Anda di halaman 1dari 102

BAHAN AJAR

MATA KULIAH
KONSEP
KEBIDANAN

PRASTIWI MUJI RAHAYU, Amd. Keb

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
GORONTALO
TA 2020

1
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Isi ...................................................................................................................... 2

Kata Pengantar ............................................................................................................. 3

Materi 1 Filosofi dan Definisi Bidan....................................................................................4

Materi 2 Sejarah Perkembangan dan Pendidikan Bidan ..................................................22

Materi 3 Paradigma Asuhan Lebidanan ............................................................................55

Materi 4 Asuhan Lebidanan ............................................................................................... 64

Materi 5 Mengindentifikasi Bidan sebagai Profesi ............................................................ 90

Daftar Pustaka.......................................................................................................... 102

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim…………………!

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya,
dan karena izin-Nyalah saya dapat menyelesaikan bahan ajar Konsep Kebidanan mengenai
filosofi dan definisi bidan,Praktek Kebidanan, profesi, pelayanan dan pendidikan bidan secara
nasional dan internasional,paradigma asuhan kebidanan, Asuhan Kebidana,
Mengindentifikasi bidan sebagai profesi.Tak lupa shalawat serta salam kepada Rasul akhir
zaman, panutan dalam segala hal, Nabi Muhammad SAW.
Sejarah menunjukkan bahwa bidan merupakan salah satu profesi tertua di dunia
sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu melahirkan. Peran dan posisi bidan di masyarakat sangat
dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat,
membesarkan hati, dan mendampingi, serta menolong ibu melahirkan sampai ibu dapat
merawat bayinya dengan baik.
Dalam naskah kuno pada zaman prasejarah tercatat bahwa bidan dari mesir
(Shiprhah dan Poah) berani mengambil resiko menyelamatkan bayi laki – laki bangsa yahudi
(orang orang yang di jajah bangsa Mesir) yang di perintahkan oleh Fir’aun untuk di bunuh.
Mereka sudah menujukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam
membela orang-orang yang berada pada posisi lemah yang pada zaman modern ini kita
sebut peran advokasi. Dalam menjalankan tugas dan praktiknya, bidan bekerja berdasarkan
pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan, serta
kode etik profesi yang di milikinya.
Mudah-mudahan Anda dapat mempelajari bahan ajar ini dan mendapatkan hasil
yang maksimal. Selamat belajar, semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan
meridhai upaya kita semua ,amiin.
Boroko, Januari 2020
Prastiwi Muji Rahayu, Amd. Keb

3
BAB I

FILOSOFI DAN DEFINISI BIDAN

Bidan adalah sebutan bagi orang yang belajar di sekolah khusus untuk

menolong perempuan saat melahirkan. Bidan merupakan salah satu profesi tertua sejak

adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam

mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat

sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat,

membesarkan hati,mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu

dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan sebagai pekerja profesional dalam

menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang

dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.

Bidan Seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Bidan yang diakui

oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan

di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang

dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan ( post

partum period ), memimpin persalinan atas tanggung jawanya sendiri serta asuhan pada bayi

baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal

pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan

gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mempunyai tugas penting

dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga

termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan

persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi, keluarga

berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktik di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah

perawatan atau tempat-tempat lainnya.

Bidan Indonesia : Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi

masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia

adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan

organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan

kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi unttk menjalankan

praktik kebidanan.

4
Diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang

bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama

masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab

sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya

pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses

bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-

daruratan.

1.1 Filosofi dan definisi Bidan

1.1.1 Filosofi

Pengertian filosofi secara umum adalah ilmu yang mengkaji tentang akal budi mengenai

hakikat yang ada. Filosofi Kebidanan adalah keyakinan atau pandangan hidup bidan yang

digunakan sebagai kerangka pikir dalam memberikan asuhan kebidanan.

Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu “falsafa” (timbangan) yang dapat

diartikan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada,

sebab, asal dan hukumnya (Harun Nasution, 1979). Menurut bahasa Yunani “philosophy“

berasal dari dua kata yaitu philos (cinta) atau philia(persahabatan, tertarik kepada)

dan sophos (hikmah, kebijkasanaan, pengetahuan, pengalaman praktis, intelegensi).

Filsafat secara keseluruhan dapat diartikan “cinta kebijaksanaan atau kebenaran.”

Pendapat para ahli :

1. Filosofi adalah disiplin ilmu yang difokuskan pada pancarian dasar-dasar dan penjelasan

yang nyata (Chinn & Krammer, 1991:17).

2. Filosofi adalah pendekatan berpikir tentang kenyataan meliputi tradisi, agama, marxime,

existentialisme dan fenomena yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat (Person dan

Vaughan, 1998).

3. Filosofi adalah adalah ungkapan seseorang tentang nilai, sikap dan kepercayaan meskipun

pada waktu yang lain ungkapan tersebut merupakan kepercayaan kelompok yang lebih sering

disebut ideologi (Moya Davis, 1993).

1.1.2 Falsafah Kebidanan

5
Falsafah kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam

memberikan pelayanan kebidanan. Falsafah kebidanan tersebut adalah:

a. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam undang-undang maupun

peraturan pemerintah Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan

kesehatan professional dan secara internasional diakui oleh ICM, FIGO dan WHO.

b. Tugas, tanggung jawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam

beberapa peraturan maupun keputusan menteri kesehatan ditujukan dalam rangka

membantu program pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam rangka

menurunkan AKI, AKP, KIA, Pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang aman,

pelayanan Keluarga Berencana (KB), pelayanan kesehatan masyarakat dan

pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

c. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan

kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan

perbedaan budaya. Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri,

mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan di segala aspek pemeliharaan

kesehatannya.

d. Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan dan menopause adalah

proses fisiologi dan hanya sebagian kecil yang membutuhkan intervensi medic.

e. Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila tidak

dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.

f. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita

usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang

berkualitas.

g. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang

membutuhkan persiapan mulai anak menginjak masa remaja.

h. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan

pelayanan kesehatan.

6
i. Intervensi kebidanan bersifat komprehensif mencakup upaya promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitative ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat.

j. Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam

rangka meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang professional dan

interaksi social serta asas penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi

manajemen secara terpadu.

k. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan kepribadian

berlangsung sepanjang hidup manusia perlu dikembangkan dan diupayakan untuk

berbagai strata masyarakat.

l. Kebidanan (midwifery) merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai

disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu

kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu perilaku, ilmu sosial budaya, ilmu kesehatan

masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu

dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir.

1.1.3 TinjaunFilosofi dalam Ilmu Kebidanan Tinjauan Keilmuwan

Setiap pengetahuan mempuyai 3 komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh

pengetahuan yang disusun. Komponen tersebut adalah: ontology, epistemoly dan

aksiology. Ontology merupakan asas dalam menetapkan ruang lingkup ujud yang

menjadi objek penelaahan ( objek ontology atau objek formall pengetahahuan) dan

penafsiran tentang hakikat realitas (metafisika) dari objek antologis atau objek formall

tersebut. Epistemology merupakan atas mengenai cara bagaimana materi penegatahuan

diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh penetahuan. Aksiology merupakan asas

dalam mengunakan pengetahuan yang diperoleh dan di susun dalam tubuh pengetahuan

tersebut.

1.1.4 Dimensi Kefilsafatan Ilmu Kebidanan

Keberadaaban disiplin keilmuawan kebidanan sama seperti keilmuan lainya dipotong

oleh berbagai disiplin keilmuan yang telah berkembang, sehingga dalam perjalananya

mulai dipertanyakan indetitas dirinya sebagai suatu disiplin keilmuan yang mandiri. Yang

7
sering dipertanyakan pada pengetahaun kebidanan ( Midwifery Knowledge ) terutama

terfokus pada tubuh pengetahuan kebidanan ( Boby Knowledge Midwifey ) untuk

eksistensi sebagai suatu disiplin keilmuwan yang mandiri. Lebih lanjut, sering

dipetanyakan adalah ciri-ciri atau karakteristik yang membedakan pengetahuan

kebidanan ( Midwafery Knowledge ) dengan ilmu yang lain.

Berdasarkan komponen hakikat ilmu, maka setiap cabang pengetahuan dibedakan dari

jenis pengetahun dibedakan dari jenis penegtahaun lainya bedasarkan apa yang

diketahui (Ontology), bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh dan disusun

(epistomologis). Oleh karena itu penetahuan ilmiah mempuyai landasan ontology,

epistemology, dan aksiology yang spesifik dan bersifat ilmiah. Artinya suatu pengetahuan

ilmiah apabila dapat memenuhi persyaratan ontology, epistemology, dan aksiology

keilmuam.

Dimensi kefilsafatan keilmuan secara lebih rinci dapat dibagi menjadi tiga tingkatan

karakteristik, yaitu :

a. Bersifat universal artinya berlaku untuk seluruh disiplin yang bersifat keilmuan

b. Bersifat generik artinya mencirikan segolongan tertentu dari pengetahuan ilmiah,

contoh ilmu-ilmu social.

c. Bersifat spesifik artinya memiliki ciri-ciri yang khas dari sebuah disiplin ilmu yang

membedakanya dengan disiplin ilmu yang mebedakanya dengan disiplin keilmuan

yang lainya.

1.1.5 Tubuh Pengetahuan Kebidanan

Disiplin keilmuan kebidanan mempuyai karakteristik dan spesifikasi baik objek

formal maupun objek material. Objek formal disiplin keilmuwan kebidanan adalah cara

pandang yang tertentu. Objek formasl dari disiplin keilmuan kebidanan adalah

mempertahankan status kesehatan reproduksi tersebut kesejateraan wanita sejak lahir

sampai masa tuanya (Late menopause )n termasuk berbagai im plikasi dalam siklus

kehidupanya.

8
Objek material disiplin keilmuan kebidanan adalah substansi dari objek

penelaahan dalam lingkup tertentu. Objek material dalam disiplin keilmuwan kebidanan

adalah janin, bayi baru lahir, bayi dan anak di bawah lima tahun (Balita) dan wanita

secara utuh atau holistic dalam siklus kehidupanya (Kanak-kanak, Pra remaja, remaja,

dewasa muda, dewasa lansia dini dan lansia lanjut) yang berfokus kepada kesehatan

reproduksi.

Berdasarkan pikiran dasar, objek formasl dan objek material, disusunlah

pengetahuan kebidanan (Boby of knowledge) yang dikelompokan menjadi empat yaitu

1. Ilmu dasar : anatomi, psikologi, mikrobiologi dan parasitology, patofisiologi, fisika

dan biokimia.

2. Ilmu social : pancasila dan wawasan nusantara, bahasa Indonesia, bahasa inggris,

sosiologi, antopologi, psikologi, administrasi dan kepemimpinan, ilmu komunikasi,

humaniora, dan pendidikan ( prinsip belajar dan mengajar ).

3. Ilmu terapan : kedokteran, pharmakologi, epidemiologi, statistic, tehnik kesehatan

dasar (TKD)/ Keperawatan dasar, paradigma sehat, ilmu gizi, hokum kesehatan,

kesehatan masyarakat, dan metode riset.

4. Ilmu kebidanan

a. Dasar-dasar kebidanan ( perkembangan kebidanan, registrasi dan organisasi

profesi dan peran serta fungsi bidan.

b. Teori dan model konseptual kebidanan.

c. Siklus kehidupan wanita.

d. Etika dan etiket kebidanan.

e. Pengantar kebidanan professional (Konsep kebidanan, definisi bidan dan luang

lingkup kebidanan dan manajemen kebidanan).

f. Tingkat dan jenis pelayanan kebidanan.

9
g. Legislagi kebidanan

h. Praktek klinik kebidanan

Adapun wujud yang hakiki dari objek ilmu kebidanan adalah sebagai berikut :

1) Wanita

Wanita adalah makhluk bio-psikososial-kultural dan spiritual yang utuh dan unik,

mempuyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan tingkat

perkembanganya. Wanita atau ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa

sehingga keberadaanya wanita yang sehat jasmani dan rohani serta social sanggat

diperlukan.wanita atau ibu adalah pendidikan pertama dan utama dalam keluarga.

Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan dan kondisi dari wanita atau iby

dama keluarga.

2) Reproduksi

Reproduksi adalah suatu fungsi pada manusia yang sangat penting untuk

mempertahankan diri dari kepunahan. Proses reproduksi mulai dari saat pembuah,

melalui masa kehamilan dan akhirnya mencapai titik kulminasi berupa persalinan, maka

lahirnya insan yang menjadi generasi penerus.

3) Keluarga

Keluarga adalah suami, istri disertai anak dari suami istri tersebut dan juga

individu yang mempuyai hubungan kekeluargaan yang tinggal di bawah satu atap.

Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah atau daerah membentuk masyarakat.

Kumpulan dari masyarakat Indonesia terhimpun di dalam satu kesatuan bangsa

Indonesia.

4) Persalinan

Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila

tidak kelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal. Setiap individu berhak untuk

dilahirkan secara sehat. Untuk itu, maka setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan

dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang berkualitas.

10
1.1.6 Falsafah Asuhan Kebidanan

Falsafah asuhan kebidanan merupakan keyakinan/ pandangan hidup bidan yang

digunakan sebagai kerangka berpikir dalam memberikan asuhan kepada klien.

a. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan

Bidan yakin bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses alamiah dan bukan

suatu penyakit, namun tetap perlu diwaspadai karena kondisi yang semula normal

dapat tiba – tiba menjadi tidak normal.

1) Bidan meyakini bahwa menstrusi, kehamilan, persalinan dan menopause dalah

proses fisiologi. Factor fisiologik merupakan bagian dari factor penyebab penyakit

/agent selain host dan environment, yang apabila terjadi kegagalan/keberhasilan

dalam mengadaptasi dengan lingkungan akan meyebabkan jatuhnya seseorang

pada kondisi sehat atau sakit.

2) Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila

tidak dikelola dengan tepat, dapat berubah menjadi abnormal.

3) Kehamilan dan persalinan adalah pengalaman yang sangat mendalam,

membawa suatu arti yang bermakna untuk perempuan tersebut, keluarga dan

komunitasnya.

4) Proses tersebut mempuyai resiko yang sama, baik untuk kehidupan perempuan

maupun bayinya. Apabila proses mulai dengan bermasalah atau memburuk dari

setiap fase proses tersebut, bidan menghormati kepentingan ibu maupun janin

sesuai dengan keadaan. Berdasarkan atas keaadaan itu, hindari intervensi yang

tidak perlu pada pertolongan persalinan. Misalnya tidak meberikan obat

perangsang agar persalinan menjadi lebih cepat.

5) Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan kelurga yang

membutuhkan persiapan mulai anak menginjak masa remaja.

6) Kesehatan ibu pariode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan

pelanan kesehatan.

11
b. Keyakinan tentang wanita/perempuan

1) Perempuan dan keluarga merupakan pusat dari asuhan kebidanan dan pilihan

serta hal yang dianggap penting oleh para perempuan harus disertakan dalam

pemberian asuhan kebidanan

2) Setiap perempuan adalah pribadi yang unik yang memputai hak, kebutuhan dan

harapan serta keinginanya, oleh karena itu dia harus berpartisifasi secara aktif

dalam asuhanya selama kehamilan, persalinan, nifas dan membuat pilihan serta

keputusan tentang bayi cara asuhan yang diberikan. Masalah kebutuhan ibu dan

bayi yang harus dihargai.

3) Keunikan fisik, emosional, kehususan social dan budaya dari setiap perempuan

dan keragaman kebutuhan serta arti kebudayaan yang bibawa oleh perempuan,

kelurga dan komunitasnya dalam kaitan dengan kehamilan, pemahaman

pendidikan awal pada anak harus dihormati.

Bidan yakin bahwa perempuan meupakan pribadi yang unik, mempunyai hak

mengkontrol dirinya sendiri, memiliki kebutuhan, harapan dan keinginan yang

patut dihormati.

c. Keyakinan mengenai fungsi profesi dan pengaruhnya

Fungsi utama asuhan kebidanan adalah memastikan kesejahteraan

perempuan bersalin dan bayinya. Bidan mempunyai kemampuan mempengaruhi

klien dan keluarganya.

d. Keyakinan tentang pemberdayaan dan pembuatan keputusan

Membuat kepurusan adalah tanggung jawab bersama anatara perempuan,

keluarga serta pemberi asuhan dan yang menentukanya adalah perempuan tersebut

sebagai pengambil keputusan yang utama.

Perempuan mempuyai hak untuk memilih dan memutuskan tentang siapa

yang memberi asuhan, dimana tepat melahirkan apakah dirumahnya atau dirumah

sakit.

12
Dalam setiap asuhan asuhan, wanita juga terlibat dalam membuat suatu

keputusan yang terkait dengan dirinya setelah mendapatkan informasi yang jelas dari

bidan.

Bidan yakin bahwa pilihan dan keputusan dalam asuhan kebidanan patut

dihormati. Keputusan yang dipilih merupakan tanggung jawab bersama antara

perempuan, keluarga, dan pemberi keputusan.

e. Keyakinan tentang asuhan

Bidan yakin bahwa fokus asuhan kebidanan adalah upaya pencegahan dan

peningkatan kesehatan yang menyeluruh, meliputi pemberian informasi yang relevan

dan objektif, konseling dan menfasilitasi klien yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh

karena itu, asuhan kebidanan harus aman, memuaskan, menghormati dan

mengoptimalkan wanita serta keluarganya.

f. Keyakianan tentang kalaborasi

Bidan meyakini bahwa dalam memberikan asuhan harus tetap

mempertahankan, mendukung dan menghargai proses fisiologi. Intervensi dan

penggunaan teknologi dalam asuhan hanya bedasarkan indikasi. Bidan adalah

praktisi yang mandiri, yang bekerja sama mengembangkan kemitraan dengan

anggota tim kesehatan lainnya.

g. Keyakinan tentang fungsi profesi dan manfaatnya

Bidan meyakini bahwa mengembangkan kemandirian profesi, kemitraan dan

pemberdayaan wanita serta tim kesehatan yang lainnya selama pemberian asuhan

dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

1.1.7 Tinjauan filosofi dalam ilmu kebidanan

1. Komponen Ilmu Kebidanan

Ilmu atau science adalah suatu studi atau pengetahuan yang sistematik

untuk menerangkan suatu fenomena dengan acuan materi dan fisiknya melalui

metode ilmiah ( Hutchinson, 1994). Setiap pengetahuan mempuyai tiga

13
komponen yang merupakan tiang penyanggah tubuh pengetahuan yang disusun.

Komponen tersebut adalah ontology, epostemologi, dan aksiologi.

 Ontologi merupakan azas dalam menetapkan ruang lingkup ujud yang

menjadi objek penelaahan (Objek ontology atau objek formal pengetahuan)

dan penafsiran tentang hakikat realitas (Metafisika) dari objek ontologis atau

objek formal tersebut.

 Epistemologi merupakan azas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan

diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan.

 Aksiologi merupakan azas dalam mengunakan pengetahuan yang diperoleh

dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.

2. Dimensi Kefilsafatan Ilmu Kebidanan

Keberadaan disiplin keilmuan kebidanan sama seperti keilmuan lainya

dipotong oleh berbagai disiplin keilmuan yang telah jauh berkembang, sehingga

dalam perjalanan mulai dipertanyakan indentitas dirinya sebagai satu disiplin

keilmuan yang mandiri.

Dimensi kefilsafatan keilmuan secara lebih rinci dapat dibagi menjadi tiga

tingkatan karakteristik, yaitu :

1) Bersifat universal artinya berlaku untuk seluruh disiplin yang bersifat

keilmuan.

2) Bersifat generik artinya mencirikan segolongan tertentu dari pengetahuan

ilmiah.

3) Bersifik spesifik artinya memilki ciri-ciri yang khas dari sebuah disiplin ilmu

yang membedakan dengan ilmu disiplin yang lain.

3. Tubuh Pengtahuan kebidaanan

Disiplin keilmuan kebidanan mempuyai karakteristik dan spesifikasi baik forma

maupun objek material. Objek forma disiplin keilmuan kebidanan adalah cara

14
padang yang berfokus pada objek penelaahan dalam batas ruang lingkup

tertentu. Objek forma dari disiplin keilmuwan kebidanan adalah mempertahankan

status kesehatan reproduksi termasuk kesejahteraaan wanita sejak lahir sampai

masa tuanya (Late menopause) termasuk berbagai implikasi dalam siklus

kedepanya.

1.1.8 Pengertian bidan

1) Pengertian bidan menurut IBI (Ikatan Bidan Indonesia)

Seorang perempuan yang telah lulus dari pendidikan bidan yang diakui

pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta

memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister,sertifikasi dan atau secarah sah

mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

2) Pengertian bidan menurut WHO

Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan

yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi

kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk

melakukan praktik bidan.

3) Menurut International Confederation of Midwives (ICM)

Pengertian bidan dan bidang praktikya secara internasional telah diakui

oleh ICM tahun 1972 dan Federation of International Gynecologist Obstetrition

(FIGO) tahun 1973, World Health Organisation (WHO) dan badan lainnya. Pada

pertemuan dewan di Kobe tahun 1980, ICM menyempurnakan definisi tersebut yang

telah di sahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992).

