan,

remaja putri, dan wanita dewasa sebelum, selama kehamilan dan sesudahnya.
Praktik kebidanan dilakukan dalam system pelayanaan kesehatan yang berorientasi

pada masyarakat, dokter, perawat, dan dokter spesialis dipusat-pusat rujukan.

LATIHAN
1. Jelaskan Pengertian filosofi dan definisi bidan ?

2. Coba anda jelaskan Filsafah asuhan kebidanan ?

3. Jelaskan Definisi bidan menurut anda masing-masing ?

4. Pelayanan kebidanan ?

Selamat mengerjakan...!!!^_^

PERTEMUAN KE-II
Kosep Dasar : Praktek kebidanan

Tujuan Perkuliahan :

1. Mahasiswa mampu Praktek kebidanan ?

2. Mahasiswa mampu Asuhan kebidanan ?

Pokok Bahasan :

1. Praktek kebidanan

2. Asuhan kebidanan

Metode Pembelajaran : Ceramah dan tanya jawab/diskusi


Pertemuan : II (Dua)

Waktu : 100 Menit

BAB II
Praktek Kebidanan

2.1 Latar Belakang

Kerangka kerja bidan adalah suatu system kerja dalam memberi asuhan

kebidanan kepada klien untuk memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.

Kerangka kerja bidan terdiri atas determinan ( Faktor penentu ) asuhan, proses

asuhan dan hasil yang diharapkan, determinan memberi arah dan tehnik asuhan

kebidanan secara keseluruhan. Proses asuhan mengambarkan jenis tindakan atau

kegiatan dan stategi asuhan yang harus dilakukan oleh bidan.


DETERMINAN
Filosofi Asuhan Kebidanan

PROSES ASUHAN Wanita Sebagai


Bidan sebagai Pemberi Manajemen Asuhan Kebidanan Penerima Asuhan
Asuhan

TERCAPAINYA KEBERHASILAN ASUHAN YANG


MENJAMIN KEPUASAN, KEAMANAN WANITA DAN
BAYINYA UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA
BAHAGIA DAN BERKUALITAS

Apakah Yang Dimaksud dengan Kebidanan?

Kebidanan adalah bagian integral dari sistim kesehatan dan berkaitan

dengan segala sesuatu yang menyangkut pendidikan, praktek dan kode etik bidan

dimana dalam memberikan pelayanannya mengyakini bahwa kehamilan dan

persalinan adalah suatu proses fisiologi normal dan bukan merupakan penyakit,

walaupun pada beberapa kasus mungkin berkomplikasi sejak awal karena kondisi

tertentu atau komplikasi bisa timbul kemudian. Fungsi kebidanan adalah untuk

memastikan kesejahteraan ibu dan janin / bayinya, bermitra dengan perempuan,

menghormati martabat dan memberdayakan segala potensi yang ada padanya.

Apakah Yang Dimaksud dengan Praktek Kebidanan ?

Praktek Kebidanan adalah asuhan yang diberikan oleh bidan secara mandiri

baik pada perempuan yang menyangkut proses reproduksi, kesejahteraan ibu dan

janin / bayinya, masa antara dalam lingkup praktek kebidanan juga termasuk

pendidikan kesehatan dalam hal proses reproduksi untuk keluarga dan komunitasnya.

Praktek kebidanan berdasarkan prinsip kemitraan dengan perempuan, bersifat holistik

dan menyatukannya dengan pemahaman akan pengaruh sosial, emosional, budaya,

spiritual, psikologi dan fisik dari pengalaman reproduksinya.


Praktek kebidanan bertujuan menurunkan / menekan mortalitas dan morbilitas

ibu dan bayi yang berdasarkan ilmu-ilmu kebidanan, kesehatan, medis dan sosial

untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan ibu dan janin / bayinya.

Apakah yang Dimaksud dengan Asuhan Kebidanan ?

Asuhan Kebidanan: Adalah prosedur tindakan yang dilakukankan oleh bidan

sesuai dengan wewenang dalam lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat

kebidanan, dengan memperhatikan pengaruh pengaruh sosial, budaya, psikologis,

emosional, spiritual, fisik, etika dan kode etik serta hubungan interpersonal dan hak

dalam mengambil keputusan dengan prinsip kemitraan dengan perempuan dan

mengutamakan keamanan ibu, janin / bayi dan penolong serta kepuasan perempuan

dan keluarganya. Asuhan kebidanan diberikan dengan mempraktikan prinsip-prinsip

bela rasa, kompetensi, suara hati, saling percaya dan komitment untuk memelihara

serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin / bayinya. sumber. Kuliah

bidan.wordpress.com

2.2 Praktek Kebidanan


Praktek Kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui pelayanan atau

asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan manajemen kebidanan. Lingkup

praktek kebidanan meliputi asuhan mandiri atau otonomi pada anak perempuan,

remaja putri, dan wanita dewasa, sebelum selama kehamilan dan sesudahnya.

Praktek kebidanan dilakukan dalam system pelayanan yang berorientasi pada

masyarakat, dokter, perawat, dan dokter spesialis di pusat-pusat rujukan.

2.3 Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab

bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan atau

masalah kebidanan ( kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir BBL, keluarga

berencana, kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat ).

Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan keselamatan ibu dan

bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan keluarga bahagia dan berkualitas


melalui pemberdayaan perempuan dan keluarganya dengan menumbuhkan rasa

percaya diri.
Keberhasilan tujuan asuhan kebidanan antara lain dipengaruhi oleh adanya

keterikatan penerapan masing-masing komponen yang dapat dipengaruhi

keberhasilan tujuan asuhan, baik dari pemberi asuhan maupun menerima asuhan.

Komponen yang dimaksud adalah sebagai berikut :


1) Determinan, adalah factor penentu dalalm memberikan asuhan yang meliputi :
a. Nilai, etika, falsafah yang dianut oleh bidan
b. Kepekaan terhadap kebutuhan asuhan
c. Kemampuan ,e,fasilitasi dan mengambil keputusan dalam bertindak,
2) Kemampuan wanita, yaitu kemampuan wanita sebagai penerima asuhan yang

dipengaruhi oleh :
a. Kemampuan wanita untuk beradaptasi
b. Kemampuan mengambil keputusan
c. Imformasi dan konseling yang diterimanya
d. Dukungan yang diterimanya
3) Proses asuhan. Proses asuhan yang digambarkan dalam manajemen proses

kebidanan dipengaruhi oleh :


a. Aspek jenis tindakan atau kegiatan yang dilakukan. Ini adalah komponen yang

menjelaskan tentang apa yang dilakukan bidan dan lingkup kompetensi yang

harus dimilki bidan. Pemberi asuhan kebidanan harus memperhatikan factor-

faktor berikut :
Keputusan berlandasan pemikiran kritis
Praktek asuhan berdasarkan fakta (Eviden Based )
Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
Pemakaian teknologi secara etis
Menghormati perbedaan budaya dan etik
Mengoptimalkan atau mengajarkan klien tentang promosi kesehatan,

dengan memberikan pilihan berdasarkan imformasi ( Imformed choice ) dan

melibatkan dalam pengambilan keputusan


Mempraktekan prilaku sabar yang rasional, memberi advokasi bagi wanita

dan melakukan rujukan professional ahli untuk kasus komplikasi


b. Aspek strategis, asuhan yang harus dilakukan adalah :
Mengunakan pendekatan yang ramah dan berpusat pada wanita
Menyesuaikan keahlian untuk memenuhi kebutuhan klien yang khusus
Melakukan intervensi dan rujukan yang tepat
Memelihara kepercayaan dan saling menghargai antara bidan dank lien
Menawarkan panduan antisipasi ( anticipatory guidance ), mempasilitasi

serta mendukung keikut sertaaan klien dalam pengambilan keputusan


Memberi asuhan fleksibel dan kreatif
Mempromosikan dan mendukung hak asasi manusia (HAM)
2.4 Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan

kebidanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, termasuk kesehatan reproduksi

wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat.


Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan wanita

dalam siklus reproduksi, bayi baru lahir, dan balita untuk mewujudkan kesehatan

keluarga sehingga tersedia sumber daya manusia ( SDM ) yang berkualitas di masa

depan.
2.5 Pelayan kebidanan di bedakan berdasarkan kewenangan bidan, yaitu:
1) Pelayanan kebidanan primer / mandiri
Merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dan sepenuhnya

menjadi tanggung jawab bidan.


Tugas pelayanan mandiri :
Menetapkan menejemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan.
Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pra nikah

dengan melibatkan klien.


Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.
Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan

melibatkan klien/keluarga.
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi yang baru lahir.
Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan

melibatkan klien atau keluarga.


Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan

pelayanan keluarga berencana.


Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan system reproduksi

dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause.


Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan

keluarga.
2) Pelayanan kolaborasi
Merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dengan tanggung

jawab bersama semua pemberi layanan yang terlibat. Missal : bidan, dokter, dan

atau tenaga kesehatan professional lainnya.


Tugas kolaborasi/kerjasama:
Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai

fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.


Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil resiko tinggi dan pertolongan

pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.


Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dan

pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.


Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dan pertolongan

pertama
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan pertolongan pertama

pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.


Memberikan asuhan kebidanan pada balita resiko tinggi dan pertolongan

pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.


3) Pelayanan rujukan
Merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan menyerahkan tanggung

jawab kepada dokter, ahli dan atau tenaga kesehatan profesional lainnya untuk

mengatasi masalah kesehatan klien di luar kewenangan bidan dalam rangka

menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya.


Tugas merujuk/ketergantungan:
Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai

fungsi keterlibatan klien dan keluarga.


Memberikan asuhan kebidanan melaui konsultasi dan rujukan pada

kehamilan resiko tinggi dan kegawatan darurat.


Memberikan asuhan kebidanan melaui konsultasi dan rujukan pada masa

persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.


Memberikan asuhan kebidanan melaui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam

masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawat daruratan dengan

melibatkan klien dan keluarga.


Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu

dan gawat darurat yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan

melibatkan keluarga.
Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu

dan rujukan pada kehamilan resiko tinggi dan kegawatan darurat dan

memerlukan konsultasi serta rujukan.

2.6 Kerangka kerja dalam pelayanan meliputi :

1) PERMENKES No 1464/MENKES/SK/II/2010

2) Standar Praktek Bidan

3) Kode Etik Bidan

4) Kepmenkes No 369/Menkes/SK/III/2007
2.7 Lingkup Praktek Kebidanan Meliputi Pemberian Asuhan Pada :

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada

kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut

wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan masyarakat, serta kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.

a. Permenkes No.5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan

persalinan normal secara mandiri,didampingi tugas lain.

b. Permenkes No.363/IX/1980 yang kemudian diubah menjadi Permenkes

623/1989, wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu Permenkes khusus. Dalam

wewenang khusus ditetapkan bahwa bidan melaksanakan tindakan khusus

dibawah pengawasan dokter.

c. Permenkes No.572/PER/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang regristasi dan

praktik bidan. Bidan dalam melaksanakan praktiknya diberi kewenangan yang

mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam

melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup :Pelayanan

kebidanan meliputi pelayanan ibu dan anak, pelayanan Keluarga Berencana,

pelayanan Kesehatan Masyarakat

d. Permenkes No.900/SK/VII/2002, wewenang ini mengatur tentang regristasi dan

praktik bidan. Bidan dalam melaksanakan praktiknya diberi kewenangan yang

mandiri.

e. Permenkes No.HK.02.02/Menkes/149/I/2010, yang kemudian diubah menjadi

Permenkes RI No.1464/Menkes/PER/X/2010, wewenang ini mengatur tentang

izin dan penyelenggaraan praktik bidan.

Dalam menjalankan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi,konsultasi, dan

merujuk dengan kondisi pasien,kewenangan dan kemampuannya. Dalam keadaan

darurat nidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yaitu yang ditunjukkan
untuk menyelamatkan jiwa.

Lingkup praktik bidan adalah BBL,bayi,balita,anak perempuan,remaja putri,

wanita pranikah,wanita selama masa hamil,bersalin dan nifas,wanita pada masa

interval dan wanita pada masa menopouse.

a. Remaja Putri

Asuhan yang diberikan Bidan kepada Remaja putri. Bidan memberikan

penyuluhan tentang proses menstruasi.

b. Wanita Pranikah

Asuhan yang diberikan Bidan kepada wanita sebelum menikah. Bidan

memberikan penyuluhan tentang dampak hubungan seksual.

c. Ibu Hamil

Asuhan kebidanan pada ibu hamil adalah asuhan yang diberikan Bidan pada ibu

hamil utuk mengetahui kesehatan ibu dan janin serta untuk mencegah dan

menangani secara dini kegawatdaruratan yang terjadi pada saat kehamilan.

d. Ibu Bersalin

Asuhan yang di berikan Bidan pada Ibu Bersalin. Bidan melakukan Observasi

pada Ibu Bersalin, yani pada Kala I, Kala II, kala III, Dan kala IV.

e. Ibu Nifas

Asuhan kebidanan pada Ibu nafas adalah Asuhan yang di berikan Pada Ibu

Nifas. Biasanya berlangsung selama 40 hari atau sekitar 6minggu. Pada Asuhan

ini Bidan memberikan Asuhan berupa Memantau Involusi Uteri, Kelancaran ASI,

dan Kondisi Ibu dan Anak.

f. Bayi Baru lahir

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir adalah Asuhan yang di berikan Bidan

pada bayi baru lahir. Pada bayi baru lahir Bidan memotong tali plasenta,

memandikan, mengobservasi ada tidaknya gangguan pada pernafasan dsb dan

memakaikan pakaian dan membendong dengan kain.

g. Bayi dan Balita


Asuhan kebidanan pada neunatus dan balita adalah Asuhan yang di berikan

Bidan pada Neunatus dan balita. Pada balita Bidan memberikan Pelayanan,

informasi tentang Imunisasi dan KIE sekitar kesehatan neunatus dan balita.

h. Menopause

Asuhan yang diberikan Bidan kepada wanita yang Ibu-ibu yang sudah berhenti

masa suburnya.

i. Wanita dengan Gangguan Reproduksi

Asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan Reproduksi adalah Asuhan

yang di berikan Bidan pada wanita yang mengalami gangguan reproduksi. Bidan

memberikan KIE (Konseling Informasi Edukasi) tentang gangguan-gangguan

reproduksi yang sering muncul pada wanita seperti keputihan, menstruasi yang

tidak teratur.

2.8 RUANG LINGKUP PELAYANAN BIDAN

1) Bidan Praktik swasta

Merurut SKP organisasi IBI , bidan praktik swasta adalah bidan yang diberi izin untuk

menjalankan praktik perorangan setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan

dalam (IBI,1997:15)

Visi bidan praktik swasta adalah meningkatkan kualitas pelayanan untuk memberi

yang terbaik, agar dapat memenuhi keinginan masyarakat.Misi bidan praktik swasta

adalah memberi pelayanan berkualitas terbaik dalam bidang KB dan kesehatan

Reproduksi.Bersahabat dan peduli terhadap kepentingan pasien serta memenuhi

bahkan melebihi harapan pasien.

2) Persyaratan bidan praktik swasta:

a. Bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan, yang diakui

oleh negara tempat dia tinggal dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait

kebidanan sertamemenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin

formal untuk praktik bidan.

b. Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian, dan pengakuan


terhadap bidan setelah dinyatakan memenuhi kompetensi inti atau standar

penampilan minimal yang ditetapkan sehingga secara fisik dan mental mampu

melaksanakan praktik profesinya.

c. Surat izin bidan(SIB) adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk

menjalankan pelayanan asuhan kebidanan diselruh wilayah republik indonesia.

d. Praktik bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan

oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan

wewenang dan kemampuannya.

e. Bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan

registrasi kepada kepala dinas kesehatan provinsi institusi pendidikan untuk

memeroleh SIPB selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima ijazah bidan

(kebijakan IBI Jabar 2 tahun setelah lulus).

f. Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi:

1) Fotokopi ijazah bidan

2) Fotokopi transkrip nilai akademik

3) Surat keterangan sehat dari dokter

4) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar

5) Persyaratan lain sesuai kebijakan IBI daerah

6) Rekomendasi yang diberikan organisasi profesi sebagaimana dimaksud

setelah terlebih dahulu dilakukan uji kemampuan keilmuan dan ketrampilan,

kepatuhan terhadap kode etik profesi, serta kesanggupan melakukan praktik

bidan

g. Bidan dalam menjalankan praktiknya harus sesuai dengan kewenangan yang

diberikan berdsarkan pendidikan dan pengalaman, sedangkan dalam memberikan

pelayanan harus berdasarkan standar profesi.

h. Disamping ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bidan dalam

melaksanakan praktik sesuai dengan kewenangannya harus:

1) Menghormati hak pasien


2) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani

3) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku

4) Memberikan informasi tentang pelayanan yang akan diberikan

i. SIPB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan dasar

untuk menerbitkan SIP B.

j. Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIP B.

Seorang bidan praktik swasta harus:

1) Memiliki keterampilan yang sesuai dengan standar untuk setiap jenis

pelayanan yang diberikan.

2) Memiliki pengetahuan yang mutakhir.

3) Berperilaku positif dan peduli terhadap kepentingan pasien

4) Memiliki kinerja yang baik

5) Memiliki tempat dan peralatan praktik yang standar, memiliki alat bantu seperti

poster,signage,leaflet.

Karakter yang harus dimiliki oleh bidan praktik swasta adalah :

1) Memiliki rasa peduli yang tinggi dan kasih sayang terhadap pasien.

2) Menunjukkan kehangatan kepada pasien sehingga mereka merasa yakin

berada ditangan yang tepat.

3) Mengerti apa yang dirasakan pasien.

4) Memperoleh rasa percaya sehingga pasien mudah berbagi masalah.

5) Memiliki kesabaran untuk memperbaiki segala masalah pasien.

6) Merasa senang untuk berbicara dengan pasien, mau memberi pendapat dan

menghargai, simpati, serta memberi solusi atas masalah pasien.

7) Memiliki sikap yang bersahabat, memiliki rasa positif, murah senyum, dan

memberi sentuhan personal kepada pasien.

8) Memiliki kepedulian terhadap keluarga pasien.

Ciri bidan praktik swasta yang berkualitas, yaitu :


1) Mampu memberi pelayanan yang cepat dengan menggunakan fasilitas

dan peralatan standar, bersih, dan aman.

2) Memberi pelayan yang kompeten dan efektif dan memberi saran kepada

pasien.

3) Mudah ditemui dan mampu menjawab semua pertanyaan.

4) Berpengalaman, tahu apa yang dilakukan, mengerti dan memahami

keadaan pasien, serta siap menolong kapanpun dibutuhkan.

5) Mampu menjaga rahasia dari setiap masalah bidan.

6) Mampu memberi pelayanan berkualitas terbaik secara konsisten dari

waktu kewaktu.

7) Dapat menyesuaikan diri dalam keadaan apapun dan dimanapun berada.

2.9 Kewajiban Bidan

Bidan memiliki kewajiban sebagai berikut :

1) Selama menjalankan BPS, bidan wajib menaati semua peraturan perundang-

undangan yang berlaku, baik dari dinas maupun dari profesi (IBI).

2) Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah dalam

meningkatakan derajat kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan

anak serta keluarga berencana.

3) Setiap bidan yang menjalankan praktik berkewajiban meningkatkan

kemampuan keilmuan dan keterampilannya melalui pendidikan dan pelatihan.

4) Bidan dalam menjalankan praktiknya memiliki kewenangan untuk memberikan

pelayanan yang meliputi :

Pelayanan kebidanan

Pelayanan keluarga berencana

Pelayanan kesehatan masyarakat.


5) Bidan dalam menjalankan praktiknya wajib melakukan pencatatan dan

pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan dan dilampirkan ke

puskesmas.

6) Mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan organisasi profesi (IBI).

7) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan/atau organisasi terkait melakukan

praktik diwilayahnya. Bidan berkewajiban menerima pembinaan tersebut.

8) Bidan yang menjalankan praktik harus mencantumkan Surat Izin Praktik Bidan

atau fotokopi izin praktik diruang praktik atau tempat yang mudah dilihat.

9) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan

10) Melakukan rekam medis dengan baik

2.10Hak Bidan Praktik Swasta

Bidan praktik swasta memiliki hak sebagai berikut :

1) Berhak mendapatkan izin praktik.

2) Berhak mendapatkan perlindungan dari organisasi profesi.

3) Berhak mendapatkan keterampilan/pengetahuan baru yang berkaitan dengan

bidan praktik swasta (bidan delima).

(Sanksi Bidan Praktik Swasta )

Bidan praktik swasta memiliki sanksi sebagai berikut :

1) Bidan dalam melakukan praktik dilarang :

a. Menjalankan praktik yang tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum

dalam izin praktik.

b. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.

2) Bila melanggar ketentuan, bidan praktik swasta dikenakan sanksi :

a. Peringatan lisan atau tertulis kepada bidan yang melakukan pelanggaran

oleh kepala Dinas Kabupaten/Kota.

b. Peringatan lisan atau tertulis diberikan paling banyak 3 kali dan bila
pelanggaran tersebut tidak diindahkan maka Kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dapat mencabut SIP B bidan yang bersangkutan.

