Dosen pengampu
Nila Qurniasih,S.ST.,M.Keb
Hikmah ifayanti,S.Keb.,Bd.,M.Kes
Disusun oleh :
1. Alda jerisma
2. Cucu cahyati
3. Fitri hidayati
4. Siti nur azizah
A. PENGERTIAN BIDAN
Menurut Churchill Mrdic Directory, bidan adalah a health worker who may or may not be formally
trained and is not a physician, that delivers babies and ptovides associated maternal care (seorang
petugas kesehatan yang terlatih secara formal ataupun tidak dan bukan seorang dokter, yang membatu
pelahiran bayi serta memberi perawatan material terkait).
Pengertian bidan dan bidan praktiknya secara internasional telah diakui oleh International Confederation
of Midwives (ICM) pada tahun 1972, International Federation of Gynaecologist and Obstetrician
(FIGO) pada tahun 197, WHO, dan badan lainnya. Pada Pertemuan Dewan di Kobe tahun 1990, ICM
menyempurnakan definisi tersebut yang kemudian disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992).
Kemudian pada tanggal 19Juli 2005, ICM memperbarui kembali definisi bidan.
B. FILOSOFI KEBIDANAN
Fosifi kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam memberi pelayanan
kebidanan. Filosofi kebidannan menyatakan bahwa :
Pertama, Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam Undang-Undang mauoun peraturan
pemerintah Indonesia. Bidan merupakan salah satu trnaga pelayanan kesehatan profesional yang telah
diakui olrh International Confederation of Midwives (ICM), FIGO, dan WHO. Kedua, Tugas, tanggung
jawa, dan kewrnnagan profesi bidna telah diaturdalam beberapa peraturan dan keputisan Menteri
Kesehata. Ketiga, Bidan meyakini setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman
dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan perbedaan budaya. Keempat, Bidan meyakini
menstruasi, kehamilan, persalinan, dan menopause adalah proses fisiologi dan hanya sebagian kecil
yang membutuhkan intervensi medis. Kelima, Persalinan adalah suatu ptoses yang alami dan peristiwa
normal. Keenam, Setiap individu berhak u tuk dilahirkan qsecara sehat. Ketujuh, Pengalaman
melahirkan merupakann tugas perkembangan keluarga yang membutuhkan persiapan. Kedelapan,
Kesehatan ibu di masa reproduksi dipengaruhi oleh ibu, lingkungan, dan pelayanan kesehatan.
Kesembilan, Intervensi kebidannan bersifat komprehensif yang mencakup upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang fitujukan untuk individu, keluarga, serta masyarakat. Kesepuluh,
Manajemen kebidanan diselenggarakan menggunakan metode pemecahan masalah untuk meningkatkan
cakupan pelayanan kebidanan yang profesional. Kesebelasan, Ptoses pendidikan kebidanan sebagai
upaya pengembangan kepribadian yang berlangsung sepanjang hidup manusia perlu dikembngkan dan
diupayakan untuk berbagai strata masyarakat.
C. PELAYANAN KEBIDANAN
Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan kebidanan kepada klien yang
menjadi tanggung jawab bidan. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, yang difokuskan pada pelayanan kesehatan wanita dalam siklus reproduksi. Pelayanan
kebidanan dibedakan berdasarkan kewenangan bidan, yaitu :
Pertama, Layanan kebidanan primer/mandiri, merupakan asuhan kebidanna yang diberikan kepada klien
dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan. Kedua, Layanan kalaborasi, merupakan asuhan
kebidanan yang memberikan kepada klien dengan tanggung jawab bersama semua pemberi layanan
yang terlibat. Ketiga, Layanan rujukan, merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan
menyerahkan tanggung jawab kepada dokter.
D. PRAKTIK KEBIDANAN
E. ASUHAN KEBIDANAN
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungs, kegiatan, dan tanggung jawab bidan dalam
pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan atau masalah kebidanan
(kehamilan, persalinan, nifas, bayibaru lahir, keluarga berencana). Tujuan asuhan kebidanan adalah
menjamin kepuasan dan keselamatan ibu dan bayinya sepanjang sklus reproduksi. Keberhasilan tujuan
asuhan kebidanan antara lain dipengaruhi oleh :
Pertama, Determinan, adalah fator penentu dalam memberi asuhan, meliputi :
a. Nilai, etika, falsafah yang dianut oleh bidan
b. Kepekaan terhadap kebutuhan asuhan
c. Kemampuan memfasilitasi dn mengambil keputusan dalam bertindak
Kedua, Kemampuan wanita, yaitu kemampuan wanita sebagai penerima asuhan yang dipengaruhi oleh :
a. Kemampuan wanita untuk beradaptasi
b. Kemampuan mengambil keputusan
c. Dukungan yang diterimanya
Kerangka kerja bidan adalah suati sistem kerja dalam memberi asuhan kebidanan kepada klien untuk
memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Filosofi asuhan kebidanan merupakan
keyakinan dengan hidup bidan yang digunakan sebagai kerangka berpikir dalam memberi asuham
kepada klien.
1. Keyakinan tentang kehamilan persalinan
2. Keyakinan tentang wanita
3. Keyakinan tentang kesejahteraan ibu dan bayinya
4. Keyakinan tentang asuhan
5. Keyakinan tentang fungsi profesi dan manfaatnya
BAB II
PARADIGMA KEBIDANAN
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, paradigma adalah kerangka berpikir. Paradigma kebidanan
adalah salah satu cara pandang bidan dalam memberu pelayanan. Keberhasilan pelayanan tersebut
dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang bidan dalam kaitan atau hubungan timbal balik.
Asuhan kebidanan mencakuo asuhan kebidanan pada ibu hamil, asuhan kebidanan pada ibu bersalin,
asuhan kebidanan bayi baru lahir, dan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
Bidan adalah praktisi yang memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dan bersalin yang normal, asuhan
terhadap kasus gangguan sistem reproduksi wanita, serta gangguan kesehatan bagi anak balita sesuai
dengan kewenangannya. Tugas bidan adalah memberu pelayanan, pelayanan ini berfokus pada ibu dan
anak balita.