Kutipan teks asli

A midwife is a person who, having been regulary admitted to a diwifery

educational program fully regcognized in the country in which it is located, has

successfully completed the prescribed course of studies in midwifery and has

acquired the requiste qualificatin to be registered and or legally licensed to practise

midwifery.

15
She must be able to give the necessary supervision, care and advice to

women during pregnancy, labor and postpartum, to conduct deliveries on her own

responsibility and to care for the newborn and the infant.this care includes preventive

measures, the detection of abnormal condition in mother and child. The procurement

of medical assitance, and the execution of emergency measure in the absense of

medical help.

She has important task in counseling and education, nor onlu for patients,

but also wihin the family and community.

Their work should involve antenatal aducation and preparation for parenthood and

extends to certain areas of gynecology, family planning and child care. She may

practise in hospital, clinics, health units, domiciliary conditions or any other service.

Arti secara lengkap

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan Program Pendidikan

Bidan yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk

menjalankan praktik kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan

supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama

mada hamil, persalinan dan masa pasca persalinan (post partum periode), memimpin

persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan

anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada

ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan

pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia

mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya

untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan ini

termasuk pendidikan antenatal, persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluar ke

daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bisa

berpraktik di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat-

tempat pelayanan lainya.

16
1.1.9 Pelayanan kebidanan

Merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk

mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas.

Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuia kewenangan

yang diberikan dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka

tercapainya keluarga yang berkualiatas, bahagia dan sejahtera.

1.1 Klasifikasi Pelayanan Kebidanan

1) Layanan Kebidanan Primer

Merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dan sepenuhnya

menjadi tanggung jawab bidan.

2) Layanan Kebidanan Kolaborasi

Merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dengan tanggung jawab

bersama semua pemberi pelayanan yang terlibat (mis : bidan, dokter atau tenaga

kesehatan yang professional lainnya). Bidan menuoakan anggota tim.

3) Layanan Kebidanan Rujukan

Merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan menyerahkan tanggung

jawab kepada dokter, ahli dan / atau tenaga kesehatan professional lainnya untuk

mengatasi masalah kesehatan klien di luar kewenangan bidan dalam rangka

menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya.

Contoh: Pelayanan yang dilakukan bidan ketika menerima rujukan dari dukun,

layanan rujukan bidan ke tempat fasilitas pelayanan kesehatan secar horizontal

atau vertical atau ke profesi kesehatan yang lain.

1.1.10 Praktek Kebidanan

Penerapan ilmu kebidanan dalam pemberian pelayanan atau asuhan kebidanan

dengan klien menggunakan pendekatan manajem kebidanan.

Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam

17
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis

Lingkup praktik kebidanan meliputi asuhan mandiri / otonomi pada perempuan, remaja

putri, dan wanita dewasa sebelum, selama kehamilan dan sesudahnya.

Praktik kebidanan dilakukan dalam system pelayanaan kesehatan yang berorientasi

pada masyarakat, dokter, perawat, dan dokter spesialis dipusat-pusat rujukan.

Sejarah/ perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan setiap waktu

mengalami perkembangan, baik suatu kemajuan atasu justru suatu

kemunduran.Perkembangan ini terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Setiap

perkembangan memiliki alas an tersendiri, mengapa mengalami kemajuan dan juga

kemuduran. Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di indoensia tidak

terlepas dari masa penjajahan belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah

dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyarakat serta

kemajuan ilmu dan teknologi. Perkembangan kebidanan bertujuan untuk meningkatkan

kesehatan ibu dan anak.

Manfaat dari belajar sejarah dapat : mengetahui keadaan jaman dahulu

membandingkan jaman sekarang, memilih dari praktek dan pengalaman masa lampau

apa yang baik dan membuang yang kurang baik mengetahui perkembangan praktek

kebidanan hingga di dapatkan kondisi yang sekarang.

Sejarah kebidanan dimulai sejak awal kehidupan/ awal peradaban manusia.

Jaman dahulu persalinan dan wanita menstruasi dianggap kotor dan menjijikan sehingga

cara-cara persalinan terkesan tidak manusiawi.tidak ada yang mencatat kapan mulainya

persalinan dilakukan oleh bidan. Kelahiran anak dikaitkan dengan ibu pertiwi (tepat anak

dilahirkan ) dan misteri wanita yang hanya dipahami oleh wanita itu sendiri.

Dalam sejarah wanita dalam proses melahirkan dapat dilakukan sendiri atau dapat

dibantu suami mereka. Ketika manusia tidak lagi berpindah-pindah dan membentuk

kelompok masyarakat, para inu melahirkan dijaga/ditolong seorang wanita sebagai

kinswoman yang dianggap mampu yaitu seorang wanita setengah baya telah menikah dan

melahirkan, melalui percobaan dan tukar penegtahuan dia mengembangkan keahlianya

yang disebut dukun bayi.

Terdapat cacatan yang menunjukan tindakan yang dilakukan bidan terdapat pada

panting Mochicha (500M), Lukisan Papyri dan Tomb dalam Old Testament (Chamberlein,

18
1981), catatan tentang bidan yahudi (Shirpah dan Puah ).

Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun

internasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan

dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh

petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan

di pelayanan.

Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan

pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil

dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%.

Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah

perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga

terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan

pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya

melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk

meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang

karir dan jabatan.

Tenaga yang sejak dulu hingga saat ini memegang peranan penting dalam

perkembangan kebidanan adalah dukun bayi. Dukun diminta pertimbangan pada masa

kehamilan, mendampingi persalinan hingga selesai dan mengurus ibu serta bayinya dalam

masa nifas.

Dukun bayi biasanya seorang wanita, umumnya berumur diatas 30 tahun dan buta

huruf. Dukun adalah pekerjaan turun temurun di keluarga, ia mendapat pelatihan dari

dukun yang elbih tua yang kelak akan digantikan. Pengetahuan mereka tentang fisiologi

dan patologi kehamilan, persalinan dan nifas sangat terbatas hingga timbul komplikasi, ia

tidak mampu mengatasi dan tidak menyadari akibatnya, meski demikian dukun dalam

masyarakat mempunyai pengaruh yang besar, tidak hanya memberi pertolongan tapi juga

emosional kepada wanita yang sedang bersalin serta keluarganya karena ia dapat

membantu jalannya proses persalinan karena adanya doa-doanya.

Praktek kebidanan modern dibawa masuk ke Indonesia oleh dokter Belanda yang

bekerja pada pemerintahan Hindia Belanda. Tahun 1850 dibuka kursus kebidanan yang

pertama, tapi kemudian ditutup pada tahun 1873, kemudian pada tahun 1879 dibuka

19
kembali.

Pendidikan dokter secara sederhana dimulai pada tahun 1815 dengan didirikannya

Sekolah Dokter Jawa. Berkat peningkatan di segala bidang pendidikan termasuk tenaga

kesehatan hingga pada pertengahan tahun 1979 telah ada 8000 dokter dan lebih dari

16.888 tenaga bidan. Khusus pelayanan kebidanan untuk masyarakat desa sebagian

besar masih di dominasi tenaga-tenaga tradisional. Pada tahun 1978 kira-kira 90%

persalinan masih ditangani dukun, 6% oleh bidan dan hanya 1 % yang ditangani dokter.

Pada tahun 1950 dilaksanakan Program Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) yang pada

umumnya dipimpin oleh bidan. Pada BKIA itu diselenggarakan pemeriksaan antenatal,

post natal, KB, pemeriksaan dan pengawasan penyuluhan gizi pada anak dibawah umur 5

tahun serta pembinaan dukun bayi.

Bidan juga dapat dipanggil ke rumah jika dapat kesulitan dalam persalinan. Di BKIA

juga diadakan persalinan dukun bayi karena pada waktu itu tenaga dukun masih sangat

diperlukan sehingga mereka dapat lebih cepat mengenal tanda-tanda bahaya yang dapat

timbul dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan.

Demikian pula dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu peragaan terintegrasi

kepada masyarakat yang dinamakan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Pada

tahun 1957 puskesmas memberikan pelayanan didalam gedung dan diluar gedung dan

berorientasi di wilayah kerja. Pelayanan kebidanan yang diberikan diluar gedung adalah

pelayanan kesehatan dan pelayanan di pos pelayanan terpadu (posyandu). Pelyanan di

posyandu mencakup empat kegiatan yaitu pemeriksaan hamil, KB, imunisasi, gizi dan

kesehatan lingkungan.

Mulai tahun 1990 pelaksanaan kebidanan diberikan secara merata dan dekat

dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat sesuai instruksi presiden tahun

1992 yaitu penempatan bidan di desa sebagai pelaksana kesehatan KIA khususnya

pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru

lahir termasuk pembinaan dukun bayi. Serta mengembangkan pondok bersalin sesuai

kebutuhan masyarakat setempat. Bidan yang di rumah sakit memberikan poliklinik

antenatal, senam hamil, kamar bersalin, ruang nifas, dan ruang perinatal kamar opersai

kebidanan.

Bidan dalam melaksanakan peran fungsinya didasarkan pada kemampuan yang

20
diberikanyang diatur melalui permenkes dimulai dari :

1) Permenkes no 5380/IX/1963 wewenang bidan terbatas pada pertolongan

persalinan normal secara mandiri disamping tugas yang lain

2) Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi 2 yaitu wewenang umum

dan khusus dalam hal ini bidan melaksanakan tindakan dibawah pengawasan

doker

3) Permenkes no 572/VI/1996 tentang registrasi dan praktek bidan dalam

melaksanakan tindakan

21
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN PROFESI, PELAYANAN DAN
PENDIDIKAN BIDAN SECARA NATIONAL DAN INTERNATIONAL

1.1 SEJARAH PERKEMBANGAN PELAYANAN DAN PENDIDIKAN KEBIDANAN


1) Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Indonesia

Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi

bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan

kaum perempuan khususnya ibu dan anak-anak.

Tujuan pelayanan kebidanan adalah untuk meningkatkan kesehatan kaum

perempuan khususnya ibu dana anak. Layanan kebidanan yang tepat akan menigkatkan

keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya.

Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatan keamanan dan kesejahteraan

ibu dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi:

Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung

jawab bidan.

Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim

secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan

kesehatan.

Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jwab layanan oleh

bidan kepada sistem layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun

pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan

lainnya seperti rujukan.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat

tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur

Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi

keadaan ini tidak tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Adapun

pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia.

22
Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer

Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum merupakan

pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu kebidanan

diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851,

dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda

(dr. W. Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan

bidan. Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat

meningkatkan kualitas pertolongan persalinan.

Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan

anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal

dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya

dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara.

Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak

(BKIA). Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada

masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957.

Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja.

Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan

kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana. Mulai tahun 1990

pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini

melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya

mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa.

Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA,

khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan

kesehatan bayi baru lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas

pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang

memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta

mengembangkan Pondok Bersalin sesuai denga kebutuhan masyarakat setempat.

Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa.

Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan

23
bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada

individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan

kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal,

kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.

Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang

menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan

pelayanan bidan. Area tersebut meliputi:

1. Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus

2. Family Planning

3. Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi

4. Kesehatan reproduksi pada remaja

5. Kesehatan reproduksi pada orang tua.

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada

kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan

Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu

mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.

Permenkes tersebut dimulai dari:

a. Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan

normal secara mandiri, didampingi tugas lain.

b. Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989

wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan khusus ditetapkan bila

bidan meklaksanakan tindakan khusus di bawah pengawasan dokter. Pelaksanaan dari

Permenkes ini, bidan dalam melaksanakan praktek perorangan di bawah pengawasan

dokter.

c. Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang registrasi dan praktek bidan.

Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan

24
tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang

tersebut mencakup:

Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak.

Pelayanan Keluarga Berencana

Pelayanan Kesehatan Masyarakat

d. Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan revisi dari

Permenkes No. 572/VI/1996. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi,

konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya.

Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang

ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan

dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan,

pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan bidan sesuai

dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah, karena kewenangan yang diberikan oleh

Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga

profesional dan mandiri.

2) Sejarah Pelayanan Kebidanan di Indonesia

Perawatan zaman dahulu atau sekarang dilakukan oleh dukun pria atau dukun

wanita, dukun menjalankan perawatanya biasanya dirumah penderita atau di rawat di

rumah dukunnya sendiri. Cara-cara mengobati penderita itu sendiri antara lain:

1. Dengan membaca mantra-mantra memohon pertolongan kepada Tuhan YME.

2. Dengan cara mengusir setan-setan yang mengganggu dengan menyajikan kurban-

kurban di tempat itu, macamnya kurban ditentukan oleh dukun.

3. Melakukan massage/mengurut penderita.

4. Penderita harus melakukan pantangan atau diet yang oleh dukun itu pula.

5. Kadang-kadang dukun bertapa untuk mendapatkan ilham cara bagaimana

menyembuhkan penderita itu.

6. Memakai obat-obatan banyak dipakai dari tumbuh-tumbuhan yang segar dari daun

mudanya, batang, kembang akarnya

25
1. Kehamilan

Semua wanita hamil diadakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dukun bayi.

Dukun tersebut bisa menetapkan wanita itu hamil atau tidak, letak anak, kapan bayi

akan lahir, mengetahui letak yang salah tapi tidak bias diperbaiki, dan dukun

memberikan nasehat-nasehat ibu hamil harus hidup seperti:

a. Melakukan pantangan :

Pantangan makanan tertentu

Pantangan terhadap pakaian

Pantangan terhadap jangan pergi malam

Pantangan jangan duduk di muka pintu

b. Kenduri

Kenduri pertama kali dilakukan pada waktu hamil 3 bulan sebagai tanda wanita itu

hamil. Kenduri ke dua dilakukan pada waktu umur kehamilan 7 bulan.

2. Persalinan

Biasanya persalinan dilakukan dengan duduk di atas tikar, di lantai dukun yang

menolong menunggu sampai persalinan selesai. Cara bekerja dengannya mengurut-

ngurut perut ibu. Menekannya serta menarik anak apabila anak telah kelihatan. Selama

menolong dukun banyak membaca mantra-mantra. Setelah anak lahir anak diciprati

anak dengan air agar menangis. Tali pusat dipotong dengan hinis atau bamboo

kemudian tali pusatnya diberi kunyit sebagai desinfektan.

3. Nifas

Setelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun selanjutnya ibu sudah harus bisa

merawat dirinya sendiri lalu ibu di berikan juga jamu untuk peredaran darah dan untuk

laktasi.

1) Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Indonesia

Sejak dulu sampai sekarang tenaga yang memegang peranan dalam pelayanan

kebidanan ialah “ Dukun bayi “ ia merupakan tenaga terpercaya dalam lingkungannya

terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan reproduksi, kehamilan , persalinan dan nifas.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi.

26
Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur jenderal

Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan

ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.

Praktek kebidanan modern masuk di Indonesia oleh dokter-dokter Belanda.

Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-

orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849 dibuka pendidikan Dokter

Jawa di Batavia (Di RS Milliter Belanda, sekarang RSPAD Gatot Subroto). Seiring dengan

dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851 di buka pendidikan Bidan bagi

wanita pribumi di Batavia oleh seorang Dokter milliter Belanda (Dr. W. Bosch). Lulusan ini

kemudian bekerja di Rumah Sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayan kesehatan ibu

dan anak dilakukan oleh dukun dan Bidan. Kursus bidan yang pertama ini ditutup tahun

1873. Tahun 1879, dimulai pendidikan bidan.

Tahun 1950 , setelah kemerdekaan, jumlah paramedis kurang lebih 4000 orang

dan dokter umum kurang lebih 475 orang dan dokter dalam bidang obsgyn hanya 6 orang,

pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan Bidan secara formal agar dapat meningkatkan

kualitas pertolonga persalinan. Kursus untuk dukun masih berlangsung samapai dengan

sekarang, yang memberikan kursus adalah Bidan.

Perubahan pengetahuan dan keteramilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan

anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenala

dengan istilah Kursus tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Jogjakarta yang akhirnya

dilakukan pula di kota-kota besar lain di Nusantara ini. Seiring dengan pelatihan tersebut

didirikan balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dimana bidan sebagi penanggung jawab

pelayanana kepada masyarakat. Dari BKIA inilah akhirnya mnejadi suatu pelayanan

terintregrasi kepada masyarakat yang dinamakan pusat Kesehatan Masyarakat atau

Puskesmas pada tahun 1957.

Kegiatan BKIA yang dipimpin bidan adalah menyelenggarakan:

1) Pemeriksaan Antenatal

2) Pemeriksaan Post natal

3) Pemeriksaan dan Pengawasan bayi dan anak balita

27
4) Kleuarga Berencana

5) Penyuluhan Kesehatan

Di BKIA ini diadakan juga pelatihan-pelatihan para dukun bayi. Dengan

meningkatnya pendidikan tenaga kesehatan maka, pada tahun 1979 jumlah dokter

obsgyn 286 orang dan bidan 16.888 orang di seluruh Indonesia.

Bidan yang bertugas di puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan

kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan KB. Mulai tahun 1990 pelayan kebidanan

diberikan secara merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kegiatan ini melalaui

instruksi presiden secara lisan pada tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk

penempatan di desa. tugas pokoknya adalah pelaksanan pelayanan KIA khususnya

pelayanan ibu hamil, bersalin, dan nifas serta pelayana BBL. Bidan di puskesmas

orientasi kepada kesehatan masyarakat beda dengan bidan di RS yang berorientasi pada

individu.

2) Perkembangan Pendidikan Bidan di Indonesia

Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan

pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk menjawab kebutuhan/tuntutan

masyarakat akan pelayanan kebidanan. Yang dimaksud dalam pendidikan ini adalah,

pendidikan formal dan non formal.

Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun

1851 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi

wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnyah

peserta didik yang disebabkan karena adanya larangan ataupun pembatasan bagi wanita

untuk keluaran rumah.

Pada tahunan 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di

rumah sakit militer di batavia dan pada tahun 1904 pendidikan bidan bagi wanita indo

dibuka di Makasar. Luluasan dari pendidikan ini harus bersedia untuk ditempatkan dimana

saja tenaganya dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang tidak/kurang mampu

28
secara cuma-cuma. Lulusan ini mendapat tunjangan dari pemerintah kurang lebih 15-25

Gulden per bulan. Kemudian dinaikkan menjadi 40 Gulden per bulan (tahun 1922).

Tahun 1911/1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di

CBZ (RSUP) Semarang dan Batavia. Calon yang diterima dari HIS (SD 7 tahun) dengan

pendidikan keperawatan 4 tahun dan pada awalnya hanya menerima peserta didik pria.

Pada tahun 1914 telah diterima juga peserta didik wanita pertama dan bagi perawat wanita

yang luluas dapat meneruskan kependidikan kebidanan selama dua tahun. Untuk perawat

pria dapat meneruskan ke pendidikan keperawatan lanjutan selama dua tahun juga.

Pada tahun 1935-1938 pemerintah Kolonial Belanda mulai mendidik bidan

lulusan Mulo (Setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di

beberapa kota besar antara lain Jakarta di RSB Budi Kemuliaan, RSB Palang Dua dan

RSB Mardi Waluyo di Semarang. DI tahun yang sama dikeluarkan sebuah peraturan yang

membedakan lulusan bidan berdasarkan latar belakang pendidikan. Bidan dengan dasar

pendidikannya Mulo dan pendidikan Kebidanan selama tiga tahun tersebut Bidan Kelas

Satu (Vreodrouweerste Klas) dan bidan dari lulusan perawat (mantri) di sebut Bidan Kelas

Dua (Vreodrouw tweede klas).

Perbedaan ini menyangkut ketentuan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan.

Pada zaman penjajahan Jepang, pemerintah mendirikan sekolah perawat atau sekolah

bidan dengan nama dan dasar yang berbeda, namun memiliki persyaratan yang sama

dengan zaman penjajahan Belanda. Peserta didik kurang berminat memasuki sekolah

tersebut dan mereka mendaftar karena terpaksa, karena tidak ada pendidikan lain. Pada

tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17

tahun dan lama pendidikan tiga tahun. Mengingat kebutuhan tenaga untuk menolong

persalinan cukup banyak, maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang disebut

Penjenjang Kesehatan E atau Pembantu Bidan. Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun

1976 dan setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2 tahun

kebidanan dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar melanjutkan pendidikan bidan selama

dua tahun.

29
Tahun 1953 dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta, lamanya

kursus antara 7 sampai dengan 12 minggu. Pada tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta.

Tujuan dari KTB ini adalah untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan mengenai

perkembangan program KIA dalam pelayanan kesehatan masyarakat, sebelum lulusan

memulai tugasnya sebagai bidan terutama menjadi bidan di BKIA. Pada tahun 1967 KTB

ditutup (discountinued).

Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru

perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya pendidikan ini

berlangsung satu tahun, kemudian menjadi dua tahun dan terakhir berkembang menjadi

tiga tahun. Pada awal tahun 1972 institusi pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru

Perawat (SGP).

Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan sekolah bidan.

Pada tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan dari Sekolah

Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun pendidikan bidan yang disebut Sekolah

Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK). Pendidikan ini tidak dilaksanakan

secara merata di seluruh provinsi.

Pada tahun 1974 mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah

sangat banyak (24 kategori), Departemen Kesehatan melakukan penyederhanaan

pendidikan tenaga kesehatan non sarjana. Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah

Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya tenaga multi purpose di lapangan

dimana salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal. Namun karena adanya

perbedaan falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan kemampuan seorang

bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan tidak tercapai atau

terbukti tidak berhasil.

Pada tahun 1975 sampai 1984 institusi pendidikan bidan ditutup, sehingga

selama 10 tahun tidak menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi bidan (IBI) tetap ada

dan hidup secara wajar.

Tahun 1981 untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam

pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka pendidikan Diploma I

30
Kesehatan Ibu dan Anak. Pendidikan ini hanya berlangsung satu tahun dan tidak dilakukan

oleh semua institusi.

Pada tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidan yang disebut (PPB)

yang menerima lulusan SPR dan SPK. Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya

dikembalikan kepada institusi yang mengirim. Tahun 1989 dibuka crash program

pendidikan bidan secara nasional yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung

masuk program pendidikan bidan.

Program ini dikenal sebagai Program Pendidikan Bidan A (PPB/A). Lama

pendidikan satu tahun dan lulusannya ditempatkan di desa-desa. Untuk itu pemerintah

menempatkan seorang bidan di tiap desa sebagai pegawai negeri sipil (PNS Golongan II).

Mulai tahun 1996 status bidan di desa sebagai pegawai tidak tetap (Bidan PTT) dengan

kontrak selama tiga tahun dengan pemerintah, yang kemudian dapat diperpanjang 2 x 3

tahun lagi.

Penempatan BDD ini menyebabkan orientasi sebagai-baiknya tidak hanya

kemampuan klinik, sebagai bidan tapi juga kemampuan untuk berkomunikasi, konseling

dan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat desa dalam meningkatkan taraf

kesehatan ibu dan anak. Program Pendidikan Bidan (A) diselenggarakan dengan peserta

didik cukup besar. Diharapkan pada tahun 1996 sebagian besar desa sudah memiliki

minimal seorang bidan.

Lulusan pendidikan ini kenyataannya juga tidak memiliki pengetahuan dan

keterampilan seperti yang diharapkan sebagai seorang bidan profesional, karena lama

pendidikan yang terlalu singkat dan jumlah peserta didik terlalu besar dalam kurun waktu

satu tahun akademik, sehingga kesempatan peserta didik untuk praktek klinik kebidanan

sangat kurang, sehingga tingkat kemampuan yang dimiliki sebagai seorang bidan juga

kurang. Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan Program B yang peserta

didiknya dari lulusan Akademi Perawat (Akper) dengan lama pendidikan satu tahun. Tujuan

program ini adalah untuk mempersiapkan tenaga pengajar pada Program Pendidikan

Bidan A.

31
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kemampuan klinik kebidanan dari lulusan

ini tidak menunjukkan kompetensi yang diharapkan karena lama pendidikan yang terlalu

singkat yaitu hanya setahun. Pendidikan ini hanya berlangsung selama dua angkatan

(1995 dan 1996) kemudian ditutup. Pada tahun 1993 juga dibuka pendidikan bidan

Program C (PPB C), yang menerima masukan dari lulusan SMP. Pendidikan ini dilakukan

di 11 Propinsi yaitu : Aceh, Bengkulu, Lampung dan Riau (Wilayah Sumatera), Kalimantan

Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan (Wilayah Kalimantan. Sulawesi Selatan,

Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya.

Pendidikan ini memerlukan kurikulum 3700 jam dan dapat diselesaikan dalam

waktu enam semster. Selain program pendidikan bidan di atas, sejak tahun 1994-1995

pemerintah juga menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan Jarak Jauh (Distance

learning) di tiga propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebijakan ini

dilaksanakan untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan yang

sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Pengaturan penyelenggaraan ini telah diatur dalam SK Menkes No.

1247/Menkes/SK/XII/1994 Diklat Jarak Jauh Bidan (DJJ) adalah DJJ Kesehatan yang

ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan agar mampu

melaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKI. DJJ

Bidan dilaksanakan dengan menggunakan modul sebanyak 22 buah. Pendidikan ini

dikoordinasikan oleh Pusdiklat Depkes dan dilaksanakan oleh Bapelkes di Propinsi. DJJ

Tahap I (1995-1996) dilaksanakan di 15 Propinsi, pada tahap II (1996-1997) dilaksanakan

di 16 propinsi dan pada tahap III (1997-1998) dilaksanakan di 26 propinsi. Secara kumulatif

pada tahap I-III telah diikuti oleh 6.306 orang bidan dan sejumlah 3.439 (55%) dinyatakan

lulus.

Pada tahap IV (1998-1999) DJJ dilaksanakan di 26 propinsi dengan jumlah tiap

propinsinya adalah 60 orang, kecuali Propinsi Maluku, Irian Jaya dan Sulawesi Tengah

masing-masing hanya 40 orang dan Propinsi Jambi 50 orang. Dari 1490 peserta belum

diketahui berapa jumlah yang lulus karena laporan belum masuk. Selain pelatihan DJJ

tersebut pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawat daruratan

32
maternal dan neonatal (LSS = Life Saving Skill) dengan materi pembelajaran berbentuk 10

modul.

Sedang pelaksanaannya adalah Rumah sakit provinsi/kabupaten.

Penyelenggara ini dinilai tidak efektif ditinjau dari proses. Pada tahun 1996, IBI bekerja

sama dengan Departemen Kesehatan dan American College of Nurse Midwive (ANCM)

dan rumah sakit swasta mengadakan Training of Trainer kepada anggota IBI sebanyak 8

orang untuk LSS, yang kemudian menjadi tim pelatih LSS inti di PPIBI. Tim pelatih LSS ini

mengadakan TOT dan pelatihan baik untuk bidan di desa maupun bidan praktek swasta.

Pelatihan praktek dilaksanakan di 14 propinsi dan selanjutnya melatih bidan praktek

swasta secara swadaya, begitu juga guru/dosen dari D3 Kebidanan. 1995-1998, IBI

bekerja sama langsung dengan Mother Care melakukan pelatihan dan peer review bagi

bidan rumah sakit, bidan Puskesmas dan bidan di desa di Propinsi Kalimantan Selatan.

Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang

dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal health (MNH) yang sampai saat ini telah melatih

APN di beberapa propinsi/kabupaten. Pelatihan LSS dan APN tidak hanya untuk pelatihan

pelayanan tetapi juga guru, dosen-dosen dari Akademi Kebidanan. Selain melalui

pendidikan formal dan pelatihan, utnuk meningkatkan kualitas pelayanan juga diadakan

seminar dan Lokakarya organisasi. Lokakarya organisasi dengan materi pengembangan

organisasi (Organization Development = OD) dilaksanakan setiap tahun sebanyak dau kali

mulai tahun 1996 sampai 2000 dengan biaya dari UNICEP.

1.2 SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BIDAN DI LUAR NEGERI

a. Sebelum abad 20 (1700-1900)

William Smellie dari Scotlandia (1677-1673) mengembangkan forceps dengan

kurva pelvik seperti kurva shepalik. Dia memperkenalkan cara pengukuran konjungata

diagonalis dalam pelvi metri. Menggambarkan metodnya tentang persalinan lahirnya

kepala pada presentasi bokong dan penganangan resusitasi bayi aspiksi dengan

pemompaan paru-paru melalui sebuah metal kateler. Ignoz Phillip semmelweis, seorang

dokter dari Hungaria (1818 – 1865) pengenalan Semmelweiss tentang cuci tangan yang

bersih mengacu pada pengendalian sepsis puerperium. James Young simpson dair

33
Edenburgh, scotlandia (1811-1870) memperkenalkan dan menggunakan arastesi umum,

tahun 1807, Ergot sejenis cendawan yang tumbuh pada sejenis gandung hitam,

diketahui efektif dalam mengatasi pendarahan postpartum.

Hal ini merupakan permulaan pengguguran. Tahun 1824 Jamess Blundell dari

Inggris yang menjadi orang pertama yang berhasil menangani perdarahan postpartum

dengan menggunakan transfusi darah. Jean lubumean dari Perancis (orang

kepercayaan Rene Laenec, penemu Stetoskop pada tahun 1819) pertama kali

mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop pada tahun 1819) pertama kali

mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop pada tahun 1920. Jhon Charles

Weaven dari Inggris (1811 – 1859) adalah. Pada tahun 1843, pertama yang yang

melakukan test urine pada wanita hamil untuk pemeriksaan dan menghubungkan

kehadirannya dengan eklamsia.

Adolf Pinard dari Prancis (1844-1934) pada tahun 1878, mengumumkan

kerjanya pada palpasi abdominal Carl Crede dari Jerman (1819 – 1892)

menggambarkan metodanya stimulasi urine yang lembut dan lentur untuk mengeluarkan

placenta Juduig Badl, dokter obstetri dari Jerman (1842-1992), pada tahun 1875,

menggambarkan lingkaran retraksi yang pasti muncul pada pertemuan segment atas

rahim dan segmen bawah rahim dalam persalinan macet/sulit. Daunce dari Bordeauz.

Pada tahun 1857, memperkenalkan pengguran inkubator dalam perawatan bayi

prematur.

b. Abad 20

Postnatal care sejak munculnya hospitalisasi untuk persalinan telah berubah

dari perpanjangan masa rawatan sampai 10 hari, ke trend “Modern” ambulasi diri. Yang

pada kenyataannya, suatu pengembalian pada “cara yang lebih alami”. Selama

beberapa tahun, pemisahan ibu dan bayi merupakan praktek yang dapat diterima di

banyak rumah sakit, dan alat menyusui bayi buatan menjadi dapat diterima, dan bahkan

oleh norma! Bagaimanapun, alami sekali lagi “membuktikan dirinya “rooing-in”

dipraktekan dan menyusui dipromosikan menyusui disemua rumah sakit yang sudah

mendapat penerangan.

34
Perkembangan teknologi yang cepat telah monitoring anthepartum dan

intrapartum yang tepat menjadi mungkin dengan pengguraan ultrasonografi dan

cardiotocografi, dan telah merubah prognosis bagi bayi prematur secara dramatis ketika

dirawat di neonatal intersive acara urits, hal ini juga memungkinkan perkembangan yang

menakjubkan.

Pelayanan dan Pendidikan di Beberapa Negara :

1) Pelayanan Bidan di Afrika Selatan

Perusakan Hindia Belanda timur yang membentuk tempat makanan dan

minuman di semenanjung. Mempunyai prakiran-prakiraan yang menyakir praktek

para bidan yang dapat diterpkan di semenannjung tersebut. Tapi mereka tidak

menunjuk bidan pemerintah atau bidany ang sudah diangkat sumpah selama

beberapa tahun peraturan-peraturan tersebut menetapkan bahwa para bidan harus

diuji dan dan diberi lisensi/izin, dan mereka harus memanggil pertolongan medis bila

ada indikasi.

Saat penempatan dipeluas, wanita di desa khususnya harus ditolong oleh

wanita yang lebih tua belum dilathi dari masyarakat. Bidan pemerintah memperoleh

penghargaan yang tinggi salah satu dari mereka. Alkta Kaisters, ditunjuk pada tahun

1687 sebagai kepala keperawatan di rumah sakit persahaan, dan menjadi bidan

pertama yang melaksanakan tugas-tugas perawatan umum sebagaimana tugas-

tugas kebidanan.

Pelayanan kebidanan pertama diberikan sekaligus oleh pagawi pemerintah

dan bidan swasta dilebih banyak wilayah berkembang, sementara masyarakat

pedesaan dilayani oleh wanita penuh baya yang belum terlatih dengan pengalaman

kebidanan “outansi” yang seringkali melaksanakan perawatan umum dan bahkan

pelayanan untuk hewan peliharaan juga dalam beberapa hal/keadaan. Situasi itu

masih berlaku.

Terlihat dimana terdapat sedikit perkembangan dalam pelayanan dan

pelatihan kebidanan sampai awal abad ke 19 dibawah pemerintahan Batavia yang

35
mengambil alih semenanjung dari perusahan Hindia-Belanda timur yang bubar,

seorang dokter bedah bernama Dr Leishing mereka mendasikan dimana telah

didirikan sebuah sekolah kebidanan ini untuk mengganikan sistem magang

perusahaan dan terjadi sebelum pendudukan British kedua di semenanjung

tersebut.

Komite Medis tertinggi meninjau kembali lisensi dokter, bidan dan apoteker

dan menemukan bahwa enam bidan yang sudah mempunyai lisensi tidak memenuhi

kriteria mereka. Ide pendirian sekolah kebidanan baru terlaksana pada tahun 1808,

saat seirang dokter bedah dari pemerintah batavia terdahulu. Dr Johann Hunrich

frederich carel leopold wehr, mengajukan permohonan oada guberbur semenanjung

untuk mendirikan sekolah seperti itu. Dr Wehr sangat tertarik pada kebidanan, dan

dia mengungkapkan perhatian yang besar pada kurangnya bidan yang berkualitas

bagi Cape town dan daerah-daerahnya, dan standart asuhan kebidanan yang jelek

yang di berikan oleh orang-orang yang tidak mempunyai lisensi/izin.

Dia ditunjuk sebagai Accoucher kolonial dengan wewenang untuk melatih

sejumlah besar bidan untuk melayani masyarakat. Dia akan membantu para bidan

yang bekerja diantara orang miskin, tanpa bayarannya, tapi dia meminta gaji yang

sesuai untuk mengimbangi pelayanannya di sana. Gubernur Earl of caledon

menyetujuai pendirian sekolah tersebut pada tanggal 1 November 1810, dan Dr

Wehr ditunjuk sebagai instruktur kolonial kebidanan. Dengan demikian, lahirlah

sekolah profesional pertama dari jurusannya di Afrika selatan, dan pelatihan para

bidan di mulai pada tahun 1811.

Tujuh kandidat yang menyelesaikan pelatihan tersbeut dan terkualifikasi

pada tahun 1813 merupakan profesional pertama yang terlatih dan terkualifikasi di

Afrika Selatan. Kode etik yang diikrarkan dipegang rteguh saat mereka melakukan

“Sumpah Jabatan” yang mencakup banyak elemen yang terwujud dalam kode

etik/sikap saat ini. Kode ini meliputi persyaratan untuk ; prilaku pribadi/perorangan,

hubungan dengan bidan yang lain, dengan dokter dan utusan agama, rahasia

profesi, dan meminta bantuan medis jika diperlukan.

36
Dua awal penting dalam sejarah kebidanan di Afrika Selatan terjkadi

selama periode ini. Kiira-kira pada tahun 1809. Seorang utusan medis dari Misionary

Society London, Dr. Van der kemp, menulis sebuah buku saku tentang kebidanan

bagi pembantunya. Tampaknya ini merupakan buku kebidanan pertama yang ditulis

di Afrika Selatan. Pada tahun 1816, operasi seksio caesarea pertama dilakukan

pada isteri Mr. Thomas Munnik oleh Dr. James Barry. Anak tersebut diberi nama

James Barry Munnik. Permulaan dan Pelatihan Modern Saudari Henrietha

Stockdale.

Tahap penting berikutnya dalam perkembangan pelatihan kebidanan

digembor-gemborkan oleh kedatangan saudari Henrichtta stockdate di Afrika

selatan, yang pada tahun 1867 dikirim oleh komunitasnya ke rumah sakit Carnarvon

di Kimberly. Disini Dr James Prince, seorang dokter kanada, memutuskan untuk

menyusun pelayanan kebidanan daerah dengan bantuan bidan Ella Ruth terdaftar

sebagai perawat umum pada tahun 1919 dan sebagai seorang bidan pada tahun

1920, sehingga menjadi wanita kulit berwarna pertama yang memiliki kualifikasi

ganda.

Pelatihan kebidanan bagi orang kulit hitam dimulai sesudahnya, dan pada

tahun 1927. dirumah sakit Mc card zulu di Duban, Beatrice Msimang menjadi wanita

kulit hitam pertama yang menjadi perawat dan bidan yang terdaftar. Perkembangan-

perkembangan pada tahun 20. Usia yang diizinkan masuk. Sebulum ada peraturan-

peraturan dewan Medis Afrika Selatan, tidak ada penentuan batas usia. Beberapa

sekolah menetapkan bahwa para siswa harus berusia 24-50 tahun, sekolah yang

lain menetapkan 21-45 tahun.

Semua sekolah mewajibkan orang yang sudah dewasa. Kebidanan bulan

merupakan profesi yang diinginkan bagi gadis-gadis yang belum menikah.

Kemudian, siswa perawat dan siswa bidan tidak diizinkan untuk menikah dan

siapapun yang memnutuskan untuk menikah harus berhenti dari pelatihan. Pada

tahun 1960-an, peraturan-peraturan tersebut diperlonggar, dan wanita yang sudah

menikah diizinkan untuk melanjutkan pelatiha tahun 1923, sertifikat standar enam

telah dapat diterima, kemudian muncul standart tujuh pada tahun 1929, kemudian

37
standart delapan pada tahun 1949 dan pada tahun 1960, standart sepuluh

merupakan standart pendidikan minimal yang diwajibkan.

Pendidikan bidan di Afrika Selatan Pada tahun 1923, sertifikat standar

enam telah dapat diterima, kemudian muncul standart tujuh pada tahun 1929,

kemudian standart delapan pada tahun 1949 dan pada tahun 1960, standart sepuluh

merupakan standart pendidikan minimal yang diwajibkan. Silabus dan lamanya

pelatihan.

Pelatihan kebidanan ditetapkan oleh empat Dewan Medis (Neogara bagain

Cape, natal, transual dan orange free) setelah dimulai di Cape pada tahun 1892, dan

siswa harus menolong minimal 12 persalinan dan merawat 12 wanita pada masa

puerperium. Pelatihan dilakukan dilapangan dan diruang perawatan rumah sakit

kalau tersedia/ada.

Sebagian besar pusat pelatihan merasa bahwa masa pelatihan terlalu

pendek, dan pada tahun 1917, Asosiasi Perawat terlatih Afrika Selatan juga

mengungkapkan ketidakpuasannya dengan kurangnya fasilitas. Sekolah pelatihan

terlalu sedikit, dan kurangnya bed yang tersedia bagi pasien kebidanan. Asosiasi ini

merekomendasikan : ketentuan rumah sakit kebidanan yang disubsidi oleh

pemerintah yang lebih banyak untuk digunakan sebagai sekolah pelatihan; dimana

pelatihan harus diperpenjang sampai minimal selama 6 bulan; dan dimana

ketentuan tersebut harus meliputi pelatihan teorituis dan praktek di lapangan dan di

ruang perawatan.

Pada tahun 1919, sekolah perawatan kebidanan didirikan di bekas rumah

Pal Kruger, dimana masa pelatihan 12 bulan jika siswanya belum menjadi perawat

yang terdaftar. Dewan perawatan Afrika Selatan mengambil kembali pelatihan

kebidanan pada tahun 1945, dan pada tahun 1949, masa pengajaran lebih lanjut

meningkat menjadi 18 bulan bagi perawat yang belum terdaftar, dan 9 bulan bagi

perawat uang sudah terdaftar.

Pada tahun 1960, masa tersebut menjadi 24 bulan dan 12 bulan berturut-

turut. Diwajibkan menolong persalinan sebanyak 30 persalinan dan 30 asuhan

38
postnatal. Perawat yang belum terdaftar mengikuti ujian awal umum dengan siswa

keperawatan umum. Sekarang ini, dan kadang-kadang secara kontroversi,

pengajaran kebidanan termasuk dalam pengajaran selama 4 tahun, yang menuntun

pada registrasi bagi seorang perawat (umum, psikiatrik dan komunitas) dan sebagai

seorang bidan.

Pada tahun 1977, laki-laki diizinkan mengikuti pengajaran kebidanan untuk

pertama kalinya di Afrika Selatan. Bidan yang sudah terdaftar juga bisa melanjutkan

ke Diploma dalam kebidanan dan /atau ke ilmu perawatan neonatal intensive,

Pelatihan ADM diadakan di Rumah Sakit Mowbray pada tahun 1976, dan peraturan-

p-eraturan bagi pelatihan diumumkan oleh Dewan perawatan Afrika Selatan pada

bulan Agustus 1979. Kebidanan sebagai jurusan Kuliah di tingkat Universitas dapat

diperoleh pada tingkat Doktor.

2) Pelayanan Bidan di Amerika

Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa

pendidikan yang spesifik, standart-standart, atau peraturan-peraturan sampai pada

awal abad ke 20. Kebidanan, sementara itu dianggap menjadi tidak diakui dalam

sebagian besar yuridiksi (hukum-hukum) dengan istiklah “nenek tua” kebidanan

akhirnya padam, profesi bidan hampir mati. Sekitar tahun 1700, para ahli sejarah

memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95%. Salah satu alasan

kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk menghilangkan

praktek sihir yang mash ada pada saat itu.