2.11Pelayanan Kolaborasi

Pada acara Congress On Nursing Practice tahun 1992, American Nursing

Association (ANA) merumuskan definisi kolaborasi yaitu:

Kolaborasi adalah hubungan saling berbagi tanggung jawab (kerja sama) dengan

rekan sejawat/ tenaga kesehatan lainnya dalam memberi asuhan pada pasien. Dalam

praktiknya, kolaborasi dilakukan dengan mendiskusikan diagnosis pasien serta bekerja

sama dalam penatalaksanaan pemberian asuhan. Masing-masing tenaga kesehatan

dapat saling berkonsultasi dengan tatap muka langsung atau melalui alat komunikasi

lainnya dan tidak perlu hadir ketika tindakan dilakukan. Petugas kesehatan yang

ditugaskan menangani pasien bertanggung jawab terhadap keseluruhan

penatalaksanaan asuhan.

Elemen kolaborasi mencakup:

a. Harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda, yang dapat

bekerja sama secara timbal balik dengan baik.

b. Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerja sama.

c. Kelompok harus memberi pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi

pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tersebut.

Perkembangan Proses Kolaborasi:

Pada awalnya, praktik kolaborasi menggunakan model hirearkis seperti badan

dibawah ini, yang menekankan komunikasi satu arah, kontak terbatas antara pasien

dan dokter, dan menempatkan dokter sebagai tokoh yang dominan.

Pola tersebut berkembang menjadi model praktik kolaborasi yang

menekankan komunikasi dua arah, tetapi tetap menempatkan dokter pada posisi

utama dan membatasi hubungan antara dokter dan pasien. Pola yang ketiga lebih

berpusat kepada pasien. Sesama pemberi pelayanan harus dapat bekerja sama,
begitu juga dengan pasien. Model ini berbentuk melingkar. Menekankan kontinuitas

dan kondisi timbal balik satu sama lain. Tidak ada satu pemberi pelayanan yang

mendominasi secara terus menerus.

Kolaborasi dalam praktik kebidanan Dalam praktik pelayanan kebidanan ,

layanan kolaborasi adalah suatu asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien

dengan beban tanggung jawab semua pemberi pelayanan yang terlibat. Mereka

adalah bidan,dokter,dan atau tenaga kesehatan profesional lainnya. Bidan

merupakan anggota tim.

Bidan menyakini bahwa dalam memberi asuhan harus tetp

menjaga,mendukung,dan menghargai proses fisiologis manusia. Intervensi dan

penggunaan teknologi dalam asuhan hanya atas indikasi. Rujukan yang efektif

dilakukan untuk menjamin kesejahteraan ibu dan bayinya. Bidan adalah praktisi yang

mandiri. Bidan bekerja sama mengembangkan kemitraan dengan anggota tim

kesehatan lainnya. Dalam menjalankan tugasnya, bidan melakukan

kolaborasi,konsultasi,dan perujukan sesuai dengan kondisi pasien,kewenangan,dan

kemampuannya.
LATIHAN
EVALUA
EVALU

1. Mahasiswa mampu Praktek kebidanan ?

2. Mahasiswa mampu Asuhan kebidanan ?

Selamat mengerjakan...!!!^_^

PEMBELAJARAN KE-III
Konsep Dasar : Perkembangan Profesi, Pelayanan dan Pendidikan Bidan secara

National dan International


Tujuan Perkuliahan :

1. Mahasiswa mampu Sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan

kebidanan.

2. Mahasiswa mampu Perkembangan di luar negeri.

3. Mahasiswa mampu Perkembangan du dalam negeri.

Pokok Bahasan :

1. Sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan

2. Perkembangan di luar negeri

3. Perkembangan du dalam negeri

Metode Pembelajaran : Ceramah dan tanya jawab/diskusi

Pertemuan : III (Tiga)

Waktu : 100 Menit

BAB III
Perkembangan Profesi, Pelayanan dan
Pendidikan bidan Secara National dan
International

Sejarah/ perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan setiap waktu


mengalami perkembangan, baik suatu kemajuan atasu justru suatu

kemunduran.Perkembangan ini terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Setiap

perkembangan memiliki alas an tersendiri, mengapa mengalami kemajuan dan juga

kemuduran. Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di indoensia tidak

terlepas dari masa penjajahan belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah

dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyarakat serta

kemajuan ilmu dan teknologi. Perkembangan kebidanan bertujuan untuk meningkatkan

kesehatan ibu dan anak.

Manfaat dari belajar sejarah dapat : mengetahui keadaan jaman dahulu

membandingkan jaman sekarang, memilih dari praktek dan pengalaman masa lampau

apa yang baik dan membuang yang kurang baik mengetahui perkembangan praktek

kebidanan hingga di dapatkan kondisi yang sekarang.

Sejarah kebidanan dimulai sejak awal kehidupan/ awal peradaban manusia.

Jaman dahulu persalinan dan wanita menstruasi dianggap kotor dan menjijikan sehingga

cara-cara persalinan terkesan tidak manusiawi.tidak ada yang mencatat kapan mulainya

persalinan dilakukan oleh bidan. Kelahiran anak dikaitkan dengan ibu pertiwi (tepat anak

dilahirkan ) dan misteri wanita yang hanya dipahami oleh wanita itu sendiri.

Dalam sejarah wanita dalam proses melahirkan dapat dilakukan sendiri atau

dapat dibantu suami mereka. Ketika manusia tidak lagi berpindah-pindah dan

membentuk kelompok masyarakat, para inu melahirkan dijaga/ditolong seorang wanita

sebagai kinswoman yang dianggap mampu yaitu seorang wanita setengah baya telah

menikah dan melahirkan, melalui percobaan dan tukar penegtahuan dia

mengembangkan keahlianya yang disebut dukun bayi.

Terdapat cacatan yang menunjukan tindakan yang dilakukan bidan terdapat pada

panting Mochicha (500M), Lukisan Papyri dan Tomb dalam Old Testament (Chamberlein,

1981), catatan tentang bidan yahudi (Shirpah dan Puah ).

Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun

internasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan
dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami

oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun

bidan di pelayanan.

Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan

pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita

hamil dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar

25-50%.

Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah

perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga

terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan

pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya

melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk

meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang

karir dan jabatan.

Tenaga yang sejak dulu hingga saat ini memegang peranan penting dalam

perkembangan kebidanan adalah dukun bayi. Dukun diminta pertimbangan pada masa

kehamilan, mendampingi persalinan hingga selesai dan mengurus ibu serta bayinya

dalam masa nifas.

Dukun bayi biasanya seorang wanita, umumnya berumur diatas 30 tahun dan buta

huruf. Dukun adalah pekerjaan turun temurun di keluarga, ia mendapat pelatihan dari

dukun yang elbih tua yang kelak akan digantikan. Pengetahuan mereka tentang fisiologi

dan patologi kehamilan, persalinan dan nifas sangat terbatas hingga timbul komplikasi, ia

tidak mampu mengatasi dan tidak menyadari akibatnya, meski demikian dukun dalam

masyarakat mempunyai pengaruh yang besar, tidak hanya memberi pertolongan tapi

juga emosional kepada wanita yang sedang bersalin serta keluarganya karena ia dapat

membantu jalannya proses persalinan karena adanya doa-doanya.

Praktek kebidanan modern dibawa masuk ke Indonesia oleh dokter Belanda yang

bekerja pada pemerintahan Hindia Belanda. Tahun 1850 dibuka kursus kebidanan yang
pertama, tapi kemudian ditutup pada tahun 1873, kemudian pada tahun 1879 dibuka

kembali.

Pendidikan dokter secara sederhana dimulai pada tahun 1815 dengan didirikannya

Sekolah Dokter Jawa. Berkat peningkatan di segala bidang pendidikan termasuk tenaga

kesehatan hingga pada pertengahan tahun 1979 telah ada 8000 dokter dan lebih dari

16.888 tenaga bidan. Khusus pelayanan kebidanan untuk masyarakat desa sebagian

besar masih di dominasi tenaga-tenaga tradisional. Pada tahun 1978 kira-kira 90%

persalinan masih ditangani dukun, 6% oleh bidan dan hanya 1 % yang ditangani dokter.

Pada tahun 1950 dilaksanakan Program Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) yang pada

umumnya dipimpin oleh bidan. Pada BKIA itu diselenggarakan pemeriksaan antenatal,

post natal, KB, pemeriksaan dan pengawasan penyuluhan gizi pada anak dibawah umur

5 tahun serta pembinaan dukun bayi.

Bidan juga dapat dipanggil ke rumah jika dapat kesulitan dalam persalinan. Di

BKIA juga diadakan persalinan dukun bayi karena pada waktu itu tenaga dukun masih

sangat diperlukan sehingga mereka dapat lebih cepat mengenal tanda-tanda bahaya

yang dapat timbul dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada

bidan.

Demikian pula dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu peragaan terintegrasi

kepada masyarakat yang dinamakan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Pada

tahun 1957 puskesmas memberikan pelayanan didalam gedung dan diluar gedung dan

berorientasi di wilayah kerja. Pelayanan kebidanan yang diberikan diluar gedung adalah

pelayanan kesehatan dan pelayanan di pos pelayanan terpadu (posyandu). Pelyanan di

posyandu mencakup empat kegiatan yaitu pemeriksaan hamil, KB, imunisasi, gizi dan

kesehatan lingkungan.

Mulai tahun 1990 pelaksanaan kebidanan diberikan secara merata dan dekat

dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat sesuai instruksi presiden

tahun 1992 yaitu penempatan bidan di desa sebagai pelaksana kesehatan KIA

khususnya pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan
bayi baru lahir termasuk pembinaan dukun bayi. Serta mengembangkan pondok bersalin

sesuai kebutuhan masyarakat setempat. Bidan yang di rumah sakit memberikan poliklinik

antenatal, senam hamil, kamar bersalin, ruang nifas, dan ruang perinatal kamar opersai

kebidanan.

Bidan dalam melaksanakan peran fungsinya didasarkan pada kemampuan yang

diberikanyang diatur melalui permenkes dimulai dari :

1) Permenkes no 5380/IX/1963 wewenang bidan terbatas pada pertolongan

persalinan normal secara mandiri disamping tugas yang lain

2) Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi 2 yaitu wewenang

umum dan khusus dalam hal ini bidan melaksanakan tindakan dibawah

pengawasan doker

3) Permenkes no 572/VI/1996 tentang registrasi dan praktek bidan dalam

melaksanakan tindakan

3.1 SEJARAH PERKEMBANGAN PELAYANAN DAN PENDIDIKAN KEBIDANAN

1) Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Indonesia

Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi

bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan

kaum perempuan khususnya ibu dan anak-anak.

Tujuan pelayanan kebidanan adalah untuk meningkatkan kesehatan kaum

perempuan khususnya ibu dana anak. Layanan kebidanan yang tepat akan menigkatkan

keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya.

Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatan keamanan dan kesejahteraan

ibu dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi:


Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung

jawab bidan.

Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim

secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan

kesehatan.

Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jwab layanan

oleh bidan kepada sistem layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten

ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong

persalinan lainnya seperti rujukan.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat

tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur

Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi

keadaan ini tidak tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Adapun

pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di

Indonesia.

Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer

Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum merupakan

pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu kebidanan

diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851,

dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda

(dr. W. Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan

bidan. Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat

meningkatkan kualitas pertolongan persalinan.

Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan

anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal
dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya

dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara.

Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak

(BKIA). Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada

masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957.

Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja.

Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan

kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana. Mulai tahun 1990

pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini

melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya

mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa.

Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA,

khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan

kesehatan bayi baru lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas

pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang

memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta

mengembangkan Pondok Bersalin sesuai denga kebutuhan masyarakat setempat.

Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa.

Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan

bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada

individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan

kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal,

kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.

Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang

menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan

pelayanan bidan. Area tersebut meliputi:


1. Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus

2. Family Planning

3. Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi

4. Kesehatan reproduksi pada remaja

5. Kesehatan reproduksi pada orang tua.

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada

kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan

Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu

mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.

Permenkes tersebut dimulai dari:

a. Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan

normal secara mandiri, didampingi tugas lain.

b. Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989

wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan khusus ditetapkan bila

bidan meklaksanakan tindakan khusus di bawah pengawasan dokter. Pelaksanaan dari

Permenkes ini, bidan dalam melaksanakan praktek perorangan di bawah pengawasan

dokter.

c. Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang registrasi dan praktek

bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri.

Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam

wewenang tersebut mencakup:

Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak.

Pelayanan Keluarga Berencana


Pelayanan Kesehatan Masyarakat

d. Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan revisi dari

Permenkes No. 572/VI/1996. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan

kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan

kemampuannya.

Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang

ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan

dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan,

pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan bidan sesuai

dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah, karena kewenangan yang diberikan

oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai

tenaga profesional dan mandiri.

2) Sejarah Pelayanan Kebidanan di Indonesia

Perawatan zaman dahulu atau sekarang dilakukan oleh dukun pria atau dukun

wanita, dukun menjalankan perawatanya biasanya dirumah penderita atau di rawat di

rumah dukunnya sendiri. Cara-cara mengobati penderita itu sendiri antara lain:

1. Dengan membaca mantra-mantra memohon pertolongan kepada Tuhan YME.

2. Dengan cara mengusir setan-setan yang mengganggu dengan menyajikan kurban-

kurban di tempat itu, macamnya kurban ditentukan oleh dukun.

3. Melakukan massage/mengurut penderita.

4. Penderita harus melakukan pantangan atau diet yang oleh dukun itu pula.

5. Kadang-kadang dukun bertapa untuk mendapatkan ilham cara bagaimana

menyembuhkan penderita itu.


6. Memakai obat-obatan banyak dipakai dari tumbuh-tumbuhan yang segar dari daun

mudanya, batang, kembang akarnya.

1. Kehamilan

Semua wanita hamil diadakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dukun

bayi. Dukun tersebut bisa menetapkan wanita itu hamil atau tidak, letak anak, kapan

bayi akan lahir, mengetahui letak yang salah tapi tidak bias diperbaiki, dan dukun

memberikan nasehat-nasehat ibu hamil harus hidup seperti:

a. Melakukan pantangan :

Pantangan makanan tertentu

Pantangan terhadap pakaian

Pantangan terhadap jangan pergi malam

Pantangan jangan duduk di muka pintu

b. Kenduri

Kenduri pertama kali dilakukan pada waktu hamil 3 bulan sebagai tanda wanita itu

hamil. Kenduri ke dua dilakukan pada waktu umur kehamilan 7 bulan.

2. Persalinan

Biasanya persalinan dilakukan dengan duduk di atas tikar, di lantai dukun

yang menolong menunggu sampai persalinan selesai. Cara bekerja dengannya

mengurut-ngurut perut ibu. Menekannya serta menarik anak apabila anak telah

kelihatan. Selama menolong dukun banyak membaca mantra-mantra. Setelah anak


lahir anak diciprati anak dengan air agar menangis. Tali pusat dipotong dengan hinis

atau bamboo kemudian tali pusatnya diberi kunyit sebagai desinfektan.

3. Nifas

Setelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun selanjutnya ibu sudah harus bisa

merawat dirinya sendiri lalu ibu di berikan juga jamu untuk peredaran darah dan untuk

laktasi.

3) Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Indonesia

Sejak dulu sampai sekarang tenaga yang memegang peranan dalam pelayanan

kebidanan ialah Dukun bayi ia merupakan tenaga terpercaya dalam lingkungannya

terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan reproduksi, kehamilan , persalinan dan

nifas. Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat

tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur

jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi

keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.

Praktek kebidanan modern masuk di Indonesia oleh dokter-dokter Belanda.

Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-

orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849 dibuka pendidikan

Dokter Jawa di Batavia (Di RS Milliter Belanda, sekarang RSPAD Gatot Subroto). Seiring

dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851 di buka pendidikan Bidan

bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang Dokter milliter Belanda (Dr. W. Bosch).

Lulusan ini kemudian bekerja di Rumah Sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayan

kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan Bidan. Kursus bidan yang pertama ini

ditutup tahun 1873. Tahun 1879, dimulai pendidikan bidan.

Tahun 1950 , setelah kemerdekaan, jumlah paramedis kurang lebih 4000 orang

dan dokter umum kurang lebih 475 orang dan dokter dalam bidang obsgyn hanya 6 orang,
pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan Bidan secara formal agar dapat meningkatkan

kualitas pertolonga persalinan. Kursus untuk dukun masih berlangsung samapai dengan

sekarang, yang memberikan kursus adalah Bidan.

Perubahan pengetahuan dan keteramilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan

anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenala

dengan istilah Kursus tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Jogjakarta yang akhirnya

dilakukan pula di kota-kota besar lain di Nusantara ini. Seiring dengan pelatihan tersebut

didirikan balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dimana bidan sebagi penanggung jawab

pelayanana kepada masyarakat. Dari BKIA inilah akhirnya mnejadi suatu pelayanan

terintregrasi kepada masyarakat yang dinamakan pusat Kesehatan Masyarakat atau

Puskesmas pada tahun 1957.

Kegiatan BKIA yang dipimpin bidan adalah menyelenggarakan:

1) Pemeriksaan Antenatal

2) Pemeriksaan Post natal

3) Pemeriksaan dan Pengawasan bayi dan anak balita

4) Kleuarga Berencana

5) Penyuluhan Kesehatan

Di BKIA ini diadakan juga pelatihan-pelatihan para dukun bayi. Dengan

meningkatnya pendidikan tenaga kesehatan maka, pada tahun 1979 jumlah dokter

obsgyn 286 orang dan bidan 16.888 orang di seluruh Indonesia.

Bidan yang bertugas di puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan

kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan KB. Mulai tahun 1990 pelayan kebidanan

diberikan secara merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kegiatan ini melalaui

instruksi presiden secara lisan pada tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk
penempatan di desa. tugas pokoknya adalah pelaksanan pelayanan KIA khususnya

pelayanan ibu hamil, bersalin, dan nifas serta pelayana BBL. Bidan di puskesmas

orientasi kepada kesehatan masyarakat beda dengan bidan di RS yang berorientasi

pada individu.

4) Perkembangan Pendidikan Bidan di Indonesia

Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan

pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk menjawab kebutuhan/tuntutan

masyarakat akan pelayanan kebidanan. Yang dimaksud dalam pendidikan ini adalah,

pendidikan formal dan non formal.

Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun

1851 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi

wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnyah

peserta didik yang disebabkan karena adanya larangan ataupun pembatasan bagi wanita

untuk keluaran rumah.

Pada tahunan 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di

rumah sakit militer di batavia dan pada tahun 1904 pendidikan bidan bagi wanita indo

dibuka di Makasar. Luluasan dari pendidikan ini harus bersedia untuk ditempatkan

dimana saja tenaganya dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang tidak/kurang

mampu secara cuma-cuma. Lulusan ini mendapat tunjangan dari pemerintah kurang

lebih 15-25 Gulden per bulan. Kemudian dinaikkan menjadi 40 Gulden per bulan (tahun

1922).

Tahun 1911/1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di

CBZ (RSUP) Semarang dan Batavia. Calon yang diterima dari HIS (SD 7 tahun) dengan

pendidikan keperawatan 4 tahun dan pada awalnya hanya menerima peserta didik pria.

Pada tahun 1914 telah diterima juga peserta didik wanita pertama dan bagi perawat

wanita yang luluas dapat meneruskan kependidikan kebidanan selama dua tahun. Untuk
perawat pria dapat meneruskan ke pendidikan keperawatan lanjutan selama dua tahun

juga.

Pada tahun 1935-1938 pemerintah Kolonial Belanda mulai mendidik bidan

lulusan Mulo (Setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di

beberapa kota besar antara lain Jakarta di RSB Budi Kemuliaan, RSB Palang Dua dan

RSB Mardi Waluyo di Semarang. DI tahun yang sama dikeluarkan sebuah peraturan

yang membedakan lulusan bidan berdasarkan latar belakang pendidikan. Bidan dengan

dasar pendidikannya Mulo dan pendidikan Kebidanan selama tiga tahun tersebut Bidan

Kelas Satu (Vreodrouweerste Klas) dan bidan dari lulusan perawat (mantri) di sebut

Bidan Kelas Dua (Vreodrouw tweede klas).

Perbedaan ini menyangkut ketentuan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan.

Pada zaman penjajahan Jepang, pemerintah mendirikan sekolah perawat atau sekolah

bidan dengan nama dan dasar yang berbeda, namun memiliki persyaratan yang sama

dengan zaman penjajahan Belanda. Peserta didik kurang berminat memasuki sekolah

tersebut dan mereka mendaftar karena terpaksa, karena tidak ada pendidikan lain. Pada

tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal

17 tahun dan lama pendidikan tiga tahun. Mengingat kebutuhan tenaga untuk menolong

persalinan cukup banyak, maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang disebut

Penjenjang Kesehatan E atau Pembantu Bidan. Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun

1976 dan setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2 tahun

kebidanan dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar melanjutkan pendidikan bidan

selama dua tahun.

Tahun 1953 dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta, lamanya

kursus antara 7 sampai dengan 12 minggu. Pada tahun 1960 KTB dipindahkan ke

Jakarta. Tujuan dari KTB ini adalah untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan

mengenai perkembangan program KIA dalam pelayanan kesehatan masyarakat,


sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai bidan terutama menjadi bidan di BKIA. Pada

tahun 1967 KTB ditutup (discountinued).

Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan

guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya pendidikan

ini berlangsung satu tahun, kemudian menjadi dua tahun dan terakhir berkembang

menjadi tiga tahun. Pada awal tahun 1972 institusi pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah

Guru Perawat (SGP).

Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan sekolah

bidan. Pada tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan dari

Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun pendidikan bidan yang disebut

Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK). Pendidikan ini tidak

dilaksanakan secara merata di seluruh provinsi.

Pada tahun 1974 mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah

sangat banyak (24 kategori), Departemen Kesehatan melakukan penyederhanaan

pendidikan tenaga kesehatan non sarjana. Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah

Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya tenaga multi purpose di lapangan

dimana salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal. Namun karena adanya

perbedaan falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan kemampuan seorang

bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan tidak tercapai atau

terbukti tidak berhasil.

Pada tahun 1975 sampai 1984 institusi pendidikan bidan ditutup, sehingga

selama 10 tahun tidak menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi bidan (IBI) tetap

ada dan hidup secara wajar.

Tahun 1981 untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK)

dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka pendidikan
Diploma I Kesehatan Ibu dan Anak. Pendidikan ini hanya berlangsung satu tahun dan

tidak dilakukan oleh semua institusi.

Pada tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidan yang disebut (PPB)

yang menerima lulusan SPR dan SPK. Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya

dikembalikan kepada institusi yang mengirim. Tahun 1989 dibuka crash program

pendidikan bidan secara nasional yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung

masuk program pendidikan bidan.

Program ini dikenal sebagai Program Pendidikan Bidan A (PPB/A). Lama

pendidikan satu tahun dan lulusannya ditempatkan di desa-desa. Untuk itu pemerintah

menempatkan seorang bidan di tiap desa sebagai pegawai negeri sipil (PNS Golongan

II). Mulai tahun 1996 status bidan di desa sebagai pegawai tidak tetap (Bidan PTT)

dengan kontrak selama tiga tahun dengan pemerintah, yang kemudian dapat

diperpanjang 2 x 3 tahun lagi.

Penempatan BDD ini menyebabkan orientasi sebagai-baiknya tidak hanya

kemampuan klinik, sebagai bidan tapi juga kemampuan untuk berkomunikasi, konseling

dan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat desa dalam meningkatkan taraf

kesehatan ibu dan anak. Program Pendidikan Bidan (A) diselenggarakan dengan peserta

didik cukup besar. Diharapkan pada tahun 1996 sebagian besar desa sudah memiliki

minimal seorang bidan.

Lulusan pendidikan ini kenyataannya juga tidak memiliki pengetahuan dan

keterampilan seperti yang diharapkan sebagai seorang bidan profesional, karena lama

pendidikan yang terlalu singkat dan jumlah peserta didik terlalu besar dalam kurun waktu

satu tahun akademik, sehingga kesempatan peserta didik untuk praktek klinik kebidanan

sangat kurang, sehingga tingkat kemampuan yang dimiliki sebagai seorang bidan juga

kurang. Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan Program B yang peserta

didiknya dari lulusan Akademi Perawat (Akper) dengan lama pendidikan satu tahun.
Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan tenaga pengajar pada Program

Pendidikan Bidan A.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kemampuan klinik kebidanan dari

lulusan ini tidak menunjukkan kompetensi yang diharapkan karena lama pendidikan yang

terlalu singkat yaitu hanya setahun. Pendidikan ini hanya berlangsung selama dua

angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup. Pada tahun 1993 juga dibuka pendidikan

bidan Program C (PPB C), yang menerima masukan dari lulusan SMP. Pendidikan ini

dilakukan di 11 Propinsi yaitu : Aceh, Bengkulu, Lampung dan Riau (Wilayah Sumatera),

Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan (Wilayah Kalimantan.

Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya.

Pendidikan ini memerlukan kurikulum 3700 jam dan dapat diselesaikan dalam

waktu enam semster. Selain program pendidikan bidan di atas, sejak tahun 1994-1995

pemerintah juga menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan Jarak Jauh (Distance

learning) di tiga propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebijakan ini

dilaksanakan untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan

yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Pengaturan penyelenggaraan ini telah diatur dalam SK Menkes No.

1247/Menkes/SK/XII/1994 Diklat Jarak Jauh Bidan (DJJ) adalah DJJ Kesehatan yang

ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan agar mampu

melaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKI. DJJ

Bidan dilaksanakan dengan menggunakan modul sebanyak 22 buah. Pendidikan ini

dikoordinasikan oleh Pusdiklat Depkes dan dilaksanakan oleh Bapelkes di Propinsi. DJJ

Tahap I (1995-1996) dilaksanakan di 15 Propinsi, pada tahap II (1996-1997)

dilaksanakan di 16 propinsi dan pada tahap III (1997-1998) dilaksanakan di 26 propinsi.

Secara kumulatif pada tahap I-III telah diikuti oleh 6.306 orang bidan dan sejumlah 3.439

(55%) dinyatakan lulus.


Pada tahap IV (1998-1999) DJJ dilaksanakan di 26 propinsi dengan jumlah

tiap propinsinya adalah 60 orang, kecuali Propinsi Maluku, Irian Jaya dan Sulawesi

Tengah masing-masing hanya 40 orang dan Propinsi Jambi 50 orang. Dari 1490 peserta

belum diketahui berapa jumlah yang lulus karena laporan belum masuk. Selain pelatihan

DJJ tersebut pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawat daruratan

maternal dan neonatal (LSS = Life Saving Skill) dengan materi pembelajaran berbentuk

10 modul.

Sedang pelaksanaannya adalah Rumah sakit provinsi/kabupaten.

Penyelenggara ini dinilai tidak efektif ditinjau dari proses. Pada tahun 1996, IBI bekerja

sama dengan Departemen Kesehatan dan American College of Nurse Midwive (ANCM)

dan rumah sakit swasta mengadakan Training of Trainer kepada anggota IBI sebanyak 8

orang untuk LSS, yang kemudian menjadi tim pelatih LSS inti di PPIBI. Tim pelatih LSS

ini mengadakan TOT dan pelatihan baik untuk bidan di desa maupun bidan praktek

swasta. Pelatihan praktek dilaksanakan di 14 propinsi dan selanjutnya melatih bidan

praktek swasta secara swadaya, begitu juga guru/dosen dari D3 Kebidanan. 1995-1998,

IBI bekerja sama langsung dengan Mother Care melakukan pelatihan dan peer review

bagi bidan rumah sakit, bidan Puskesmas dan bidan di desa di Propinsi Kalimantan

Selatan.

Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang

dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal health (MNH) yang sampai saat ini telah melatih

APN di beberapa propinsi/kabupaten. Pelatihan LSS dan APN tidak hanya untuk

pelatihan pelayanan tetapi juga guru, dosen-dosen dari Akademi Kebidanan. Selain

melalui pendidikan formal dan pelatihan, utnuk meningkatkan kualitas pelayanan juga

diadakan seminar dan Lokakarya organisasi. Lokakarya organisasi dengan materi

pengembangan organisasi (Organization Development = OD) dilaksanakan setiap tahun

sebanyak dau kali mulai tahun 1996 sampai 2000 dengan biaya dari UNICEP.

3.2 SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BIDAN DI LUAR NEGERI


a. Sebelum abad 20 (1700-1900)

William Smellie dari Scotlandia (1677-1673) mengembangkan forceps dengan

kurva pelvik seperti kurva shepalik. Dia memperkenalkan cara pengukuran konjungata

diagonalis dalam pelvi metri. Menggambarkan metodnya tentang persalinan lahirnya

kepala pada presentasi bokong dan penganangan resusitasi bayi aspiksi dengan

pemompaan paru-paru melalui sebuah metal kateler. Ignoz Phillip semmelweis,

seorang dokter dari Hungaria (1818 1865) pengenalan Semmelweiss tentang cuci

tangan yang bersih mengacu pada pengendalian sepsis puerperium. James Young

simpson dair Edenburgh, scotlandia (1811-1870) memperkenalkan dan menggunakan

arastesi umum, tahun 1807, Ergot sejenis cendawan yang tumbuh pada sejenis

gandung hitam, diketahui efektif dalam mengatasi pendarahan postpartum.

Hal ini merupakan permulaan pengguguran. Tahun 1824 Jamess Blundell dari

Inggris yang menjadi orang pertama yang berhasil menangani perdarahan postpartum

dengan menggunakan transfusi darah. Jean lubumean dari Perancis (orang

kepercayaan Rene Laenec, penemu Stetoskop pada tahun 1819) pertama kali

mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop pada tahun 1819) pertama kali

mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop pada tahun 1920. Jhon Charles

Weaven dari Inggris (1811 1859) adalah. Pada tahun 1843, pertama yang yang

melakukan test urine pada wanita hamil untuk pemeriksaan dan menghubungkan

kehadirannya dengan eklamsia.

Adolf Pinard dari Prancis (1844-1934) pada tahun 1878, mengumumkan

kerjanya pada palpasi abdominal Carl Crede dari Jerman (1819 1892)

menggambarkan metodanya stimulasi urine yang lembut dan lentur untuk

mengeluarkan placenta Juduig Badl, dokter obstetri dari Jerman (1842-1992), pada

tahun 1875, menggambarkan lingkaran retraksi yang pasti muncul pada pertemuan

segment atas rahim dan segmen bawah rahim dalam persalinan macet/sulit. Daunce
dari Bordeauz. Pada tahun 1857, memperkenalkan pengguran inkubator dalam

perawatan bayi prematur.

b. Abad 20

Postnatal care sejak munculnya hospitalisasi untuk persalinan telah berubah

dari perpanjangan masa rawatan sampai 10 hari, ke trend Modern ambulasi diri.

Yang pada kenyataannya, suatu pengembalian pada cara yang lebih alami. Selama

beberapa tahun, pemisahan ibu dan bayi merupakan praktek yang dapat diterima di

banyak rumah sakit, dan alat menyusui bayi buatan menjadi dapat diterima, dan

bahkan oleh norma! Bagaimanapun, alami sekali lagi membuktikan dirinya rooing-in

dipraktekan dan menyusui dipromosikan menyusui disemua rumah sakit yang sudah

mendapat penerangan.

Perkembangan teknologi yang cepat telah monitoring anthepartum dan

intrapartum yang tepat menjadi mungkin dengan pengguraan ultrasonografi dan

cardiotocografi, dan telah merubah prognosis bagi bayi prematur secara dramatis

ketika dirawat di neonatal intersive acara urits, hal ini juga memungkinkan

perkembangan yang menakjubkan.

Pelayanan dan Pendidikan di Beberapa Negara :

1) Pelayanan Bidan di Afrika Selatan

Perusakan Hindia Belanda timur yang membentuk tempat makanan dan

minuman di semenanjung. Mempunyai prakiran-prakiraan yang menyakir praktek

para bidan yang dapat diterpkan di semenannjung tersebut. Tapi mereka tidak

menunjuk bidan pemerintah atau bidany ang sudah diangkat sumpah selama
beberapa tahun peraturan-peraturan tersebut menetapkan bahwa para bidan

harus diuji dan dan diberi lisensi/izin, dan mereka harus memanggil pertolongan

medis bila ada indikasi.

Saat penempatan dipeluas, wanita di desa khususnya harus ditolong

oleh wanita yang lebih tua belum dilathi dari masyarakat. Bidan pemerintah

memperoleh penghargaan yang tinggi salah satu dari mereka. Alkta Kaisters,

ditunjuk pada tahun 1687 sebagai kepala keperawatan di rumah sakit persahaan,

dan menjadi bidan pertama yang melaksanakan tugas-tugas perawatan umum

sebagaimana tugas-tugas kebidanan.

Pelayanan kebidanan pertama diberikan sekaligus oleh pagawi

pemerintah dan bidan swasta dilebih banyak wilayah berkembang, sementara

masyarakat pedesaan dilayani oleh wanita penuh baya yang belum terlatih dengan

pengalaman kebidanan outansi yang seringkali melaksanakan perawatan umum

dan bahkan pelayanan untuk hewan peliharaan juga dalam beberapa hal/keadaan.

Situasi itu masih berlaku.

Terlihat dimana terdapat sedikit perkembangan dalam pelayanan dan

pelatihan kebidanan sampai awal abad ke 19 dibawah pemerintahan Batavia yang

mengambil alih semenanjung dari perusahan Hindia-Belanda timur yang bubar,

seorang dokter bedah bernama Dr Leishing mereka mendasikan dimana telah

didirikan sebuah sekolah kebidanan ini untuk mengganikan sistem magang

perusahaan dan terjadi sebelum pendudukan British kedua di semenanjung

tersebut.

Komite Medis tertinggi meninjau kembali lisensi dokter, bidan dan

apoteker dan menemukan bahwa enam bidan yang sudah mempunyai lisensi tidak

memenuhi kriteria mereka. Ide pendirian sekolah kebidanan baru terlaksana pada

tahun 1808, saat seirang dokter bedah dari pemerintah batavia terdahulu. Dr
Johann Hunrich frederich carel leopold wehr, mengajukan permohonan oada

guberbur semenanjung untuk mendirikan sekolah seperti itu. Dr Wehr sangat

tertarik pada kebidanan, dan dia mengungkapkan perhatian yang besar pada

kurangnya bidan yang berkualitas bagi Cape town dan daerah-daerahnya, dan

standart asuhan kebidanan yang jelek yang di berikan oleh orang-orang yang tidak

mempunyai lisensi/izin.

Dia ditunjuk sebagai Accoucher kolonial dengan wewenang untuk

melatih sejumlah besar bidan untuk melayani masyarakat. Dia akan membantu

para bidan yang bekerja diantara orang miskin, tanpa bayarannya, tapi dia

meminta gaji yang sesuai untuk mengimbangi pelayanannya di sana. Gubernur

Earl of caledon menyetujuai pendirian sekolah tersebut pada tanggal 1 November

1810, dan Dr Wehr ditunjuk sebagai instruktur kolonial kebidanan. Dengan

demikian, lahirlah sekolah profesional pertama dari jurusannya di Afrika selatan,

dan pelatihan para bidan di mulai pada tahun 1811.

Tujuh kandidat yang menyelesaikan pelatihan tersbeut dan terkualifikasi

pada tahun 1813 merupakan profesional pertama yang terlatih dan terkualifikasi di

Afrika Selatan. Kode etik yang diikrarkan dipegang rteguh saat mereka melakukan

Sumpah Jabatan yang mencakup banyak elemen yang terwujud dalam kode

etik/sikap saat ini. Kode ini meliputi persyaratan untuk ; prilaku pribadi/perorangan,

hubungan dengan bidan yang lain, dengan dokter dan utusan agama, rahasia

profesi, dan meminta bantuan medis jika diperlukan.

Dua awal penting dalam sejarah kebidanan di Afrika Selatan terjkadi

selama periode ini. Kiira-kira pada tahun 1809. Seorang utusan medis dari

Misionary Society London, Dr. Van der kemp, menulis sebuah buku saku tentang

kebidanan bagi pembantunya. Tampaknya ini merupakan buku kebidanan pertama

yang ditulis di Afrika Selatan. Pada tahun 1816, operasi seksio caesarea pertama

dilakukan pada isteri Mr. Thomas Munnik oleh Dr. James Barry. Anak tersebut
diberi nama James Barry Munnik. Permulaan dan Pelatihan Modern Saudari

Henrietha Stockdale.

Tahap penting berikutnya dalam perkembangan pelatihan kebidanan

digembor-gemborkan oleh kedatangan saudari Henrichtta stockdate di Afrika

selatan, yang pada tahun 1867 dikirim oleh komunitasnya ke rumah sakit

Carnarvon di Kimberly. Disini Dr James Prince, seorang dokter kanada,

memutuskan untuk menyusun pelayanan kebidanan daerah dengan bantuan bidan

Ella Ruth terdaftar sebagai perawat umum pada tahun 1919 dan sebagai seorang

bidan pada tahun 1920, sehingga menjadi wanita kulit berwarna pertama yang

memiliki kualifikasi ganda.

Pelatihan kebidanan bagi orang kulit hitam dimulai sesudahnya, dan

pada tahun 1927. dirumah sakit Mc card zulu di Duban, Beatrice Msimang menjadi

wanita kulit hitam pertama yang menjadi perawat dan bidan yang terdaftar.

Perkembangan-perkembangan pada tahun 20. Usia yang diizinkan masuk.

Sebulum ada peraturan-peraturan dewan Medis Afrika Selatan, tidak ada

penentuan batas usia. Beberapa sekolah menetapkan bahwa para siswa harus

berusia 24-50 tahun, sekolah yang lain menetapkan 21-45 tahun.

Semua sekolah mewajibkan orang yang sudah dewasa. Kebidanan

bulan merupakan profesi yang diinginkan bagi gadis-gadis yang belum menikah.

Kemudian, siswa perawat dan siswa bidan tidak diizinkan untuk menikah dan

siapapun yang memnutuskan untuk menikah harus berhenti dari pelatihan. Pada

tahun 1960-an, peraturan-peraturan tersebut diperlonggar, dan wanita yang sudah

menikah diizinkan untuk melanjutkan pelatiha tahun 1923, sertifikat standar enam

telah dapat diterima, kemudian muncul standart tujuh pada tahun 1929, kemudian

standart delapan pada tahun 1949 dan pada tahun 1960, standart sepuluh

merupakan standart pendidikan minimal yang diwajibkan.


Pendidikan bidan di Afrika Selatan Pada tahun 1923, sertifikat

standar enam telah dapat diterima, kemudian muncul standart tujuh pada tahun

1929, kemudian standart delapan pada tahun 1949 dan pada tahun 1960, standart

sepuluh merupakan standart pendidikan minimal yang diwajibkan. Silabus dan

lamanya pelatihan.

Pelatihan kebidanan ditetapkan oleh empat Dewan Medis (Neogara

bagain Cape, natal, transual dan orange free) setelah dimulai di Cape pada tahun

1892, dan siswa harus menolong minimal 12 persalinan dan merawat 12 wanita

pada masa puerperium. Pelatihan dilakukan dilapangan dan diruang perawatan

rumah sakit kalau tersedia/ada.

Sebagian besar pusat pelatihan merasa bahwa masa pelatihan terlalu

pendek, dan pada tahun 1917, Asosiasi Perawat terlatih Afrika Selatan juga

mengungkapkan ketidakpuasannya dengan kurangnya fasilitas. Sekolah pelatihan

terlalu sedikit, dan kurangnya bed yang tersedia bagi pasien kebidanan. Asosiasi

ini merekomendasikan : ketentuan rumah sakit kebidanan yang disubsidi oleh

pemerintah yang lebih banyak untuk digunakan sebagai sekolah pelatihan; dimana

pelatihan harus diperpenjang sampai minimal selama 6 bulan; dan dimana

ketentuan tersebut harus meliputi pelatihan teorituis dan praktek di lapangan dan

di ruang perawatan.

Pada tahun 1919, sekolah perawatan kebidanan didirikan di bekas

rumah Pal Kruger, dimana masa pelatihan 12 bulan jika siswanya belum menjadi

perawat yang terdaftar. Dewan perawatan Afrika Selatan mengambil kembali

pelatihan kebidanan pada tahun 1945, dan pada tahun 1949, masa pengajaran

lebih lanjut meningkat menjadi 18 bulan bagi perawat yang belum terdaftar, dan 9

bulan bagi perawat uang sudah terdaftar.


Pada tahun 1960, masa tersebut menjadi 24 bulan dan 12 bulan

berturut-turut. Diwajibkan menolong persalinan sebanyak 30 persalinan dan 30

asuhan postnatal. Perawat yang belum terdaftar mengikuti ujian awal umum

dengan siswa keperawatan umum. Sekarang ini, dan kadang-kadang secara

kontroversi, pengajaran kebidanan termasuk dalam pengajaran selama 4 tahun,

yang menuntun pada registrasi bagi seorang perawat (umum, psikiatrik dan

komunitas) dan sebagai seorang bidan.

Pada tahun 1977, laki-laki diizinkan mengikuti pengajaran kebidanan

untuk pertama kalinya di Afrika Selatan. Bidan yang sudah terdaftar juga bisa

melanjutkan ke Diploma dalam kebidanan dan /atau ke ilmu perawatan neonatal

intensive, Pelatihan ADM diadakan di Rumah Sakit Mowbray pada tahun 1976,

dan peraturan-p-eraturan bagi pelatihan diumumkan oleh Dewan perawatan Afrika

Selatan pada bulan Agustus 1979. Kebidanan sebagai jurusan Kuliah di tingkat

Universitas dapat diperoleh pada tingkat Doktor.

2) Pelayanan Bidan di Amerika

Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa

pendidikan yang spesifik, standart-standart, atau peraturan-peraturan sampai pada

awal abad ke 20. Kebidanan, sementara itu dianggap menjadi tidak diakui dalam

sebagian besar yuridiksi (hukum-hukum) dengan istiklah nenek tua kebidanan

akhirnya padam, profesi bidan hampir mati. Sekitar tahun 1700, para ahli sejarah

memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95%. Salah satu

alasan kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk

menghilangkan praktek sihir yang mash ada pada saat itu.

Dokter memegang kendali dan banyak memberikan obat-obatan tetapi

tidak mengindahkan aspek spiritual. Sehingga wnaita yang menjalani persalinan

selalu dihinggapi perasaan takut terhadap kematian. Walaupun statistik terperinci


tidak menunjukkan bahwa pasien-pasien bidan mungkin tidak sebanyak dari pada

pasien dokter untuk kematian demam nifas atau infeksi puerperalis, sebagian

besar penting karena kesakitan maternal dan kematian saat itu. Tahun 1765

pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke 18 banyak

kalangan medis yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita

tidak dapat belajar dan menerapkan metode obstetric.

Pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan

tidak mempunyai pendukung, uang tidak terorganisir dan tidak dianggap

profesional. Pada pertengahan abad antara tahun 1770 dan 1820, para wanita

golongan atas di kota-kota di Amerika, mulai meminta bantuan para bidan pria

atau para dokter.

Sejak awal 1990 setengah persalinan di AS ditangani oleh dokter, bidan

hanya menangani persalinan wanita yang tidak mampu membayar dokter. Dengan

berubahnya kondisi kehidupan di kora, persepsi-persepsi bartu para wanita dan

kemajuan dalam ilmu kedokteran, kelahiran menjadi semakin meningkat

dipandang sebagai satu masalah medis sehingga di kelola oleh dokter.

Tahun 1915 dokter Joseph de lee mengatakan bahwa kelahiran bayi

adalah proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran di dalamnya, dan

diberlakukannya protap pertolongan persalinan di AS yaitu : memberikan sedatif

pada awal inpartu, membiarkan serviks berdilatasi memberikan ether pada kala

dua, melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan forcep elstraksi plasenta,

memberikan uteronika serta menjahit episiotomi.

Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai angka 600-700 kematian

per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-50% wanita

melahirkan di rumah sakit. Dokter Grantly Dicke meluncurkan buku tentang


persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialis obstetric berusaha

meningkatkan peran tenaga diluar medis, termasuk bidan.

Pada waktu yang sama karena pelatihan para medis yang terbatas bagi

para pria, para wanita kehilangan posisinya sebagai pembantu pada persalinan,

dan suatu peristiwa yang dilaksanakan secara tradisional oleh suatu komunitas

wanita menjadi sebuah pengalaman utama oleh seorang wanita dan dokternya.

Tahun 1955 American College of Nurse Midwives (ACNM) dibuka. Pada

tahun 1971 seorang bidan di Tennesse mulai menolong persalinan secara mandiri

di institusi kesehatan. Pada tahun 1979 badan pengawasan obat Amerika

mengatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anasthesi dalam dosisi tinggi telah

melahirkan anak-anak melahirkan anak-anak yang mengalami kemunduran

perkembangan psikomotor.

Pernyataan ini membuat masyarakat tertarik pada proses persalinan

alamiah, persalinan di rumah dan memacu peran bidan. Pada era 1980-an ACNM

membuat pedoman alternatif lain dalam homebirth. Pada tahun yang sama dibuat

legalisasi tentang opraktek profesional bidan, sehingga membuat bidan menjadi

sebuah profesi dengan lahan praktek yang spesifik dan membutuhkan organisasi

yang mengatur profesi tersebut.

Pada tahun 1982 MANA (Midwive Alliance Of North America) di bentuk

untuk meningkatkan komunikiasi antar bidan serta membuat peraturan sebagai

dasar kompetensi untuk melindungi bidan. DI beberapa negara seperti Arizona,

bidan mempunyai tugas khusus yuaitu melahirkan bayi untuk perawatan

selanjutnya seperti merawat bayi, memberi injeksi bukan lagi tugas bidan, dia

hanya melakukan jika diperlukan namun jarang terjadi. Bidan menangani 1,1%

persalinan di tahun 1980 : 5,5% di tahun 1994.


Angka sectio caesaria menurun dari 25% (1988) menjadi 21% (1995).

Penggunaan forcep menurun dari 5,5% (1989) menjadi 3,8% (1994). Dunia

kebidanan berkembang saat ini sesuai peningkatan permintaan untuk itu profesi

kebidanan tidak mempunyai latihan formal, sehingga ada beberapa tingkatan

kemampuan, walaupun begitu mereka berusaha agar menjadi lebih dipercaya,

banyak membaca dan pendekatan tradisional dan mengurangi teknik invasif untuk

pertolongan seperti penyembuhan tradisional.

Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh bidan Amerika Serikat saat ini

antara lain:

Walaupun ada banyak undang-undang baru, direct entry midwives

masih dianggap iolegal dibeberapa negara bagian.

Lisensi praktek berbeda tiap negara bagian, tidak ada standart

nasional sehingga tidak ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai

seseorang yang telah terdidik dan memiliki standart kompetensi yang

sama. Sedikit sekali data yang akurat tentang direct entry midwives

dan jumlah data persalinan yang mereka tangani.

Kritik tajam dari profesi medis kepada diret entry midwives ditambah

dengan isolasi dari system pelayanan kesehatan pokok telah

mempersulit sebagian besar dari mereka untuk memperoleh

dukungan medis yang adekuat bila terjadi keadaan gawat darurat.

Pendidikan kebidanan biasanya berbentuk praktek lapangan, sampai

saat ini mereka bisa menangani persalinan dengan pengalaman

sebagai bidan. Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan

pendidikan selam 4 tahun dan praktek lapangan selama 2 tahun,

yang mana biaya yang sangat mahal. Kebidanan memiliki sebuah

organisasi untuk membentuk standart, menyediakan sertifikat dan

membuat ijin praktek. Saat ini AS merupakan negara yang


menyediakan perawatan maternitas termahal di dunia, tetapi

sekaligus merupakan negara industri yang paling buruk dalam hasil

perawatan natal di negara-negara industri lainnya.

3) Pelayanan Bidan di Australia

Florence Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang

dimulai dengan tradisi dan latihan-latihan pada abad 19. Tahun 1824 kebidanan

masih belum di kenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia

dimulai pada tahun 1862.

Lulusan itu dibekali dengan pengethuan teori dan praktek. Pendidikan

Diploma Kebidanan dimulai tahun 1893, dan sejak tahun 1899 hanya bidan

sekaligus perawat yang terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit. Sebagian besar

wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh masyarakat.

Ketidakseimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi

berkembang dengan cepat.

Hal ini menyebabkan banyak wanita hamil di luar nikah dan jarang mereka

dapat memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter karena pengaruh social mereka

atau pada komunitas tyang terbatas, meskipun demikian di Australi bidan tidak

bekerja sebagai perawat, mereka bekerja sebagaimana layaknya seorang bidan.

Pendapat bahwa seseorang bidan haru reflek menjadi seorang perawat dan

program pendidikan serta prakteknya banyak di buka di beberapa tempat dan

umumnya dibuka atau disediakan oleh Non Bidan.

Pendidikan bidan di Australia Kebidanan di Australia telah mengalami

perkembangan yang mengalami pesat sejak 10 tahun terakhir. Dasar pendidikan


telah berubah dari traditional hospital base programme menjadi tertiary course of

studies menyesuaikan kebutuhan pel;ayanan dari masyarakat.

Tidak semua institusi pendidikan kebidanan di Australi telah melaksanakan

perubahan ini, beberapa masih menggunakan proram pendidikan yang berorientasi

pada rumah sakit. Kurikulum pendidikan disusun oleh staf akademik berdasarkan

pada keahlian dan pengalaman mereka di lapangan kebidanan. Kekurangan yang

dapat dilihat dari pendidikan kebidanan di Australia hampir sama dengan

pelaksanaan pendidikan bidan di Indonesia.

Belum ada persamaan persepsi mengenai pengimplementasian kurikulum

pada masing-masing institusi, sehingga lulusan bidan mempunyai kompetensi klinik

yang berbeda tergantung pada institusi pendidikannya. Hal ini ditambah dengan

kurangnya kebijaksanaan formal dan tidak adanya standar nasional menurut

National Review of Nurse Education 1994, tidak ada direct entry. Pada tahun 1913

sebanyak 30% persalinan ditolong oleh bidan.

Meskipun ada peningkatan jumlah dokter yang menangani persalinan

antara tahun 1900 sampai 1940, tidak ada penurunan yang berarti pada angka

kematian ibu dan bidanlah yang selalu disalahkan akan hal itu. Kenyataannya

wanita jelas menengah ke atas yang ditangani oleh dokter dalam persalinannya

mempunyai resiko infeksi yang lebih besar daripada wanita miskin yang ditangani

oleh Bidan.

Masalah Profesional ugas pertama yang sulit adalah meneliti kembali

nama bidan itu sendiri, itu tidak sama dengan ketika latihan dalam praktek

kebidanan. Bidan sangat penting di pelayanan kesehatan sejak Perang Dunia II dan

proporsi yang besar di rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan utnuk

daerah sekitar rumah sakit tersebut.


Peningkatan rumah sakit dan persatuan perawat dan peningkatan ahli

kebidanan yang lebih menekankan pada teknologi menyebabkan mundurnya

kebidanan. Tapi situasi itu berakhir pada saat Amerika Utara menilai kepemimpinan

perawat dan kepemimpinan bidan yang memutuskan bahwa bidan berhak mendapat

penghargaan pertama dan penghargaan kedua diberikan kepada keperawatan.

Penghargaan itu sangat penting untuk peningkatan profesi kebidanan. Kita tahu di

beberapa negara mengkombinasikan keperawatan dan kebidanan dalam seorang

tenaga kesehatan, hal itu terjadi di pulau kecil dan pelatihan klinik sekarang semakin

baik menuju standar internasional sedikit lebih baik daripada masa yang lalu.

Pengembangan Profesi Bidan

Pemerintah melihat adanya peningkatan kebidanan dengan pemberian

asuhan yang bermanfaat. Shearman Report (NSWI, 1989) telah menemukan cara

awal untuk mengatur strategi perawatan yang berkesinambungan. Having a baby in

Victoria (Depkes Viktoria, 1990) melaporkan sebuah revie pelayanan kesehatan di

Viktoria yang dibutuhkan pada orientasi pelayanan kesehatan pada wanita dan

keluarga. Maksudnya pemeliharaan kesehatan yang lebih baiki. Perawatan efektif

pada kelahiran CNH dan MRC, 1996 menyimpulkan bahwa perawatan yang

berkesinambungan akan menjadi tujuan perawatan kesehatan ibu.

4) Di Jepang

Jepang merupakan sebuah negara dengan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang maju serta kesehatan masyarakat yang tinggi.

Pelayanan kebidanan setelah perang dunia II, lebih lebih banyak

terkontaminasi oleh medikalisasi. Pelayanan kepada masyarakat masih bersifat

hospitalisasi. Bidan berasal dari perawat jurusan kebidanan dan perawat kesehatan

masyarakat serta bidan hanya berperan sebagai asisten dokter. Pertolongan

persalinan lebih banyak dilakukan oeh dokter dan perawat.


Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan serta mulai

menata dan merubah situasi. Pada tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989

berorientasi pada siklus kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai klimaktelium

serta kembali ke persalinan normal.

Bagi orang jepang melahirkan adalah suatu hal yang kotor dan tidak

diinginkan oleh banyak wanita yang akan melahirkan diasingkan dan saat persalinan

terjadi di tempat kotor gelap seperti gedung dan gudang.

Dokumentasi relevan pertama tentang praktek kebidanan adalah tentang

pembantu-pembantu kelahiran (asisten) pada periode Heian (794-1115).

Dokumentasi hukum pertama tentang praktek kebidanan diterbitkan pada

tahun 1868. Dokumen ini resmi menjadi dasar untuk peraturan-peraturan hukum

utama untuk profesi medis Jepang. Tahun 1899 izin kerja kebidanan diluar untuk

memastikan profesional kualifikasi.

Pendidikan kebidanan di Jepanbg diawali dengan terbentuknya sekolah bidan

pada tahun 1912 didirikan oleh Obgyn, dan baru mendapatkan lisensi pada tahun

1974. Kemudian pada tahun 1899 lisensi dan peraturan-peraturan untuk seleksi

baru terbentuk.

Tahun 1987, pendidikan bidan mulai berkembang dan berada dibawah

pengawasan obstretikian. Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan bidan terdiri

dari ilmu fisika, biologi, ilmu sosial, dan psikologi. Ternyata hasil yang diharapkan

dari pendidikan bidan tidak sesuai dengan harapan. Bidan-bidan tersebut banyak

yang bersifat tidak ramah dan tidak banyak menolong persalinan dan pelayanan

kebidanan.

Yang mengikuti pendidikan bidan yaitu para perawat yang masuk pendidikan

saat umur 20 tahun. Pendidikan berlangsung selama 3 tahun. Tingkat Degree di


universitas terdiri dari 8-16 kredit, yaitu 15 jam teori, 30 jam laboratorium, dan 45

jam praktik. Pendidikan kebidanan tersebut bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan obstetri dan neonatal, serta meningkatkan kebutuhan masyarakat karena

masih tingginya angka aborsi di Jepang.

Masalah-masalah yang masih terdapat di Jepang antara lain masih

kurangnya tenaga bidan dan kualitas bidan yang masih belum memuaskan.

Saat ini pendidikan bidan di Jepang bisa setelah lulus dari sekolah perawat

atau perguruan tinggi 2 tahun atau melalui program kebidanan yang ditawarkan oleh

perguruan tinggi selama 4 tahun.

5) DI AUSTRALIA

Kebidanan dan keperawatan di Australia dimulai dengan tradisi dan latihan

yang dipelopori oleh Florence Nightingale pada abad ke-19. Pada tahun 1824

kebidanan masih belum dikenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris dan

Australia. Kebidanan masih banyak didominasi oleh dokter.

Sebagian besar wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh

masyarakat. Ketidakseimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat

prostitusi berkembang dengan cepat. Hal ini menyebabkan penduduk wanita banyak

yang hamil dan jarang dari mereka yang dapat memperoleh pelayanan dari bidan

maupun dokter karena status sosial mereka.

Pendidikan Bidan yang pertama kali di Australia dimulai pada tahun 1862.

lulusan waktu itu telah dibekali dengan pengetahuan teori dan praktik. Pendidikan

diploma kebidanan dimulai pada tahun 1893 dan mulai tahun 1899 hanya bidan yang

sekaligus perawat yang telah terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit.

Pada tahun 1913 sebanyak 30% persalinan ditolong oleh bidan. Meskipun ada

peningkatan jumlah dokter yang menangani persalinan antara tahun 1900 sampai
1940, tidak ada penurunan yang berarti pada angka kematian ibu. Bidan terus

disalahkan akan hal itu. Kenyataannya, wanita kelas menengah keatas yang ditangani

oleh dokter dalam persalinannya mempunyai resiko infeksi yang lebih besar daripada

wanita miskin yang ditangani oleh Bidan.

Kebidanan di Australia telah mengalami perkembangan yang pesat sejak 10

tahun terakhir. Dasar pendidikan telah berubah dari tradisional hospital based

programme menjadi tertiary course of studies untuk menyelesaikan kebutuhan

pelayanan dari masyarakat. Tidak semua institusi pendidikan kebidanan di Ausralia

yang telah melaksanakan perubahan ini, beberapa masih menggunakan program

pendidikan yang berorientasi pada rumah sakit.

Kekurangan yang dapat dilihat pada pendidikan kebidanan di australia hampir

sama dengan pelaksanaan pendidikan di indonesia. Belum ada persamaan persepsi

mengenai pengimplementasian kurikulum di masing masing institusi, sehingga

lulusan bidan mempunyai kompetensi klinik yang berbeda tergantung dari institusi

pendidikannya. Hal ini ditambah dengan kurangnya kebijakan formal dan tidak adanya

standar nasional. Menurut national review of nurse education 1994, tidak ada direct

entri untuk pendidikan bidan di australia. Mahasiswa kebidanan harus menjadi

perawat dahulu sebelum mengikuti pendidikan bidan. Sebab di australia kebidanan

masih menjadi sub spesialisasi dalam keperawatan. Didalamnya termasuk pendidikan

tentang keluarga berencana, kesehatan wanita, perawatan ginecologi, perawatan

anak, kesehatan anak dan keluarga, serta kesehatan neonatus dan remaja. Adanya

peraturan ini semakin mempersempit peran dan ruang kerja bidan.

Literatur yang tersedia bagi mahasiswa kebidanan masih kurang. Kurikulum

yang ada sekarang ini dirasakan hanya sesuai untuk mahasiswa pemula saja atau

intermedier sehingga kadang kadang mahasiswa yang sudah terlatih di

keperawatan kebidanan diberi porsi yang sama seperti pemula atau sebaliknya.

Mahasiswa yang sebelumnya telah mendapat pendidikan kebidanan di keperawatan


akan membawa konsep sakit (transisi dari filosofi sakit ke filosofi sehat) dalam

kebidanan sedikit banyak akan menyulitkan mahasiswa.

6) DI AMERIKA SERIKAT

Pada sekitar tahun 1700, para ahli sejarah memperhitungkan bahwa angka

kematian ibu di amerika serikat adalah sebanyak 95%. Wanita menjalani persalinan

tidak dengan rasa bahagia, tetapi dengan perasaan takut pada kematian meskipun

beberapa diantara mereka sudah ditolong oleh dokter. Salah satu alasan kenapa

dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk mengikis praktik sihir yang

masih ada saat itu.

Wanita mulai melihat masalah masalah dalam persalinan sebagai sesuatu

yang alami, dimana dokter memegang kendali. Dokter banyak memberikan obat

obatan tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual.

Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka. Filofofi bahwa

kelahiran bayi adalah sesuatu hal yang normal dan tidak dapat dipisahkan oleh kodrat

wanita, mulai dibangun oleh bidan. Pada akhir abad ke 18, banyak kalangan medis

yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar dan

menerapkan metode obstetrik. Pendapat ini digunakan untuk memfitnah bidan,

sehingga bidan tidak mempunyai pendukung, tidak mempunyai banyak uang, tidak

terorganisir, tidak melihat diri mereka sebagai seorang yang profesional. Sejak awal

1900 setengah persalinan di amerika serikat ditangani oleh dokter, bidan hanya

menangai persalinannya wanita yang tidak mampu membayar dokter.

Tahun 1915 dokter joseph de lee menyatakan bahwa kelahiran bayi adalah

proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran didalamnya. Ia memberlakukan

protap pertolongan persalinan di amerika serikat yaitu : memberikan sedatif pada awal

inpartu, membiarkan serviks berdilatasi, memberikan ether pada kala II, melakukan

episiotomi, melahirkan bayi dengan forcep, ekstraksi placenta, memberikan


uterotonika, serta menjahit episiotomi. Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai

angka 600 700 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900 1930 dan

sebanyak 30 50 % wanita melahirkan dirumah sakit. Tahun 1940 dokter Grantly Dick

meluncurkan buku tentang persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialist

obstetrist berusaha meningkatkan peran tenaga diluar medis termasuk Bidan.

Tahun 1955American College of Nurse Midwifery (ANCM) dibuka. Pada

tahun 1971 seorang bidan di Tennesche mulai menolong persalinan secara mandiri di

sebuah institusi kesehatan. Pada tahun 1979 badan pengawasan obat Amerika

menyatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anastesi dalam dosis tinggi telah

melahirkan anak anak yang mengalami kemunduran perkembangan psikomotor. Hal

ini membuat masyarakat tertarik pada proses persalinan alamiah, persalinan dirumah

dan memacu peran bidan. Pada era 1980-an, ANCM membuat pedoman alternatif lain

dalam pelayanan persalinan dan mengubah pernyataah yang negatif tentang home

birth.

Pada tahun 1980-an, dibuat legalisasi tentang praktek profesional bidan. Hal

ini membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan lahan praktek yang spesifik dan

membutuhkan organisasi yang mengatur profesi tersebut.

Saat ini, amerika serikat merupakan negara yang menyediakan perawatan

maternitas termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan negara industri yang paling

buruk dalam hasil perawatan antenatal diantara negara negara industri lainnya.

Bidan menangani 1,1% persalinan di tahun 1980, 5,5% di tahun 1994. Angka sectio

secaria menurun dari 25% di tahun 1988 menjadi 21% di tahun 1995. penggunaan

forcep menurun dari 5,5% ditahun 1989 menjadi 3,8% ditahun 1994.

7) DI SELANDIA BARU

Di selandia baru telah mempunyai peraturan mengenai praktisi kebidanan

sejak 1904 tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup praktik bidan telah berubah
secara berarti sebagai akibat dari meningkatnya hospitalisasi dan medikalisasi dalam

persalinan. Dari tenaga yang bekerja dengan otonomipenuh dalam persalinan normal

di awal tahun 1900, secara perlahan bidan menjadi asisten dokter. Dari bekerja di

masyarakat bidan sebagian besar mulai bekerja di Rumah sakit area tertentu, seperti

klinik antenatal, ruang bersalin dan ruang nifas. Kehamilan dan persalinan menjadi

terpisah. Dalam hal ini bidan kehilangan pandangannya bahwa persalinan adalah

kejadian normal dalam kehidupan dan peran mereka sebagai pendamping kejadian

tersebut. Selain itu bidan menjadi ahli dalam memberikan intervensi dan asuhan

maternitas yang penuh dengan pengaruh medis.

Di Selandia baru para wanitalah yang berusaha melawan model asuhan

persalinan tersebut dan menginginkan kembalinya bidan tradisional yaitu seorang

yang berada disamping mereka dalam melalui kehamilan sampai 6 minggu setelah

kelahiran bayi. Mereka menginginkan bidan yang percaya pada kemampuannya untuk

menolong persalinan tanpa intervensi medis, dan memberikan dukungan bahwa

persalinan adalah proses yang normal. Wanita wanita di selandia baru ingin

mengembalikan kontrol dalam diri mereka, dan menempatkan diri mereka sebagai

pusat kejadian tersebut, bukan obyek dari medikalisasi.