Dengan demikian fenomena kebidanan di Indonesia adalah masyarakat (ibu) yang berperilaku sehat,
mau, dan mampu memanfaatkan pelayanan/aduhan kebidanan yang tersedia sehingga meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan balita.
BAB III
Bidan Sebagai Profesi
Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan tergolong jabatan
professional.Jabatan dapat di tinjay dari dua aspek, yaitu jabatan structural dan jabatan
fungsional.Jabatan structural adalah jabatan yang secara tegas ada dan di atur berjenjang dalam suatu
organisasi.Sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau seta dihargai dari aspek fungsinya
yang vital dalam kehidupan masyarakat dan Negara.
Sesuai dengan uraian yang di atas, sudah jelas bahwa bidan adalah jabatan
professional.Persyaratan dari bidan sebagai jabatan professional telah dimmiliki oleh bidan tersebut.
Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memberi pelaynan kepada masyarakatyang bersifat khusus atau spesialis.
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga professional.
3. Keberadaannya diakui dan di perlukan oleh masyarakat.
4. Memiliki kewenangan yang di sahkan atau diberikan oleh pemerintah.
5. Memimiliki peran dan fungsi yang jelas.
6. Memiliki kompetensi yang jelas dan terukur.
7. Memiliki organisasii profesi sebagai wadah.
8. Memiliki kode etik bidan.
9. Memiliki etika keidanan.
10. Memiliki standar pelayanan.
11. Memiliki standar praktik.
12. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai dengan
kebutuhan pelayanan.
13. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.
C. Peran Bidan
Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik,
dan peneliti.
1. Peran sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan
tugas ketergantungan.
Tugas mandiri
Tugas mandiri bidan yaitu:
1. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang di berikan mencakup:
a. Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuha klien.
b. Menentukan diagnosis.
c. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi.
d. Melaksanakan tidakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tindakan.
2. Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan wanita dengan melibatkan mereka
sebagai klien, mencakup:
a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pranikah.
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar.
c. Menyusun tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien.
d. Melaksanakan tindakan atau layanan sesuai dengan recana.
e. Mengevaluasi hasil atau tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien.
f. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.
g. Membuat perencanaan dan pelaporan asuhan kebidanan.
D. Fungsi Bidan
Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan adalah sebaai berikut.
Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup:
1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat (khususnya
kaum remaja) pada masa praperkawinan.
2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus patologis
tertentu, dan kehamilan dengan resiko tinggi.
3. Menolong persalinan normal dan kasus perslinan patologis tertentu.
4. Merawat bayi segera setalah bayi lahir normal dan bayi dengn resiko tinggi.
5. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
6. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
7. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah.
8. Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
9. Memberi bimbingan dan layanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi, termasuk
wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan wewenangnya.
F. Fungsi Bidan
Berdasarkan penjelasan mengenai asuhan/pelayanan kebidanan di atas tugas seorang bidan
adalah sebagai berikut:
1. Memberi bimbingan, asuhan, dan nasihat kepada remaja (sebagai calon ibu), ibu hamil termasuk
ibu hamil dengan resiko tinggi ibu melahirkan, ibu nifas, ibu menyusui, dalam masa
klimakterium dan menopause.
2. Menolong ibu yang melahirkan dan memberi asuhan pada bayi dan anak-anak prasekolah.
3. Memberi pelayanan keluarga berencana dalam rangka mewujudkan keluarga kecil, sehat, dan
sejahtera.
4. Melakukan tindakan pencegahan dan deteksi terhadap kondisi ibu dan anak balita yang
mengalami gangguan kesehatan, serta memberi bantuan pengobatan sebagai pertolongan
pertama sebelum tindakan medis lebih lanjut dilakukan.
5. Melakukan penyuluhan kesehaatn khususnya mengenai kehamilan, praperkawinan penyakit
kandungan yang terkait dengan kehamilan dan keluarga berencana, kesehatan balita, gizi, dan
keselamatan lingkungan keluarga.
6. Membimbing dan melatih calon bidan, dukun bayi, serta kadar kesehatan dalam lingkup
pelayanan kebidanan.
7. Mengkaji kegiatan pelayanan asuha kebidanan yang dilakukan untuk perbaikan dan peningktan.
8. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat terutama kaum wanita dalam rangka mewujudkan
kesehatan serta kesejhteraan keluarga.
G. Kompetensi Bidan
Seorang bidan harus memiliki kompetensi bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan
prilaku dalam melaksanakan praktik kebidanan secara aman dan bertangggung jawab dalam berbagai
tatanan pelayanan kesehatan.
Kompetensi bidan tidak lepas dari kewenangan idan yang telah diatur dalam peraturan
Kepmenkes RI No. 900/Menkes/SK/II/2002, yang merupakaan landasan hukum dari pelaksaan praktik
kebidanan.
Kompetensi yang harus di kuasai seorang bidan adalah,
Pengetahuan umum, keterampilan dan prilaku yang berhubunhan dengan ilmu-ilmu social dalam
masyarakat dan profesi kesehatan.
Bidan memiliki persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu social, kesehatan masyarakat
dan etik yang membentuk dari dasar asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya dan wanita, bayi
baru lahir, serta keluarganya.
BAB IV
TEORI KEBIDANAN
Teori adalah ide yang direncanakan dalam pikiran dan dituangkan ke dalam gambaran berupa objek
tentang suatu kejadian atau objek yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena social
yang menarik perhatiannya.Dalam ilmu kebidanan banyak teori yang melandasi praktik
kebidanan.Dibawah ini merupakan uraian teori kebidanan yang diutarakan oleh empat orang perawat
kebidanan dan seorang bidan yang memnjadi landasan utama praktik bidan masa kini. Mereka adalah
reva rubin, Ramona t mercer, ela joy lehrman, Ernestine wiedenbach dan jean ball
A. REVA RUBIN
Reva rubin merupakan perawat kebidanan yang hasil penelitiannya telah digunakan secara luas di
Amerika Serikat.Teori ini menekanka pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai
peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas atau latihan atau
latihan-latihan kemudian hal-hal yang mempengaruhinya, baik yang bersifat positif maupun
negatif. Proses pelaksanaan peran ibu terjadi saat kehamilan sampai 6 bulan setelah melahirkan.