Dokter memegang kendali dan banyak memberikan obat-obatan tetapi tidak

mengindahkan aspek spiritual. Sehingga wnaita yang menjalani persalinan selalu

dihinggapi perasaan takut terhadap kematian. Walaupun statistik terperinci tidak

menunjukkan bahwa pasien-pasien bidan mungkin tidak sebanyak dari pada pasien

dokter untuk kematian demam nifas atau infeksi puerperalis, sebagian besar penting

karena kesakitan maternal dan kematian saat itu. Tahun 1765 pendidikan formal

untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke 18 banyak kalangan medis yang

39
berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar dan

menerapkan metode obstetric.

Pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan

tidak mempunyai pendukung, uang tidak terorganisir dan tidak dianggap profesional.

Pada pertengahan abad antara tahun 1770 dan 1820, para wanita golongan atas di

kota-kota di Amerika, mulai meminta bantuan “para bidan pria” atau para dokter.

Sejak awal 1990 setengah persalinan di AS ditangani oleh dokter, bidan

hanya menangani persalinan wanita yang tidak mampu membayar dokter. Dengan

berubahnya kondisi kehidupan di kora, persepsi-persepsi bartu para wanita dan

kemajuan dalam ilmu kedokteran, kelahiran menjadi semakin meningkat dipandang

sebagai satu masalah medis sehingga di kelola oleh dokter.

Tahun 1915 dokter Joseph de lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah

proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran di dalamnya, dan

diberlakukannya protap pertolongan persalinan di AS yaitu : memberikan sedatif

pada awal inpartu, membiarkan serviks berdilatasi memberikan ether pada kala dua,

melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan forcep elstraksi plasenta,

memberikan uteronika serta menjahit episiotomi.

Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai angka 600-700 kematian per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-50% wanita

melahirkan di rumah sakit. Dokter Grantly Dicke meluncurkan buku tentang

persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialis obstetric berusaha meningkatkan

peran tenaga diluar medis, termasuk bidan.

Pada waktu yang sama karena pelatihan para medis yang terbatas bagi

para pria, para wanita kehilangan posisinya sebagai pembantu pada persalinan, dan

suatu peristiwa yang dilaksanakan secara tradisional oleh suatu komunitas wanita

menjadi sebuah pengalaman utama oleh seorang wanita dan dokternya.

Tahun 1955 American College of Nurse – Midwives (ACNM) dibuka. Pada

tahun 1971 seorang bidan di Tennesse mulai menolong persalinan secara mandiri di

40
institusi kesehatan. Pada tahun 1979 badan pengawasan obat Amerika mengatakan

bahwa ibu bersalin yang menerima anasthesi dalam dosisi tinggi telah melahirkan

anak-anak melahirkan anak-anak yang mengalami kemunduran perkembangan

psikomotor.

Pernyataan ini membuat masyarakat tertarik pada proses persalinan

alamiah, persalinan di rumah dan memacu peran bidan. Pada era 1980-an ACNM

membuat pedoman alternatif lain dalam homebirth. Pada tahun yang sama dibuat

legalisasi tentang opraktek profesional bidan, sehingga membuat bidan menjadi

sebuah profesi dengan lahan praktek yang spesifik dan membutuhkan organisasi

yang mengatur profesi tersebut.

Pada tahun 1982 MANA (Midwive Alliance Of North America) di bentuk

untuk meningkatkan komunikiasi antar bidan serta membuat peraturan sebagai

dasar kompetensi untuk melindungi bidan. DI beberapa negara seperti Arizona,

bidan mempunyai tugas khusus yuaitu melahirkan bayi untuk perawatan selanjutnya

seperti merawat bayi, memberi injeksi bukan lagi tugas bidan, dia hanya melakukan

jika diperlukan namun jarang terjadi. Bidan menangani 1,1% persalinan di tahun

1980 : 5,5% di tahun 1994.

Angka sectio caesaria menurun dari 25% (1988) menjadi 21% (1995).

Penggunaan forcep menurun dari 5,5% (1989) menjadi 3,8% (1994). Dunia

kebidanan berkembang saat ini sesuai peningkatan permintaan untuk itu profesi

kebidanan tidak mempunyai latihan formal, sehingga ada beberapa tingkatan

kemampuan, walaupun begitu mereka berusaha agar menjadi lebih dipercaya,

banyak membaca dan pendekatan tradisional dan mengurangi teknik invasif untuk

pertolongan seperti penyembuhan tradisional.

Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh bidan Amerika Serikat saat ini

antara lain:

Walaupun ada banyak undang-undang baru, direct entry midwives

masih dianggap iolegal dibeberapa negara bagian.

41
Lisensi praktek berbeda tiap negara bagian, tidak ada standart nasional

sehingga tidak ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang

yang telah terdidik dan memiliki standart kompetensi yang sama.

Sedikit sekali data yang akurat tentang direct entry midwives dan

jumlah data persalinan yang mereka tangani.

Kritik tajam dari profesi medis kepada diret entry midwives ditambah

dengan isolasi dari system pelayanan kesehatan pokok telah

mempersulit sebagian besar dari mereka untuk memperoleh dukungan

medis yang adekuat bila terjadi keadaan gawat darurat. Pendidikan

kebidanan biasanya berbentuk praktek lapangan, sampai saat ini

mereka bisa menangani persalinan dengan pengalaman sebagai bidan.

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan selam 4

tahun dan praktek lapangan selama 2 tahun, yang mana biaya yang

sangat mahal. Kebidanan memiliki sebuah organisasi untuk

membentuk standart, menyediakan sertifikat dan membuat ijin praktek.

Saat ini AS merupakan negara yang menyediakan perawatan

maternitas termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan negara

industri yang paling buruk dalam hasil perawatan natal di negara-

negara industri lainnya

3) Pelayanan Bidan di Australia

Florence Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang

dimulai dengan tradisi dan latihan-latihan pada abad 19. Tahun 1824 kebidanan

masih belum di kenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia

dimulai pada tahun 1862.

Lulusan itu dibekali dengan pengethuan teori dan praktek. Pendidikan

Diploma Kebidanan dimulai tahun 1893, dan sejak tahun 1899 hanya bidan sekaligus

perawat yang terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit. Sebagian besar wanita yang

melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh masyarakat. Ketidakseimbangan

seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi berkembang dengan cepat.

42
Hal ini menyebabkan banyak wanita hamil di luar nikah dan jarang mereka

dapat memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter karena pengaruh social mereka

atau pada komunitas tyang terbatas, meskipun demikian di Australi bidan tidak

bekerja sebagai perawat, mereka bekerja sebagaimana layaknya seorang bidan.

Pendapat bahwa seseorang bidan haru reflek menjadi seorang perawat dan program

pendidikan serta prakteknya banyak di buka di beberapa tempat dan umumnya dibuka

atau disediakan oleh Non Bidan.

Pendidikan bidan di Australia Kebidanan di Australia telah mengalami

perkembangan yang mengalami pesat sejak 10 tahun terakhir. Dasar pendidikan telah

berubah dari traditional hospital base programme menjadi tertiary course of studies

menyesuaikan kebutuhan pel;ayanan dari masyarakat.

Tidak semua institusi pendidikan kebidanan di Australi telah melaksanakan

perubahan ini, beberapa masih menggunakan proram pendidikan yang berorientasi

pada rumah sakit. Kurikulum pendidikan disusun oleh staf akademik berdasarkan

pada keahlian dan pengalaman mereka di lapangan kebidanan. Kekurangan yang

dapat dilihat dari pendidikan kebidanan di Australia hampir sama dengan pelaksanaan

pendidikan bidan di Indonesia.

Belum ada persamaan persepsi mengenai pengimplementasian kurikulum

pada masing-masing institusi, sehingga lulusan bidan mempunyai kompetensi klinik

yang berbeda tergantung pada institusi pendidikannya. Hal ini ditambah dengan

kurangnya kebijaksanaan formal dan tidak adanya standar nasional menurut National

Review of Nurse Education 1994, tidak ada direct entry. Pada tahun 1913 sebanyak

30% persalinan ditolong oleh bidan.

Meskipun ada peningkatan jumlah dokter yang menangani persalinan antara

tahun 1900 sampai 1940, tidak ada penurunan yang berarti pada angka kematian ibu

dan bidanlah yang selalu disalahkan akan hal itu. Kenyataannya wanita jelas

menengah ke atas yang ditangani oleh dokter dalam persalinannya mempunyai resiko

infeksi yang lebih besar daripada wanita miskin yang ditangani oleh Bidan.

43
Masalah Profesional ugas pertama yang sulit adalah meneliti kembali nama

bidan itu sendiri, itu tidak sama dengan ketika latihan dalam praktek kebidanan. Bidan

sangat penting di pelayanan kesehatan sejak Perang Dunia II dan proporsi yang

besar di rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan utnuk daerah sekitar rumah

sakit tersebut.

Peningkatan rumah sakit dan persatuan perawat dan peningkatan ahli

kebidanan yang lebih menekankan pada teknologi menyebabkan mundurnya

kebidanan. Tapi situasi itu berakhir pada saat Amerika Utara menilai kepemimpinan

perawat dan kepemimpinan bidan yang memutuskan bahwa bidan berhak mendapat

penghargaan pertama dan penghargaan kedua diberikan kepada keperawatan.

Penghargaan itu sangat penting untuk peningkatan profesi kebidanan. Kita tahu di

beberapa negara mengkombinasikan keperawatan dan kebidanan dalam seorang

tenaga kesehatan, hal itu terjadi di pulau kecil dan pelatihan klinik sekarang semakin

baik menuju standar internasional sedikit lebih baik daripada masa yang lalu.

Pengembangan Profesi Bidan

Pemerintah melihat adanya peningkatan kebidanan dengan pemberian

asuhan yang bermanfaat. Shearman Report (NSWI, 1989) telah menemukan cara

awal untuk mengatur strategi perawatan yang berkesinambungan. Having a baby in

Victoria (Depkes Viktoria, 1990) melaporkan sebuah revie pelayanan kesehatan di

Viktoria yang dibutuhkan pada orientasi pelayanan kesehatan pada wanita dan

keluarga. Maksudnya pemeliharaan kesehatan yang lebih baiki. “Perawatan efektif

pada kelahiran” CNH dan MRC, 1996 menyimpulkan bahwa perawatan yang

berkesinambungan akan menjadi tujuan perawatan kesehatan ibu.

4) Di Jepang

Jepang merupakan sebuah negara dengan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang maju serta kesehatan masyarakat yang tinggi.

Pelayanan kebidanan setelah perang dunia II, lebih lebih banyak terkontaminasi

oleh medikalisasi. Pelayanan kepada masyarakat masih bersifat hospitalisasi. Bidan

berasal dari perawat jurusan kebidanan dan perawat kesehatan masyarakat serta

44
bidan hanya berperan sebagai asisten dokter. Pertolongan persalinan lebih banyak

dilakukan oeh dokter dan perawat.

Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan serta mulai

menata dan merubah situasi. Pada tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989

berorientasi pada siklus kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai klimaktelium

serta kembali ke persalinan normal.

Bagi orang jepang melahirkan adalah suatu hal yang kotor dan tidak diinginkan

oleh banyak wanita yang akan melahirkan diasingkan dan saat persalinan terjadi di

tempat kotor gelap seperti gedung dan gudang.

Dokumentasi relevan pertama tentang praktek kebidanan adalah tentang

pembantu-pembantu kelahiran (asisten) pada periode Heian (794-1115).

Dokumentasi hukum pertama tentang praktek kebidanan diterbitkan pada tahun

1868. Dokumen ini resmi menjadi dasar untuk peraturan-peraturan hukum utama

untuk profesi medis Jepang. Tahun 1899 izin kerja kebidanan diluar untuk

memastikan profesional kualifikasi.

Pendidikan kebidanan di Jepanbg diawali dengan terbentuknya sekolah bidan

pada tahun 1912 didirikan oleh Obgyn, dan baru mendapatkan lisensi pada tahun

1974. Kemudian pada tahun 1899 lisensi dan peraturan-peraturan untuk seleksi baru

terbentuk.

Tahun 1987, pendidikan bidan mulai berkembang dan berada dibawah

pengawasan obstretikian. Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan bidan terdiri

dari ilmu fisika, biologi, ilmu sosial, dan psikologi. Ternyata hasil yang diharapkan dari

pendidikan bidan tidak sesuai dengan harapan. Bidan-bidan tersebut banyak yang

bersifat tidak ramah dan tidak banyak menolong persalinan dan pelayanan kebidanan.

Yang mengikuti pendidikan bidan yaitu para perawat yang masuk pendidikan

saat umur 20 tahun. Pendidikan berlangsung selama 3 tahun. Tingkat Degree di

universitas terdiri dari 8-16 kredit, yaitu 15 jam teori, 30 jam laboratorium, dan 45 jam

praktik. Pendidikan kebidanan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan

45
obstetri dan neonatal, serta meningkatkan kebutuhan masyarakat karena masih

tingginya angka aborsi di Jepang.

Masalah-masalah yang masih terdapat di Jepang antara lain masih kurangnya

tenaga bidan dan kualitas bidan yang masih belum memuaskan.

Saat ini pendidikan bidan di Jepang bisa setelah lulus dari sekolah perawat

atau perguruan tinggi 2 tahun atau melalui program kebidanan yang ditawarkan oleh

perguruan tinggi selama 4 tahun.

5) DI AUSTRALIA

Kebidanan dan keperawatan di Australia dimulai dengan tradisi dan latihan yang

dipelopori oleh Florence Nightingale pada abad ke-19. Pada tahun 1824 kebidanan

masih belum dikenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia.

Kebidanan masih banyak didominasi oleh dokter.

Sebagian besar wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh

masyarakat. Ketidakseimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat

prostitusi berkembang dengan cepat. Hal ini menyebabkan penduduk wanita banyak

yang hamil dan jarang dari mereka yang dapat memperoleh pelayanan dari bidan

maupun dokter karena status sosial mereka.

Pendidikan Bidan yang pertama kali di Australia dimulai pada tahun 1862. lulusan

waktu itu telah dibekali dengan pengetahuan teori dan praktik. Pendidikan diploma

kebidanan dimulai pada tahun 1893 dan mulai tahun 1899 hanya bidan yang sekaligus

perawat yang telah terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit.

Pada tahun 1913 sebanyak 30% persalinan ditolong oleh bidan. Meskipun ada

peningkatan jumlah dokter yang menangani persalinan antara tahun 1900 sampai 1940,

tidak ada penurunan yang berarti pada angka kematian ibu. Bidan terus disalahkan

akan hal itu. Kenyataannya, wanita kelas menengah keatas yang ditangani oleh dokter

dalam persalinannya mempunyai resiko infeksi yang lebih besar daripada wanita miskin

yang ditangani oleh Bidan.

46
Kebidanan di Australia telah mengalami perkembangan yang pesat sejak 10

tahun terakhir. Dasar pendidikan telah berubah dari tradisional hospital based

programme menjadi tertiary course of studies untuk menyelesaikan kebutuhan

pelayanan dari masyarakat. Tidak semua institusi pendidikan kebidanan di Ausralia

yang telah melaksanakan perubahan ini, beberapa masih menggunakan program

pendidikan yang berorientasi pada rumah sakit.

Kekurangan yang dapat dilihat pada pendidikan kebidanan di australia hampir

sama dengan pelaksanaan pendidikan di indonesia. Belum ada persamaan persepsi

mengenai pengimplementasian kurikulum di masing – masing institusi, sehingga lulusan

bidan mempunyai kompetensi klinik yang berbeda tergantung dari institusi

pendidikannya. Hal ini ditambah dengan kurangnya kebijakan formal dan tidak adanya

standar nasional. Menurut national review of nurse education 1994, tidak ada direct

entri untuk pendidikan bidan di australia. Mahasiswa kebidanan harus menjadi perawat

dahulu sebelum mengikuti pendidikan bidan. Sebab di australia kebidanan masih

menjadi sub spesialisasi dalam keperawatan. Didalamnya termasuk pendidikan tentang

keluarga berencana, kesehatan wanita, perawatan ginecologi, perawatan anak,

kesehatan anak dan keluarga, serta kesehatan neonatus dan remaja. Adanya peraturan

ini semakin mempersempit peran dan ruang kerja bidan.

Literatur yang tersedia bagi mahasiswa kebidanan masih kurang. Kurikulum yang

ada sekarang ini dirasakan hanya sesuai untuk mahasiswa pemula saja atau

intermedier sehingga kadang – kadang mahasiswa yang sudah terlatih di keperawatan

kebidanan diberi porsi yang sama seperti pemula atau sebaliknya. Mahasiswa yang

sebelumnya telah mendapat pendidikan kebidanan di keperawatan akan membawa

konsep sakit (transisi dari filosofi sakit ke filosofi sehat) dalam kebidanan sedikit banyak

akan menyulitkan mahasiswa.

6) DI AMERIKA SERIKAT

Pada sekitar tahun 1700, para ahli sejarah memperhitungkan bahwa angka

kematian ibu di amerika serikat adalah sebanyak 95%. Wanita menjalani persalinan

tidak dengan rasa bahagia, tetapi dengan perasaan takut pada kematian meskipun

47
beberapa diantara mereka sudah ditolong oleh dokter. Salah satu alasan kenapa dokter

banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk mengikis praktik sihir yang masih ada

saat itu.

Wanita mulai melihat masalah – masalah dalam persalinan sebagai sesuatu

yang alami, dimana dokter memegang kendali. Dokter banyak memberikan obat –

obatan tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual.

Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka. Filofofi bahwa

kelahiran bayi adalah sesuatu hal yang normal dan tidak dapat dipisahkan oleh kodrat

wanita, mulai dibangun oleh bidan. Pada akhir abad ke 18, banyak kalangan medis

yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar dan

menerapkan metode obstetrik. Pendapat ini digunakan untuk memfitnah bidan,

sehingga bidan tidak mempunyai pendukung, tidak mempunyai banyak uang, tidak

terorganisir, tidak melihat diri mereka sebagai seorang yang profesional. Sejak awal

1900 setengah persalinan di amerika serikat ditangani oleh dokter, bidan hanya

menangai persalinannya wanita yang tidak mampu membayar dokter.

Tahun 1915 dokter joseph de lee menyatakan bahwa kelahiran bayi adalah

proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran didalamnya. Ia memberlakukan

protap pertolongan persalinan di amerika serikat yaitu : memberikan sedatif pada awal

inpartu, membiarkan serviks berdilatasi, memberikan ether pada kala II, melakukan

episiotomi, melahirkan bayi dengan forcep, ekstraksi placenta, memberikan uterotonika,

serta menjahit episiotomi. Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai angka 600 –

700 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900 – 1930 dan sebanyak 30 –

50 % wanita melahirkan dirumah sakit. Tahun 1940 dokter Grantly Dick meluncurkan

buku tentang persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialist obstetrist berusaha

meningkatkan peran tenaga diluar medis termasuk Bidan.

Tahun 1955American College of Nurse – Midwifery (ANCM) dibuka. Pada tahun

1971 seorang bidan di Tennesche mulai menolong persalinan secara mandiri di sebuah

institusi kesehatan. Pada tahun 1979 badan pengawasan obat Amerika menyatakan

bahwa ibu bersalin yang menerima anastesi dalam dosis tinggi telah melahirkan anak –

48
anak yang mengalami kemunduran perkembangan psikomotor. Hal ini membuat

masyarakat tertarik pada proses persalinan alamiah, persalinan dirumah dan memacu

peran bidan. Pada era 1980-an, ANCM membuat pedoman alternatif lain dalam

pelayanan persalinan dan mengubah pernyataah yang negatif tentang home birth.

Pada tahun 1980-an, dibuat legalisasi tentang praktek profesional bidan. Hal ini

membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan lahan praktek yang spesifik dan

membutuhkan organisasi yang mengatur profesi tersebut.

Saat ini, amerika serikat merupakan negara yang menyediakan perawatan

maternitas termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan negara industri yang paling

buruk dalam hasil perawatan antenatal diantara negara – negara industri lainnya. Bidan

menangani 1,1% persalinan di tahun 1980, 5,5% di tahun 1994. Angka sectio secaria

menurun dari 25% di tahun 1988 menjadi 21% di tahun 1995. penggunaan forcep

menurun dari 5,5% ditahun 1989 menjadi 3,8% ditahun 1994.

7) DI SELANDIA BARU

Di selandia baru telah mempunyai peraturan mengenai praktisi kebidanan

sejak 1904 tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup praktik bidan telah berubah

secara berarti sebagai akibat dari meningkatnya hospitalisasi dan medikalisasi dalam

persalinan. Dari tenaga yang bekerja dengan otonomipenuh dalam persalinan normal di

awal tahun 1900, secara perlahan bidan menjadi asisten dokter. Dari bekerja di

masyarakat bidan sebagian besar mulai bekerja di Rumah sakit area tertentu, seperti

klinik antenatal, ruang bersalin dan ruang nifas. Kehamilan dan persalinan menjadi

terpisah. Dalam hal ini bidan kehilangan pandangannya bahwa persalinan adalah

kejadian normal dalam kehidupan dan peran mereka sebagai pendamping kejadian

tersebut. Selain itu bidan menjadi ahli dalam memberikan intervensi dan asuhan

maternitas yang penuh dengan pengaruh medis.