Pada era 1980-an bidan bekerja sama dengan wanita untuk menegaskan

kembali otonomi bidan dan sama sama sebagai rekanan. Mereka telah membawa

kebijakan politik yang diperkuat dengan legalisasi tentang profesionalisasi praktik

bidan. Sebagian besar bidan di selandia baru mulai memilih untuk bekerja secara

independen dengan tanggungjawab yang penuh pada klien dan asuhannya dalam

lingkup yang normal. Lebih dari 10 tahun yang lalu pelayanan maternitas telah

berubah secara dramatis. Saat ini 86% wanita mendapat pelayanan dari bidan dari

kehamilan sampai nifas dan asuhan berkelanjutan yang hanya dapat dilaksanakan

pada persalinan di rumah. Sekarang disamping dokter, 63% wanita memilih bidan
sebagai salah satunya perawat maternitas, dan hal ini terus meningkat. Ada suatu

keinginan dari para wanita agar dirinya menjadi pusat dari pelayanan maternitas.

Model kebidanan yang digunakan di Selandia baru adalah partnershiip

antara bidan dan wanita. Bidan dengan pengetahuan, keterampilan dan

pengalamannya serta wanita dengan pengetahuan tentang kebutuhan dirinya dan

keluarganya serta harapan harapan terhadap kehamilan dan persalinan. Dasar dari

model partnership adalah komunikasi dan negoisasi.

8) DI CANADA

Ontario adalah provinsi pertama di canada yang menerbitkan peraturan

tentang kebidanan setelah sejarah panjang tentang kebidanan yang ilegal dan

berakibat pada meningkatnya praktik bidan yang tidak berijin. Seperti selandia baru,

wanitalah yang menginginkan perubahan, mereka bicara tentang pilihan asuhan dan

keputusan yang dibuat.

Model kebidanan yang dipakai di ontario berdasarkan pada definisi ICM

tentang Bidan yaitu seorang tenaga yang mempunyai otonomi dalam lingkup

persalinan yang normal. Bidan mempunyai akses kepada rumah sakit maternitas dan

wanita mempunyai pilihan atas persalinan dirumah atau dirumah sakit. Selandia baru

dan canada sama sama menerapkan model partnersip dalam asuhan kebidanan.

Beberapa aspek didalamnya antara lain : hubungan dengan wanita, asuhan

kebidanan, informed choise, informed chonsent, praktik bidan yang memiliki otonomi

dan fokus pada normalitas kehamilan dan persalinan.

Dalam membangun dunia profesi kebidanan yang baru, selandia baru dan

canada membuat suatu sistem baru dalam mempersiapkan bidan bidan untuk

registrasi. Keduanya memulai dengan suatu keputusan bahwa bidanlah yang

dibutuhkan dalam perawatan maternitas. Ruang ligkup praktik bidan di kedua negara

tersebut tidak keluar dari jalur yang telah ditetapkan ICM. Yaitu bidan yang bekerja
dengan otonomi penuh dalam lingkup persalinan normal, atau pelayanan maternitas

primer. Bidan bekerja dan berkonsultasi dengan ahli obstetri bila terjadi komplikasi

pada ibu serta bayi memerlukan bantuan dari pelayanan maternitas sekunder. Bidan

di kedua negara tersebut mempunyai akses fasilitas rumah sakit tanpa harus bekerja

di rumah sakit. Mereka bekerja di rumah atau dirumah sakit maternitas.

Selandia baru dan canada menerapkan program direct entry selama 3 tahun

dalam pendidikan bidan. Sebelumnya, di selandia baru ada perawat kebidanan

dimana perawat dapat menambah pendidikannya untuk menjadi seorang bidan

sedangkan di canada tidak ada. Bagaimanapun kedua negara tersebut yakin bahwa

untuk mempersiapkan bidan yang dapat bekerja secara otonom dan dapat

memberikan dukungan kepada wanita untuk mengontrol persalinannya sendiri.

Penting untuk mendidik wanita yang sebelumnya belum pernah berkecimpung dalam

sistem kesehatan yang menempatkan kekuatan dan kontrol medis. Karena itu

program direct entry lebih diutamakan.

Kedua negara tersebut menggunakan dua model pendidikan yaitu

pembelajaran teori dan magang. Pembelajaran teori dikelas difokuskan pada teori

dasar yaitu pembelajaran teori dan magang. Pembelajarn teori di kelas difokuskan

pada teori dasar, yang akan melahirkan bidan bidan yang dapat mengartikulasikan

teorinya sendiri dalam praktik, memanfaatkan penelitian dalam praktik mereka dan

berfikir kritis tentang praktik. Dilengkapi dengan belajar magang, dimana mahasiswa

bekerja dengan bimbingan dan pengawasan bidan yang berpraktik dalam waktu yang

cukup lama. Bidan tersebut memberikan role model yang penting untuk proses

pembelajaran. Satu mahasiswa akan bekerja dengan 1 bidan, sehingga mereka tidak

akan dikacaukan dengan bermacam macam model praktik. Mahasiswa bidan juga

akan mulai belajar tentang model partnership. Model ini terdiri dari : partnership antara

wanita dan mahasiswa bidan, mahasiswa bidan dengan bidan, mahasiswa bidan
dengan guru bidan, guru bidan dengan bidan, partnership antara program kebidanan

dengan profesi kebidanan, serta program kebidanan dengan wanita.

Partnership ini menjaga agar program pendidikan tetap pada tujuan

utamanya, yaitu mencetak bidan bidan yang dapat bekerja secara otonom sebagai

pemberi asuhan maternitas primer. Selandia baru dan canada telah sukses dalam

menghidupkan kembali status bidan dan status wanita. Keselarasan antara

pendidikan bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan adalah bagian penting dari

sukses tersebu

a. PERKEMBANGAN BIDAN DI DALAM NEGERI

Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan,

yang dimaksud dengan pendidikan kebidanan adalah pendidikan formal dan non

formal.

1) Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan hindia belanda, tahun 1851

dokter militer belanda membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di batavia.

2) Tahun 1904 mulai diibuka pendidikan bidan di rumah sakit militer di batavia.

3) Tahun 1911/1912 dimulai tenaga keperawatan di RSUP semarang dan batavia.

4) Tahun 1935-1938 pemerintah belanda mendidik bidan lulusan mulo (setingkat

SMP) dan dibuka sekolah bidan di RSB Budi Kemuliaan Jakarta, RSB Palang Dua

dan RSB Mardi Waluyo di Semarang.

5) Tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia

minimal 17 tahun dan lama pendidikan 3 tahun. Mengingat kebutuhabn tenaga

untuk menolong persalinan cukup banyak, dibuka pendidikan pembantu bidan

/jenjang kesehatan E dan ditutup tahun 1976.

6) Tahun 1953 dibuka kursus tambahan bidan (KTB) di yogaykarta lamanya kursus

antara 7-12 minggu.


7) Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan bersama dengan guru perawat di

bandung, dan awal 1972 institusi pendidikan dilebur menjadi Sekolah Guru

Perawat (SGP), dan pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat

dan bidan.

8) Tahun 1970 dibuka program pendididkan yang menerima lulusan sekolah pengatur

rawat ditambah 2 tahun pendidikan bidan yang disebut sekolah pendidikan

lanjutan jurusan kebidanan dan ini tidak dilaksanakan secara merata dari seluruh

provinsi.

9) Tahun 1974 dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya

tenaga di lapangan dimana salah satu tugasnya adalah menolong persalinan

normal.

10) Tahun 1975-1985 institusi pendidikan bidan ditutup.

11) Tahun 1981 dibuka pandidikan D, kesehatan ibu dan anak, yang berlangsung

hanya satu tahun.

12) Tahun 1985 dibuka program pendidikan bidan lulusan SPB dan SPK, lamanya

pendidikan 1 tahun dan lulusannya dikembalikan kepada institusi yang mengirim.

13) Tahun 1989 dibuka Cresh program pendidikan bidan secara normal yang lulusan

SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan (PPB/A), lama pendidikan 1

tahun dan lulusannya ditempatkan di desa dengan tujuan untuk memberikan

pelajaran kesehatan terutama ibu dan anak di daerah pedesaan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menurunkan angka kematian ibu dan

anak. Mulai tahun 1996 status bidan di desa sebgaai pegawai tidak tetap (PTT).

14) Tahun 1993 dibuka PPB program bidan yang peserta didukungnya dari lulusan

akper dengan lama pendidikan 1 tahun yang tujuannya untuk mempersiapkan

tenaga pengajar pada program pendidikan bidan A.

15) Tahun 1993 dibuak PPB program C yang menerima lulusan SMP dilakukan di 11

provinsi di wilayah sumatera, kalimantan, sulawesi selatan, NTT, maluku dan irian.
16) Tahun 1994-1995 pemerintah menyelenggarakan uji coba pendidikan PPB jarak

jauh di 3 Provinsi jawa barat, jawa tengah, jawa timur. Pengaturan

penyelenggaraan telah diatur dalam SK menkes no 1247/menkes/SK/XII/1994.

17) Tahun 1994 dilakukan pelatihan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan

neonatal LLSS.

18) Tahun 1996 Ibi bekerja sama dengan depkes dan American College of Nurse

Midwife (ACNM) dan RS swasta menjadikan training kepada anggota IBI sebanyak

8 orang untuk LSS yang kemudian menjadi tim pelatih LSS inti di PP IBI.

19) Tahun 1995-1998 IBI bekerja sama dengan mother care melakukan pelatihan dan

peer review bagi bidan RS, bidan puskesmas dan bidan desa di provinsi

kalimantan selatan.

20) Tahun 2000 ada pelatihan APN yang dikoordinasikan untuk maternal neonatal

health (MNH) sampai saat ini telah melalui APN di beberapa provinsi

(Sumber : bidan menyongsong masa depan 50 tahun IBI )


LATIHAN

1. Jelaskan Sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan

2. Jelaskan Perkembangan di luar negeri

3. Jelaskan Perkembangan du dalam negeri


PERTEMUAN KE -IV
Konsep Dasar :Paradigma Asuhan Kebidanan

Tujuan Perkulihan :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan Paradigma Asuhan Kebidanan

2. Mampu menjelaskan Pengertian paradigm

3. Mampu menjelaskan Komponen paradigm kebidanan

Manusia

Lingkungan

Kesehatan

Kebidanan

Pokok Bahasan :

1. Paradigma Asuhan Kebidanan

2. Pengertian paradigm

3. Komponen paradigm kebidanan

Manusia

Lingkungan

Kesehatan

Kebidanan

Metode Pembelajaran : Ceramah dan tanya jawab/diskusi

Pertemuan : II (Dua)

Waktu : 100 Menit

BAB IV
Paradigma Asuhan Kebidanan
Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian

yang paling utama bagi bidan. Bidan, dalam memberikan pelayanan kesehatan,

bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan praktikntya sehingga diperlukan bidan

yang mempunyai pengetahuan dengan cara pandang yang baik.

Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam memberi

pelayanan. Keberhasilan pelayanan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara

pandang bidan dalam kaitan atau hubungan timbal balik antara manusia/wanita,

lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan.

(Suryani Soepardan, 2008; 27) Paradigma kebidanan adalah suatu cara

pandang bidan dalam memberikan pelayanan. (Mustika Syofyan, et al, 2004; 18)

Paradigma berasal dari bahasa Latin/Yunani, paradigma yang berarti model/pola.

Paradigma juga berarti pandangan hidup, pandangan suatu disiplin ilmu/profesi.

Kebidanan dalam bekerja memberi pelayanan profesi berpegang pada paradigma berupa

pandangan terhadap manusia/perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan dan

keturunan.

(Atik Purwandari, 2008; 48) Paradigma adalah cara pandang seseorang

terhadap suatu objek. Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam

memberikan pelayanan kebidanan. Paradigma atau cara pandang seseorang terhadap

objek berpengaruh dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan suatu tindakan. Begitu

juga dalam kebidanan, paradigma seorang bidan sangat mempengaruhi pengambilan

keputusan dan tindakan seorang bidan. Paradigma kebidanan sangat penting untuk

diketahui agar para bidan mempunyai pandangan yang sama terhadap individu dan

lingkungan yang akan dihadapinya.

Paradigma berasal dari bahasa Latin/Yunani, paradigma yang

berartimodel/pola.Paradigma juga berarti pandangan hidup, pandangan suatu disiplin

ilmu/profesi paradigm.Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-3, paradigma


adalah kerangka berpikir. Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam

memberi pelayanan. Keberhasilan bidan dalam bekerja/memberikan pelayanan berpegang

pada paradigma,pandangan terhadap manusia/wanita,lingkungan, perilaku, pelayanan

kesehatan dan cara pandang bidanatauhubungan timbal balik antara manusia, lingkungan,

perilaku, pelayanankebidanan dan keturunan.

Komponen paradigma kebidanan, meliputi wanita, lingkungan, perilaku,

pelayanan kebidanan, dan keturunan.

1) Wanita

Wanita/ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan

wanita yang sehat secara jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan. Ibu

adalah pendidik pertama utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan

oleh keberadaan seorang ibu dalam keluarga.Para wanita di masyarakat adalah

pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga.

2) Lingkungan

Lingkungan merupakan semua aspek yang terlibat dalam interaksi individu ketika

melakukan aktivitas.Ibu selalu terlibat dalam interaksi antara keluarga, kelompok,

komunitas, maupun masyarakat.Masyarakat adalah kelompok yang telah dibentuk

manusia sebagai lingkungan sosial.Ibu/wanita merupakan bagian anggota keluarga

dan unit komunitas.

3) Perilaku

Perilaku profesional bidan mencakup:

1. Berpegang teguh pada filosofi etika profesi dan aspek legal dalam melaksanakan

tugasnya.

2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang

dibuatnya.

3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir

secara berkala.
4. Menggunakan tindakan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan

penyakit dan startegi pengendalian infeksi.

5. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberi asuhan

kebidanan.

6. Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat dalam kaitannya dengan praktik

kesehatan,kehamilan,pelahiran,periode pasca melahirkan,bayi barulahir, dan

balita.

7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan wanita atau ibu(clien)

agar klien dapat menentukan pilihan berdasarkan informasi mengenai semua

aspek asuhan. Meminta persetujuan secara tertulis agar klien juga bertanggung

jawab atas keswehatannya sendiri.

8. Menggunakan keterampilan komunikasi.

9. Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan ibu dan keluarga.

10. Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

4) Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga

yang berkualitas. Layanan Kebidanan dapat dibedakan menjadi:

1. Layanan kebidanan primer/mandiri,adalah asuhan kebidanan yang diberikan

kepada klien dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.

2. Layanan kolaborasi, adalah asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien

dengan beban tanggung jawab bersama dari semua pemberi layanan yang terlibat

mengcakup, bidan, dokter dan/atau tenaga kesehatan profesional lainnya. Bidan

merupakan anggota tim.

3. Layanan rujukan adalah asuhan kebidanan yang dilakukan dengan menyerahkan

tanggung jawab kepada dokter, ahli dan/atau tenaga kesehatan profesional lainya
untuk mengatasi masalah kesehatan klien di luar kewenangan bidan dalam rangka

menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya.

5) Keturunan

Kualitas manusia diantaranya ditentukan keturunan.Manusia yang sehat dilahirkan oleh

ibu yang sehat. Walaupun kehamilan, kelahiran, dan nifas adalah proses fisiologis,

namun bila tidak ditangani secara akurat dan benar keadaan fisiologis dapat menjadi

patologis, sehingga berpengaruh pada bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu,

layanan praperkawinan, prakehamilan, kehamilan, kelahiran, dan nifas sangat penting

serta memiliki keterkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan dan semua ini

adalah tugas utama bidan.

4.1 Pengertian Paradigma

Paradigma atau cara pandang seseorang terhadap objek berpengaruh dalam

pengambilan keputusan dan pelaksanaan suatu tindakan, begitu juga dalam kebidanan,

paradigm seorang bidan. Paradigm kebidanan yang sangat penting untuk diketahui

agar para bidan mempuyai pandangan yang sama terhadap individu mempengaruhi

pengambilan keputusan dan tindakan Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan

keprofesiannya berpegang pada paradigm, berupa pandangan terhadap manusia atau

perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan atau kebidanan, dan keturunan.

4.2 Paradigma Asuhan Kebidanan

Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam memberikan

pelayanan. Keberhasilan pelayanan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara

pandang bidan dalam kaitan atau hubungan timbale-balik antara manusia atau

wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan, dan keturunan.

4.3 Komponen Paradigma Kebidanan

1) Manusia
Wanita atau manusia adalah makhluk bio-psiko-spsial-kultural dan spiritual

yang utuh dan unik, mempuyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai

dengan tingkat perkembanganya.

Bio adalah wanita yang artinya wanita adalah biologis yang memerlukan

kebutuhan sesuai dengan tingkat perkembangannya untuk kelangsungan hidup.

. spiko artinya manusia yang mempuyai kejiwaan harus diperhatikan

dalam setiap memberikan pelayanan.

Sosio artinya adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan orang lain

dan membutuhkan orang lain.

Kultural artinya wanita adalah makhluk yang berbudaya atau memilki

kebiasaan-kebiasaan tertentu.

Spiritual artinya adalah wanita makhluk yang secara fitrah akan selalu

membutuhkan.

Utuh artinya pandangan kita kepada seorang wanita sebagai makhluk bio-

psiko-sosio-kultural tersebut harus dipandang secara menyeluruh, tidak bias hanya

di pandang dari segi biologisnya saja, atau psikologisnya saja karena sisi tersebut

menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Unik artinya wanita adalah makhluk yang berbeda antara satu dengan

yang lain, lain dari segi bio, psiko,sosio, kultural maupun psiritualnya.

Wanita atau inu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga

keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta social sanggat diperlukan.

mempunyai kebutuhan dasar yang unik dan bermacam-macam, sesuai dengan

tingkat perkembangannya. Perempuan adalah penerus generasi, sehingga

keberadaan perempuan yang sehat jasmani, rohani, dan social sangat diperlukan.

Perempuan sebagai sumber daya insane merupakan pendidik pertama

dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan
atau kondisi perempuan atau ibu dalam keluarga. Para perempuan di masyarakat

adalah penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga.

a. Peran wanita di dalam keluarga

1. Sebagai pendamping

2. Sebagai pengelola

3. Sebagai pencari nafkah

4. Sebagai penerus generasi

b. Peran bidan untuk individu dan masyarakat

1. Menolong individu mengatasi dan beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan.

2. Membawa perubahan tingkah laku yang positif

3. Merencanakan perawatan yang bersifat individual

4. Mengetahui budaya-budaya yang berkembang dalam masyarakat

5. Menerapkan pendekatan komprehensif

c. Perbedayaan perempuan meliputi :

1. Memberikan hak dan juga pilihan kepada wanita secara signifikan

dapat mempengaruhi kesehatan

2. Mendorong bidan untuk mulai dari diri sendiri untuk peka dan

mengatasi masalah, kemasyarakatan dan budaya tradisisi keluarga,

seperti kekerasan dalam berumah tangga yang merugikan anak

perempuan dan wanita. Bidan harus mendidik dan membiasakan

dirinya sendiri dengan konsep dasar HAM dan mengaktualisasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengharuskan bidan belajar pengetahuan, keterampilan, yang

diperlukan untuk mencapai otonomi atau kemandirian dalam

pengambilan keputusan yang vital untuk dirinya sendiri dan

kepentingan keluarganya.
4. Mengharuskan para bidan dalam bekerja sama dengan wanita,

keluarga dan kelompok advokasi lainya untuk menyediakan

dukungan serta pemberian informasi sesuai yang dibutuhkan oleh

seorang perempuan untuk membuat keputusanya.

5. Mengharuskan bidan untuk selalu bersedia mengembangkan konsep

HAM, dan itu adalah sebuah kerja keras dalam jangka panjang serta

membutuhkan partisipasi seluruh masyarkat.

2) Lingkungan

Lingkunagn merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada

waktu melaksanakan aktivitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial, biologis

maupun budaya. Lingkungan psikososoal meliputi keluarga, kelompok, komunitas,

dan masyarakat.

Masyarakat merupakan kelompok paling penting dan kompleks yang telah

dibentuk oleh manusia sebagai lingkungan social yang terdiri dari individu,

keluarga dan komunitas yang mempunyai tujuan dan system nilai.

Perempuan merupakan bagian dari anggota keluarga serta unit komunitas.

Keluarga, dalam fungsinya memengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana

dia berada. Keluarga dapat menunjang kebutuhan sehai-hari dan memberikan

dukungan emosional kepada ibu sepanjang siklus kehidupannya. Keadaan sosial

ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan lokasi tempat tinggal keluarga sangat

menentukan derajat kesehatan reproduksi perempuan.

3) Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman secara interaksi

manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap

dan tindakan. Perilaku manusia bersifat holistic (menyeluruh). Adapun perilaku

professional dari bidan mencakup :


Dalam melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada filosofi

etika profesi dan aspek legal.

Bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan keputusan

klinis yang dibuatnya.

Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan

keterampilan mutakhir secara berkala.

Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah

penularan penyakit dan strategi pengendalian infeksi.

Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama

memberikan asuhan kebidanan.

Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan

dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca

persalinan, bayi baru lahir dan anak.

Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan kaum

perempuanatau ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang

telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta

persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggungjawab atas

kesehatannya sendiri.

Menggunakan keterampilan komunikasi.

Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk

meningakatkan pelayanan keseshatan ibu dan keluarga.

Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan

pelayanan.

Perilaku ibu selama hamil akan memengaruhi kehamilannya, perilaku

ibu dalam mencari penolong persalinan akan memengaruhi kesejahteraan ibu

dan janin yang dilahirkan, demikian juga perilaku ibu pada masa nifas akan

memengaruhi kesehatan ibu dan bayinya.


Dengan demikian perilaku ibu dapat memengaruhi kesejahteraan ibu

dan janinnya.

4) Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam

rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan

merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan

yang diberikan dengan meksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam

rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera.

Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan

masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan,

dan pemulihan.

Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :

Layanan kebidanan primer adalah layanan bidan yang sepenuhnya

menjadi tanggungjawab bidan.

Layanan kebidanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh

bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara

bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses

kegiatan pelayanan kesehatan.

Layanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan

dalam rangka rujukan ke system pelayanan yang lenih tinggi atau

sebaliknya yaitu yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan

dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan yang

dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain

secara horizontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya.

Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan

kesejahteraan ibu dan bayi.

5) Keturunan
Kualitas manusia, di antaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia

yang sehat akan dilahirkan oleh ibu yang sehat. Ini menyangkut kesiapan

perempuan sebelum perkawinan, sebelum kehamilan (pra-konsepsi), masa

kehamilan, masa kelahiran, dan masa nifas.

Walaupun kehamilan, kelahiran, dan nifas adalah sangat penting dan

mempunyai keterkaitan satu sama lain yang tak dapat dipisahkan, dan semua

adalah tugas utama bidan.

EVALUA
EVALUASI
LATIHAN
1.

1) Jelaskan Paradigma Asuhan Kebidanan ?

2) Jelaskan Pengertian paradigma ?

3) Jelaskan Komponen paradigma kebidanan : Manusia, Lingkungan, Kesehatan,

Kebidanan ?

Selamat mengerjakan...!!!^_^
PERTEMUAN KE -V
Kosep Dasar : Asuhan Kebidanan

Tujuan Perkuliahan :

1. Mampu menjelaskan Macam-macam Asuhan Kebidanan.

2. Mampu menjelaskan Manfaat paradigma dikaitkan dengan asuhan

kebidanan.

Pokok Bahasan :

1. Macam-macam Asuhan Kebidanan

2. Manfaat paradigm dikaitkan dengan asuhan kebidanan

Metode Pembelajaran : Ceramah dan Tanya Jawab/diskusi

Pertemuan : V (lima)

Waktu : 100 Menit


BAB V
Asuhan Kebidanan

5.1 Latar Belakang

Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan

secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan konseling asuhan

kebidanan yang mencakup pemeriksaan berkesinambungan diantaranya asuhan

kebidanan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, dan masa nifas. (Varney, 2006)

Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan

yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang

dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. OIeh

karena itu, kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir harus ditangani oleh

petugas kesehatan yang berwenang demi kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi.

Kehamilan merupakan proses reproduksi yang memerlukan perawatan

khusus karena menyangkut kehidupan ibu dan janin, agar dapat melewati masa

kehamilan, persalinan, dan menghasilkan bayi yang sehat.

Antenatal care merupakan salah satu wujud yang dapat dilakukan untuk

melakukan perawatan khusus tersebut. Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu

upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan dengan tujuan untuk mendeteksi

dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan
angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. (Resky Maharani S.1, Veni

Hadju1, Zakaria2, 2013). Sesuai dengan peran seorang bidan yaitu sebagai

pelaksana pelayanan kebidananyang kegiatannya meliputi antenatal care, bidan

diharapkan dapat melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidanan sesuai dengan

standar.

yang telah ditetapkan. Pelayanan antenatal sendiri sangat penting karena

dapat memberikan gambaran-gambaran kepada ibu hamil tentang keadaan

kesehatannya dan janin dalam kandungannya. Pengawasan antenatal memberikan

manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara

dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam

pertolongan persalinannya.

Proses persalinan merupakan suatu peristiwa yang penting yang

membutuhkan perhatian khusus baik terhadap kesehatan fisik maupun kesehatan

psikis ibu. Secara fisiologis, ibu menjelang persalinan harus berada dalam keadaan

cukup gizi dan bebas dari penyakit infeksi dan penyakit - penyakit lain yang

mempengaruhi proses persalinan. Sedangkan secara psikologis diharapkan ibu

menjelang persalinan menunjukkan suasana hati yang tenang, damai, dan memiliki

sikap / persepsi yang positip dalam menghadapi persalinan, sehingga hal tersebut

dapat mengurangi ketegangan emosi dan dapat menurunkan / meminimalkan rasa

cemas yang sering dirasakan ibu-ibu menjelang persalinan. (Sulami, 2012). Terdapat

lima kebutuhan dasar bagi wanita yang sedang mengalami proses persalinan. Lima

kebutuhan dasar tersebut adalah: Asuhan fisik dan psikologis, Kehadiran seorang

pendamping secara terus menerus, Pengurangan rasa sakit, Penerimaan atas sikap

dan perilakunya, Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman. Salah

satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikutsertakan suami dan keluarga

selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

Berat badan bayi lahir normal harus mencapai minimal 2.500 gram. Bayi

dengan berat lahir < 2500 gram tergolong bayi dengan resiko tinggi karena angka
kesakitan dan kematiannya tinggi, oleh karena itu pencegahan kelainan BB bayi lahir

sangat penting, yaitu dengan pemeriksaan prenatal yang baik dan memperhatikan

gizi ibu. Pada keadaan bayi lahir dengan berat lahir dan usia gestasi yang normal

maka pertumbuhan organ internal termasuk otak telah mencapai tahap kematangan

sehingga kemampuan intelektual bayi dengan berat normal cenderung menunjukkan

lebih baik daripada bayi dengan berat lahir kurang.

Masa nifas merupakan masa setelah ibu melahirkan bayi yang digunakan

untuk memulihkan kesehatannya berarti memulihkan organ yang mengalami

perubahan pada waktu hamil maupun bersalin. Untuk itu ibu dianjurkan melakukan

mobilisasi dini. Mobilisasi adalah kemampuan untuk bergerak bebas dalam

lingkungan. Mobilisasi ini melibatkan antara lain sistem integumen dan sistem

neuromuskuler. Tujuan dari mobilisasi adalah sebagai ekspresi emosi dalam bentuk

non verbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas sehari-hari dan

aktivitas rekreasi.

Mobilisasi dini ini berhubungan dengan pengeluaran lochea karena aktifitas

fisik akan mempengaruhi kebutuhan otot terhadap oksigen, yang kebutuhannya akan

meningkat berarti memerlukan aliran darah yang kuat, seperti halnya otot rahim, lalu

dirangsang kontraksinya dengan aktivitas fisik maka aliran darah akan meningkat dan

lancar, kontraksi uterus semakin baik pengeluaran lochea menjadi lancar sehingga

mempengaruhi proses pengecilan rahim. Pengeluaran lochea salah satunya

dipengaruhi oleh kesediaan ibu untuk menyusui. Isapan anak akan merangsang otot

polos payudara untuk berkontraksi yang kemudian merangsang susunan saraf di

sekitarnya dan meneruskan rangsangan ini ke otot. Otot akan memerintahkan

kelenjar.

hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormon pituitarin lebih banyak,

sehingga kadar hormon estrogen dan progesteron yang masih ada menjadi lebih

rendah. Pengeluaran hormon pituitarin yang lebih banyak akan mempengaruhi

kuatnya kontraksi otot-otot polos payudara dan uterus. Kontraksi otot-otot polos
payudara berguna untuk mempercepat involus . (Dwi Purwanti dan Riska Dwi

Kristanti, 2011). Setelah masa nifas selesai segera beri konseling pada ibu mengenai

kontrasepsi yang akan digunakan

Program keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk mengukur

jumlah anak yang diinginkan. Agar mencapai hal tersebut maka ada beberapa seperti

kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Program KB

bertujuan untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi

suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga

bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Ari Sulistyawati,

2011)

5.2 Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi

tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebtuhan

masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, masa nifas, bayi setelah

lahir serta keluarga berencana (Depkes RI, 1999).

Macam-macam asuhan kebidanan diantaranya :

1. Asuhan kebidanan pada anak remaja dan wanita pra nikah

2. Asuhan kebidanan pada wanita selama kehamilan normal

3. Asuhan kebidanan pada wanita dalam masa persalinan

4. Asuhan pada bayi baru lahir

5. Asuhan kebidanan pada wanita dalam masa nifas

6. Asuhan wanita usia subur yang membutuhkan KB

7. Asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan system reproduksi

8. Asuhan kebidanan pada wanita dalam masa klimakterium dan menopause

9. Asuhan kebidanan pada bayi dan balita

Macam macam asuhan kebidanan yang memerlukan kolaborasi dan rujukan

diantaranya :
1. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi

2. Asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi

3. Asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi

4. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi

5. Asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi

Untuk bias melaksanakan asuhan kebidanan di atas, diperlukan bidan yang memiliki

kompetensi-kompetensi sesuai yang terlampir di bawah yaitu :

1. Pengetahuan umum, keterampilan dan prilaku yang berhubungan dengan ilmu-

ilmu social, kesehatan masyarakat dan kesehatan professional

Kompetensi ke 1 : bidan mempuyai persyaratan penetahuan dan keterampilan dari ilmu-

ilmu social, kesehatan masyarakat dan etik u=yang membentuk dasar dari asuhan yang

bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

a) Pengetahuan dan keterampilan dasar

1) Kebudayaan dasar masyarakat di Indonesia

2) Keuntungan dan kerugian praktik kesehatan tradisional dan modern

3) Sarana tanda bahaya serta transfortasi kegawatdaruratan bagi anggota

masyarakat yang sakit membutuhkan asuhan tambahan

4) Penyebab langsung maupun tidak langsung kematian dan kesakitan ibu dan bayi

di masyarakat

5) Advokasi dan strategi memberdayakan wanita dalam mempromosikan hak-

haknya yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesetaraan

dalam memperoleh pelayanan kebidanan )

6) Keuntungan dan resiko dari tatanan tempat bersalin dengan aman

7) Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman

8) Masyarakat keadaan kesehatan lingkungan, makanan dan ancaman umum bagi

kesehatan

9) Standar profesi dan praktek kebidanan

b. Pengetahuan dan keterampilan tambahan


1) Epidemiologi, sanitasi, diagnosis masyarakat dan vital statistik

2) Infra struktur kesehatan setempat dan nasional serta bagaimana mengakses

sumber daya yang dibutuhkan untuk asuhan kebidanan

3) Primary Health Care (PHC) berbasis di masyarakat dengan mengunkan promosi

kesehatan serta strategi pencegahan penyakit

4) Program amunisasi national dan akses untuk pelayanan imunisasi

c. Prilaku professional bidan

1) Berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan asfek legal

2) Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang

dibuatnya

3) Senantiasa mengiku perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir

4) Mengunakan cara pencegahan universal untuk penyakit penularan dan stategi

pengendalian infeksi

5) Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan

kebidanan.

6) Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan,

kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan bayi baru lahir dan anak.

7) Mengunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan kaum wanita/ ibu

agar mereka dapat menentukan pilihan yang terlah diimformasikan tentang

semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka

bertanggung jawab atas kesehatanya sendiri.

8) Mengunakan keterampilan mendengar dan memfasilitasi

9) Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan kepada ibu dalam tatanan pelayanan.

2. Asuhan Pra konsepsi, KB dan ginekologi

Kompetensi ke 2 : bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan

yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka

untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan


kesiapan menjadi orang tua.

a. Pengetahuan Dasar

1) Pertumbuhan dan perkembangan seksualitas dan aktivitas seksual

2) Anatomi dan fisiologi pria dan wanita yang berhubungan dengan konsepsi dan

reproduksi

3) Norma dan praktik budaya dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan

bereproduksi

4) Komponen riwayat kesehatan, riwayat keluarga, dan riwayat genetik yang relevan

5) Pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi potensi kehamilan yang

sehat

6) Berbagai metode alamiah untuk menjarangkan kehamilan dan metode lain yang

bersifat tradisional yang lazim digunakan

7) Jenis, indikasi, cara pemberian, cara pencabutan dan efek il, suntikan, AKDR, Alat

kontasepsi bawah kulit (AKBK), kondom, Tablet Vagina dan tisu Vagina.

8) Metode konseling bagi wanita dalam memilih suatu metode kontasepsi

9) Penyuluhan kesehatan mengenai PMS, HIV/AIDS dan kelangsungan hidup anak

10) Tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan penyakit menular seksual yang lazim

terjadi

b. Pengetahuan Tambahan

2) Factor-faktor yang menentukan dalam pengambilan keputusan yang

berhubungan dengan kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak direncakan.

3) Indicator penyakit akut dan kronis yang kronis yang dipengaruhi oleh kondisi

geografis dan proses rujukan untuk pemeriksaan/pengobatan lebih lanjut

4) Indicator dan metode konseling/rujukan terhadap gangguna hubungan inter

personal, termasuk kekerasan dan pelecehan dalam keluarga (Seks, Fisik dan

emosi )

d. Keterampilan dasar

1) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang lengkap


2) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus sesuai dengan kondisi wanita

3) Menetapkan dan atau melakssanakan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan

laboratorium seperti hematocrit dan analisa urine.

4) Melaksankan pendidikan kesehatan dan keterampilan konseling dasar dengan

trepat.

5) Memberikan pelayanan KB yang terdia sesuai dengan kewenangan dan budaya

masyarakat

6) Melakukan pemeriksaan berskala akseptor KB dan melakukan intervensi sesuai

kebutuhan

7) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang ditemukan

8) Melakukan pemasangan AKDR

Melakukan penyabutan AKDR dengan letak normal.

3. Asuhan Konseling selama Kehamilan

Asuhan kebidanan pada ibu hamil adalah asuhan yang diberikan Bidan pada ibu hamil

utuk mengetahui kesehatan ibu dan janin serta untuk mencegah dan menangani secara

dini kegawatdaruratan yang terjadi pada saat kehamilan.

Tujuan pemeriksaan dan pengawasan Ibu hamil

i. Tujuan umum

Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam

kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.

ii. Tujuan khusus

Mengenal dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin dijumpai dalam

kehamilan, persalinan dan nifas.

Mengenal dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin

Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak

Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehat sehari-hari

Standar Asuhan Kehamilan Kunjungan antenatal care (ANC) minimal :

1. Satu kali pada trimester 1 (usia kehamilan 0 13 minggu).


2. Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14 27 minggu)

3. Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 18 40 minggu)

Kehamilan memberikan perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis bagi ibu

hamil. Perubahan-perubahan yang bersifat fisiologis misalnya; pusing, mual, tidak nafsu

makan, BB bertambah dan sebagainya. Sedangkan perubahan psikologis yang menyertai ibu

hamil diantaranya; ibu menjadi mudah tersinggung, bangga dan bergairah dengan

kehamilannya dan sebagainya.

Adapun pelaksanaan komunikasi bagi ibu hamil, bidan diharapkan :(a) mampu

melaksanakan asuhan dan tindakan pemeriksaan, pendidikan kesehatan dan segala bentuk

pelayanan kebidanan ibu hamil; (b) dengan adanya komunikasi terapeutik diharapkan dapat

meredam permasalahan psikososial yang berdampak negatif bagi kehamilan; (c) membantu

ibu sejak pra konsepsi untuk mengorganisasikan perasaannya, pikirannya untuk menerima

dan memelihara kehamilannya.

Kompetensi ke 3 : bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi; deteksi dini;

pengobatan;pengobatan atau rujukan dari :

a. Pengetahuan dasar

1) Anatomi dan fisologi tubuh manusia

2) Siklus mestruasi dan proses konsepsi

3) Tumbuh kembang janin dan factor-faktor yang mempengaruhinya.

4) Tanda-tanda dan gejala kehamilan

5) Mendiagnosis kehamilan

6) Perkembangan normal kehamilan

7) Komponen riwayat kesehatan

8) Komponen pemeriksaaan fisik yang terfokus selama antenatal

9) Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran dan atau tinggi

fundus uteri
10) Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat, hyperemesis gravidarum,

kehamilan ektopik tergangu, abortus imminen, molla hydatidosa dan kom plikasinya

dan kehamilan ganda, kelalaian letak serta pre eklamsi.

11) Nilai normal dari pemeriksaan laboratorium seperti haemglobin dalam darah test gula,

protein, aceton dan bakteri dalam urine

12) Perkembangan normal dari kehamilan: perubahan bentuk fisik, ketidaknyamanan yang

lazim, pertumbuhan fundus uteri yang diharapkan

13) Perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan dan dampak kehamilan terhadap

keluarga

14) Penyuluhan dalam kehamilan: perubahan fisik, perawatan buah dada

ketidaknyamanan, kebersihan, seksualitas, nutrisi, pekerjaan dan aktivitas ( Senam

Hamil )

15) Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin

16) Penetalaksanaan imunisasi pada wanita hamil

17) Pertumbuhan dan perkembangan janin

18) Persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua

19) Persiapan keadaan dan rumah/keluarga untuk menyambut kelahiran

20) Tanda-tanda dimulainya persalinan

21) Promosi dan dukungan pada ibu menyusui

22) Tehnik relaksasi dan strategi meringankan nyeri pada persiapan persalinan dan

kelahiran

23) Mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberikan

24) Mengurangi ketidaknyamanan selama masa kehamilan

25) Pengunaan obat-obat tradisional ramuan yang aman untuk mengurangi ketidakyaman

selama kehamilan

26) Akibat yang ditimbulkan dari merokok, pengunaan alcohol dan obat terlarang bagi

wanita hamil dan janin

27) Akibat yang menimbulkan/ditularkan oleh binatang tertentu terhadap kehamilan,


misalnya toxoplasmosis

28) Tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa, seperti pre

ekslamsia, perdarahan pervaginam, kelahiran premature, anemia berat.

29) Kesejahteraan janin termasuk DJJ dan pola aktivitas janin

30) Resusitasi kardiopulmonary

b. pengetahuan tambahan

1) Tanda, gejala dan indikasi rujukan komplikasi tertentu dalam kehamilan seperti asma,

infeksi HIV, penyakit menular seksual (PMS), diabetes, kelainan jantung,

postmatur/serotinus.

2) Akibat dari penyakit akut da kronis yang disebut diatas bagi kehamilan dan janinnya

c. keterampilan dasar

1) mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisanya pada

setiap kunjungan/ pemeriksaan ibu hamil

2) melaksakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan lengkap

3) melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk pengukuran tinggi fundud

uteri/posisi/presentasi

4) melakukan penilaian pelvic, termasuk ukuran dan struktur tulang panggul

5) menilai keadaan janin selama kehamilan dan menentukan detak jantung janin dangan

mengukan fetoscope (Pinard) dan gerakan janin dengan palpasi uterus

6) menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraaan persalinan

7) mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubunganya dengan pertumbuhan janin

8) mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubunganya dengan komplikasi kehamilan

9) memberikan penyuluhan pada klien/keluraga mengenai tanda bahaya dan serta

bagaimana menghubungi bidan

10) melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hyperemesis

gravidarum tingkat I, abortus imminen dan eklamsia ringan

11) menjelaskan dan mendemontasikan cara mengurangi ketidaknyamanan yang lazim

terjadi dalam kehamilan


12) memberikan imunisasi pada ibu hamil

13) mengindentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan melakukan penanganan yang

tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang tepat terdiri dari :

kekurangan gizi

pertumbuhan janin yang tidak adekuat: SGA dan LGA

pre Eklamsia berat dan hipertensi

perdarahan pervaginam

kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm

kelainan letak pada janin kehamilan aterm

kematian janin

adanya edema yang signifikan, sakit kepala yang hebat, ganguan pandangan,

nyeri epigastrium yang disebabkan tekanan darah tinggi

ketuban pecah sebelum waktu

persangkaan polyhydramnion

DM

Kelainan kongenital pada janin

Hasil laboratorium yang tidak normal

Persangkaan polyhidromnion, kelainan janin

Infeksi pada ibu hamil seperti :PMS, vaginitis, infeksi saluran perkemihan dan

saluran nafas

14) Memberikan bimbingan dan persiapan untuk persalinan, dan menjadi orang tua

15) Memberikan bimbingan penyuluhan mengenai perilaku kesehatan selama kehamilan,

seperti nutrisi, latihan (Senam), keamanan dan berhenti merokok

16) Pengunaan secara aman jamu/obat-obatan tradisional yang tersedia

d. Keterampilan tambahan

1) Mengunakan dopller untuk memantau DJJ

2) Memmberikan pengobatan dan atau kolaborasi terhadapa penyimpangan dari


keadaan normal dengan mengunakan standar local dan sumber daya yang tersedia

3) Melaksanakan kemampuan LSS dalam manajemen pasca abortion

4. Asuhan selama persalinan dan kelahiran

KOMPETENSI KE 4: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

tanggap terhadap kebudayaan setempat, selama persalinan (memimpin persalinan yang

bersih dan aman), menagani situasi yang kegawatdaruratan tertentu untuk

mengoftimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.

Asuhan yang di berikan Bidan pada Ibu Bersalin. Bidan melakukan Observasi

pada Ibu Bersalin, yani pada Kala I, Kala II, kala III, Dan kala IV.