Dalam proses tersebut terdapat tiga elemen penting dalam proses pelaksanaan peran ibu, yaitu :
1. Ideal image, sebuah gambaran ideal/ positif mengenai wanita yang berhasil melaksanakan
perannya sebagai ibu dengan baik.
2. Self image, gambaran mengenai dirinya sendiri yang dihasilkan melalui pengalamannya.Body
image, perubahan yanplg terjadi pada tubuh wanita selama proses kehamilan.
Tahap-tahap psikososial yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai perannya:
a. Anticipatory Stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
b. Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu memerlukan
bantuan dari anggota keluarga yang lain.
c. Plateu Stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada tahap ini memerlukan
waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri
d. Disengagement
Merupakan tahap penyelesaian latihan peran sudah berakhir.
Beberapa tahapan aktifitas penting sebelum menjadi seorang ibu :
1. Taking On ( tahap meniru )
Seorang wanita dalam pencapaian sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan
melakukan peran seorang ibu.
2. Taking In
Seorang wanita sudah membayangkan peran yang dilakukannya.Introjection, Projektion,
dan Rejektion merupakan tahap dimana wanita membedaan model-model yang sesuai
dengan keinginannya.
3. Letting Go
Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah dilakukannya. Pada tahap ini
seorang wanita akan meninggalkan perannya di masa lalu.
B. RAMONA T. MERCER
Mercer merupakan salah satu murid Reva Rubin yang telah banyak menghasilkan karya ilmiah.
Teori ini lebih menekankan pada efek stress antepartum pada keluarga dan pencapaian peran ibu.
Stress antepartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negative dalam hidup
seorang wanita. Sedangkan peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya
termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran.
Empat tahapan dalam pelaksanaan peran ibu :
a. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, dimana wanita mulai melakukan penyesuaian social dan
psikologis dengan mempelajari segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
b. Formal
Wanita memiliki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran dibutuhkan sesuai dengan
kondisi system social.
c. Informal
Dimana wanita sudah mampu menemukan jalan ynag unik dlam melaksanakan perannya.
d. Personal
Merupakan peran terakhir, dimana wanita sudah mahir melakukan perannya sebagai
ibu.Wanita dalam pencapaian peran ibu dipengarhi oleh factor-faktor :
a. Factor ibu
b. Factor bayi
c. Factor-faktor lainnya
Dari factor social support, Mercer mengidentifikasikan adanya 4 faktor pendukung:
a. Emotional Support
Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti
b. Informational Support
Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu
untuk menolong dirinya sendiri
c. Pchysical Support
Misalnya dengan membantu merawat bayi dan memberikan tamabahan dana
d. Appraisal Support
Ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan pencapaian peran ibu
Delapan komponen yang dibuat oleh Lehrman ini kemudian diujicobakan oleh Morten (1991) pada
pasien postpartum. Dari hasil penerapan tersebut Morten menambahkan 3 komponen lagi kedalam
8 komponen yang telah dibuat oleh Lehrman, yaitu:
1. Teknik terapeutik ; Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan
penyembuhan. Teknik terapeutik dapat dilakukan dengan menunjukkan sikap, mendengar
yang aktif, mengkaji dan mengklasifikasi masalah, humor ( tidak bersikap kaku), tidak
menuduh, jujur, mengakui kesalahan, memfasilitasi klien dan menghargai hak klien.
2. Pemberdayaan ( empowerment) ; Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan
melalui penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan kemampuan pasien dalam
mengoreksi, memvalidasi, menilai dan memberi dukungan.
3. Hubungan sesama ( lateral/relationship) ; Menjalin hubungan yang baik terhadap klien,
bersikap terbuka, sejalan dengan klien sehingga antara bidan dan klien membina hubungan
saling percaya yang harmonis
D. ERNESTINE WIEDENBACH
Ernestine Wiedenbach adalah seorang pemimpin yang dikenal dalam pengembangan teori dan
perawatan maternal bayi. Pada tahun 1952 Ernestine ditetapkan menjadi direktur program
kelulusan di perawatan kesehatan maternal bayi baru lahir, di Yale University School Of Nursing,
yang dimulai pada tahun 1956. Ernestine Wiedenbach mengundurkan diri pada tahun 1966.Ia tidak
pernah menikah dan meninggal di umur 97 tahun pada tanggal 8 maret 1998.
Menurut Teori Ernestine Wiedenbach konsep model kebidanan dibagi menjadi 5, yaitu :
1. The Agents
Empat elemen dalam ”clinical nursing” yaitu: filosofi, tujuan, praktik dan seni. ( Raleigh,
1989 dan Wiedenbach, 1964 ). Selain itu juga dikemukakan tiga poin dasar dalam filosofi
keperawatan/kebidanan, yaitu:
a. Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan
b. Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga, otonomi dan individualisme
pada setiap orang
c. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain ( Raleigh, 1989 )
2. The Recipient
Perawat/bidan memberikan intervensi kepada individu disesuaikan dengan situasi dan
kebutuhan masing-masing ( Raleigh, 1989 ). Recipient meliputi wanita, keluarga, dan
masyarakat.Perempuan menurut masyarakat oleh masyarakat tertentu tidak mampu
memenuhi kebutuhannya.Wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu
yang berkompeten dan mampu melakukan segalanya sendiri, sehingga bidan/perawat
memberi pertolongan hanya apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya sendiri.
3. The Goal/Purpose
Tujuan dari proses keperawatan adalah membantu orang yang membutuhkan pertolongan.
Konsep Wiedenbach tujuan akhir dari perawatan “ sebuah ukuran atau tindakan yang
diperlukan dan diinginkan seseorang dan berpotensi untuk merubah atau memperpanjang
kemampuan seseorang tersebut untuk mengatasi keterbatasan “ ( Danko et al., 1989 cite
Wiedenbach’s ( 1964 ).