Di Selandia baru para wanitalah yang berusaha melawan model asuhan

persalinan tersebut dan menginginkan kembalinya bidan tradisional yaitu seorang yang

berada disamping mereka dalam melalui kehamilan sampai 6 minggu setelah kelahiran

bayi. Mereka menginginkan bidan yang percaya pada kemampuannya untuk menolong

49
persalinan tanpa intervensi medis, dan memberikan dukungan bahwa persalinan adalah

proses yang normal. Wanita – wanita di selandia baru ingin mengembalikan kontrol

dalam diri mereka, dan menempatkan diri mereka sebagai pusat kejadian tersebut,

bukan obyek dari medikalisasi.

Pada era 1980-an bidan bekerja sama dengan wanita untuk menegaskan

kembali otonomi bidan dan sama – sama sebagai rekanan. Mereka telah membawa

kebijakan politik yang diperkuat dengan legalisasi tentang profesionalisasi praktik bidan.

Sebagian besar bidan di selandia baru mulai memilih untuk bekerja secara independen

dengan tanggungjawab yang penuh pada klien dan asuhannya dalam lingkup yang

normal. Lebih dari 10 tahun yang lalu pelayanan maternitas telah berubah secara

dramatis. Saat ini 86% wanita mendapat pelayanan dari bidan dari kehamilan sampai

nifas dan asuhan berkelanjutan yang hanya dapat dilaksanakan pada persalinan di

rumah. Sekarang disamping dokter, 63% wanita memilih bidan sebagai salah satunya

perawat maternitas, dan hal ini terus meningkat. Ada suatu keinginan dari para wanita

agar dirinya menjadi pusat dari pelayanan maternitas.

Model kebidanan yang digunakan di Selandia baru adalah partnershiip antara

bidan dan wanita. Bidan dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya serta

wanita dengan pengetahuan tentang kebutuhan dirinya dan keluarganya serta harapan

– harapan terhadap kehamilan dan persalinan. Dasar dari model partnership adalah

komunikasi dan negoisasi.

8) DI CANADA

Ontario adalah provinsi pertama di canada yang menerbitkan peraturan

tentang kebidanan setelah sejarah panjang tentang kebidanan yang ilegal dan

berakibat pada meningkatnya praktik bidan yang tidak berijin. Seperti selandia baru,

wanitalah yang menginginkan perubahan, mereka bicara tentang pilihan asuhan dan

keputusan yang dibuat.

Model kebidanan yang dipakai di ontario berdasarkan pada definisi ICM

tentang Bidan yaitu seorang tenaga yang mempunyai otonomi dalam lingkup persalinan

yang normal. Bidan mempunyai akses kepada rumah sakit maternitas dan wanita

50
mempunyai pilihan atas persalinan dirumah atau dirumah sakit. Selandia baru dan

canada sama – sama menerapkan model partnersip dalam asuhan kebidanan.

Beberapa aspek didalamnya antara lain : hubungan dengan wanita, asuhan kebidanan,

informed choise, informed chonsent, praktik bidan yang memiliki otonomi dan fokus

pada normalitas kehamilan dan persalinan.

Dalam membangun dunia profesi kebidanan yang baru, selandia baru dan

canada membuat suatu sistem baru dalam mempersiapkan bidan – bidan untuk

registrasi. Keduanya memulai dengan suatu keputusan bahwa bidanlah yang

dibutuhkan dalam perawatan maternitas. Ruang ligkup praktik bidan di kedua negara

tersebut tidak keluar dari jalur yang telah ditetapkan ICM. Yaitu bidan yang bekerja

dengan otonomi penuh dalam lingkup persalinan normal, atau pelayanan maternitas

primer. Bidan bekerja dan berkonsultasi dengan ahli obstetri bila terjadi komplikasi pada

ibu serta bayi memerlukan bantuan dari pelayanan maternitas sekunder. Bidan di kedua

negara tersebut mempunyai akses fasilitas rumah sakit tanpa harus bekerja di rumah

sakit. Mereka bekerja di rumah atau dirumah sakit maternitas.

Selandia baru dan canada menerapkan program direct entry selama 3 tahun

dalam pendidikan bidan. Sebelumnya, di selandia baru ada perawat kebidanan dimana

perawat dapat menambah pendidikannya untuk menjadi seorang bidan sedangkan di

canada tidak ada. Bagaimanapun kedua negara tersebut yakin bahwa untuk

mempersiapkan bidan yang dapat bekerja secara otonom dan dapat memberikan

dukungan kepada wanita untuk mengontrol persalinannya sendiri. Penting untuk

mendidik wanita yang sebelumnya belum pernah berkecimpung dalam sistem

kesehatan yang menempatkan kekuatan dan kontrol medis. Karena itu program direct

entry lebih diutamakan.

Kedua negara tersebut menggunakan dua model pendidikan yaitu

pembelajaran teori dan magang. Pembelajaran teori dikelas difokuskan pada teori dasar

yaitu pembelajaran teori dan magang. Pembelajarn teori di kelas difokuskan pada teori

dasar, yang akan melahirkan bidan – bidan yang dapat mengartikulasikan teorinya

sendiri dalam praktik, memanfaatkan penelitian dalam praktik mereka dan berfikir kritis

tentang praktik. Dilengkapi dengan belajar magang, dimana mahasiswa bekerja dengan

51
bimbingan dan pengawasan bidan yang berpraktik dalam waktu yang cukup lama.

Bidan tersebut memberikan role model yang penting untuk proses pembelajaran. Satu

mahasiswa akan bekerja dengan 1 bidan, sehingga mereka tidak akan dikacaukan

dengan bermacam – macam model praktik. Mahasiswa bidan juga akan mulai belajar

tentang model partnership. Model ini terdiri dari : partnership antara wanita dan

mahasiswa bidan, mahasiswa bidan dengan bidan, mahasiswa bidan dengan guru

bidan, guru bidan dengan bidan, partnership antara program kebidanan dengan profesi

kebidanan, serta program kebidanan dengan wanita.

Partnership ini menjaga agar program pendidikan tetap pada tujuan utamanya,

yaitu mencetak bidan – bidan yang dapat bekerja secara otonom sebagai pemberi

asuhan maternitas primer. Selandia baru dan canada telah sukses dalam

menghidupkan kembali status bidan dan status wanita. Keselarasan antara pendidikan

bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan adalah bagian penting dari sukses tersebu

a. PERKEMBANGAN BIDAN DI DALAM NEGERI

Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan, yang

dimaksud dengan pendidikan kebidanan adalah pendidikan formal dan non formal.

1) Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan hindia belanda, tahun 1851 dokter

militer belanda membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di batavia.

2) Tahun 1904 mulai diibuka pendidikan bidan di rumah sakit militer di batavia.

3) Tahun 1911/1912 dimulai tenaga keperawatan di RSUP semarang dan batavia.

4) Tahun 1935-1938 pemerintah belanda mendidik bidan lulusan mulo (setingkat SMP)

dan dibuka sekolah bidan di RSB Budi Kemuliaan Jakarta, RSB Palang Dua dan

RSB Mardi Waluyo di Semarang.

5) Tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia

minimal 17 tahun dan lama pendidikan 3 tahun. Mengingat kebutuhabn tenaga

untuk menolong persalinan cukup banyak, dibuka pendidikan pembantu bidan

/jenjang kesehatan E dan ditutup tahun 1976.

6) Tahun 1953 dibuka kursus tambahan bidan (KTB) di yogaykarta lamanya kursus

antara 7-12 minggu.

52
7) Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan bersama dengan guru perawat di

bandung, dan awal 1972 institusi pendidikan dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat

(SGP), dan pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan bidan.

8) Tahun 1970 dibuka program pendididkan yang menerima lulusan sekolah pengatur

rawat ditambah 2 tahun pendidikan bidan yang disebut sekolah pendidikan lanjutan

jurusan kebidanan dan ini tidak dilaksanakan secara merata dari seluruh provinsi.

9) Tahun 1974 dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya

tenaga di lapangan dimana salah satu tugasnya adalah menolong persalinan

normal.

10) Tahun 1975-1985 institusi pendidikan bidan ditutup.

11) Tahun 1981 dibuka pandidikan D, kesehatan ibu dan anak, yang berlangsung hanya

satu tahun.

12) Tahun 1985 dibuka program pendidikan bidan lulusan SPB dan SPK, lamanya

pendidikan 1 tahun dan lulusannya dikembalikan kepada institusi yang mengirim.

13) Tahun 1989 dibuka Cresh program pendidikan bidan secara normal yang lulusan

SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan (PPB/A), lama pendidikan 1

tahun dan lulusannya ditempatkan di desa dengan tujuan untuk memberikan

pelajaran kesehatan terutama ibu dan anak di daerah pedesaan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menurunkan angka kematian ibu dan

anak. Mulai tahun 1996 status bidan di desa sebgaai pegawai tidak tetap (PTT).

14) Tahun 1993 dibuka PPB program bidan yang peserta didukungnya dari lulusan

akper dengan lama pendidikan 1 tahun yang tujuannya untuk mempersiapkan

tenaga pengajar pada program pendidikan bidan A.

15) Tahun 1993 dibuak PPB program C yang menerima lulusan SMP dilakukan di 11

provinsi di wilayah sumatera, kalimantan, sulawesi selatan, NTT, maluku dan irian.

16) Tahun 1994-1995 pemerintah menyelenggarakan uji coba pendidikan PPB jarak

jauh di 3 Provinsi jawa barat, jawa tengah, jawa timur. Pengaturan penyelenggaraan

telah diatur dalam SK menkes no 1247/menkes/SK/XII/1994.

17) Tahun 1994 dilakukan pelatihan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan

neonatal LLSS.

53
18) Tahun 1996 Ibi bekerja sama dengan depkes dan American College of Nurse

Midwife (ACNM) dan RS swasta menjadikan training kepada anggota IBI sebanyak

8 orang untuk LSS yang kemudian menjadi tim pelatih LSS inti di PP IBI.

19) Tahun 1995-1998 IBI bekerja sama dengan mother care melakukan pelatihan dan

peer review bagi bidan RS, bidan puskesmas dan bidan desa di provinsi kalimantan

selatan.

20) Tahun 2000 ada pelatihan APN yang dikoordinasikan untuk maternal neonatal

health (MNH) sampai saat ini telah melalui APN di beberapa provinsi

(Sumber : bidan menyongsong masa depan 50 tahun IBI)

54
BAB III
PARADIGMA ASUHAN KEBIDANAN

Yang paling utama bagi bidan. Bidan, dalam memberikan pelayanan kesehatan,

bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan praktikntya sehingga diperlukan bidan

yang mempunyai pengetahuan dengan cara pandang yang baik.

Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam memberi

pelayanan. Keberhasilan pelayanan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara

pandang bidan dalam kaitan atau hubungan timbal balik antara manusia/wanita, lingkungan,

perilaku, pelayanan kebidanan. (Suryani Soepardan, 2008; 27) Paradigma kebidanan adalah

suatu cara pandang bidan dalam memberikan pelayanan. (Mustika Syofyan, et al, 2004; 18)

Paradigma berasal dari bahasa Latin/Yunani, paradigma yang berarti model/pola. Paradigma

juga berarti pandangan hidup, pandangan suatu disiplin ilmu/profesi. Kebidanan dalam

bekerja memberi pelayanan profesi berpegang pada paradigma berupa pandangan terhadap

manusia/perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan dan keturunan.

(Atik Purwandari, 2008; 48) Paradigma adalah cara pandang seseorang terhadap

suatu objek. Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam memberikan

pelayanan kebidanan. Paradigma atau cara pandang seseorang terhadap objek

berpengaruh dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan suatu tindakan. Begitu juga

dalam kebidanan, paradigma seorang bidan sangat mempengaruhi pengambilan keputusan

dan tindakan seorang bidan. Paradigma kebidanan sangat penting untuk diketahui agar para

bidan mempunyai pandangan yang sama terhadap individu dan lingkungan yang akan

dihadapinya.

Paradigma berasal dari bahasa Latin/Yunani, paradigma yang

berartimodel/pola.Paradigma juga berarti pandangan hidup, pandangan suatu disiplin

ilmu/profesi paradigm.Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-3, paradigma adalah

kerangka berpikir. Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam

memberi pelayanan. Keberhasilan bidan dalam bekerja/memberikan pelayanan berpegang

pada paradigma,pandangan terhadap manusia/wanita,lingkungan, perilaku, pelayanan

kesehatan dan cara pandang bidanatauhubungan timbal balik antara manusia, lingkungan,

perilaku, pelayanankebidanan dan keturunan.

55
Komponen paradigma kebidanan, meliputi wanita, lingkungan, perilaku,

pelayanan kebidanan, dan keturunan.

1) Wanita

Wanita/ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita

yang sehat secara jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan. Ibu adalah

pendidik pertama utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh

keberadaan seorang ibu dalam keluarga.Para wanita di masyarakat adalah pelopor

peningkatan kesejahteraan keluarga.

2) Lingkungan

Lingkungan merupakan semua aspek yang terlibat dalam interaksi individu ketika

melakukan aktivitas.Ibu selalu terlibat dalam interaksi antara keluarga, kelompok,

komunitas, maupun masyarakat.Masyarakat adalah kelompok yang telah dibentuk

manusia sebagai lingkungan sosial.Ibu/wanita merupakan bagian anggota keluarga dan

unit komunitas.

3) Perilaku

Perilaku profesional bidan mencakup:

1. Berpegang teguh pada filosofi etika profesi dan aspek legal dalam melaksanakan

tugasnya.

2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang

dibuatnya.

3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir

secara berkala.

4. Menggunakan tindakan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan penyakit

dan startegi pengendalian infeksi.

5. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberi asuhan

kebidanan.

6. Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat dalam kaitannya dengan praktik

kesehatan,kehamilan,pelahiran,periode pasca melahirkan,bayi barulahir, dan balita.

56
7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan wanita atau ibu(clien)

agar klien dapat menentukan pilihan berdasarkan informasi mengenai semua aspek

asuhan. Meminta persetujuan secara tertulis agar klien juga bertanggung jawab atas

keswehatannya sendiri.

8. Menggunakan keterampilan komunikasi.

9. Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan ibu dan keluarga.

10. Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

4) Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga

yang berkualitas. Layanan Kebidanan dapat dibedakan menjadi:

1. Layanan kebidanan primer/mandiri,adalah asuhan kebidanan yang diberikan kepada

klien dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.

2. Layanan kolaborasi, adalah asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dengan

beban tanggung jawab bersama dari semua pemberi layanan yang terlibat

mengcakup, bidan, dokter dan/atau tenaga kesehatan profesional lainnya. Bidan

merupakan anggota tim.

3. Layanan rujukan adalah asuhan kebidanan yang dilakukan dengan menyerahkan

tanggung jawab kepada dokter, ahli dan/atau tenaga kesehatan profesional lainya

untuk mengatasi masalah kesehatan klien di luar kewenangan bidan dalam rangka

menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya.

5) Keturunan

Kualitas manusia diantaranya ditentukan keturunan.Manusia yang sehat dilahirkan oleh

ibu yang sehat. Walaupun kehamilan, kelahiran, dan nifas adalah proses fisiologis,

namun bila tidak ditangani secara akurat dan benar keadaan fisiologis dapat menjadi

patologis, sehingga berpengaruh pada bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu, layanan

praperkawinan, prakehamilan, kehamilan, kelahiran, dan nifas sangat penting serta

57
memiliki keterkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan dan semua ini adalah

tugas utama bidan.

1.1 Pengertian Paradigma


Paradigma atau cara pandang seseorang terhadap objek berpengaruh dalam

pengambilan keputusan dan pelaksanaan suatu tindakan, begitu juga dalam kebidanan,

paradigm seorang bidan. Paradigm kebidanan yang sangat penting untuk diketahui agar

para bidan mempuyai pandangan yang sama terhadap individu mempengaruhi

pengambilan keputusan dan tindakan Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan

keprofesiannya berpegang pada paradigm, berupa pandangan terhadap manusia atau

perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan atau kebidanan, dan keturunan.

1.2 Paradigma Asuhan Kebidanan


Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam memberikan

pelayanan. Keberhasilan pelayanan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara

pandang bidan dalam kaitan atau hubungan timbale-balik antara manusia atau wanita,

lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan, dan keturunan.

1.3 Komponen Paradigma Kebidanan


1) Manusia

Wanita atau manusia adalah makhluk bio-psiko-spsial-kultural dan spiritual

yang utuh dan unik, mempuyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai

dengan tingkat perkembanganya.

Bio adalah wanita yang artinya wanita adalah biologis yang memerlukan

kebutuhan sesuai dengan tingkat perkembangannya untuk kelangsungan hidup.

. spiko artinya manusia yang mempuyai kejiwaan harus diperhatikan dalam

setiap memberikan pelayanan.

Sosio artinya adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan orang lain

dan membutuhkan orang lain.

Kultural artinya wanita adalah makhluk yang berbudaya atau memilki

kebiasaan-kebiasaan tertentu.

58
Spiritual artinya adalah wanita makhluk yang secara fitrah akan selalu

membutuhkan.

Utuh artinya pandangan kita kepada seorang wanita sebagai makhluk bio-

psiko-sosio-kultural tersebut harus dipandang secara menyeluruh, tidak bias hanya

di pandang dari segi biologisnya saja, atau psikologisnya saja karena sisi tersebut

menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Unik artinya wanita adalah makhluk yang berbeda antara satu dengan yang

lain, lain dari segi bio, psiko,sosio, kultural maupun psiritualnya.

Wanita atau inu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga

keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta social sanggat diperlukan.

mempunyai kebutuhan dasar yang unik dan bermacam-macam, sesuai dengan

tingkat perkembangannya. Perempuan adalah penerus generasi, sehingga

keberadaan perempuan yang sehat jasmani, rohani, dan social sangat diperlukan.

Perempuan sebagai sumber daya insane merupakan pendidik pertama dan

utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan atau

kondisi perempuan atau ibu dalam keluarga. Para perempuan di masyarakat adalah

penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga.

a. Peran wanita di dalam keluarga

1. Sebagai pendamping

2. Sebagai pengelola

3. Sebagai pencari nafkah

4. Sebagai penerus generasi

b. Peran bidan untuk individu dan masyarakat

1. Menolong individu mengatasi dan beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan.

2. Membawa perubahan tingkah laku yang positif

3. Merencanakan perawatan yang bersifat individual

4. Mengetahui budaya-budaya yang berkembang dalam masyarakat

59
5. Menerapkan pendekatan komprehensif

c. Perbedayaan perempuan meliputi :

1. Memberikan hak dan juga pilihan kepada wanita secara signifikan

dapat mempengaruhi kesehatan

2. Mendorong bidan untuk mulai dari diri sendiri untuk peka dan

mengatasi masalah, kemasyarakatan dan budaya tradisisi keluarga,

seperti kekerasan dalam berumah tangga yang merugikan anak

perempuan dan wanita. Bidan harus mendidik dan membiasakan

dirinya sendiri dengan konsep dasar HAM dan mengaktualisasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengharuskan bidan belajar pengetahuan, keterampilan, yang

diperlukan untuk mencapai otonomi atau kemandirian dalam

pengambilan keputusan yang vital untuk dirinya sendiri dan

kepentingan keluarganya.

4. Mengharuskan para bidan dalam bekerja sama dengan wanita,

keluarga dan kelompok advokasi lainya untuk menyediakan dukungan

serta pemberian informasi sesuai yang dibutuhkan oleh seorang

perempuan untuk membuat keputusanya.

5. Mengharuskan bidan untuk selalu bersedia mengembangkan konsep

HAM, dan itu adalah sebuah kerja keras dalam jangka panjang serta

membutuhkan partisipasi seluruh masyarkat.

2) Lingkungan

Lingkunagn merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada

waktu melaksanakan aktivitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial, biologis

maupun budaya. Lingkungan psikososoal meliputi keluarga, kelompok, komunitas,

dan masyarakat.

Masyarakat merupakan kelompok paling penting dan kompleks yang telah

dibentuk oleh manusia sebagai lingkungan social yang terdiri dari individu, keluarga

dan komunitas yang mempunyai tujuan dan system nilai.

60
Perempuan merupakan bagian dari anggota keluarga serta unit komunitas.

Keluarga, dalam fungsinya memengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana

dia berada. Keluarga dapat menunjang kebutuhan sehai-hari dan memberikan

dukungan emosional kepada ibu sepanjang siklus kehidupannya. Keadaan sosial

ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan lokasi tempat tinggal keluarga sangat

menentukan derajat kesehatan reproduksi perempuan.

3) Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman secara interaksi

manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap

dan tindakan. Perilaku manusia bersifat holistic (menyeluruh). Adapun perilaku

professional dari bidan mencakup :

Dalam melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada filosofi etika

profesi dan aspek legal.

Bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis

yang dibuatnya.

Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan

keterampilan mutakhir secara berkala.

Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah

penularan penyakit dan strategi pengendalian infeksi.

Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama

memberikan asuhan kebidanan.

Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan

dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca

persalinan, bayi baru lahir dan anak.

Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan kaum

perempuanatau ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang

telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta

persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggungjawab atas

kesehatannya sendiri.

61
Menggunakan keterampilan komunikasi.

Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningakatkan

pelayanan keseshatan ibu dan keluarga.

Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

Perilaku ibu selama hamil akan memengaruhi kehamilannya, perilaku ibu

dalam mencari penolong persalinan akan memengaruhi kesejahteraan ibu dan

janin yang dilahirkan, demikian juga perilaku ibu pada masa nifas akan

memengaruhi kesehatan ibu dan bayinya.

Dengan demikian perilaku ibu dapat memengaruhi kesejahteraan ibu dan

janinnya.

4) Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam

rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan

merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan

yang diberikan dengan meksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam

rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera.

Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat

yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan.

Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :

Layanan kebidanan primer adalah layanan bidan yang sepenuhnya

menjadi tanggungjawab bidan.

Layanan kebidanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan

sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau

sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan

kesehatan.

Layanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan

dalam rangka rujukan ke system pelayanan yang lenih tinggi atau

sebaliknya yaitu yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan

dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan yang


62
dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain

secara horizontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya.

Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan

kesejahteraan ibu dan bayi.

5) Keturunan

Kualitas manusia, di antaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia

yang sehat akan dilahirkan oleh ibu yang sehat. Ini menyangkut kesiapan

perempuan sebelum perkawinan, sebelum kehamilan (pra-konsepsi), masa

kehamilan, masa kelahiran, dan masa nifas.

Walaupun kehamilan, kelahiran, dan nifas adalah sangat penting dan

mempunyai keterkaitan satu sama lain yang tak dapat dipisahkan, dan semua

adalah tugas utama bidan.

63
BAB IV
ASUHAN KEBIDANAN

5.1 Latar Belakang

Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan

secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan konseling asuhan

kebidanan yang mencakup pemeriksaan berkesinambungan diantaranya asuhan

kebidanan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, dan masa nifas. (Varney, 2006)

Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan

yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang

dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. OIeh

karena itu, kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir harus ditangani oleh

petugas kesehatan yang berwenang demi kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi.

Kehamilan merupakan proses reproduksi yang memerlukan perawatan

khusus karena menyangkut kehidupan ibu dan janin, agar dapat melewati masa

kehamilan, persalinan, dan menghasilkan bayi yang sehat.

Antenatal care merupakan salah satu wujud yang dapat dilakukan untuk

melakukan perawatan khusus tersebut. Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu

upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan dengan tujuan untuk mendeteksi

dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan

angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. (Resky Maharani S.1, Veni Hadju1,

Zakaria2, 2013). Sesuai dengan peran seorang bidan yaitu sebagai pelaksana

pelayanan kebidananyang kegiatannya meliputi antenatal care, bidan diharapkan dapat

melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidanan sesuai dengan standar.

yang telah ditetapkan. Pelayanan antenatal sendiri sangat penting karena

dapat memberikan gambaran-gambaran kepada ibu hamil tentang keadaan

kesehatannya dan janin dalam kandungannya. Pengawasan antenatal memberikan

manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara

dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam

pertolongan persalinannya.

Proses persalinan merupakan suatu peristiwa yang penting yang

64
membutuhkan perhatian khusus baik terhadap kesehatan fisik maupun kesehatan

psikis ibu. Secara fisiologis, ibu menjelang persalinan harus berada dalam keadaan

cukup gizi dan bebas dari penyakit infeksi dan penyakit - penyakit lain yang

mempengaruhi proses persalinan. Sedangkan secara psikologis diharapkan ibu

menjelang persalinan menunjukkan suasana hati yang tenang, damai, dan memiliki

sikap / persepsi yang positip dalam menghadapi persalinan, sehingga hal tersebut

dapat mengurangi ketegangan emosi dan dapat menurunkan / meminimalkan rasa

cemas yang sering dirasakan ibu-ibu menjelang persalinan. (Sulami, 2012). Terdapat

lima kebutuhan dasar bagi wanita yang sedang mengalami proses persalinan. Lima

kebutuhan dasar tersebut adalah: Asuhan fisik dan psikologis, Kehadiran seorang

pendamping secara terus menerus, Pengurangan rasa sakit, Penerimaan atas sikap

dan perilakunya, Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman. Salah

satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikutsertakan suami dan keluarga

selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

Berat badan bayi lahir normal harus mencapai minimal 2.500 gram. Bayi

dengan berat lahir < 2500 gram tergolong bayi dengan resiko tinggi karena angka

kesakitan dan kematiannya tinggi, oleh karena itu pencegahan kelainan BB bayi lahir

sangat penting, yaitu dengan pemeriksaan prenatal yang baik dan memperhatikan gizi

ibu. Pada keadaan bayi lahir dengan berat lahir dan usia gestasi yang normal maka

pertumbuhan organ internal termasuk otak telah mencapai tahap kematangan sehingga

kemampuan intelektual bayi dengan berat normal cenderung menunjukkan lebih baik

daripada bayi dengan berat lahir kurang.

Masa nifas merupakan masa setelah ibu melahirkan bayi yang digunakan

untuk memulihkan kesehatannya berarti memulihkan organ yang mengalami perubahan

pada waktu hamil maupun bersalin. Untuk itu ibu dianjurkan melakukan mobilisasi dini.

Mobilisasi adalah kemampuan untuk bergerak bebas dalam lingkungan. Mobilisasi ini

melibatkan antara lain sistem integumen dan sistem neuromuskuler. Tujuan dari

mobilisasi adalah sebagai ekspresi emosi dalam bentuk non verbal, pertahanan diri,

pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas sehari-hari dan aktivitas rekreasi.

Mobilisasi dini ini berhubungan dengan pengeluaran lochea karena aktifitas

fisik akan mempengaruhi kebutuhan otot terhadap oksigen, yang kebutuhannya akan

65
meningkat berarti memerlukan aliran darah yang kuat, seperti halnya otot rahim, lalu

dirangsang kontraksinya dengan aktivitas fisik maka aliran darah akan meningkat dan

lancar, kontraksi uterus semakin baik pengeluaran lochea menjadi lancar sehingga

mempengaruhi proses pengecilan rahim. Pengeluaran lochea salah satunya

dipengaruhi oleh kesediaan ibu untuk menyusui. Isapan anak akan merangsang otot

polos payudara untuk berkontraksi yang kemudian merangsang susunan saraf di

sekitarnya dan meneruskan rangsangan ini ke otot. Otot akan memerintahkan kelenjar.

hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormon pituitarin lebih banyak,

sehingga kadar hormon estrogen dan progesteron yang masih ada menjadi lebih

rendah. Pengeluaran hormon pituitarin yang lebih banyak akan mempengaruhi kuatnya

kontraksi otot-otot polos payudara dan uterus. Kontraksi otot-otot polos payudara

berguna untuk mempercepat involus . (Dwi Purwanti dan Riska Dwi Kristanti, 2011).

Setelah masa nifas selesai segera beri konseling pada ibu mengenai kontrasepsi yang

akan digunakan

Program keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk mengukur

jumlah anak yang diinginkan. Agar mencapai hal tersebut maka ada beberapa seperti

kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Program KB

bertujuan untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi

suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga

bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Ari Sulistyawati,

2011)

5.2 Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi

tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebütuhan

masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, masa nifas, bayi setelah

lahir serta keluarga berencana (Depkes RI, 1999).

Macam-macam asuhan kebidanan diantaranya :

1. Asuhan kebidanan pada anak remaja dan wanita pra nikah

2. Asuhan kebidanan pada wanita selama kehamilan normal

3. Asuhan kebidanan pada wanita dalam masa persalinan

66
4. Asuhan pada bayi baru lahir

5. Asuhan kebidanan pada wanita dalam masa nifas

6. Asuhan wanita usia subur yang membutuhkan KB

7. Asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan system reproduksi

8. Asuhan kebidanan pada wanita dalam masa klimakterium dan menopause

9. Asuhan kebidanan pada bayi dan balita

Macam – macam asuhan kebidanan yang memerlukan kolaborasi dan rujukan

diantaranya :

1. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi

2. Asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi

3. Asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi

4. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi

5. Asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi

Untuk bias melaksanakan asuhan kebidanan di atas, diperlukan bidan yang memiliki

kompetensi-kompetensi sesuai yang terlampir di bawah yaitu :

1. Pengetahuan umum, keterampilan dan prilaku yang berhubungan dengan ilmu-ilmu

social, kesehatan masyarakat dan kesehatan professional

Kompetensi ke 1 : bidan mempuyai persyaratan penetahuan dan keterampilan dari ilmu-

ilmu social, kesehatan masyarakat dan etik u=yang membentuk dasar dari asuhan yang

bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

a) Pengetahuan dan keterampilan dasar

1) Kebudayaan dasar masyarakat di Indonesia

2) Keuntungan dan kerugian praktik kesehatan tradisional dan modern

3) Sarana tanda bahaya serta transfortasi kegawatdaruratan bagi anggota

masyarakat yang sakit membutuhkan asuhan tambahan

4) Penyebab langsung maupun tidak langsung kematian dan kesakitan ibu dan bayi

di masyarakat

5) Advokasi dan strategi memberdayakan wanita dalam mempromosikan hak-haknya

yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesetaraan dalam

memperoleh pelayanan kebidanan )

67
6) Keuntungan dan resiko dari tatanan tempat bersalin dengan aman

7) Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman

8) Masyarakat keadaan kesehatan lingkungan, makanan dan ancaman umum bagi

kesehatan

9) Standar profesi dan praktek kebidanan

b. Pengetahuan dan keterampilan tambahan

1) Epidemiologi, sanitasi, diagnosis masyarakat dan vital statistik

2) Infra struktur kesehatan setempat dan nasional serta bagaimana mengakses

sumber daya yang dibutuhkan untuk asuhan kebidanan

3) Primary Health Care (PHC) berbasis di masyarakat dengan mengunkan promosi

kesehatan serta strategi pencegahan penyakit

4) Program amunisasi national dan akses untuk pelayanan imunisasi

c. Prilaku professional bidan

1) Berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan asfek legal

2) Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang

dibuatnya

3) Senantiasa mengiku perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir

4) Mengunakan cara pencegahan universal untuk penyakit penularan dan stategi

pengendalian infeksi

5) Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan

kebidanan.

6) Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan, kehamilan,

kelahiran, periode pasca persalinan bayi baru lahir dan anak.

7) Mengunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan kaum wanita/ ibu agar

mereka dapat menentukan pilihan yang terlah diimformasikan tentang semua

aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung

jawab atas kesehatanya sendiri.

8) Mengunakan keterampilan mendengar dan memfasilitasi

9) Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan kepada ibu dalam tatanan pelayanan.

2. Asuhan Pra konsepsi, KB dan ginekologi

68
Kompetensi ke 2 : bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan

yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka

untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan

kesiapan menjadi orang tua.

a. Pengetahuan Dasar

1) Pertumbuhan dan perkembangan seksualitas dan aktivitas seksual

2) Anatomi dan fisiologi pria dan wanita yang berhubungan dengan konsepsi dan

reproduksi

3) Norma dan praktik budaya dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan

bereproduksi

4) Komponen riwayat kesehatan, riwayat keluarga, dan riwayat genetik yang relevan

5) Pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi potensi kehamilan yang

sehat

6) Berbagai metode alamiah untuk menjarangkan kehamilan dan metode lain yang

bersifat tradisional yang lazim digunakan

7) Jenis, indikasi, cara pemberian, cara pencabutan dan efek il, suntikan, AKDR, Alat

kontasepsi bawah kulit (AKBK), kondom, Tablet Vagina dan tisu Vagina.

8) Metode konseling bagi wanita dalam memilih suatu metode kontasepsi

9) Penyuluhan kesehatan mengenai PMS, HIV/AIDS dan kelangsungan hidup anak

10) Tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan penyakit menular seksual yang lazim

terjadi

b. Pengetahuan Tambahan

1) Factor-faktor yang menentukan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan

dengan kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak direncakan.

2) Indicator penyakit akut dan kronis yang kronis yang dipengaruhi oleh kondisi

geografis dan proses rujukan untuk pemeriksaan/pengobatan lebih lanjut

3) Indicator dan metode konseling/rujukan terhadap gangguna hubungan inter

personal, termasuk kekerasan dan pelecehan dalam keluarga (Seks, Fisik dan

emosi )

d. Keterampilan dasar

1) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang lengkap

69
2) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus sesuai dengan kondisi wanita

3) Menetapkan dan atau melakssanakan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan

laboratorium seperti hematocrit dan analisa urine.

4) Melaksankan pendidikan kesehatan dan keterampilan konseling dasar dengan

trepat.

5) Memberikan pelayanan KB yang terdia sesuai dengan kewenangan dan budaya

masyarakat

6) Melakukan pemeriksaan berskala akseptor KB dan melakukan intervensi sesuai

kebutuhan

7) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang ditemukan

8) Melakukan pemasangan AKDR

Melakukan penyabutan AKDR dengan letak normal.

3. Asuhan Konseling selama Kehamilan

Asuhan kebidanan pada ibu hamil adalah asuhan yang diberikan Bidan pada ibu hamil

utuk mengetahui kesehatan ibu dan janin serta untuk mencegah dan menangani secara

dini kegawatdaruratan yang terjadi pada saat kehamilan.

Tujuan pemeriksaan dan pengawasan Ibu hamil

i. Tujuan umum

Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan,

persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.

ii. Tujuan khusus

Mengenal dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin dijumpai dalam

kehamilan, persalinan dan nifas.

Mengenal dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin

Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak

Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehat sehari-hari

Standar Asuhan Kehamilan Kunjungan antenatal care (ANC) minimal :

1. Satu kali pada trimester 1 (usia kehamilan 0 – 13 minggu).

2. Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14 – 27 minggu)

3. Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 18 – 40 minggu)


70
Kehamilan memberikan perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis bagi ibu

hamil. Perubahan-perubahan yang bersifat fisiologis misalnya; pusing, mual, tidak nafsu makan,

BB bertambah dan sebagainya. Sedangkan perubahan psikologis yang menyertai ibu hamil

diantaranya; ibu menjadi mudah tersinggung, bangga dan bergairah dengan kehamilannya dan

sebagainya.

Adapun pelaksanaan komunikasi bagi ibu hamil, bidan diharapkan :(a) mampu

melaksanakan asuhan dan tindakan pemeriksaan, pendidikan kesehatan dan segala bentuk

pelayanan kebidanan ibu hamil; (b) dengan adanya komunikasi terapeutik diharapkan dapat

meredam permasalahan psikososial yang berdampak negatif bagi kehamilan; (c) membantu ibu

sejak pra konsepsi untuk mengorganisasikan perasaannya, pikirannya untuk menerima dan

memelihara kehamilannya.

Kompetensi ke 3 : bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi; deteksi dini;

pengobatan;pengobatan atau rujukan dari :

a. Pengetahuan dasar

1) Anatomi dan fisologi tubuh manusia

2) Siklus mestruasi dan proses konsepsi

3) Tumbuh kembang janin dan factor-faktor yang mempengaruhinya.

4) Tanda-tanda dan gejala kehamilan

5) Mendiagnosis kehamilan

6) Perkembangan normal kehamilan

7) Komponen riwayat kesehatan

8) Komponen pemeriksaaan fisik yang terfokus selama antenatal

9) Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran dan atau tinggi

fundus uteri

10) Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat, hyperemesis gravidarum,

kehamilan ektopik tergangu, abortus imminen, molla hydatidosa dan kom plikasinya dan

kehamilan ganda, kelalaian letak serta pre eklamsi.

11) Nilai normal dari pemeriksaan laboratorium seperti haemglobin dalam darah test gula,

protein, aceton dan bakteri dalam urine

71
12) Perkembangan normal dari kehamilan: perubahan bentuk fisik, ketidaknyamanan yang

lazim, pertumbuhan fundus uteri yang diharapkan

13) Perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan dan dampak kehamilan terhadap

keluarga

14) Penyuluhan dalam kehamilan: perubahan fisik, perawatan buah dada ketidaknyamanan,

kebersihan, seksualitas, nutrisi, pekerjaan dan aktivitas ( Senam Hamil )

15) Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin

16) Penetalaksanaan imunisasi pada wanita hamil

17) Pertumbuhan dan perkembangan janin

18) Persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua

19) Persiapan keadaan dan rumah/keluarga untuk menyambut kelahiran

20) Tanda-tanda dimulainya persalinan

21) Promosi dan dukungan pada ibu menyusui

22) Tehnik relaksasi dan strategi meringankan nyeri pada persiapan persalinan dan

kelahiran

23) Mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberikan

24) Mengurangi ketidaknyamanan selama masa kehamilan

25) Pengunaan obat-obat tradisional ramuan yang aman untuk mengurangi ketidakyaman

selama kehamilan

26) Akibat yang ditimbulkan dari merokok, pengunaan alcohol dan obat terlarang bagi

wanita hamil dan janin

27) Akibat yang menimbulkan/ditularkan oleh binatang tertentu terhadap kehamilan,

misalnya toxoplasmosis

28) Tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa, seperti pre

ekslamsia, perdarahan pervaginam, kelahiran premature, anemia berat.

29) Kesejahteraan janin termasuk DJJ dan pola aktivitas janin

30) Resusitasi kardiopulmonary

b. pengetahuan tambahan

1) Tanda, gejala dan indikasi rujukan komplikasi tertentu dalam kehamilan seperti asma,

infeksi HIV, penyakit menular seksual (PMS), diabetes, kelainan jantung,

postmatur/serotinus.

72
2) Akibat dari penyakit akut da kronis yang disebut diatas bagi kehamilan dan janinnya

c. keterampilan dasar

1) mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisanya pada

setiap kunjungan/ pemeriksaan ibu hamil

2) melaksakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan lengkap

3) melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk pengukuran tinggi fundud

uteri/posisi/presentasi

4) melakukan penilaian pelvic, termasuk ukuran dan struktur tulang panggul

5) menilai keadaan janin selama kehamilan dan menentukan detak jantung janin dangan

mengukan fetoscope (Pinard) dan gerakan janin dengan palpasi uterus

6) menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraaan persalinan

7) mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubunganya dengan pertumbuhan janin

8) mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubunganya dengan komplikasi kehamilan

9) memberikan penyuluhan pada klien/keluraga mengenai tanda bahaya dan serta

bagaimana menghubungi bidan

10) melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hyperemesis gravidarum

tingkat I, abortus imminen dan eklamsia ringan

11) menjelaskan dan mendemontasikan cara mengurangi ketidaknyamanan yang lazim

terjadi dalam kehamilan

12) memberikan imunisasi pada ibu hamil

13) mengindentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan melakukan penanganan yang

tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang tepat terdiri dari :

 kekurangan gizi

 pertumbuhan janin yang tidak adekuat: SGA dan LGA

 pre Eklamsia berat dan hipertensi

 perdarahan pervaginam

 kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm

 kelainan letak pada janin kehamilan aterm

 kematian janin

 adanya edema yang signifikan, sakit kepala yang hebat, ganguan pandangan,

nyeri epigastrium yang disebabkan tekanan darah tinggi

73
 ketuban pecah sebelum waktu

 persangkaan polyhydramnion

 DM

 Kelainan kongenital pada janin

 Hasil laboratorium yang tidak normal

 Persangkaan polyhidromnion, kelainan janin

 Infeksi pada ibu hamil seperti :PMS, vaginitis, infeksi saluran perkemihan dan

saluran nafas

14) Memberikan bimbingan dan persiapan untuk persalinan, dan menjadi orang tua

15) Memberikan bimbingan penyuluhan mengenai perilaku kesehatan selama kehamilan,

seperti nutrisi, latihan (Senam), keamanan dan berhenti merokok

16) Pengunaan secara aman jamu/obat-obatan tradisional yang tersedia

d. Keterampilan tambahan

1) Mengunakan dopller untuk memantau DJJ

2) Memmberikan pengobatan dan atau kolaborasi terhadapa penyimpangan dari keadaan

normal dengan mengunakan standar local dan sumber daya yang tersedia

3) Melaksanakan kemampuan LSS dalam manajemen pasca abortion

4. Asuhan selama persalinan dan kelahiran

KOMPETENSI KE 4: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap

terhadap kebudayaan setempat, selama persalinan (memimpin persalinan yang bersih dan

aman), menagani situasi yang kegawatdaruratan tertentu untuk mengoftimalkan kesehatan

wanita dan bayinya yang baru lahir.

Asuhan yang di berikan Bidan pada Ibu Bersalin. Bidan melakukan Observasi

pada Ibu Bersalin, yani pada Kala I, Kala II, kala III, Dan kala IV.

1. kala I: Pembukaan 0-10

Pembukaan: 1. fase laten: 8jam : 0-3

2. fase Aktif: 6jam : 1. Akselerasi: (2jam) 3-4

2. Dilatasi max: (2jam) 4-9

3. Deselerasi: (2jam) 9-10

74
Asuhan yang diberikan :

1) memonitoring tekanan darah, suhu badan, denyut nadi setiap 4jam

2) mendengarkan denyut jantung janin setiap jam pada fase laten dan 30 menit pada fase

aktif.

3) palpasi kontraksi uterus setiap jam setiap fase laten dan 30 menit pada fase aktif.

4) memonitoring pembukaan servik penurunan bagian daerah terendah pada fase laten dan

fase aktif setiap 4jam.

5) memonitoring pengeluaran urine setiap 2jam

6) menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga atau

temandekat untuk mendampingi ibu.

7) Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan selanjutnya serta kemajuan

persalinan dan meminta persetujuan ibu untuk rencana asuhan selanjutnya.

8) mengatur aktifitas dan posisi dan membimbing relaksasi sewaktu ada his.

9) menjaga privasi ibu.

10) menjaga kebersihan diri

11) memberi rasa aman dan menghindari rasa panas, mengurangi rasa nyeri ketika his

misalnya dengan membuat rasa sejuk dan masase.

12) memberikan cukup minum dan makan

13) memastikan dan mempertahankan kandung kemih tetap kosong

14) menciptakan rasa kedekatan antara bidan dan ibu misalnya dengan sentuhan.

2. kala II: Lahirnya janin

Asuhan yang diberikan :

1) memberikan dukungan terus menerus kepada ibu

2) memastikan kecukupan makan dan minum

3) mempertahankan kebersihan diri

4) mempersiapkan kelahiran bayi

5) membimbing meneran pada waktu his

6) melakukan pemantauan keadaan ibu dan denyut jantung bayi terus menerus

7) melakukan amniotomi

75
8) melakukan episiotomi jika diperlukan

9) melahirkan kepala sesuai mekanisme persalinan dan jalan lahir

10) melonggarkan atau melepaskannya, bila ada lilitan tali pusat pada kepala dan badan bayi.

11) melahirkan bahu dan diikuti badan bayi

12) nilai tanda-tanda kehidupan bayi minimal 3 aspek adalah asuhan bernafas , denyut

jantung, warna kulit

13) klem/jepit tali pusat didua tempat dan potong dengan gunting steril/DTT

14) menjaga kehangatan bayi

15) merangsang pernafasan bayi bila diperlukan

3. kala III: Lahirnya Plasenta

Asuhan yang diberikan :

1) melaksanakan menagemen aktif kala III

o melakukan palpasi uterus untuk memastikan tidak ada bayi laindalam 2menit

2) memberikan suntikan oksitosin 10 im

o segera diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi, jika bayi tunggal

o pemberian oksitosin 10 unit im dapat diulangi setelah 15 jika plasenta masih

belum lahir

o jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting payudara ibu dan susuk bayi

segera guna menghasilkan oksitosin alamiah.

3) melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)

4) setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta, plasenta dilahirkan dengan perasat brandt

Andrew.

5) setelah kelahiran plasenta, lakukan masase fundus uteri

o memotong dan mengikat tali pusat

o memperlihatkan/mendekatkan bayi dengan ibunya.

o meletakkan bayi segera mungkin, kurang dari 30 menit setelah lahir bila

Memungkinkan.

76
4. kala IV: 2jam Postpartum

Asuhan yang diberikan :

1) lanjutkan pemantauan kontraksi uterus, pengeluaran darah, tanda-tanda Vital

o 2-3 kali selama 10 menit pertama

o setiap 15 menit selam 1 jam

o setiap 20-30 menit selama jam kedua

o jika uters tidak berkontraksi dengan baik, lakukan masase fundus dan berikan

methyl-ergometrine 0,2 mg IM (jika ibu tidak mengalami hipertensi).

2) melakukan pemeriksaan jalan lahir dan perineum

3) melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta dan selaputnya

4) ajarkan ibu/keluarga tentang cara mengecek/meraba uterus dan

memasasenya.

evaluasi darah yang hilang.

memantau pengeluaran klohkea (biasanya tidak lebih dari darah haid )

5) mempertahankan kandung kemih tetep kosong (tidak dengan kateterisasi).

a. Pengetahuan dasar

1) Fisiologi persalinan

2) Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan petunjuk

3) Aspek psikologis dan cultural pada persalinan dan kelahiran

4) Indicator tanda-tanda mulai persalinan,

5) Kemajuan persalinan normal dan pengunaan partograf atau alat serupa

6) Penilaian kesejahteraan janin pada masa persalinan

7) Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan

8) Proses penurunan janin melalaui pelvic selama persalinan dan kelahiran

9) Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal dan ganda

10) Pemberian kenyamanan dalam persalinan seperti: kehadiran keluraga

pendamping, pengaturan posisi, hidrasi, dukungan moril, pengurangan nyeri tampa

obat

11) Transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus


77
12) Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernapasan, kehangatan dan

memberikan ASI/PASI, ekslusif 6 bulan.

13) Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika memungkinkan

antara lain kontak kulit lansung, kontak mata antara bayinya dan ibu bila

memungkinkan

14) Mendukung dan meningkatkan pemberian ASI ekslusif

15) Manajemen aktif kala III

16) Memberikan suntikan inta muskuler meliputi: uterotonika, antibiotika dan sendative

17) Indikasi tindakan kedaruratan kebidanan seperti: distosia bahu, asfiksia neonatal,

retensio plasenta, perdarahan karena atonia uteri dan mengatasi renjatan.

18) Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin, CPADA

19) Indicator komplikasi persalinan: perdarahan, partus macet, kelainan presentasi

eklamsia kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah dini tanpa infeksi,

distosia karena inersia uteri primer, post aterm dan preterm serta tali pusat

menumbung

20) Prinsip manajemen kala III secara fisiologis

21) Prinsip manajemen aktif kala III

b. Pengetahuan tambahan

1) Penatalaksanaan persalinan dengan malpresentasi

2) Pemberian suntikan anestesi local

3) Akselerasi dan induksi persalinan

c. Keterampilan dasar

1) Mengumpulkan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan tanda tanda vital

ibu pada persalinan sekarang

2) Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus

3) Melaksanakan pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi dan penurunan

janin

4) Mencatat waktu dan mengkaji kontaksi uterus (lama, kekuatan, dan frekuensi)

5) Melakukan pemeriksaan panggul ( pemeriksaan dalam ) secara lengkap dan

akurat meliputi pembukaan, penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi

keadaan ketuban dan proporsi panggul dengan bayi.

78
6) Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan mengunakan partograf

7) Memberikan dukungan psikologis pada wanita dan keluarganya

8) Memberikan cairan, nutrisi dan kenyamanan yang kuat selama persalinan

9) Mengindentifikasi secara dini kemungkinan pola persalinan abnormal dan

kegawatdaruratan dengan intervensi yang sesuai dengan atau melakukan rujukan

dengan tepat waktu

10) Melakukan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm sesuai dengan

indikasi

11) Menolong kelahiran bati dengan lilitan tali pusat

12) Melakukan episiotomy dengan penjahitan, jika diperlukan

13) Melakukan manajemen fisiologi kala III

14) Melaksanakan manajemen aktif kala III

15) Memberikan suntikan intra muskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan sedative

16) Memasang infus, mengambil darah untuk pemeriksaan haemoglobin (HB) dan

hematocrit (HT)

17) Menahan uterus untuk mencegah terjadinya inversion uteri dalam kala III

18) Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya

19) Memperkirakan jumlah darah yang keluar pada persalinan dengan benar

20) Memeriksa robekan, serviks dan perineum

21) Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II

22) Memberikan pertolongan persalinan abnormal: letak sungsang, partus macet

kepala di dasar pangggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, post term dan pre term

23) Melakukan pengeluaran, plasenta secara manual

24) Mengelola perdarahan post partum

25) Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan kegawatdaruratan dengan tepat waktu

sesuai dengan indikasi

26) Memberikan lingkungan yang aman dengan meningkatkan hubungan/ikatan tali

kasih ibu dan bayi baru lahir dengan inisiasi menyusui dini

27) Memfasilitasi ibu untuk menyusui sesegera mungkin dan mendukung ASI ekslusif

28) Mendokumentasikan temuan yang penting dan intervensi yang dilakukan

d. Kereampilan tambahan

79
1) Menolong kelahiran presentasi muka dengan penempatan dan gerakan tangan

yang tepat

2) Memberikan suntikan anestesi local jika diperlukan

3) Melakukan ekstraksi forsep rendah dan vacuum jika diperlukan sesuai dengan

kewenangan

4) Mengindentidikasi dan mengelola malpresentasi, distosia bahu, gawat janin dan

kematian janin dalam kandungan (IUFD) dengan tepat

5) Mengindentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung

6) Mengindentifikasi dan menjahit robekan serviks

7) Membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika

diperlukan sesuai dengan kewenangan

8) Memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi persalinan dan

penanganan perdarahan post partum

5. Asuhan pada ibu nifas dan menyusui

Kompetensi ke 5 : bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang

bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

Asuhan kebidanan pada Ibu nafas adalah Asuhan yang di berikan Pada Ibu Nifas.

Biasanya berlangsung selama 40 hari atau sekitar 6minggu. Pada Asuhan ini Bidan

memberikan Asuhan berupa Memantau Involusi Uteri, Kelancaran ASI, dan Kondisi Ibu

dan Anak.

Ibu setelah melahirkan akan mengalami fase ini yaitu fase ibu nifas. Ibu nifas juga

mengalami perubahan-perubahan yang bersifat fisiologis maupun psikologis. Oleh karena

itu, diperlukan juga komunikasi pada saat nifas. Perubahan fisiologis pada ibu nifas

meliputi: proses pengembalian fungsi rahim, keluarnya lochea, dsb. Sedangkan perubahan

psikologis meliputi: perasaan bangga setelah melewati proses persalinan, bahagia bayi

telah lahir sesuai dengan harapan, kondisi-kondisi yang membuat ibu sedih saat nifas

(keadaan bayi tidak sesuai harapan, perceraian, dsb).

Pelaksanaan komunikasi yang dilakukan bidan pada ibu nifas harus memperhatikan

kestabilan emosi ibu, arah pembicaraan terfokus pada penerimaan kelahiran bayi,

penyampaian informasi jelas dan mudah dimengerti oleh ibu dan keluarga, dsb.

80
a. Pengetahuan dasar

1) Fisiologi nifas

2) Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/ abortus

3) Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang

lazim terjadi termasuk pembekakan payudara, abses, mastitis, putting susu lecet,

putting susu masuk

4) Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan fisiologis lainya seperti

pengosongan kandung kemih

5) Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir

6) Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus

7) Bonding dan attachment orang tua dan bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan

positif

8) Indicator subinvolusi misalnya perdarahan yang terus menerus, infeksi

9) Indicator masalah-masalah laktasi

10) Tanda dan gejala mengancam kehidupanya misalnya perdarahan pervaginam

menetap,sisa plasenta, renjakan (shok) dan pre eklamsia post partum

11) Indicator pada komplikasi tertentu dalam pariode post partum seperti anamia kronis,

hematoma vulva, retensi urine dan incontinentia alvi.

12) Kebutuhan asuhan dan konselign selama dan sesudah abortus

13) Tanda dan gejala komplikasi abortus

b. keterampilan dasar

1) Mengumpulkan data riwayat kesehatan yang terfokus termasuk keterangan rinci

tentang kehamilan, persalinan dan kelahiran

2) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu

3) Mengkaji involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/lika jahitan

4) Merumuskan diagnosis masa nifas’

5) Menyusun perencanaan

6) Memulai dan mendukung pemberian ASI ekslusif

7) Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri sendiri,

istirahat, nutrisi dan asuhan bayi baru lahir

8) Mengindentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan bilamana perlu

81
9) Mengindenfikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai dengan kewenangan atau

merujuk untuk tindakan yang sesuai

10) Penatalaksanaan ibu post partum abnormal: sisa plasenta , rejatan dan infeksi

ringan

11) Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca persalinan

12) Melakukan konseling dan memberikan dukungan untuk wanita pasca aborsi

13) Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu

14) Memberikan atibiotika yang sesuai

15) Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan

c. keterampilan tambahan: melakukan insisi pada hematoma vulva

6. Asuhan pada bayi baru lahir

Kompetensi ke 6; bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada bayi

baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir adalah Asuhan yang di berikan Bidan pada bayi

baru lahir. Pada bayi baru lahir Bidan memotong tali plasenta, memandikan,

mengobservasi ada tidaknya gangguan pada pernafasan dsb dan memakaikan pakaian

dan membendong dengan kain.

Komunikasi pada bayi dimulai sejak kelahiran sejak bayi mulai menangis sampai lancar

berbicara. Fase pertumbuhan dan perkembangan komunikasi bayi meliputi : (1) fase

prelinguistic; (2) kata pertama; (3) kalimat pertama; (4) kemampuan bicara egosentris dan

memasyarakat; (5) perkembangan semantic

Fase Prelinguistic

Suara pertama kali yang dikeluarkan bayi baru lahir adalah tangisan. Hal tersebut sebagai

reaksi perubahan tekanan udara dan suhu luar uterin. Bayi menangis dikarenakan lapar,

tidak nyaman oleh karena basah, kesakitan atau minta perhatian. Bunyi refleksi (reflek

vocal) juga termasuk dalam fase prelinguistic, yang meliputi : (a) Babling (meraban), fase

ini dimulai ketika bayi tahu suaranya, senang mendengar suaranya dan kemudian diulang

seperti berbicara sendiri. (b) Echolalia, mengulang gema suara dari suara yang diucapkan

orang lain.

82
a. Pengetahuan dasar

1) Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus

2) Kebutuhan dasar bayi baru lahir : kebersihan jalan nafas, perawatan tali pusat,

kehangatan, nutrisi bonding attachment

3) Indikator pengkajian bayi baru lahir misalnya nilai AFGAR

4) Penampilan dan prilaku bayi baru lahir

5) Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir sampai usia 1 bulan

6) Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal sperti caput, molding,

mongolion spot, hemangioma

7) Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti:

hypoglikemi,hypotermi,dehidrasi,diare dan infeksi, icterus

8) Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada BBL sampai 1 bulan

9) Keuntungan dan resiko imunisasi pada bayi

10) Pertumbuhan dan perkembangan bayi premature

11) Komplikasi tertentu pada BBL seperti: trauma cranial, fraktur clavikula, kemantian

mendadak dan hematoma.

b. pengetahuan tambahuan sunat dan tindik pada bayi perempuan

c. keterampilan dasar

1) membersikan jalan nafas dan memlihara kelancaran pernafasan

2) menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan

3) menilai segera BBL seperti AFGAR

4) Membersihakan badan bayi dan memberikan indetitas

5) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada BBL dan scaraeening untuk

menemukan adanya tanda kelainan pada BBL yang tidak memungkinkan untuk

hidup

6) Mengatur posisi bayi pada waktu menyusui

7) Memberikan imunisasi pada bayi

8) Mengajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda bahaya dan kapan harus

membawa bayi untuk mintak pertolongan medic

9) Melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada BBL seperti: kesulitan

bernafas/asfiksia, hypotermi, hypoglikemi

83
10) Memindahkan secara aman BBL ke fasilitas kegawatdaruratan apabila

dimungkinkan

11) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakuka

d. Keterampilan tambahan

1) Melakukan penilaian masa gestasi

2) Mengajarkan pada orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi yang

normal dan asuhanya

3) Membantu orang tua dan keluarga untuk mermperoleh sumber daya yang tersedia

di masyarakat

4) Memberikan dukungan pada orang tua selama masa berduka cita yang sebagai

akibat bayo dengan cacat bawaan, keguguran dan kematian bayi

5) Memberi dukungan pada orang tua dengan kelahiran ganda

6) Memberikan dukungan pada orang tua dengan kelahiran ganda

7) Melakukan sunat dan tindik pada bayi perempuan

7. Asuhan pada bayi dan balita

Kompetensi ke 7 : bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada bayi

dan balita sehat (1 bulan -5tahun)

a. Pengetahuan dasar

1) Keadaan kesehatan bayi dan balita di Indonesia meliputi angka kesakitan, angka

kematian, penyebab kesakitan dan kematian

2) Peran dan penanggung jawab orang tua dalam pemeliharaan bayi dan anak

3) Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak normal serta factor-faktor yang

mempengaruhinya

4) Kebutuhan fisik dan psikososial anak

5) Prinsip dan standar nutrisi pada bayi dan anak

6) Prinsip prinsip komunikasi pada bayi dan anak

7) Prinsip keselamatan untuk bayi dan anak

8) Upaya pencegahan penyakit pada bayi dan anank misanya pemberian imunisasi

9) Masalah-masalah yang lazim terjadi pada bayi normal seperti: gumoh/regurgitasi,

diaperash dll serta penatalaksanaanya

10) Penyakit-penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak

84
11) Penyimpangan tumbuh kembang bayi dan anak serta penatalaksanaanya

12) Bahaya-bahaya yang sering terjadi pada bayi dan anak di dalam dan di luar rumah

serta upaya pencegahanya

13) Kegawatdaruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaanya

b. keterampilan dasar

1) melaksanakan pemantauan dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak

2) Melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang pencegahan bahaya-bahaya

pada bayi dan anak sesuai dengan usia

3) Melaksanakan pemberian imunisasi pada bayi dan anak

4) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan pada bayi dan anak yang terfokus

pada gejala

5) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus

6) Mengindentifikasi penyakit berdasarkan data dan pemeriksaan fisik

7) Melakukan pengobatan sesuai kewenangan, kolaborasi/merujuk dengan cepat dan

tepat sesuai dengan keadaan bayi dan anak

8) Menjelaskan pada orang tua tentang tindakan yang dilakukan

9) Melakukan pemeriksaan secara berkala pada bayi sesuai standar yang berlaku

10) Melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang pemeliharaan bayi dan anak

11) Melaksanakan penilaian status nutrisi pada bayi dan anak

12) Melaksanakan tindakan, kolaborasi/rujukan secara cepat sesuai dengan keadaan

bayi dan anak yang mengalami cidera dan kecelakaan

13) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan

8. Asuhan pada kebidanan komunitas

Kompetensi ke 8: bidan merupakan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada

keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

a. Pengetahuan dasar

1) Konsep dan sasaran kebidanan komunitas

2) Masalah kebidanan komunitas

3) Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dan masyarakat

4) Strategi pelayanan kebidanan komunitas

5) Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas

85
6) Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam kelurga dan

masyarakat

7) Factor-faktor yang memperngaruhi kesehatan ibu dan anak

8) System pelayanan kesehatan ibu dan anak

b. Pengetahuan tambahan

1) Kepemimpinan untuk semua

2) Pemasaran social

3) Peran serta Masyarakat (PSM)

4) Audit maternal perinatal

5) Prilaku kesehatan masyarakat

6) Program program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak (Safe

motherhood dan Gerakan Syang Ibu)

7) Paradigm sehat 2015

c. Keterampilan dasar

1) Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi balita dan KB di

Masyarakat

2) Mengindentifikasi status kesehatan ibu dan anak

3) Melakukan pertolongan persalinan di rumah dan polindes

4) Mengelola pondok bersalin desa (POLINDES)

5) Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas, laktasi bayi dan balita

6) Melakukan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk

mendukung upaya-upaya kesehatan ibu dan anak

7) Melaksanakan penyuluhan dam konseling kesehatan

8) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan

d. Keterampilan tambahan

1) Melakukan pemantauan KIA dengan mengunakan PWS KIA

2) Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi

3) Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenanganya

4) Mengunakan teknologu kebidanan tepat guna

86
9. Asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan reproduksi

Kompetensi ke 9 : melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan ganguuan

system reproduksi

a. Pengetahuan dasar

1) Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit menural seksual

(PMS),HIV/AIDS

2) Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit menural seksual

3) Tanda, gejala dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi: keputihan,

perdarahan tidak teratur dan penundaan haid

b. Pengetahuan tambahan

1) Mikroskop dan pengunaanya

2) Teknik pengambilan dan pengiriman sendirian PAP SMEAR

c. Keterampilan dasar

1) Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan system reproduksi

2) Melakukan pertolongan pertama pada wanita/ibu dengan gangguan system

reproduksi

3) Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara cepat dan tepat pada

wanita/ibu dengan gangguan system reproduksi

4) Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai kewenangan pada kelainan

ginekologi meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid

5) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan

d. Keterampilan tambahan

1) Mempersiapakan wanita menjelang klimaterium

2) Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontal ( bila

belum sempurna)

3) Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada wanita/ibu dengan

gangguan system reproduksi

4) Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan wewenang pada

gangguan system reproduksi meliputi : keputihan, perdarahan tidak teratur dan

penundaan haid

5) Mengunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina

87
6) Mengambil dan proses pengiriman sediaan PAP SMEAR

5.2 Manfaat Paradigma Dikaitkan Dengan Asuhan Kebidanan

Bidan memiliki peran unik dalam memberi pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak,

yakni saling melengkapi dangan tenaga kesehatan professional lainnya. Bidan adalah

praktisi yang memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dan bersalin yang normal, asuhan

terhadap kasus gangguan system reproduksi wanita, serta gangguan kesehatan bagi anak

balita sesuai dengan kewenangannya. Bidan harus selalu mengembangkan dirinya agar

mampu memenuhi peningkatan kebutuhan kesehatan kliennya (ibu dan anak).

Tugas bidan adalah memberi pelayanan atau asuhan kebidanan. Pelayanan atau

asuhan kebidanan berfokus pada ibu dan balita. Lebih rincinya, pelayanan kebidanan

mencakup pra-perkawinan, kehamilan, melahirkan, menyusui, dan nifas, serta pelayanan

atau asuhan kebidanan pada bayi, balita, remaja, dan perempuan usia subur. Sesuaia

dengan kewenangannya, bidan dapat melakukan pelayanan atau asuhan pada kasus-kasus

patologis.

Memberi pelayanan kebidanan pada keluarga berencana juga merupakan tugas

bidan. Setiap kegiatan bidan untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan,

mengobati serta memulihkan kesehatan ibu dan anak sesuai dengan kewenangannya,

dilakukan melalui asuhan atau pelayanan kebidanan.

Kata kebidanan memberi pengertian ilmu atau pengetahuan pokok yang dimiliki oleh

seorang bidan, yang digunakan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam kegiatan

kebidanan sesuai dengan kewenangan yang ditujukan pada calon ibu, ibu, dan anak balita.

Kebidanan merupaka sistesis berbagai ilmu dan pengetahuan, mencakup ilmu obstetric, ilmu

perilaku, ilmu mengenai kebutuhan manusia, dan ilmu social yang berkaitan dengan

kesehatan ibu dan anak.

Ibu adalah sasaran utama pelayanan kebidanan. Ibu yang sehat akan melahirkan

bayi yang sehat. Masalah kesehatan bayi dimulai sejak terjadinyaa konsepsi bayi. Balita

yang sehat menjadi modal utama dalam pembentukan generasi yang kuat, berkualitas, dan

produktif di masa yang akan datang. Ibu sebagai individu juga memberi kontribusi yang

penting bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga di masyarakat. Sebagai wanita, ibu juga

bisa berperan di berbagai sector. Sebagai bagian dari keluarga, ibu dan anak yang sehat

88
merupakan sasaran pelayanan atau asuhan kebidanan di Indonesia. Dengan demikian,

fenomena kebidanan di Indonesia adalah masyarakat (ibu) yang berperilaku sehat, mau dan

mampu memanfaatkan pelayanan atau asuhan kebidanan yang tersedia sehingga

meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita.

Penurunan angka kematian ibu melahirkan, bayi dan balita merupakan indikator

keberhasilan pelayanan kesehatan. Dalam memberi pelayanan kebidanan perlu

dipertimbangkan factor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak seperti perilaku

masyarakat, keturunan serta lingkungan, yag mencakup linkungan sosian dan ekonomi.

89
BAB V

BIDAN SEBAGAI PROFESI

adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam

mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat

sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat,

membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat

merawat bayinya dengan baik.

Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir yang

berani ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang

diperintahkan oleh Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral

yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam posisi

yang lemah, yang pada zaman modern ini, kita sebut peran advokasi.

Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya,

bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar

praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.

Pengertian Bidan Dalam bahasa inggris, kata Midwife (Bidan) berarti “with

woman”(bersama wanita, mid = together, wife = a woman. Dalam bahasa Perancis, sage

femme (Bidan) berarti “ wanita bijaksana”,sedangkan dalam bahasa latin, cum-mater (Bidan)

bearti ”berkaitan dengan wanita”.

Menurut churchill, bidan adalah ” a health worker who may or may not formally

trained and is a physician, that delivers babies and provides associated maternal care”

(seorang petugas kesehatan yang terlatih secara formal ataupun tidak dan bukan

seorang dokter, yang membantu pelahiran bayi serta memberi perawatan maternal

terkait).

Definisi Bidan (ICM) : bidan adalah seorang yang telah menjalani program

pendidikan bidan yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil

menyelesaikan studi terkait serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau

90
memiliki izin formal untuk praktek bidan. Bidan merupakan salah satu profesi tertua

didunia sejak adanya peradaban umat manusia.

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan, yang

terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah

mendapat lisensi untuk praktek kebidanan. Yang diakui sebagai seorang profesional

yang bertanggungjawab, bermitra dengan perempuan dalam memberikan dukungan,

asuhan dan nasehat yang diperlukan selama kehamilan, persalinan dan nifas,

memfasilitasi kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan

kepada bayi baru lahir dan anak.

KEPMENKES NOMOR 900/ MENKES/SK/ VII/2002 bab I pasal 1: Bidan adalah

seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai

persyaratan yang berlaku.

Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam

program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala yuridis, dimana ia

ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan memperoleh izin

melaksanakan praktek kebidanan.

INTERNATIONAL CONFEDERATION of MIDWIFE bidan adalah seseorang

yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh

kualifikasi dan diberi izin untuk melaksanakan praktek kebidanan di negara itu.

6.1 Pengertian Profesi

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan

terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi,

kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.

Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, dan teknik.

6.2 Ciri/karakteristik Profesi Bidan

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (Keterampilan,

keguruan, dsb) tertentu. Dari pengertian tersebut diterangkan dengan ciri-ciri tertentu

yang dapat diuraikan sebagai berikut :

91
6.3 Arti dan Ciri Jabatan Profesional

Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun

begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran,

sebagai lawan kata dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran

untuk pertandingan tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya

tidak dianggap sebagai suatu profesi.

Secara populer, seseorang yang bekerja dibidang apapun sering diberi predikat

profesional. Seorang pekerja profesional dalam bahasa keseseharian adalah seorang

pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya meskipun keteranpilan atau kecakapan

tersebut merupakan hasil minat dan belajar dan kebiasaan.

Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dengan predikat profesional yang

diperoleh dari jenis pekerjaan hasil pembiasaan melakukan keterampilan tertentu ( melalui

magang/ keterlibatan langsung dalam situasi kerja tertentu dan mendapatkan keterampilan

kerja sebagai warisan orang tuanya atau pendahulunya.

Seorang pekerja profesional perlu dibedakan dari seorang teknisi. Baik pekerja

profesional maupun teknisi dapat saja terampil dalam unjuk kerja (misalnya menguasai

teknik kerja yang sama, dapat memecahkan masalah teknis dalam bidang kerjanya). Akan

tetapi, seorang pekerja profesional dituntut menguasai visi yang mendasari

keterampilannya yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional dan memiliki

sikap yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu karyanya.

C.V Good menjelaskan bahwa jenis pekerjaan profesional memiliki ciri-ciri tertentu,

yaitu : memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi pelakunya (membutuhkan

pendidikan prajabatan yang relevan), kecakapannya memenuhi persyaratan yang telah

dibakukan oleh pihak yang berwenang (misalnya: organisasi profesional, konsorsium, dan

pemerintah), serta jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan negaranya.

Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan

lainnya. Secara rinci ciri-ciri jabatan profesional adalah sebagai berikut :

92
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan

mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang

berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.

2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para

anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya.

Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi

anggotanya.

3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan

yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.

4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada

persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.

5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti

pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis

sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui

pengembangan profesional juga dipersyaratkan.

6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya

mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.

7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis

mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.

8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan

prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.

9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa

campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi

yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.

10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat

dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter

berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.

11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang

tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa

dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi

masyarakat.

93
6.4 Profesionalisme Bidan

Profesional juga dapat diartikan sebagai pemberi pelayanan sesuai dengan ilmu

yang dimilki dan manusiawi secara utuh/penuh tampa mementingkan kepentingan pribadi

melainkan mementingkan kepentingan klien serta menghargai klien sebagaimana

menghargai diri sendiri.

Seorang anggota profesi dalam melakukan pekerjaanya haruslah professional.

Setiap anggota profesi baik secara sendiri-sendiri atau dengan cara bersama melalui

wadah organisasi dapat belajar, yaitu belajar untuk mendalami pekerjaan yang sedang

disandangnya dan dan belajar dari masyarakat apa yang menjadi kebutuhan mereka saat

ini dan saat yang akan dating sehingga pelayanan kepada pemakai (klien) akan semakin

meningkat.

6.5 Ciri-ciri Pekerjaan Profesional

a. Memerlukan persiapan / pendidikan khusus bagi pelakunya (membutuhkan

pendidikan pra jabatan yang relevan)

b. Kecakapan seorang pekerja professional dituntut memenuhi syarat yang telah

dilakukan ileh pihak yang berwenang (misalnya organisasi professional, konsorsium,

dan pemerintah)

c. Jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat atau Negara

Dari ciri-ciri jenis pekerjaan professional diatas bidan tergolong jabatan

professional (termasuk bidan) adalah sebagai berikut :

a. Bagi pelakunya secara nyata dituntut berkecakapan kerja (keahlian) sesuai dengan

tugas tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatanya.

b. Kecakapan atau keahlian seseorang pekerjaan professional bukan sekedar hasil

pembiasaan atau latihan rutin, tetap perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang

mantap. Jabatan professional menuntut pendidikan, dimana pendidikan ini terprogram

secara relevan dan berbobot, terselenggara secara efektif, efisien dan tolak ukur

evaluatifnya terstandar.

c. Pekerjaan profesional dituntut berwawasan social yang luas, sehingga pilihan jabatan

serta kerjanya di dasari oleh kerangka nilai tertentu, bersikap positif terhadap jabatan

94
dan peranya, dan bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya. Hal ini

mendorong pekerjaan professional yang bersangkutan untuk meningkatkan diri serta

karyanyan.

d. Jabatan profesional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat dan atau negaranya.

Jabatan profesional memiliki syarat-syarat serta kode etik yang harus dipenuhi oleh

pelakunya, hal ini menjamin kepantasan berkarya sekaligus merupakan tanggung jawab

social professional tersebut.

Jabatan bidan merupakan jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari 2

aspek , yaitu :

a. Jabatan structural adalah jabatan yang secara tugas ada dan diatur berjenjang dalam

suatu organisasi.

b. Jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya

yang vital dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan juga berorientasi kualitatif.

Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional professional

sehingga bidan mendapatkan tunjangan professional.

6.6 Pesyaratan Profesional Bidan

a. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis

b. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga professional.

c. Keberadaanya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.

d. Mempuyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah

e. Mempuyai peran dan fungsi yang jelas

f. Mempuyai kopetensi yang jelas dan terukur

g. Memilki organisasi profesi sebagai wadah

h. Memiliki kode etik kebidanan

i. Memilki etika kebidanan

j. Memiliki standar pelayanan

k. Memilki standar praktik

l. Memiliki standar praktik yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai dengan

kebutuhan pelayanan

m. Memilki standar pendidikan berkelanjujtan sebagai wahana perkembangan

kompetensi.

95
6.7 Bidan Sebagai Profesi

Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagaii

pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan

mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:

a. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya

b. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui

proses pendidikan dan jenjang tertentu

c. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan

mutu pelayanan kepada masyarakat,

d. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang

teguh kode etik profesi.

Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan

anggota profesi yang harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus

diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan, dan selalu

berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan.

Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan

tergolong jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu jabatan

struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas

ada dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan fungsional

adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam

kehidupan masyarakat dan negara.

Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan

fungsional juga berorientasi kwalitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah

jabatan fungsional profesional, dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat

tunjangan profesional.

Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :

1) Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan

pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional

2) Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu

standar pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika kebidanan


96
3) Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya

4) Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya

5) Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

6) Bidan memiliki organisasi profesi

7) Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat

8) Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan.

6.8 Upya yang dilakukan untuk mencapai bidan yang profesional

Bidan yang prfesional merupakan idaman bagi seluruh perempuan yang sudah

diatur menjadi bidan.

Berbagai upaya dapat dilakukan antara lain dengan cara :

a. Memperkuat organisasi profess.

Mengupayakan agar organisasi profesi bidan/ikatan bidan (IBI) dapat diteruskan

melaksanakan kegiatan oranisasi sesuai dengan :

1) Pedoman organisasi

2) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

3) Standar profesi (standar kompetensi, standar pelayanan, kode etik dan etika

kebidanan )

b. Meningkatkan kualitas pendidikan bidan

Melalui berbagai jalur pendidikan, baik secara formal maupun non formal. Secara

formal, rencana pendidikan bidan harni kusno dalam makalah profesionalisme bidan

menyongsong era grobal, sebagai berikut:

1) Pendidikan saat ini (D.III Kebidanan, D.IV bidan pendidik).

2) Rencana bidan kedepan (S.1 Kebidanan, S2 kebidanan dan S3 kebidanan).

Secara non formal, dapat dengan cara:

1) Pelatihan-pelatihan untuk mencapai kompetensi bidan (LSS,APN,APK, dll)

2) Seminar, lokakarya dll.

c. Meningkatkan kualitas pelayanan bidan

97
Bidan berada pada setiap tatanan pelayanan termasuk adanya bidan praktik

mandiri/bidan praktek swasta (BPS).peningkatan kualitas pelayanan bidan adalah

dengan cara:

1) Fokus pelayanan kepada ibu/perempuan dan bayi baru lahir.

2) Upaya meningkatkan kualitas pelayanan dilaksanakan melalui pelatihan klinik dan

non klinik, serta penerapan model sebagai contoh : bidan delima, bidan keluarga,

system pengembangan, manajemen kinerja klinik/SPMKK.

3) Kebijakan dalam pelayanan kebidanan antara lain : kep.menkes no.900 tahun

2002 tentang standar profesi bidan, jabatan funsional bidan, tunjukan jabatan

fungsional bidan.

d. Peningkatan kualitas personal bidan

Peningkatan kualitas personal dan universal kebidanan sudah dimulai sejak dalam

proses pendidikan bidan, setiap calon bidan sudah diwajibkan untuk mengenal,

mengetahui, memahami tentang peran, fungsi dan tugas bidan. Setiap bidan harus

dapat mencapai kompetensi personal dan universal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Sadar tentang pentingnya ilmu pengetahuan/iptek, merasa bahwa proses belajar

tidak perna selesai, belajar sepanjang hayat/life long learning dalam dunia yang

serba berubah dengan cepat.

2) Kreatif, disertai dengan sikap tanggung jawab dan mandiri. Bidan kreatif yang

bertanggung jawab dan mandiri akan memiliki harga diri dan kepercayaan diri

sehingga memungkinkan untuk perkasa dan bersaing secara sehat.

3) Beretika dan solidaristik.

Bidan yang beretika dan solidaristik, dalam setiap tindakanya akan selalu

berpedoman pada moral etis, berpegang pada prinsip yang hakikatnya berarti

memberikan kepada siapa saja yang akan menjadi haknya/bersifat tenggangrasa.

6.9 Kewajiban bidan terhadap profesinya

1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan

menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu pada

masyarakat.

98
2) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan

profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan

profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

6.10 Perilaku profesional Bidan

Bidan sebagai tenaga profesional harus mempuyai prilaku yang mencerminkan

keprofesionallnya, adapun prilaku profesional bidan antara lain :

2. Bertindak sesuai keahliannya

2) Mempunyai moral yang tinggi

3) Bersifat jujur

4) Tidak melakukan coba-coba

5) Tidak memberikan janji yang berlebihan

6) Mengembangkan kemitraan

7) Terampil berkomunikasi

8) Mengenal batas kemampuan

9) Mengadvokasi pilihan ibu

6.11 Organisasi Bidan

1) Ikatan Bidan Indonesia (IBI)

Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa 24 Juni 1951 dipandang

sebagai hari lahir IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut didasarkan atas hasil

konferensi bidan pertama yang diselenggarakan di Jakarta 24 Juni 1951, yang

merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang berdomisili di Jakarta.

Konferensi bidan pertama tersebut telah berhasil meletakkan landasan yang kuat

serta arah yang benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu: mendirikan sebuah

organisasi profesi bernama Ikatan Bidan Indonesia (IBI) berbentuk kesatuan, bersifat

Nasional, berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. IBI yang seluruh

anggotanya terdiri dari wanita telah diterima menjadi anggota Kongres Wanita

Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951, hingga saat ini IBI tetap aktif mendukung

program-program KOWANI bersama organisasi wanita lainnya dalam meningkatkan

derajat kaum wanita Indonesia.

99
Selain itu sesuai dengan Undang-undang RI No.8 tahun 1985 tentang organisasi

kemasyarakatan, maka IBI dengan nomor 133 terdaftar sebagai salah satu Lembaga

Sosial Masyarakat di Indonesia. Gerak dan langkah IBI di semua tingkatan dapat

dikatakan semakin maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun 2003, IBI

telah memiliki 30 pengurus daerah, 342 cabang IBI (di tingkat Kabupaten / Kodya) dan

1,703 ranting IBI (di tingkat kecamatan) dengan jumlah anggota sebanyak 68,772

orang.

Tujuan IBI adalah sebagai berikut :

1) Menggalang persatuan dan persaudaraan antara sesama bidan serta kaum

wanita pada umumnya dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.

2) Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan

khususnya dalam pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga.

3) Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

4) Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.

Visi dan Misi IBI antara lain :

1) Membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia yang bersifat nasional, sebagai

satu-satunya organisasi yang merupakan wadah persatuan dan kesatuan bidan

di Indonesia.

2) Pengurus besar IBI berkedudukan di Jakarta atau dimana pusat pemerintahan

berada

3) Meniadakan bidan kelas satu maupun bidan kelas dua, yang ada hanya bidan

4) Membentuk pengurus didaerah-daerah. Dengan demikian organisasi/

perkumpulan yang bersifat lokal yang ada sebelum konferensi ini semuanya

membubarkan diri dan selanjutnya menjadi anggota cabang yang dikoordinir oleh

pengurus daerah tingkat propinsi.

5) Bidan harus bekerja sesuai dengan profesi, apabila bekerja dibidang perawatan

harus mengikuti pendidikan perawat selama dua tahun, demikian apabila

perawata bekerja di kebidanan harus mengikuti pendidikan bidan selama dua

tahun.

100
2) International Confederation of Midwifes (ICM)

ICM merupakan organisasi kebidanan dari berbagai negara (60 negara) yang

markas besarnya berada di London Inggris. Tujuan umum dari ICM yaitu memperbaiki

standar pelayanan kebidanan pada ibu bayi dan keluarga dan pendidikan yang berguna

untuk peningkatan profesionalisme. Sedangkan tujuan khusus dari ICM adalah:

1. Memperbaiki standar asuhan kepada ibu, bayi, dan keluarga diseluruh dunia.

2. Meningkatkan penerapan asuhan kebidanan.

3. Mengembangkan peranan kebidanan sebagai praktisi profesional dengan hak-

haknya sendiri.

4. Meningkatkan secara global potensi dan nilai kebidanan untuk menurunkan

morbiditas dan moetalitas ibu dan bayi.

5. Association of Radical Midwifes (ARM)

ARM adalah organisasi yang beranggotakan para bidan, mahasiswa bidan

pada komite UK (United Kingdom) untuk memperbaiki pelayanan kesehatan. Tujuan

dari ARM adalah agar dapat melakukan tukar wawasan, pendapat, keterampilan dan

informasi dengan kolega dan pasien untuk membantu bidan mengembangkan

perannya agar dapat memperoleh jaminan untuk berpartisipasi aktif dalam

pelayanan maternitas selain itu ARM juga memberikan dukungan kepada para bidan

dalam memberikan pelayanan yang berkesinambungan, menggali pola pelayanan

alternatif dan mengevaluasi perkembangan lingkup praktek kebidanan.

101
DAFTAR PUSTAKA

Asrina, dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Bobak, R. 1995. Theory For Midwifery Practice Edisi I. Macmillan.Houdmillo

Depkes RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Konsep Kebidanan. Jakarta:1995

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: salemba

medika.

Estiwidani, Dwana. 2008. Konsep kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Hasan, resupno. 1985. Ilmu kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI.

Hidayat Asri, dkk. 2008. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima. Mitra

Cendikia Press: Yogyakarta.

Kepmenkes No 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.

Kepmenkes RI Nomor :900/Menkes/SK/II/2002, Registasi dan Praktek bidan.

Manuaba, Ida Bagus Gde, 2002 Konsep Obsetri & Gynekologi Sosial Indonesia Jakarta:

EGC.

Marmi, dkk. 2014. Konsep Kebidanan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta:

Mustika, Sofyan dkk. 2003. 51 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. PP IBI.

Jakarta.

Saifudin, A.B., 2002 Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP

SP, Jakarta.

Pengurus Pusat IBI. Standar Profesi Kebidanan. Jakarta. 2000

Peraturan Mentri Negara Pendayagunaan Apatur Negara Nomor:01/PER /M.PAN/1/2008

tentang Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.

Purwoasturi Endang Th, dkk. 2014. Konsep Kebidanan. PUSTAKABARUPRESS:

Yogyakarta.

102

Anda mungkin juga menyukai