1. kala I: Pembukaan 0-10

Pembukaan: 1. fase laten: 8jam : 0-3

2. fase Aktif: 6jam : 1. Akselerasi: (2jam) 3-4

2. Dilatasi max: (2jam) 4-9

3. Deselerasi: (2jam) 9-10

Asuhan yang diberikan :

1) memonitoring tekanan darah, suhu badan, denyut nadi setiap 4jam

2) mendengarkan denyut jantung janin setiap jam pada fase laten dan 30 menit pada fase

aktif.

3) palpasi kontraksi uterus setiap jam setiap fase laten dan 30 menit pada fase aktif.

4) memonitoring pembukaan servik penurunan bagian daerah terendah pada fase laten dan

fase aktif setiap 4jam.

5) memonitoring pengeluaran urine setiap 2jam

6) menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga atau

temandekat untuk mendampingi ibu.

7) Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan selanjutnya serta kemajuan

persalinan dan meminta persetujuan ibu untuk rencana asuhan selanjutnya.

8) mengatur aktifitas dan posisi dan membimbing relaksasi sewaktu ada his.
9) menjaga privasi ibu.

10) menjaga kebersihan diri

11) memberi rasa aman dan menghindari rasa panas, mengurangi rasa nyeri ketika his

misalnya dengan membuat rasa sejuk dan masase.

12) memberikan cukup minum dan makan

13) memastikan dan mempertahankan kandung kemih tetap kosong

14) menciptakan rasa kedekatan antara bidan dan ibu misalnya dengan sentuhan.

2. kala II: Lahirnya janin

Asuhan yang diberikan :

1) memberikan dukungan terus menerus kepada ibu

2) memastikan kecukupan makan dan minum

3) mempertahankan kebersihan diri

4) mempersiapkan kelahiran bayi

5) membimbing meneran pada waktu his

6) melakukan pemantauan keadaan ibu dan denyut jantung bayi terus menerus

7) melakukan amniotomi

8) melakukan episiotomi jika diperlukan

9) melahirkan kepala sesuai mekanisme persalinan dan jalan lahir

10) melonggarkan atau melepaskannya, bila ada lilitan tali pusat pada kepala dan badan

bayi.

11) melahirkan bahu dan diikuti badan bayi

12) nilai tanda-tanda kehidupan bayi minimal 3 aspek adalah asuhan bernafas , denyut

jantung, warna kulit

13) klem/jepit tali pusat didua tempat dan potong dengan gunting steril/DTT

14) menjaga kehangatan bayi

15) merangsang pernafasan bayi bila diperlukan


3. kala III: Lahirnya Plasenta

Asuhan yang diberikan :

1) melaksanakan menagemen aktif kala III

o melakukan palpasi uterus untuk memastikan tidak ada bayi laindalam 2menit

2) memberikan suntikan oksitosin 10 im

o segera diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi, jika bayi tunggal

o pemberian oksitosin 10 unit im dapat diulangi setelah 15 jika plasenta masih

belum lahir

o jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting payudara ibu dan susuk bayi

segera guna menghasilkan oksitosin alamiah.

3) melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)

4) setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta, plasenta dilahirkan dengan perasat brandt

Andrew.

5) setelah kelahiran plasenta, lakukan masase fundus uteri

o memotong dan mengikat tali pusat

o memperlihatkan/mendekatkan bayi dengan ibunya.

o meletakkan bayi segera mungkin, kurang dari 30 menit setelah lahir bila

Memungkinkan.

4. kala IV: 2jam Post partum

Asuhan yang diberikan :

1) lanjutkan pemantauan kontraksi uterus, pengeluaran darah, tanda-tanda Vital

o 2-3 kali selama 10 menit pertama

o setiap 15 menit selam 1 jam

o setiap 20-30 menit selama jam kedua

o jika uters tidak berkontraksi dengan baik, lakukan masase fundus dan berikan

methyl-ergometrine 0,2 mg IM (jika ibu tidak mengalami hipertensi).

2) melakukan pemeriksaan jalan lahir dan perineum


3) melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta dan selaputnya

4) ajarkan ibu/keluarga tentang cara mengecek/meraba uterus dan

memasasenya.

evaluasi darah yang hilang.

memantau pengeluaran klohkea (biasanya tidak lebih dari darah haid )

5) mempertahankan kandung kemih tetep kosong (tidak dengan kateterisasi).

a. Pengetahuan dasar

1) Fisiologi persalinan

2) Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan petunjuk

3) Aspek psikologis dan cultural pada persalinan dan kelahiran

4) Indicator tanda-tanda mulai persalinan,

5) Kemajuan persalinan normal dan pengunaan partograf atau alat serupa

6) Penilaian kesejahteraan janin pada masa persalinan

7) Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan

8) Proses penurunan janin melalaui pelvic selama persalinan dan kelahiran

9) Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal dan

ganda

10) Pemberian kenyamanan dalam persalinan seperti: kehadiran keluraga

pendamping, pengaturan posisi, hidrasi, dukungan moril, pengurangan nyeri

tampa obat

11) Transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus

12) Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernapasan, kehangatan dan

memberikan ASI/PASI, ekslusif 6 bulan.

13) Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika memungkinkan

antara lain kontak kulit lansung, kontak mata antara bayinya dan ibu bila

memungkinkan

14) Mendukung dan meningkatkan pemberian ASI ekslusif


15) Manajemen aktif kala III

16) Memberikan suntikan inta muskuler meliputi: uterotonika, antibiotika dan

sendative

17) Indikasi tindakan kedaruratan kebidanan seperti: distosia bahu, asfiksia neonatal,

retensio plasenta, perdarahan karena atonia uteri dan mengatasi renjatan.

18) Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin, CPADA

19) Indicator komplikasi persalinan: perdarahan, partus macet, kelainan presentasi

eklamsia kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah dini tanpa infeksi,

distosia karena inersia uteri primer, post aterm dan preterm serta tali pusat

menumbung

20) Prinsip manajemen kala III secara fisiologis

21) Prinsip manajemen aktif kala III

b. Pengetahuan tambahan

1) Penatalaksanaan persalinan dengan malpresentasi

2) Pemberian suntikan anestesi local

3) Akselerasi dan induksi persalinan

c. Keterampilan dasar

1) Mengumpulkan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan tanda tanda vital

ibu pada persalinan sekarang

2) Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus

3) Melaksanakan pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi dan

penurunan janin

4) Mencatat waktu dan mengkaji kontaksi uterus (lama, kekuatan, dan frekuensi)

5) Melakukan pemeriksaan panggul ( pemeriksaan dalam ) secara lengkap dan

akurat meliputi pembukaan, penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi

keadaan ketuban dan proporsi panggul dengan bayi.

6) Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan mengunakan partograf

7) Memberikan dukungan psikologis pada wanita dan keluarganya


8) Memberikan cairan, nutrisi dan kenyamanan yang kuat selama persalinan

9) Mengindentifikasi secara dini kemungkinan pola persalinan abnormal dan

kegawatdaruratan dengan intervensi yang sesuai dengan atau melakukan rujukan

dengan tepat waktu

10) Melakukan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm sesuai dengan

indikasi

11) Menolong kelahiran bati dengan lilitan tali pusat

12) Melakukan episiotomy dengan penjahitan, jika diperlukan

13) Melakukan manajemen fisiologi kala III

14) Melaksanakan manajemen aktif kala III

15) Memberikan suntikan intra muskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan sedative

16) Memasang infus, mengambil darah untuk pemeriksaan haemoglobin (HB) dan

hematocrit (HT)

17) Menahan uterus untuk mencegah terjadinya inversion uteri dalam kala III

18) Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya

19) Memperkirakan jumlah darah yang keluar pada persalinan dengan benar

20) Memeriksa robekan, serviks dan perineum

21) Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II

22) Memberikan pertolongan persalinan abnormal: letak sungsang, partus macet

kepala di dasar pangggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, post term dan pre

term

23) Melakukan pengeluaran, plasenta secara manual

24) Mengelola perdarahan post partum

25) Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan kegawatdaruratan dengan tepat

waktu sesuai dengan indikasi

26) Memberikan lingkungan yang aman dengan meningkatkan hubungan/ikatan tali

kasih ibu dan bayi baru lahir dengan inisiasi menyusui dini

27) Memfasilitasi ibu untuk menyusui sesegera mungkin dan mendukung ASI ekslusif
28) Mendokumentasikan temuan yang penting dan intervensi yang dilakukan

d. Kereampilan tambahan

1) Menolong kelahiran presentasi muka dengan penempatan dan gerakan tangan

yang tepat

2) Memberikan suntikan anestesi local jika diperlukan

3) Melakukan ekstraksi forsep rendah dan vacuum jika diperlukan sesuai dengan

kewenangan

4) Mengindentidikasi dan mengelola malpresentasi, distosia bahu, gawat janin dan

kematian janin dalam kandungan (IUFD) dengan tepat

5) Mengindentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung

6) Mengindentifikasi dan menjahit robekan serviks

7) Membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika

diperlukan sesuai dengan kewenangan

8) Memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi persalinan dan

penanganan perdarahan post partum

5. Asuhan pada ibu nifas dan menyusui

Kompetensi ke 5 : bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang

bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

Asuhan kebidanan pada Ibu nafas adalah Asuhan yang di berikan Pada Ibu Nifas.

Biasanya berlangsung selama 40 hari atau sekitar 6minggu. Pada Asuhan ini Bidan

memberikan Asuhan berupa Memantau Involusi Uteri, Kelancaran ASI, dan Kondisi Ibu

dan Anak.

Ibu setelah melahirkan akan mengalami fase ini yaitu fase ibu nifas. Ibu nifas juga

mengalami perubahan-perubahan yang bersifat fisiologis maupun psikologis. Oleh

karena itu, diperlukan juga komunikasi pada saat nifas. Perubahan fisiologis pada ibu

nifas meliputi: proses pengembalian fungsi rahim, keluarnya lochea, dsb. Sedangkan

perubahan psikologis meliputi: perasaan bangga setelah melewati proses persalinan,

bahagia bayi telah lahir sesuai dengan harapan, kondisi-kondisi yang membuat ibu sedih
saat nifas (keadaan bayi tidak sesuai harapan, perceraian, dsb).

Pelaksanaan komunikasi yang dilakukan bidan pada ibu nifas harus memperhatikan

kestabilan emosi ibu, arah pembicaraan terfokus pada penerimaan kelahiran bayi,

penyampaian informasi jelas dan mudah dimengerti oleh ibu dan keluarga, dsb.

a. Pengetahuan dasar

1) Fisiologi nifas

2) Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/ abortus

3) Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan

yang lazim terjadi termasuk pembekakan payudara, abses, mastitis, putting susu

lecet, putting susu masuk

4) Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan fisiologis lainya

seperti pengosongan kandung kemih

5) Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir

6) Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus

7) Bonding dan attachment orang tua dan bayi baru lahir untuk menciptakan

hubungan positif

8) Indicator subinvolusi misalnya perdarahan yang terus menerus, infeksi

9) Indicator masalah-masalah laktasi

10) Tanda dan gejala mengancam kehidupanya misalnya perdarahan pervaginam

menetap,sisa plasenta, renjakan (shok) dan pre eklamsia post partum

11) Indicator pada komplikasi tertentu dalam pariode post partum seperti anamia

kronis, hematoma vulva, retensi urine dan incontinentia alvi.

12) Kebutuhan asuhan dan konselign selama dan sesudah abortus

13) Tanda dan gejala komplikasi abortus

b. keterampilan dasar

1) Mengumpulkan data riwayat kesehatan yang terfokus termasuk keterangan rinci

tentang kehamilan, persalinan dan kelahiran

2) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu


3) Mengkaji involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/lika jahitan

4) Merumuskan diagnosis masa nifas

5) Menyusun perencanaan

6) Memulai dan mendukung pemberian ASI ekslusif

7) Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri sendiri,

istirahat, nutrisi dan asuhan bayi baru lahir

8) Mengindentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan bilamana perlu

9) Mengindenfikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai dengan kewenangan atau

merujuk untuk tindakan yang sesuai

10) Penatalaksanaan ibu post partum abnormal: sisa plasenta , rejatan dan infeksi

ringan

11) Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca persalinan

12) Melakukan konseling dan memberikan dukungan untuk wanita pasca aborsi

13) Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu

14) Memberikan atibiotika yang sesuai

15) Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan

c. keterampilan tambahan: melakukan insisi pada hematoma vulva

6. Asuhan pada bayi baru lahir

Kompetensi ke 6; bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada

bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir adalah Asuhan yang di berikan Bidan pada bayi

baru lahir. Pada bayi baru lahir Bidan memotong tali plasenta, memandikan,

mengobservasi ada tidaknya gangguan pada pernafasan dsb dan memakaikan pakaian

dan membendong dengan kain.

Komunikasi pada bayi dimulai sejak kelahiran sejak bayi mulai menangis sampai lancar

berbicara. Fase pertumbuhan dan perkembangan komunikasi bayi meliputi : (1) fase

prelinguistic; (2) kata pertama; (3) kalimat pertama; (4) kemampuan bicara egosentris

dan memasyarakat; (5) perkembangan semantic


Fase Prelinguistic

Suara pertama kali yang dikeluarkan bayi baru lahir adalah tangisan. Hal tersebut

sebagai reaksi perubahan tekanan udara dan suhu luar uterin. Bayi menangis

dikarenakan lapar, tidak nyaman oleh karena basah, kesakitan atau minta perhatian.

Bunyi refleksi (reflek vocal) juga termasuk dalam fase prelinguistic, yang meliputi : (a)

Babling (meraban), fase ini dimulai ketika bayi tahu suaranya, senang mendengar

suaranya dan kemudian diulang seperti berbicara sendiri. (b) Echolalia, mengulang gema

suara dari suara yang diucapkan orang lain.

a. Pengetahuan dasar

1) Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus

2) Kebutuhan dasar bayi baru lahir : kebersihan jalan nafas, perawatan tali pusat,

kehangatan, nutrisi bonding attachment

3) Indikator pengkajian bayi baru lahir misalnya nilai AFGAR

4) Penampilan dan prilaku bayi baru lahir

5) Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir sampai usia 1 bulan

6) Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal sperti caput, molding,

mongolion spot, hemangioma

7) Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti:

hypoglikemi,hypotermi,dehidrasi,diare dan infeksi, icterus

8) Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada BBL sampai 1 bulan

9) Keuntungan dan resiko imunisasi pada bayi

10) Pertumbuhan dan perkembangan bayi premature

11) Komplikasi tertentu pada BBL seperti: trauma cranial, fraktur clavikula, kemantian

mendadak dan hematoma.

b. pengetahuan tambahuan sunat dan tindik pada bayi perempuan

c. keterampilan dasar

1) membersikan jalan nafas dan memlihara kelancaran pernafasan

2) menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan


3) menilai segera BBL seperti AFGAR

4) Membersihakan badan bayi dan memberikan indetitas

5) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada BBL dan scaraeening untuk

menemukan adanya tanda kelainan pada BBL yang tidak memungkinkan untuk

hidup

6) Mengatur posisi bayi pada waktu menyusui

7) Memberikan imunisasi pada bayi

8) Mengajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda bahaya dan kapan harus

membawa bayi untuk mintak pertolongan medic

9) Melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada BBL seperti: kesulitan

bernafas/asfiksia, hypotermi, hypoglikemi

10) Memindahkan secara aman BBL ke fasilitas kegawatdaruratan apabila

dimungkinkan

11) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakuka

d. Keterampilan tambahan

1) Melakukan penilaian masa gestasi

2) Mengajarkan pada orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi yang

normal dan asuhanya

3) Membantu orang tua dan keluarga untuk mermperoleh sumber daya yang

tersedia di masyarakat

4) Memberikan dukungan pada orang tua selama masa berduka cita yang sebagai

akibat bayo dengan cacat bawaan, keguguran dan kematian bayi

5) Memberi dukungan pada orang tua dengan kelahiran ganda

6) Memberikan dukungan pada orang tua dengan kelahiran ganda

7) Melakukan sunat dan tindik pada bayi perempuan

7. Asuhan pada bayi dan balita

Kompetensi ke 7 : bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada


bayi dan balita sehat (1 bulan -5tahun)

a. Pengetahuan dasar

1) Keadaan kesehatan bayi dan balita di Indonesia meliputi angka kesakitan, angka

kematian, penyebab kesakitan dan kematian

2) Peran dan penanggung jawab orang tua dalam pemeliharaan bayi dan anak

3) Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak normal serta factor-faktor yang

mempengaruhinya

4) Kebutuhan fisik dan psikososial anak

5) Prinsip dan standar nutrisi pada bayi dan anak

6) Prinsip prinsip komunikasi pada bayi dan anak

7) Prinsip keselamatan untuk bayi dan anak

8) Upaya pencegahan penyakit pada bayi dan anank misanya pemberian imunisasi

9) Masalah-masalah yang lazim terjadi pada bayi normal seperti: gumoh/regurgitasi,

diaperash dll serta penatalaksanaanya

10) Penyakit-penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak

11) Penyimpangan tumbuh kembang bayi dan anak serta penatalaksanaanya

12) Bahaya-bahaya yang sering terjadi pada bayi dan anak di dalam dan di luar

rumah serta upaya pencegahanya

13) Kegawatdaruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaanya

b. keterampilan dasar

1) melaksanakan pemantauan dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak

2) Melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang pencegahan bahaya-bahaya

pada bayi dan anak sesuai dengan usia

3) Melaksanakan pemberian imunisasi pada bayi dan anak

4) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan pada bayi dan anak yang

terfokus pada gejala

5) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus

6) Mengindentifikasi penyakit berdasarkan data dan pemeriksaan fisik


7) Melakukan pengobatan sesuai kewenangan, kolaborasi/merujuk dengan cepat

dan tepat sesuai dengan keadaan bayi dan anak

8) Menjelaskan pada orang tua tentang tindakan yang dilakukan

9) Melakukan pemeriksaan secara berkala pada bayi sesuai standar yang berlaku

10) Melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang pemeliharaan bayi dan anak

11) Melaksanakan penilaian status nutrisi pada bayi dan anak

12) Melaksanakan tindakan, kolaborasi/rujukan secara cepat sesuai dengan keadaan

bayi dan anak yang mengalami cidera dan kecelakaan

13) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan

8. Asuhan pada kebidanan komunitas

Kompetensi ke 8: bidan merupakan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada

keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

a. Pengetahuan dasar

1) Konsep dan sasaran kebidanan komunitas

2) Masalah kebidanan komunitas

3) Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dan masyarakat

4) Strategi pelayanan kebidanan komunitas

5) Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas

6) Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam kelurga dan

masyarakat

7) Factor-faktor yang memperngaruhi kesehatan ibu dan anak

8) System pelayanan kesehatan ibu dan anak

b. Pengetahuan tambahan

1) Kepemimpinan untuk semua

2) Pemasaran social

3) Peran serta Masyarakat (PSM)

4) Audit maternal perinatal


5) Prilaku kesehatan masyarakat

6) Program program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak (Safe

motherhood dan Gerakan Syang Ibu)

7) Paradigm sehat 2015

c. Keterampilan dasar

1) Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi balita dan KB di

Masyarakat

2) Mengindentifikasi status kesehatan ibu dan anak

3) Melakukan pertolongan persalinan di rumah dan polindes

4) Mengelola pondok bersalin desa (POLINDES)

5) Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas, laktasi bayi dan balita

6) Melakukan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk

mendukung upaya-upaya kesehatan ibu dan anak

7) Melaksanakan penyuluhan dam konseling kesehatan

8) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan

d. Keterampilan tambahan

1) Melakukan pemantauan KIA dengan mengunakan PWS KIA

2) Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi

3) Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenanganya

4) Mengunakan teknologu kebidanan tepat guna

9. Asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan reproduksi

Kompetensi ke 9 : melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan ganguuan

system reproduksi

a. Pengetahuan dasar

1) Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit menural seksual

(PMS),HIV/AIDS

2) Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit menural seksual
3) Tanda, gejala dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi: keputihan,

perdarahan tidak teratur dan penundaan haid

b. Pengetahuan tambahan

1) Mikroskop dan pengunaanya

2) Teknik pengambilan dan pengiriman sendirian PAP SMEAR

c. Keterampilan dasar

1) Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan system reproduksi

2) Melakukan pertolongan pertama pada wanita/ibu dengan gangguan system

reproduksi

3) Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara cepat dan tepat pada

wanita/ibu dengan gangguan system reproduksi

4) Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai kewenangan pada kelainan

ginekologi meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid

5) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan

d. Keterampilan tambahan

1) Mempersiapakan wanita menjelang klimaterium

2) Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontal ( bila

belum sempurna)

3) Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada wanita/ibu dengan

gangguan system reproduksi

4) Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan wewenang pada

gangguan system reproduksi meliputi : keputihan, perdarahan tidak teratur dan

penundaan haid

5) Mengunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina

6) Mengambil dan proses pengiriman sediaan PAP SMEAR

5.2 Manfaat Paradigma Dikaitkan Dengan Asuhan Kebidanan

Bidan memiliki peran unik dalam memberi pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak,
yakni saling melengkapi dangan tenaga kesehatan professional lainnya. Bidan adalah

praktisi yang memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dan bersalin yang normal, asuhan

terhadap kasus gangguan system reproduksi wanita, serta gangguan kesehatan bagi anak

balita sesuai dengan kewenangannya. Bidan harus selalu mengembangkan dirinya agar

mampu memenuhi peningkatan kebutuhan kesehatan kliennya (ibu dan anak).