4. The Means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan Wiedenbach menentukan beberapa tahap
yaitu :
a. Identifikasi kebutuhan klien
b. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan yang dibutuhkan
c. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan bantuan yang
dibutuhkan
d. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
pasien
Untuk bisa membantu pasien, perawat/bidan harus mempunyai :
1. Pengetahuan, untuk bisa memahami kebutuhan pasien
2. Penilaian, kemampuan pengambilan keputusan
3. Ketrampilan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pasien
5. Framework
Yaitu kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan sosial, organisasi, dan profesional.
E. JEAN BALL
Jean ball adalah seorang “midwife” (bidan) dari British yang telah melakukan risetnya secara
intensif terhadap kebutuhan wanita pada masa postnatal, dan konsekuensinya bagi wanita yang
mendapat asuhan dari berbagai unit pelayanan.
Dalam bukunya “Reaction to motherhood” (1987) ia menjelaskan tujuan asuhan postnatal yang
sekaligus juga menjadi filosofi Jean Ball tentang postnatal care sebagai berikut: “membantu
seorang wanita agar berhasil menjadi ibu, dan keberhasilan ini tidak hanya melibatkan proses
fisiologi saja tapi juga psikologis dan emosional yang memotivasi keinginan untuk menjadi orang
tua serta pencapaiannya.”Ia menyatakan bahwa dalam praktik diberbagai institusi, jenis pelayanan
yang diberikan mungkin lebih dekat ke model obstetric/medical dimana interest terhadap postnatal
care minimal karena kelahiran sudah tercapai. Bila menggunakan pendekatan midwife, maka
kehamilan dan postnatal dianggap sebagai saat adopsi terhadap peran baru yaitu menjadi ibu.
Ball mengemukakan teori kursi goyang/deck chair yang terdiri dari 3 elemen yaitu:
a. Pelayanan maternitas
b. Pandangan masyarakat terhadap keluarga
c. Sisi penyangga atau support terhadap kepribadian keluarga
Ketiga elemen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dasar kursi dibentuk oleh pelayanan kebidanan yang berpijak pada pandangan masyarakat
tentang keluarga.
2. Topangan kanan kiri adalah kepribadian wanita, pengalaman hidup.
3. Topangan tengah (yang menyangga kursi dari belakang kanan-kiri ) adalah keluarga dan
support system.
4. Tempat duduk menggambarkan kesejahteraan maternal, yang tergantung pada efektifitas
Aplikasi dari teori Jean Ball dalam kehidupan sehari-hari :
1. Dahulu posisi ibu saat melahirkan terlentang tetapi sekarang ini posisi ibu saat melahirkan
senyaman ibu. Agar memberikan rasa kenyamanan psikologis bagi Ibu.
2. Keluarga memberikan dukungan terutama ibu yang pertama kali melahirkan agar siap secara
mental menjadi seorang Ibu dan membantu ibu menyesuaikan diri dengan rutinitas baru pasca
melahirkan.
3. Bidan memberikan asuhan pada Ibu selama masa postnatal.
4. Bidan memberi dukungan mengenai rasa percaya diri ibu terhadap menyusui pada 7 hari
pertama.
5. Bidan memberikan pengertian pada ibu agar ibu jangan takut atau khawatir dengan perubahan
fisik pada tubuh ibu.
6. Bidan mendukung dan membantu ibu agar yakin menjalankan peran sebagai seorang ibu.
BAB V
MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN
B. Pelayanan kebidanan
Pelayanan kebidanan terintegraswi dengan pelayanan kesehatan.Selama ini pelayanan kebidanan
bergantung pada sikap social masyarakt dan keadaan lingkungan. Parameter kemajuan soaial
ekonomi dalam pelayanan kebidanan antara lain :
Parameter kemajuan sosial ekonomi dalam pelayanan kebidanan antara lain :
1. Perbaikan status gizi ibu dan bayi
2. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan
3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan
4. Menurunnya angka kematian neonatal
5. Cakupan penanganan resiko tinggi
6. Meningkatnya cakupan pemeriksaan neonatal
Bidan sebagai tenaga, pemberi pelayanan kebidanan, harus menyiapakan diri untuk mengantisipasi
perubahan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kebidanan.
1. Pelayanan Kebidanan yang Adil
Keadilan dalam memberikan kebidanan adlah aspek yang poko dalam pelayanan bidan di Indonesia.
Keadilan dalam pelayanan ini dimulai dengan :
a. Pemenuhan kebutuhan klien yang sesuai
b. Keadaan sumber kebidanan yang selalu siap untuk melayani
c. Adanya penelitian untuk mengembangkan/meningkatkan pelayanan
d. Adanya keterjangkauan ke tingkat pelayanan.
2. Metode Pemberi Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan diberikan secara holistik , yaitu : memperhatikan aspek bio, psiko, sosio dan
kultural sesuai dengan kebutuhan pasien. Pelayanan tersebut diberikan dengan tujuan kehidupan dan
kelangsungan pelayanan. Pasien memerlukan pelayanan dari provider yang memiliki kharakteristik
sebagai berikut:
a. Semangat untuk melayani
b. Simpati
c. Empati
d. Tulus ikhlas
e. Memberi kepuasan
Selain itu bidan sebagai pemberi pelayanan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Aman
b. Nyaman
c. Privacy
d. Alami
e. Tepat
Semua aspek managemen kebidanan didokumentasikan sebagai aspek legal dan informasi dalam
asuhan kebidanan.
3. Menjaga Mutu Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat
Memuaskan setiap jasa pelayanan kebidanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta yang penyelenggaranya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang
telah ditetapkan.
Dimensi kepuasan pasien dapat dibedakan atass dua macam :
1) Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan profesi kebidanan,
mencakup :
a. Hubungan bidan dengan klien
b. Kenyamanan pelayanan
c. Kebebasan melakukan pilihan
d. Pengetahuan dan kompetensi teknis
e. Efektivitas pelayanan
2) Kepuasan yang mengacu pada penerapa semua persyaratan pelayanan kebidanan.
Suatu pelayanan dikatakan bermutu bila penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan dapat
memuaskan pasien dengan ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu.Mencakup :
a. Ketersediaan pelayanan kebidanan
b. Kewajaran pelayanan kebidanan
c. Kesinambungan pelayanan kebidanan
d. Penerimaan jasa pelayanan kebidanan
e. Ketercapaian pelayanan kebidanan
f. Keterjangkauan pelayanan kebidanan
g. Efisiensi pelayanan kebidanan
h. Mutu pelayanan kebidanan
C. Paradigma Sehat
Paradigma sehat merupakan cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang
bersifat holistik. Cara pandang ini menekankan pada melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi
oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor.Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya panyembuhan orang sakit atau pemulihan
kesehatan.Dengan diterapkannya paradigma ini, diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk
bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada
pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.(Hudaya, Isna. 2010).
Paradigma sehat mengubah cara pandang terhadap masalah kesehatan baik secara makro maupun
mikro.
a. Secara makro, berarti bahwa pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya
dibidang kesehatan, minimal memberi sumbangan dalam pengembangan lingkungan dan
perilaku sehat.
b. Secara makro, berarti bahwa pembangunan kesehatan harus menekankan pada upaya promotif
dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilatif.
Menurut Kamus Populer Kesehatan Lingkungan (2002) Paradigma Sehat atau cara pandang atau
pola piker pembangunan kesehatan yang bersifat holistic, menyeluruh, bahwa masalah kesehatan
dipengaruhi banyak factor dan multidimensional yang upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan yang lebih dikenal dengan preventif dan promotif.
Paradigma sehat dengan sebutan: “Gerakan Pembangunan Yang Berwawasan Kesehatan”
dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal 1 Maret 1999. Lebih dari itu, paradigma sehat adalah
bagian dari pembangunan peradaban dan kemanusiaan secara keseluruhan.Paradigma sehat adalah
perubahan mental dan watak dalam pembangunan.
Paradigma sehat adalah perubahan sikap dan orientasi , yaitu sebagai berikut:
1. Pola pikir yang memandang kesehatan sebagai kebutuhan yang bersifat pasif, menjadi
merupakan keperluan dan bagian dari hak asasi manusia (HAM).
2. Sehat bukan hal yang konsumtif, melainkan suatu investasi karena menjamin tersedianya SDM
yang produktif secara sosial dan ekonomi.
3. Kesehatan yang semula hanya berupa penanggulangan yang bersifat jangka pendek ke depannya
akan menjadi bagian dari upaya pengembangan SDM yang bersifat jangka panjang.
4. Pelayanan kesehatan tidak hanya pelayanan medis yang melihat bagian dari yang sakit/penyakit,
tetapi merupakan pelayanan kesehatan paripurna yang memandang manusia secara utuh
5. Kesehatan tidak hanya sehat jasmani, tetapi juga sehat mental dan sosial.
6. Pelayanan kesehatan tidak lagi terpecah-pecah (fragmented), tetapi terpadu (integrated).
7. Fokus kesehatan tidak hanya penyakit, tetapi juga bergantung pada permintaan pasar.
8. Sasaran pelayanan kesehatan bukan hanya masyarakat
9. bukan hanya menjadi urusan pemerintah, melainkan juga menjadi urusan swasta.
10. Biaya yang ditanggung pemerintah adalah untuk keperluan publik (seperti pemberantasan
penyakit menular, penyuluhan kesehatan), sedangkan keperluan lainnya perlu ditanggung
bersama dengan pengguna jasa.
D. Dasar pemikrian
1. Hidup sehat adalah hak asasi manusia, artinya sehat merupakan sesuatu yang sangat esensial
dalam diri manusia yang perlu dipertahankan dan dipelihara. Sehat merupakan suatu investasi
untuk kehidupan yang produktif, bukanlah hal yang konsumtif, melainkan prasyarat agar hidup
kita menjadi berarti, sejahtera dan bahagia.
2. Kesehatan merupakan salah satu dari tiga faktor utama yang sangat menentukan kualitas sumber
daya manusia, disamping pendidikan dan pendapatan (ekonomi). Oleh karena itu, kualitas
kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan.
3. Sehat juga merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri. Mensyukuri karunia dapat
ditunjukan dengan perkataan, perasaan, dan perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan ditunjukan
dengan memelihara kesehatan dan berupaya untuk meningkatkannya..
E. Strategi Pembangunan
Strategi Pembangunan Kesehatan Pembangunan di bidang kesehatan memiliki strategi:
1. Pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan. Semua kebijakan nasional yang
diselenggarakan harus berwawasan kesehatan, setidak-tidaknya harus memberi kontribusi positif
terhadap pengembangan lingkungan dan perilaku sehat.
2. Profesionalisme. Pelayanan kesehatan yang bermutu perlu didukung dengan penerapan berbagai
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapan nilai-nilai agama, moral, dan etika.
3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Penataan sistem pembiayaan kesehatan
yang menjamin pemeliharaan kesehatan masyarakat luas.
4. Desentralisasi. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus didasarkan pada masalah dan potensi
spesifik daerah tertentu, yaitu pengaturannya disesuaikan dengan rumah tangga masing-masing
daerah. (Entjang,2000)
A. Manajemen Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode
berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberikan asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihakbaik klien maupun pemberi asuhan.
1. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
2. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau masalah.
3. Mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan
yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses
untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
BAB VII
STANDAR PROFESI KEBIDANAN
Masalah kematian dan kesakitan ibu di indonesia masih merupakan masalah besar, menurut survey
kesehatan rumah tangga (skrt) tahun 1986, angka kematian ibu (aki) adalah 450 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka tersebut mengalami penurunan yang lambat, menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup
(skrt 1997).
salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan yang
diberikan kepada setiap ibu yang memerlukan dengan memenuhi standar tertentu agar aman dan efektif.
Standar pelayanan kebidanan dibuat sebagai acuan pelayanan ditingkat masyarakat dan diberlakukan
bagi semua pelaksana kebidanan.
A. Pengertian Standar
Standar merupakan landasan berpijak normatif dan parameter/alat ukur untuk menentukan tingkat
keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan klien dan menjamin mutu asuhan yang diberikan. Dalam
penyusunan standar harus memperhatikan proses dan harapan yang akan terjadi dalam upaya
meningkatkan mutu layanan.
Kriteria Standar Kebidanan :
1.) Menggunakan bahasa yang jelas, sederhana dan mudah dimengerti
2.) Realistis/dapat diterima dalam lingkup asuhan yang diperlukan
3.) Mudah dilakukan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan
4.) Dapat diobservasi dan diukur
Manfaat Standar Kebidanan :
1.) Mengarahkan kinerja klinis dalam upaya menampilkan asuhan kebidanan yang bemutu
2.) Sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat kualitas asuhan kebidanan yang diberikan
3.) Merupakan alat penilaian diri sendiri bagi bidan dalam melaksanakan tugas
4.) Mempertahankan profesionalisme bidan sebagai praktisi klinis
5.) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi asuhan kebidanan
Menurut Permenkes No. 900/Menkes/SK/Vll/2002, Standar Profesi adalah pedoman yang harus
dipergunakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan profesi secara baik. Standar Profesi kebidanan
terdiri dari 4 bagian, yaitu : Standar Pelayanan Kebidanan, Standar Praktik Kebidanan, Standar
Pendidikan Kebidanan, dan Standar Pendidikan Berkelanjutan Kebidanan
Sebagai suatu profesi, bidan dituntut dapat memberikan asuhan yang bermutu kepada klien. Mutu
asuhan kebidanan ditentukan oleh standar yang diterapkan oleh profesi kebidanan. Standar dalam
profesi kebidanan meliputi : Standar Pelayanan Kebidanan ,Standar Praktik Kebidanan,Standar
Pendidikan Kebidanan,dan Standar Pendidikan Berkelanjutan Kebidanan.
Pengelola pelayanan memiliki kebijakan dalam penyelenggaraan pelayanan dan pembinaan personel
menuju pelayanan yang berkualitas. Definisi operasional :
1. Ada kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan dan standar pelayanan yang disyahkan oleh
pimpinan.
2. Ada prosedur pengajuan cuti personel, istirahat, atau sakit.
3. Ada prosedur pembinaan personel.
Standar 2: Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara
sistematis dan bersinambungan.
Definisi operasional:
Standar 5: Tindakan
Tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi kebidanan klien.
Definisi operasional:
1. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana perkembangan klien
2. Sesuai dengan prosedur tetap
3. Menerapkan kode etik kebidanan
4. seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang tersedia
Standar 7: Pengawasan
Definisi operasional:
1. Adanya format pengawasan klien
2. Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat
3. pengawasan dilaksanakan secara terus menerus
Standar 8: Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilakukan secara terus menerus seiring dengan tindakan yang
diberikan.
Definisi opersional:
1. Evaluasi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan kebidanan.
2. Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan.
Standar 9: Dokumentasi
Definisi operasional:
1. Dokumentasi dilaksanakan untuk setiap langkah manajemen kebidanan.
2. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan.
Standar 2: Falsafah
Definisi opersional:
1. Falsafah mencakup kerangka keyakinan dan nilai-nilai mengenai pendidikan
2. penyelenggara pendidikan mengacu pada sistim pendidikan nasional Indonesia.
Standar 3 : organisasi
Definisi operasional:
1. Setruktur organis Ada kejelasan tentang tanggung jawab dan kerjasama organisasi.
2. Ada uraian tugas masing-masing organisasi
Standar 5 : Kebijakan
Kebijakan lembaga pendidikan yang mengatur penerimaan selksi dan pengajuan
mahasiswa.
Definisi operasional:
Selaku berpedoman pada aturan yang berlaku bagi suatu lembaga pendidikan tinggi.
Standar 7: Kurikulum
Defini opersional:
1. penyelenggaraan pendidikan didasarkan pada kurikulum Nasional.
2. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan falsafah dan visi misi
Standar 1 :
Pendidikan berkelanjutan bidan(PBB) berada dibawah organisasi ikatan bidan Indonesia.
1. keberadaan bidan pendidikan berkelanjutan bidan di syahkan oleh PP-IBI/PD-
IBI/P C Standar 2 falsafah:
Definisi organisai:
1. Ada falsafah yang mencakup kerangka keyakinan.
2. Ada visi, misi, dan tujuan
3. mengacu pada kebutuhan pelatihan dan pengembang untuk meningktakan kemampuan
bidan.
Standar 3: Organisasi
Definisi organisasi:
1. Ada kejelasan tanggung jawab dan kerjasama bersama
2. Ada uraian tugas masing-masing komponen
Standar 6: Fasilitas
Bidan pendidikan berkelanjutan bidan memiliki fasilitas pembelajaran yang sesuai.
Definisi operasional:
1. Ada daftar inventaris fasilitas pembelajaran.
2. fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media belajar
Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokan menjadi
standar pelayanan umum (2 standar), standar pelayanan anternal (6 standar), standar pertolongan
persalinan (4 standar), standar pelayanan nifas (3 standar), standar penanganan kegawatdaruratan
obstefri-neonatus (9 standar).
Standar 12: Penanganan kala II dengan komplikasi gawat janin melalui episiotomy
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama dan segera
melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan
perineum.
bidan mampu mengenali pendarahan yang berlebihan selama 24 jam pertama setelah persalinan dan
segera melakukan pertolongan pertama.
Syarat utama yang harus dipenuhi untuk melaksanakan praktik pelayanan kebidanan adalah
memiliki Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) sebagai bukti tertulis.
Menurut satuan kredit perolehan Organisasi IBI, bidan praktik swasta adalah bidan
yang diberi izin untuk menjalankan praktik perorangan setelah memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan (IBI, 1997 : 15).
Visi misi bidan swasta adalah memberikan pelayanan kualitas terbaik dalam bidang keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi.
C. Kewajiban Bidan
Bidan memiliki kewajiban sebagai berikut.
1. Selama menjalan BPS, bidan wajib menaati semua peraturan perundang-undangan yang
berlaku, baik dari dinas maupun dari Profesi (IBI).
2. bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat khususnya keselamatan ibu dan anak serta KB.
3. setiap bidan yang menjalankan praktik berkewajiban meningkatkan kemampuan keilmuan
dan keterampiilannya melalui pendidikan dan pelatihan.
4. bidan menjalankan praktiknya memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan yang
meliputi :
a. pelayanan kebidanan
b. pelayanan keluarga berencana
c. pelayanan kesehatan masyarakat
5. bidan dalam menjalankan praktiknya wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai
dengan pelayanan yang diberikan dan dilampirkan puskesmas,
6. mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan organisasi profesi (IBI).
7. kepala dinas kesehatan kab/kota dan /atau organisasi terkait melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap bidan yang melakukan praktik di wilayahnya.
8. bidan yang menjalankan praktik harus mencantumkan surat izin praktik atau fotocopy izin
praktik.
D. Pelayanan Kolaborasi
pada acara Congress On Nursing Partice tahun 1992. American Nursing Association (ANA)
merumuskan kolaborasi yaitu :
( kolaborasi adalah hubungan saling berbagi tanggung jawab (kerjasama) dengan rekan
sejawat/tenaga kesehatan lainnya dalam member asuhan pada pasien, dalam praktiknya,
kolaborasi dilakukan dengan mendiskusikan diagnosis pasien serta bekerjasama dalam
penatalaksanaan dan pemberi asuhan. masing-masing tenaga kesehatan dapat saling
berkonsultasi dengan tatap muka langsung atau melalui alat komunikasi lainnya dan tidak perlu
hadir ketika tindakan dilakukan. petugas kesehatan yang ditugaskan mengani pasien bertanggung
jawab terhadap keseluruhan penatalaksanaan asuhan).
Pola tersebut berkembang menjadi model praktik komunikasi yang menekankan komunikasi
dua arah, tetapi tetap menempatkan dokter pada posisi utama dan membatasi hubungan antara
dokter dan pasien.
Kolaborasi dalam praktik kebidanan
Dalam praktik pelayanan kebidanan, layanan kolaborasi adalah suatu asuhan kebidanan
yang diberikan kepada klien dengan beban tanggung jawab bersama semua pemberi pelayanan
yang terlibat.
Bidan meyakini bahwa dalam memberi asuhan harus tetap menjaga, mendukung, dan
menghargai proses psiologis manusia. Bidan bekerja sama mengembangkan kemitraan dengan
anggota tim kesehatan laiinya. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi,
konsultasi, dan perujukan sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan, dan kemampuannya
BAB X
Sistem Penghargaan Bidan
A. Penghargaan
Bidan sebagai suatu profesi memiliki hak untuk mendapatkan penghargaan. Penghargaan
yang diberikan kepada bidan tidak hanya berupa imbalan jasa tetapi juga pengakuan profesi
dan pemberian kewenangan/hak untuk menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki.
Sebagai suatu profesi , bidan memiliki organisasi profesi (Ikatan Bidan Indonesian, IBI)
yang mengatur hak dan kewajiban serta penghargaan dan sanksi bagi bidan. Setiap bidan
yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan berhak dan wajib menjadi anggota IBI.
Dalam lingkup IBI, setiap angggota memiliki beberapa hak tertentu sesuai dengan
kedududkannya, yaitu:
1. Anggota Biasa
a. Berhak mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh organisasi.
b. Berhak mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk bentuk kepentingan
organisasi.
c. Berhak memilih dan dipilih.
2. Anggota Luar Biasa
a. Dapat mengikuti kegiatan yang di lakukan organisasi.
b. Dapat mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk kepentingan organisasi.
3. Angota Kehormatan
Dapat mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk kepentingan organisasi.
B. Pemberian Sanksi
Sanksi berarti imbalan negative, imbalan yang berupa pembebanan yang di tentukan oleh
hukum aturan yang berlaku.Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan
hak/kewajiban bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi. Dalam organisasi profesi
kebidanan terdapat Majelis Organisasi Etik Bidan (MPEB) dan Majelis Pembalaan
Anggota (MPA), yang memiliki tugas :
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidang sesuai dengan ketetapan pengurus
pusat.
2. Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala.
3. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus pusat.
4. Membentuk tim teknis sesuai kebutuhan, tugas dan tanggung jawabnya di tentukan
pengurus.
MPEB dan MPA merupakan majelis independen yang berkonsultasi dan berkoordinasi
dengan pengurus inti dan organogram IBI tingkat nasional.
MPEB secara internal memeberikan saran, pendapat, dan buah pikiran tentang masalah
pelik yang sedang dihadapi, khususnya yang menyangkut prlaksananaan kode etik bidan
pembelaan anggota.
Tugas dan wewenang MPA dan MPEB adalah memeberikan bimbingan dan pembinaan
serta pengawsan etik profesi, meneliti dan menentukan adanya kesealahan atau kelalaian
bidan dalam memberikan pelayanan.Etika profesi adalah norma-norma yang berlaku bagi
bidan dalam memberikan pelayanan profesi seperti yang tercantum dalam kode etik
bidan.
Angota MPEB dan MPA :
1. Mantan pengurus IBI yang potensial.
2. Anggota yang memiliki perhatian tinggi untuk mengkaji berbagai aspek dalam
perubahan serta pelaksanaan kode etik bodan, pembelaan anggota, dan hal yang
menyangkut hak serta perlindungan anggota.
3. Anggota yang berminat dbidang hukum.
Keberadaan MPEB Bertujuan untuk :
1. Meningkatkan citra IBI dalam meningkatkan mutu pelayanaan yang di berikan bidan.
2. Membentuk lembaga yang akan menilai dan atau tidaknya pelanggaran terhadap
Kode Etik Bidan Indonesia.
3. Meningkatkan kepercaya diri anggota IBI.
4. Meningkatkan kepercayaan pada masyarakat terhadap bidan dalam memberikan
pelayanan.
BAB XI
Pengembangan Krier Bidan
A. Pendidkan Berkelanjutan
visi dan misi
Visi pendidikan berkelanjutan
Visi pendidikan berkelanjutan adalah pada tahun 20010 seluruh bidan telah menerapkan
pelayanaan yang sesuai standar praktik bidan internasional dan dasar pendidikan minimal
Diploma III KEBIDANAN.
Misi pendidikan berkelanjutan
Misi pendidikan berkelanjutan mencakup:
1. Mengembangkan pendidikan berkelanjutan berbentuk ‘’system’’
2. Membentuk unit pendidikan bidan ditingkat pusat, provinsi, daerah, dan cabang.
3. Membentuk tim pelaksanaan pendidikan berkelanjutan.
4. Mengadakan jaaringan dan bekerjasama dengan pihak terkait.
Pendidikan berkelanjutan merupakan bagian dari berbagai sistem lain dan juga berkaitan
dengan istem ppendidikan formal dasar. Program ini tersusun atas berbagai komponen yang
paling terkait yakni individu, kabijakan perencanaan, fungsi intuisi dan sarana.
Sasaran Pendidikan Berkelanjutan
Sasaran dalam pendidikan berkelanjutan, mencakup:
1. Bidan praktik swasta.
2. Bidan berstatus pegawai negri.
3. Tenaga kesehatan lainnya.
4. Kadar kesehatan, dukun beranak (peraji).
5. Masyarakat umum.
C. Jenis dan karakteristik pendidikan berkelanjutan
Jenis pendidikan berkelanjutan
Jenis pendidikan berkelanjutan yaitu:
1. Seminar, lakakarya.
2. Magang.
3. Pengembangan (manajemen, hubungan, interpensial, komunitas).
4. Keterampilan teknis untuk pelayanan.
5. Administrasi.
6. Lain-lain, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
D. Jabatan Fungsional
Jabatan dapat di tinjau dari dua aspek, yaitu jabatan structural dan jabatan fungsioal. Jabatan
struktural adalah jabatan yang secara jelas tertera dalam struktur dan d atur dalam suatu
jenjang organisasi. Sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang di tinjau serta di
hargai dalam aspek fungsinya yang vital dalam masyafrakat dan Negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional juga
berorentiasi kualitatif.Seseorang yang memiliki jabatan fungsiona berhak untuk
mendapatkan tunjangan fugsional. Dalam konteks ini, dapat dilihat bahwa jabatan bidan
merupakan jabatan fungsional profesional sehingga berhak mendapatkan sebagai bidan
serta melalui pendidikan berkelanjutan, baik secara formal maupun informal, yang hasil
akhirnya akan meningkatkan kemampuan professional bidan dalam melaksanakan
fungsinya,. Bidan dapat berfungsi sebagai bidan pelaksana, pengelola, pendidik, peneliti,
koordinator, dan penyelia.
Profesi bidan menjual jasa.Jasa kebidanan adalah pelayanan atau asuhan kebidanan yang
ditujukan bagi klien wanita/ibu dan bayinya yang diberikan oleh bidan yang telah selesai
mengikiti pendidikan kebidanan yang telah di akui negara. Prmosi kebidanan adalah promosi
untuk mempromosikan jasa kebidanan kepada masyarakat (klien) yang membutuhkan
pelayanan/asuhan kebidanan
Pelayanan/asuhan kebidanan termasuk dalam pelayanan kesehatan.Pelayanan kesehatan
memiliki pelayanan karakteristik yang spesifik karena berhadapan langsung dengan individu.
Karakteristik promosi jasa dalam pelayanan kesehatan antara lain:
1. Bersifat sukarela. Tidak memaksa klien menggunnakan layanan yang ditawarkan. Klien
bebas menentukan piilihan layanan.
2. Kontak secara personal. Dalam pelayanan kesehatan tenaga kesehatan harus melakukan
kontak langsung secara personal dengan klien melalui pendekatan sosial budaya.
3. Berpacu dengan waktu. Pelayanan kesehatan harus diberikan dengan segera dan
mempertimbangkan keadaan klien.
4. Sensitif (trauma kesehatan reproduksi) kesehatan reprodusi merupakan hal yang sangat
pribadi dan sensitive sehingga seringkali klien enggan berkunjung kepelayanan kesehatan dan
membicarakan masalah tersebut. Sikap yang menghormati privasi klien dan tidak
menghakimi dari seorang bidan akan membuat klien bersikap positif pada layanan kesehatan
yang kita berikan.
Promosi jasa dalam pelayanan kesehatan memiliki empat komponen utama, yaitu:
1. Klien/pelanggan. Merupakan konsumen dari pelayanan kesehatan yang memiliki
dudukan sangat penting.
2. Kompetisi. Melalui keberadaan profesi lain akan tercipta iklim kompetisi yang apabila
dikelola dengan baik maka akan memotivasi bidan untuk mengevaluasi dan mengembangkan
diri.
3. Jaringan. Jaringan diperlukan untuk memperluas cakupan pemasaraaan pelayanan
kesehatan yang akan membantu kelancaran kegiatan pemasaran. Jaringan tersebut dapat
berbentuk klinik, pelayanan dirumah, rujukan, dan perusahaan/asuransi.
4. Klinik. Dalam pengelola klinik diperlukan beberapa pertimbangan mencakup kekuatan
merek, proses pelayanan, keunggulan kompetitif, dan tariff pelayanan.
Dalam proses pemasaran yang harus diperhatikan adalah ada tidakadanya ancaman, tidak
melakukan promosi yang terlalu berlebihan, dan tidak mempromosikan sesuatu yang tidak bias
di andalkan.
LAMPIRAN
UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 1992
TENTANG : KESEHETAN
B. TUJUAN
1. Mempermudah bidan untuk memahami dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
sudah ditetapkan
2. Memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi bidan sebagai pemberi pelayanan
serta masyarakat menerima pelayanan
2. Bidan yang menjalankan praktik harus mencantumkan Surat Izin Praktik Bidannya atau
fotokopian Izin Praktiknya
3. Bidan dalan praktiknya menyediakan lebih dari 5 (lima) tempat tidur, harus memperkerjakan
trnaga bidan yang lain yang memiliki SIPB untuk membantu tugas pelayanannya