Tugas bidan adalah memberi pelayanan atau asuhan kebidanan. Pelayanan atau

asuhan kebidanan berfokus pada ibu dan balita. Lebih rincinya, pelayanan kebidanan

mencakup pra-perkawinan, kehamilan, melahirkan, menyusui, dan nifas, serta pelayanan

atau asuhan kebidanan pada bayi, balita, remaja, dan perempuan usia subur. Sesuaia

dengan kewenangannya, bidan dapat melakukan pelayanan atau asuhan pada kasus-

kasus patologis.

Memberi pelayanan kebidanan pada keluarga berencana juga merupakan tugas

bidan. Setiap kegiatan bidan untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan,

mengobati serta memulihkan kesehatan ibu dan anak sesuai dengan kewenangannya,

dilakukan melalui asuhan atau pelayanan kebidanan.

Kata kebidanan memberi pengertian ilmu atau pengetahuan pokok yang dimiliki

oleh seorang bidan, yang digunakan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam

kegiatan kebidanan sesuai dengan kewenangan yang ditujukan pada calon ibu, ibu, dan

anak balita. Kebidanan merupaka sistesis berbagai ilmu dan pengetahuan, mencakup ilmu

obstetric, ilmu perilaku, ilmu mengenai kebutuhan manusia, dan ilmu social yang berkaitan

dengan kesehatan ibu dan anak.

Ibu adalah sasaran utama pelayanan kebidanan. Ibu yang sehat akan melahirkan

bayi yang sehat. Masalah kesehatan bayi dimulai sejak terjadinyaa konsepsi bayi. Balita

yang sehat menjadi modal utama dalam pembentukan generasi yang kuat, berkualitas,

dan produktif di masa yang akan datang. Ibu sebagai individu juga memberi kontribusi

yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga di masyarakat. Sebagai wanita,

ibu juga bisa berperan di berbagai sector. Sebagai bagian dari keluarga, ibu dan anak yang

sehat merupakan sasaran pelayanan atau asuhan kebidanan di Indonesia. Dengan


demikian, fenomena kebidanan di Indonesia adalah masyarakat (ibu) yang berperilaku

sehat, mau dan mampu memanfaatkan pelayanan atau asuhan kebidanan yang tersedia

sehingga meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita.

Penurunan angka kematian ibu melahirkan, bayi dan balita merupakan indikator

keberhasilan pelayanan kesehatan. Dalam memberi pelayanan kebidanan perlu

dipertimbangkan factor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak seperti perilaku

masyarakat, keturunan serta lingkungan, yag mencakup linkungan sosian dan ekonomi.
EVALUASI
LATIHAN
a.
1. Menjelaskan macam macam asuhan kebidanan
2. Menjelaskan paradigma dikaitkan dengan asuhan kebidanan

Selamat mengerjakan...!!!^_^

PERTEMUAN KE -VI
Konsep Dasar : Bidan sebagai profesi

Tujuan Perkuliahan :

1. Pengertian profesi

2. Ciri/karakteristik profesi bidan


3. Profesionalisme bidan

4. Jabatan professional

5. Ciri-ciri jenis pekerjaan professional

6. Persyaratan keprofesional bidan

7. Bidan sebagai Profesi

8. Upaya yang dilakukan untuk mencapai bidan yang professional

9. Kewajiban bidan terhadap profesinya

10. Perilaku professional bidan

11. Manajemenen organisasi profesi bidan

12. Profesionalisme

Sub topik :

1. Pengertian profesi

2. Ciri/karakteristik profesi bidan

3. Profesionalisme bidan

4. Jabatan professional

5. Ciri-ciri jenis pekerjaan professional

6. Persyaratan keprofesional bidan

7. Bidan sebagai Profesi

8. Upaya yang dilakukan untuk mencapai bidan yang professional

9. Kewajiban bidan terhadap profesinya

10. Perilaku professional bidan

11. Manajemenen organisasi profesi bidan

Metode Pembelajaran : Ceramah dan tanya jawab/diskusi

Pertemuan : II (Dua)

Waktu : 100 Menit


PENDAHULUAN

Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak

adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam

mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat

sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat,

membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat

merawat bayinya dengan baik.

Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir yang

berani ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang
diperintahkan oleh Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral

yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam

posisi yang lemah, yang pada zaman modern ini, kita sebut peran advokasi.

Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya,

bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar

praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.

Pengertian Bidan Dalam bahasa inggris, kata Midwife (Bidan) berarti with

woman(bersama wanita, mid = together, wife = a woman. Dalam bahasa Perancis, sage

femme (Bidan) berarti wanita bijaksana,sedangkan dalam bahasa latin, cum-mater

(Bidan) bearti berkaitan dengan wanita.

Menurut churchill, bidan adalah a health worker who may or may not

formally trained and is a physician, that delivers babies and provides associated

maternal care (seorang petugas kesehatan yang terlatih secara formal ataupun tidak

dan bukan seorang dokter, yang membantu pelahiran bayi serta memberi perawatan

maternal terkait).

Definisi Bidan (ICM) : bidan adalah seorang yang telah menjalani program

pendidikan bidan yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil

menyelesaikan studi terkait serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau

memiliki izin formal untuk praktek bidan. Bidan merupakan salah satu profesi tertua

didunia sejak adanya peradaban umat manusia.

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan, yang

terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah

mendapat lisensi untuk praktek kebidanan. Yang diakui sebagai seorang profesional

yang bertanggungjawab, bermitra dengan perempuan dalam memberikan dukungan,

asuhan dan nasehat yang diperlukan selama kehamilan, persalinan dan nifas,

memfasilitasi kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan

kepada bayi baru lahir dan anak.


KEPMENKES NOMOR 900/ MENKES/SK/ VII/2002 bab I pasal 1 : Bidan

adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian

sesuai persyaratan yang berlaku.

Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular

dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala yuridis,

dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan

memperoleh izin melaksanakan praktek kebidanan.

INTERNATIONAL CONFEDERATION of MIDWIFE bidan adalah seseorang

yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh

kualifikasi dan diberi izin untuk melaksanakan praktek kebidanan di negara itu.

6.1 Pengertian Profesi

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan

terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi,

kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.

Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, dan teknik.

6.2 Ciri/karakteristik Profesi Bidan

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian

(Keterampilan, keguruan, dsb) tertentu. Dari pengertian tersebut diterangkan dengan

ciri-ciri tertentu yang dapat diuraikan sebagai berikut :

6.3 Arti dan Ciri Jabatan Profesional

Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun

begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran,

sebagai lawan kata dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran

untuk pertandingan tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya

tidak dianggap sebagai suatu profesi.

Secara populer, seseorang yang bekerja dibidang apapun sering diberi predikat

profesional. Seorang pekerja profesional dalam bahasa keseseharian adalah seorang


pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya meskipun keteranpilan atau kecakapan

tersebut merupakan hasil minat dan belajar dan kebiasaan.

Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dengan predikat profesional yang

diperoleh dari jenis pekerjaan hasil pembiasaan melakukan keterampilan tertentu

( melalui magang/ keterlibatan langsung dalam situasi kerja tertentu dan mendapatkan

keterampilan kerja sebagai warisan orang tuanya atau pendahulunya.

Seorang pekerja profesional perlu dibedakan dari seorang teknisi. Baik pekerja

profesional maupun teknisi dapat saja terampil dalam unjuk kerja (misalnya menguasai

teknik kerja yang sama, dapat memecahkan masalah teknis dalam bidang kerjanya).

Akan tetapi, seorang pekerja profesional dituntut menguasai visi yang mendasari

keterampilannya yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional dan

memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu karyanya.

C.V Good menjelaskan bahwa jenis pekerjaan profesional memiliki ciri-ciri tertentu,

yaitu : memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi pelakunya (membutuhkan

pendidikan prajabatan yang relevan), kecakapannya memenuhi persyaratan yang telah

dibakukan oleh pihak yang berwenang (misalnya: organisasi profesional, konsorsium,

dan pemerintah), serta jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan

negaranya.

Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan

lainnya. Secara rinci ciri-ciri jabatan profesional adalah sebagai berikut :

1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan

mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang

berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.

2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para

anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya.

Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi

anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan

yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.

4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada

persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.

5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti

pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis

sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui

pengembangan profesional juga dipersyaratkan.

6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga

hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.

7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan

teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.

8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan

prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.

9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa

campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior,

praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.

10. Layanan publik dan altruisme : Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat

dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter

berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.

11. Status dan imbalan yang tinggi : Profesi yang paling sukses akan meraih status yang

tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa

dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi

masyarakat.

6.4 Profesionalisme Bidan

Profesional juga dapat diartikan sebagai pemberi pelayanan sesuai dengan ilmu

yang dimilki dan manusiawi secara utuh/penuh tampa mementingkan kepentingan


pribadi melainkan mementingkan kepentingan klien serta menghargai klien

sebagaimana menghargai diri sendiri.

Seorang anggota profesi dalam melakukan pekerjaanya haruslah professional.

Setiap anggota profesi baik secara sendiri-sendiri atau dengan cara bersama melalui

wadah organisasi dapat belajar, yaitu belajar untuk mendalami pekerjaan yang sedang

disandangnya dan dan belajar dari masyarakat apa yang menjadi kebutuhan mereka

saat ini dan saat yang akan dating sehingga pelayanan kepada pemakai (klien) akan

semakin meningkat.

6.5 Ciri-ciri Pekerjaan Profesional

a. Memerlukan persiapan / pendidikan khusus bagi pelakunya (membutuhkan

pendidikan pra jabatan yang relevan)

b. Kecakapan seorang pekerja professional dituntut memenuhi syarat yang telah

dilakukan ileh pihak yang berwenang (misalnya organisasi professional, konsorsium,

dan pemerintah)

c. Jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat atau Negara

Dari ciri-ciri jenis pekerjaan professional diatas bidan tergolong jabatan

professional (termasuk bidan) adalah sebagai berikut :

a. Bagi pelakunya secara nyata dituntut berkecakapan kerja (keahlian) sesuai dengan

tugas tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatanya.

b. Kecakapan atau keahlian seseorang pekerjaan professional bukan sekedar hasil

pembiasaan atau latihan rutin, tetap perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang

mantap. Jabatan professional menuntut pendidikan, dimana pendidikan ini

terprogram secara relevan dan berbobot, terselenggara secara efektif, efisien dan

tolak ukur evaluatifnya terstandar.

c. Pekerjaan profesional dituntut berwawasan social yang luas, sehingga pilihan

jabatan serta kerjanya di dasari oleh kerangka nilai tertentu, bersikap positif

terhadap jabatan dan peranya, dan bermotivasi serta berusaha untuk berkarya
sebaik-baiknya. Hal ini mendorong pekerjaan professional yang bersangkutan untuk

meningkatkan diri serta karyanyan.

d. Jabatan profesional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat dan atau

negaranya. Jabatan profesional memiliki syarat-syarat serta kode etik yang harus

dipenuhi oleh pelakunya, hal ini menjamin kepantasan berkarya sekaligus merupakan

tanggung jawab social professional tersebut.

Jabatan bidan merupakan jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari 2

aspek , yaitu :

a. Jabatan structural adalah jabatan yang secara tugas ada dan diatur berjenjang

dalam suatu organisasi.

b. Jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya

yang vital dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan juga berorientasi

kualitatif.

Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional professional

sehingga bidan mendapatkan tunjangan professional.

6.6 Pesyaratan Profesional Bidan

a. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis

b. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga professional.

c. Keberadaanya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.

d. Mempuyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah

e. Mempuyai peran dan fungsi yang jelas

f. Mempuyai kopetensi yang jelas dan terukur

g. Memilki organisasi profesi sebagai wadah

h. Memiliki kode etik kebidanan

i. Memilki etika kebidanan

j. Memiliki standar pelayanan

k. Memilki standar praktik


l. Memiliki standar praktik yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai

dengan kebutuhan pelayanan

m. Memilki standar pendidikan berkelanjujtan sebagai wahana perkembangan

kompetensi.

6.7 Bidan Sebagai Profesi

Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagaii

pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan

mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:

a. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya

b. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui

proses pendidikan dan jenjang tertentu

c. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan

mutu pelayanan kepada masyarakat,

d. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap

memegang teguh kode etik profesi.

Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan

anggota profesi yang harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus

diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan, dan selalu

berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan.

Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa

bidan tergolong jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu

jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang

secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan

fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital

dalam kehidupan masyarakat dan negara.

Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan

fungsional juga berorientasi kwalitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah
jabatan fungsional profesional, dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat

tunjangan profesional.

Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :

1) Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan

pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional

2) Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu

standar pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika kebidanan

3) Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya

4) Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya

5) Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

6) Bidan memiliki organisasi profesi

7) Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat

8) Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan.

6.8 Upya yang dilakukan untuk mencapai bidan yang profesional

Bidan yang prfesional merupakan idaman bagi seluruh perempuan yang sudah

diatur menjadi bidan.

Berbagai upaya dapat dilakukan antara lain dengan cara :

a. Memperkuat organisasi profess.

Mengupayakan agar organisasi profesi bidan/ikatan bidan (IBI) dapat diteruskan

melaksanakan kegiatan oranisasi sesuai dengan :

1) Pedoman organisasi

2) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

3) Standar profesi (standar kompetensi, standar pelayanan, kode etik dan etika

kebidanan )

b. Meningkatkan kualitas pendidikan bidan


Melalui berbagai jalur pendidikan, baik secara formal maupun non formal. Secara

formal, rencana pendidikan bidan harni kusno dalam makalah profesionalisme bidan

menyongsong era grobal, sebagai berikut:

1) Pendidikan saat ini (D.III Kebidanan, D.IV bidan pendidik).

2) Rencana bidan kedepan (S.1 Kebidanan, S2 kebidanan dan S3 kebidanan).

Secara non formal, dapat dengan cara:

1) Pelatihan-pelatihan untuk mencapai kompetensi bidan (LSS,APN,APK, dll)

2) Seminar, lokakarya dll.

c. Meningkatkan kualitas pelayanan bidan

Bidan berada pada setiap tatanan pelayanan termasuk adanya bidan praktik

mandiri/bidan praktek swasta (BPS).peningkatan kualitas pelayanan bidan adalah

dengan cara:

1) Fokus pelayanan kepada ibu/perempuan dan bayi baru lahir.

2) Upaya meningkatkan kualitas pelayanan dilaksanakan melalui pelatihan klinik

dan non klinik, serta penerapan model sebagai contoh : bidan delima, bidan

keluarga, system pengembangan, manajemen kinerja klinik/SPMKK.

3) Kebijakan dalam pelayanan kebidanan antara lain : kep.menkes no.900 tahun

2002 tentang standar profesi bidan, jabatan funsional bidan, tunjukan jabatan

fungsional bidan.

d. Peningkatan kualitas personal bidan

Peningkatan kualitas personal dan universal kebidanan sudah dimulai sejak dalam

proses pendidikan bidan, setiap calon bidan sudah diwajibkan untuk mengenal,

mengetahui, memahami tentang peran, fungsi dan tugas bidan. Setiap bidan harus

dapat mencapai kompetensi personal dan universal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Sadar tentang pentingnya ilmu pengetahuan/iptek, merasa bahwa proses belajar

tidak perna selesai, belajar sepanjang hayat/life long learning dalam dunia yang

serba berubah dengan cepat.


2) Kreatif, disertai dengan sikap tanggung jawab dan mandiri. Bidan kreatif yang

bertanggung jawab dan mandiri akan memiliki harga diri dan kepercayaan diri

sehingga memungkinkan untuk perkasa dan bersaing secara sehat.

3) Beretika dan solidaristik.

Bidan yang beretika dan solidaristik, dalam setiap tindakanya akan selalu

berpedoman pada moral etis, berpegang pada prinsip yang hakikatnya berarti

memberikan kepada siapa saja yang akan menjadi haknya/bersifat tenggangrasa.

6.9 Kewajiban bidan terhadap profesinya

1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan

menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu pada

masyarakat.

2) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan

profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan

profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

6.10 Perilaku profesional Bidan

Bidan sebagai tenaga profesional harus mempuyai prilaku yang mencerminkan

keprofesionallnya, adapun prilaku profesional bidan antara lain :

2. Bertindak sesuai keahliannya

2) Mempunyai moral yang tinggi

3) Bersifat jujur

4) Tidak melakukan coba-coba

5) Tidak memberikan janji yang berlebihan

6) Mengembangkan kemitraan

7) Terampil berkomunikasi

8) Mengenal batas kemampuan


9) Mengadvokasi pilihan ibu

6.11 Organisasi Bidan

1) Ikatan Bidan Indonesia (IBI)

Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa 24 Juni 1951 dipandang

sebagai hari lahir IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut didasarkan atas hasil

konferensi bidan pertama yang diselenggarakan di Jakarta 24 Juni 1951, yang

merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang berdomisili di Jakarta.

Konferensi bidan pertama tersebut telah berhasil meletakkan landasan yang

kuat serta arah yang benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu: mendirikan

sebuah organisasi profesi bernama Ikatan Bidan Indonesia (IBI) berbentuk kesatuan,

bersifat Nasional, berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. IBI yang

seluruh anggotanya terdiri dari wanita telah diterima menjadi anggota Kongres Wanita

Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951, hingga saat ini IBI tetap aktif mendukung

program-program KOWANI bersama organisasi wanita lainnya dalam meningkatkan

derajat kaum wanita Indonesia.

Selain itu sesuai dengan Undang-undang RI No.8 tahun 1985 tentang

organisasi kemasyarakatan, maka IBI dengan nomor 133 terdaftar sebagai salah satu

Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia. Gerak dan langkah IBI di semua tingkatan

dapat dikatakan semakin maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun

2003, IBI telah memiliki 30 pengurus daerah, 342 cabang IBI (di tingkat Kabupaten /

Kodya) dan 1,703 ranting IBI (di tingkat kecamatan) dengan jumlah anggota sebanyak

68,772 orang.

Tujuan IBI adalah sebagai berikut :

1) Menggalang persatuan dan persaudaraan antara sesama bidan serta kaum

wanita pada umumnya dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.

2) Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan

khususnya dalam pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga.


3) Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

4) Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.

Visi dan Misi IBI antara lain :

1) Membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia yang bersifat nasional, sebagai

satu-satunya organisasi yang merupakan wadah persatuan dan kesatuan bidan

di Indonesia.

2) Pengurus besar IBI berkedudukan di Jakarta atau dimana pusat pemerintahan

berada

3) Meniadakan bidan kelas satu maupun bidan kelas dua, yang ada hanya bidan

4) Membentuk pengurus didaerah-daerah. Dengan demikian organisasi/

perkumpulan yang bersifat lokal yang ada sebelum konferensi ini semuanya

membubarkan diri dan selanjutnya menjadi anggota cabang yang dikoordinir

oleh pengurus daerah tingkat propinsi.

5) Bidan harus bekerja sesuai dengan profesi, apabila bekerja dibidang perawatan

harus mengikuti pendidikan perawat selama dua tahun, demikian apabila

perawata bekerja di kebidanan harus mengikuti pendidikan bidan selama dua

tahun.

2) International Confederation of Midwifes (ICM)

ICM merupakan organisasi kebidanan dari berbagai negara (60 negara) yang

markas besarnya berada di London Inggris. Tujuan umum dari ICM yaitu memperbaiki

standar pelayanan kebidanan pada ibu bayi dan keluarga dan pendidikan yang berguna

untuk peningkatan profesionalisme. Sedangkan tujuan khusus dari ICM adalah:

1. Memperbaiki standar asuhan kepada ibu, bayi, dan keluarga diseluruh dunia.

2. Meningkatkan penerapan asuhan kebidanan.

3. Mengembangkan peranan kebidanan sebagai praktisi profesional dengan hak-

haknya sendiri.
4. Meningkatkan secara global potensi dan nilai kebidanan untuk menurunkan

morbiditas dan moetalitas ibu dan bayi.

5. Association of Radical Midwifes (ARM)

ARM adalah organisasi yang beranggotakan para bidan, mahasiswa bidan

pada komite UK (United Kingdom) untuk memperbaiki pelayanan kesehatan.

Tujuan dari ARM adalah agar dapat melakukan tukar wawasan, pendapat,

keterampilan dan informasi dengan kolega dan pasien untuk membantu bidan

mengembangkan perannya agar dapat memperoleh jaminan untuk berpartisipasi

aktif dalam pelayanan maternitas selain itu ARM juga memberikan dukungan

kepada para bidan dalam memberikan pelayanan yang berkesinambungan,

menggali pola pelayanan alternatif dan mengevaluasi perkembangan lingkup

praktek kebidanan.

EVALUASI
LATIHAN
a.

1. Menjelaskan Pengertian profesi ?

2. Menjelaskan Ciri/karakteristik profesi bidan ?

3. Menjelaskan Profesionalisme bidan ?

4. Menjelaskan Jabatan professional ?

5. Menjelaskan Ciri-ciri jenis pekerjaan professional ?

6. Menjelaskan Persyaratan keprofesional bidan ?

7. Menjelaskan Bidan sebagai Profesi ?

8. Menjelaskan Upaya yang dilakukan untuk mencapai bidan yang professional ?

9. Menjelaskan Kewajiban bidan terhadap profesinya ?


10. Menjelaskan Perilaku professional bidan ?

11. Menjelaskan Manajemenen organisasi profesi bidan ?

Selamat mengerjakan...!!!^_^

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai