Anda di halaman 1dari 35

26

MAR

konsep kebidanan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN 1
BAB II : PARADIGMA ASUHAN KEBIDANAN 2
A. Pengertian paradigma 2
B. Komponen paradigma kebidanan 3
C. manfaat paradigma di kaitkan dengan asuhan kebidanan 9

BAB III : KEBIDANAN SEBAGAI PROFESI 10


A. Profesi bidan 11
B. Profesionalisme 12
BAB IV : DASAR PEMIKIRAN ,FOKUS DAN TUJUAN DALAM ASUHAN
KBIDANAN i
BAB V : MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN ii
BAB VI : MANAJEMEN KEBIDANAN 1
BAB VII : LINGKUP PRAKTEK KEBIDANAN 2
BAB VIII : SISTEM PENGHARGAAN BIDAN 2
A.Penghargaan 2
B.sanksi 3
C.jabatan 9

BAB IX : PRINSIP PERKEMBANGAN BIDAN


BAB X : PROSES BERUBAH 11
BAB XI : PEMASARAN SOSIAL JASA ASUHAN KEBIDANAN 12
PENUTUP 20
KESIMPULAN 20
DAFTAR PUSTAKA 22

TUGAS MANDIRI

KONSEP KEBIDANAN

DISUSUN oleh :

NAMA : SUCI RAHMADANISAFITRI


KELAS : 1.A DIII KEBIDANAN
NIM : 10.2.0.1.034

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES)


PAYUNG NEGERI PEKANBARU
TA. 2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam rangka mendukung visi Indonesia Sehat 2010 Departemen Kesehatan mempunyai
beberapa misi, antara lain : memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
masyarakat dan lingkungannya, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, terjangkau, serta mendorong kemandirian masyarakat.
Untuk itu perlu adanya kerjasama lintas program maupun lintas sektoral dalam mewujudkan
tujuan diatas disesuaikan dengan cara pandang dan kebijakan bidang kesehatan.

Salah satu unggulan dalam Indonesia Sehat 2010 adalah upaya percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) baru lahir, yang perlu penyesuaian dan
dijabarkan dalam beberapa kegiatan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesehatan
dan keselamatan ibu dan bayi baru lahir dalam pelayanan kebidanan.
Dalam hal ini pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh tenaga bidan.
Bidan sebagai salah satu tenaga utama dalam percepatan penurunan AKI & AKB baru lahir.
dituntut untuk mengantisipasi perubahan tersebut.
sehingga pelayanan yang diberikan lebih bermutu, optimal dan mencapai tujuan yang
diharapkan.

Seiring perkembangan dunia medis yang sedemikian pesatnya, maka pelayanan kebidanan
dituntut untuk bisa mengikuti dan pengimbangi perkembangan pelayanan medis dan
kesehatan lainnya. Di sebagian besar pelayanan kesehatan yang seharusnya melaksanakan
pelayanan dan asuhan kebidanan, masih terbatas pada pelaksanaan “kegiatan-kegiatan” yang
belum memenuhi kaidah asuhan secara profesional yang bertanggung gugat. Begitu rumitnya
masalah yang dihadapi sehingga sukar menentukan titik masuk untuk mengadakan
perubahan yang strategis dan bermakna. Kalaupun ada upaya untuk membenahi, pada
umumnya masih bersifat insidentil, kurang terarah, terfagmantasi dan berjangka pendek
yang bahkan justru dapat merugikan perkembangan pelayanan kebidanan itu sendiri.

B. Tujuan

1. Tujuan umum :

Meningkatnya kemampuan bidan untuk berfikir kritis dan bertindak dengan logis, analisis
dan sistimatis dalam memberikan asuhan kebidanan ditiap jenjang pelayanan kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu, bayi/anak balita.

2. Tujuan Khusus

a. Sebagai pedoman dalam mengelola klien dengan memberikan asuhan kebidanan yang
efektif sesuai kebutuhan klien/masyarakat berdasarkan evidence based.
b. Sebagai pedoman cara pendokumentasian dari setiap asuhan kebidanan yang diberikan
disarana pelayanan kesehatan.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup manejemen asuhan kebidanan di Rumah Sakit dan Puskesmas meliputi :
Bagaimana mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan klinis seorang bidan
dalam mengelola klien dengan menggunakan proses Manajemen Kebidanan, dan
mengembangkan kemampuan bidan dalam mendokumentasikan asuhan kebidanan yang
telah dilakukan secara efektif dan efisien.
D. Sasaran
Sasaran dari pedoman manajemen asuhan kebidanan ini adalah seluruh bidan yang bekerja
pada tatanan pelayanan kesehatan, baik di Rumah sakit, Puskesmas, Polindes, Rumah
Bersalin, dan Bidan Praktik Swasta (BPS) di seluruh Indonesia.

BAB II
PARADIGMA ASUHAN KEBIDANAN

1. PENGERTIAN
1. Suatu cara pandang dalam memberikan pelayanan kebidanan.
2. Paradigma asuhan kebidanan adalah berupa pandangan terhadap manusia/wanita,
lingkungan, layanan kesehatan dan kebidanan.

2. Komponen Paradigma
MANUSIA
a. Adalah makhluk Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual serta unik dan utuh.
b. Punya Siklus tumbuh dan berkembang
c. Punya kemampuan untuk mengatasi perubahan dunia (kemampuan dari lahir atau belajar
dari lingkungan).
d. Cenderung mempertahankan keseimbangan Homeostasis.
e. Cenderung beradaptasi dengan lingkungan
f. Memenuhi kebutuhan melalui serangkaian peristiwa belajar
g. Mempunyai kapasitas berfikir, belajar merasionalisasi, berkomunikasi dan
mengembangkan budaya serta nilai-nilai.
h. Mampu berjuang untuk mencapai tujuan.
i. Terdiri dari pria dan wanita.
j. Keluarga

Peran wanita di dalam keluarga


a. Sebagai Pendamping
b. Sebagai Pengelola
c. Sebagai Pencari Nafkah
d. Sebagai Penerus Generasi

Peran bidan untuk individu dan masyarakat


a. Menolong individu mengatasi dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
b. Membawa perubahan tingkah laku yang positif
c. Merencanakan perawatan yang bersifat individual.
d. mengetahui budaya-budaya yang berkembang dalam masyarakat
e. Menerapkan Pendektan komprehensif

LINGKUNGAN
a. Semua yang ada dilingkungan dan terlibat dalam interaksi individu pada waktu
melaksanakan aktivitasnya.
b. Adalah organisasi biologis yang meliputi semua organisme yang berada dalam wilayah
tertentu yang berinteraksi dengan lingkungan fisik.
c. Lingkungan menjadi persyaratan yang penting agar kesehatan ibu dapat terjaga
d. Penyesuaian ibu terhadap lingkungan sekitarnya serta tempat tinggal yang memadai juga
menunjang kesehatan ibu.
e. Lingkungan Fisik
• Terdiri dari semua benda-benda mati yang berada disekitar kita.
• Wanita merupakan bagian dari keluarga serta unit dari komuniti
• Keluarga bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan
f. Budaya
• Meliputi sosial-ekonomi, pendidikan, kebudayaan.
• Lokasi tempat tinggal keluarga sangat menentukan derajat kesehatan bumil, bulin dan
bufas.
g. Psikososial
• Ibu sebagai wanita terlibat dalam interaksi antara keluarga, kelompok, dan masyarakat
• Keberadaan wanita yang sehat jasmani, rohani, dan sosial sangat diperlukan karena wanita
mempunyai 5 peran yang sangat penting dalam keluarga.
h. Biologis
• Meliputi genetika, biomedik dan maturistik
• Manusia merupakan susunan sistem organ tubuh yang mempunyai kebutuhan untuk
mempertahankan hidupnya.

KESEHATAN
a. Terdapat “PERILAKU”, yaitu : hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia dgn
lingkungan nya.
b. Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial
serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
c. Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan proses, yaitu proses adaptasi
individu yang tidak hanya tehadap fisik tetapi juga terhadap lingkungan sosial.
d. Wujud : dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Karakteristik Sehat
• Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
• Memandang sehat dalam konteks eksternal & internal.
• Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.

PERILAKU
Perilaku merupakan hasil seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Perilaku Sehat
• Perilaku merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungan yang terwjud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan perilaku manusia
bersifat holistik atau menyeluruh.
• Ibu yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman serta selalu melakukan hubungan atau
interaksi dengan lingkungannya maka akan mendapat informasi dalam menjaga
kesehatannya.
perilaku propesional dari bidan mencakup ;
• Dalam melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal
• Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya
• Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir secara
berkala
• Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah penularan penyakit dan strategi
pengendalian infeksi
• Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan asuhan kebidanan
• Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan dengan praktek kesehatan,
kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak
• Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu agar mereka
dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta
persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri
• Menggunakan keterampilan komunikasi
• Bekerjasama dengan petugas kesehatan lainnya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
ibu dan keluarga
• Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan

KEBIDANAN
a. Pelayanan Kebidanan terbagi menjadi 3 jenis :
• Layanan kebidanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab
bidan.
• Layanan kebidanan Kolaborasi adalah layanan kebidanan yang dilakukan oleh bidan
sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersama-sama atau sebagai salah
satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
• Layanan kebidanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Pelayanan yang dilakukan
oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan
rujukan yang dilakukan oleh bidan ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya secara
horizontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya. Layanan kebidanan yang tepat
akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.

b. Batang Keilmuan Kebidanan terdiri dari beberapa yaitu :


• Ilmu Kedokteran
• Ilmu Keperawatan
• Ilmu Kesehatan Masyarakat
• Ilmu Sosial
• Ilmu Budaya
• Ilmu Psikologi
• Ilmu Manajemen

c. Pelayanan Kebidanan :
• seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan
kesehatan.
• Tujuan meningkatkan KIA dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.

3. Manfaat paradigma dikaitkan dengan asuhan kebidanan

a. orang/individu/manusia adalah fokus paradigma.


b. orang/manusia harus bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri.
c. manusia berinteraksi dengan lingkungan/masyarakat.
d. lingkungan / masyarakat dapat mempengaruhi kesehatan.
e. Bidan sebagai manusia harus memiliki ilmu pengetahuan untuk mengetaui bagaimana diri
sendiri.
f. dengan mengetahui bagaimana diri sendiri diharapkan bidan dapat memahami orang
lain/manusia lain, sehingga bidan harus bersikap objektif dalam memberikan pelayanan
kebidanan kepada wanita-wanita.
g. sifat-sifat manusia harus diperhatikan, keterbukaan dan kesabaran antara hubungan bidan
dan wanita sangat dibutuhkan.
h. interaksi antara bidan dan pasien mendorong keterbukaan hubungan bidan dengan
wanita.
i. bidan – pasien saling membutuhkan.
j. bidan harus menganggap pekerjaan sebagai suatu hal yang menarik, menumbuhkan
ketertarikan dalam aspek kesehatan, contohnya saja dalam interaksi bidan – pasien dan
dalam bekerja dengan teman-teman dan tim kesehatan lain.
BAB III
KEBIDANAN SEBAGAI PROFESI
A. PROFESI BIDAN

Pengertian Profesi :
Berasal dari bahasa latin “ profesio” yang berarti janji atau ikrar.
Akitivitas yg bersifat intelektual berdasarkan ilmu & pengetahuan digunakan u/ tujuan
praktek pelayanan dapt dipelajari, terorganisir secara internal dan altristik” Abraham
Flexman,1915.
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, dan teknik.

“ Suatu pekerjaan yg membutuhkan pengetahuan khusus dlm bidang ilmu, melaksanakan


cara-cara dan peraturan yg telah disepakati anggota profesi itu “ Chin Yacobus,1993
. “Berorientasi kepada pelayanan memiliki ilmu pengetahuan teoritik dgn otonomi dari
kelompok pelaksana” Suessman,1996

pengertian bidan :
Bidan (midwive/pendamping istri) berasal dari bahasa Sansekerta ”Wirdhan” yang artinya
wanita bijaksana.

Bidan adalah sebuah profesi yang khusus, dinyatakan sebagai sebuah pengertian bahwa
bidan adalah orang pertama yang melakukan penyelamatan kelahiran sehingga ibu dan
bayinya lahir dengan selamat. Tugas yang diemban bidan berguna untuk kesejahteraan
manusia.
Menurut Kep Menkes RI No. 900/MENKES/SK/VII/2002, Bidan adalah seorang wanita yang
telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku.
Bidan adalah seseorang yang telah mendapatkan lisensi untuk melaksanakan praktek
kebidanan (Wahyuningsih, 2005).

Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mengembangkan pelayanan yang unik bagi masyarakat.


2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan yang ditujukan untuk
maksud profesi yang bersangkutan.
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah.
4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yang belaku.
5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya.
6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan.
7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya

B. PROFESIONALISME
1. Pengertian profesionalisme
Seorang pekerja profesional adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam
kerjanya, dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilannya.
2. Ciri-ciri profesional yaitu meliputi:
a. Bagi pelakunya secara nyata / de facto dituntut kecakapan sesuai tugas-tugas khusus serta
tunutuan dari jenis jabatannya
b. Kecakapan atau keahlian pekerja profesional bukan sekedar hasil pembiasaan tapi didasari
wawasan keilmuan yang mantap, menuntut oendidikan, terprogram secara relevan dan
berbobot, terselenggara secara efektif-efisien dan tolak ukur evaluatifnya terstanda.
c. Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas, pilihan jabatannya / kerjanya
didasari kerangka nilai tertentu, bersikap positif terhadap jabatan dan perannya dan
bermotivasi dan berkarya sebaik-baiknya.
d. Jabatan profesional mendapat pengesahan dari masyarakat dan atau negaranya, memiliki
syarat-syarat serta kode etik yang harus dipenuhi dimana menjamin kepantasan berkarya
dan sekaligus merupakan tanggung jawab sosial pekerja profesional bidan.

C. PRAKTEK PROFESIONAL BIDAN

Bidan merupakan jabatan profesional. Berdasarkan syarat-syarat profesional,


maka bidan telah memiliki persyaratan dari bidan sebagai jabatan profesional:
a. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis
b. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga profesional
c. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
d. Memiliki kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah
e. Memiliki peran dan fungsi yang jelas
f. Memiliki peran dan fungsi yang jelas
g. Memiliki kompetensi yang jelas dan terukur
h. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
i. Memiliki kde etik kebidanan
j. Memiliki standar pelayanan
k. Memiliki standar praktek
l. Memiliki standar pendidikan yang mendasar dan mengembangkan profesi sesuai
kebutuhan pelayanan
m. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi

Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, maka bidan merupakan jabatan


profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu :
1. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu
irganisasi
2. Jabatanfungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang
vital dalam kehidupan masyarakat dan negara. Selain fungsinya yang vital dalam kehidupan
masyarakat, jabatan fungsional juga berorientasi kualitatif. Dalam konteks ini, jabatan bidan
adalah jabatan fungsional profesional dengan demikian, adalah wajar jika bidan
mendapatkan tunjangan fungsional.

BAB IV
DASAR PEMIKIRAN FOKUS DAN TUJUAN DALAM TEORI KEBIDANAN
1. Teori Reva Rubin
Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang wanita
memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan demikian,
seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak
sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya
perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan.
Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan antara
lain:
a. kesejahteraan ibu dan bayi
b. penerimaan dari masyarakat
c. penentuan identitas diri
d. mengetahui tentang arti memberi dan menerima
perubahan umum pada perempuan hamil:
• ketergantungan dan butuh perhatian
• membutuhkan sosialisasi
Tahap_tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai peran nya:
a. anticipatory stage
seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang
lain.
b. honeymoon stage
ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu
memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
c. Plateu stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada tahap ini ibu
memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri.
d. Disengagement
Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir.
Aspek-aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran tentang idaman,
gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan wanita tentang
dirinya sendiri sebagai bagian dari pengalaman dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah
berhubungan dengan perubahan fisik yang tejadi selama kehamilan.
Arti dan efek kehamilan pada pasangan.
1. pasangan merasakan perubahan tubuh pasanganya pada kehamilan 8 (delapan) bulan
sampai dengan 3(tiga) bulan setelah melahirkan.
2. lelaki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama wanita hamil.
3. anak-anak akan di lahirkan merupakan gabungan dari tiga macam perbedaan:
a. hubungan ibu dengan pasangan
b. hubungan ibu dengan janin yang berkembang
c. hubungan ibu dengan individu yang unik
4. ibu tidk pernah lagi menjadi sendiri
5. tugas yang harus di lakukan ibu atau pasangan dalam kehamilan:
a. percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh
b. persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin
c. penyelesaiaan dan identifikasi kebinggungan dengan peran transisi.
6. reaksi yang umum pada kehamilan:
a. Trimester satu:ambivalen, takut, tantasi, khawatir.
b. Trimester dua: parasaan enak metykebutuhan untuk mempelajari perkembangan dan
pertumbuhan janin menjadi narsistik, pasif, introvent, egosentrik dan self centered.
c. Trimester tiga: berperasaan aneh, semberono, jelek, menjadi introvert, merefleksikan
terhadap pengalaman masa kecil.
Aspek yang di identifikasi dalam peran ibu:
a. gambaran tentang idaman bayi sehat.
b. gambaran tentang diri memandang tentang pengalaman yang dia lakukan.
c. gambaran tubuh, gambaran ketika hamil dan setelah nifas.
Beberapa tahapan aktifitas penting sebelim seseorang menjadi seorang ibu.
1. Taking on (tahapan meniru)
Seorang wanita dalam pencapaiaan sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan
melakukan peran seorang ibu.
1. Taking in
Seorang wanita sedang membayangkan peran yang dilakukannya . introjektion, projection
dan rejection merupakan tahap di mana wanita membedakan model-model yang sesuai
dengan keinginannya.
1. Letting go
Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah di lakukannya. Pada tahap ini
seorang akan meninggalkan perannya di masa lalu.
Adaptasi psikososial pada masa post partum:
Keberhasilan masa transisi menjadi orang tua pada masa post partum di pengaruhi oleh:
a. respon dan dukungan dari keluarga
b. hubungan antara melahirkan dengan harapan-harapan
c. pengalaman melahirkan dam membesarkan anak yang lalu
d. budaya
Reva rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi tiga tahap yaitu:
a. periode taking in (hari pertama hingga kedua setelah melahirkan)
1. ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain
2. perhatian ibu tertuju pada ke khawatiran pada perubahan tubuhnya
3. ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman ketika melahirakan
4. memerlikan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh kekondisi
normal
5. nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi.
Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung
normal.
b. periode taking hold (hari kedua hingga ke empat setelah melahirkan)
1. ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung jawab
akan bayinya
2. ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya tahan
tubuh
3. ibu cenderung terbuka menerima nasihat bidan dan kritikan pribadi
4. ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong,
menyusui, memandikan dan mengganti popok
5. kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya
c. periode letting go
1. terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta perhatian
keluarga
2. ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi
sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan social
2. Teori Ramona Marcer
Teori ini lebih menekan pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam pencapaiaan
peran ibu, marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan:
a. Efek stress Anterpartum
stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negative dari
hidup seorang wanita, tuuan asuhan yang di berikan adalah : memberikan dukungan selama
hamil untuk mengurangi ketidak percayaan ibu.
Penilitian mercer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan status kesehatan
ibu, yaitu:
1. Hubungan Interpersonal
2. Peran keluarga
3. Stress anterpartum
4. Dukungan social
5. Rasa percaya diri
6. Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi
Maternal role menurut mercer adalah bagai mana seorang ibu mendapatkan identitas baru
yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap dengan dirinya sendiri.
b. Pencapaian peran ibu
Peran ibu dapat di capai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan
kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut mercer menyebutkan tentang stress
anterpartum terhadap fungsi keluarga, baik yang positif ataupun yang negative. Bila fungsi
keluarganya positif maka ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum
karena resiko kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status kesehatan, dengan
dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi stress
anterpartum.
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan (Trisemester I, II dan III)
merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan bahwa menarche,
kehamilan, nifas, dan monopouse merupakan hal yang fisiologis.
Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress
anterpartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat
menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil
antara lain adalah:
a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat berperan
sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan bayinya.
b. ibu memerlukan sosialisasi
c. ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi
pada tubuhnya
d. Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan kehamilan ke masa
menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.
Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menuru Mercer:
a. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, di mana wanita mulai melakukan penyesuaian social dan
psikologis dengan mempelajri segala sesuatuyang di butuhkan untuk menjadi seorang ibu.
b. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran di butuhkan sesuai dengan
kondisi system social
c. Informal
Di mana wanita telam mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya
d. Personal
merupakan peran terakhir, di mana wanita telah mahir melakukan perannya sebagai ibu.
Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah di mulai sejak ibu
menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Mercer
mulainya peran ibu adalah setelah bayi bayi lahir 3-7 bulan setelah dilahirkan.
Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh faktor –faktor sebagai berikut:
a. Faktor ibu
1. Umur ibu pada saat melahirkan
2. Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali
3. Stress social
4. Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya
5. Dukungan social
6. Konsep diri
7. Sifat pribadi
8. Sikap terhadap membesarkan anak
9. Status kesehatan ibu.
b. Faktor bayi
1. Temperament
2. Kesehatan bayi
c. Faktor-faktor lainnya
1. Latar belakang etnik
2. Status pekawinan
3. Status ekonomi
Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat factor pendukung:
a. Emotional support Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti.
b. Informational support Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga
dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri
c. Physical support Misalnya dengan membantu merwat bayi dan memberikan tambahan
dana
d. Appraisal support Ini memungkinkan indifidu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan
pencapaiaan peran ibu
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi
dan konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu.
Peran bidan yang di harapkanoleh mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam
melaksanakan tugas dan adaptsi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaiaan peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.
3. Teori Jean ball
Teori kursi goyang , keseimbangan emosional ibu. Tujuan asuhan maternitus agar ibu mampu
melaksanakan tugasnya sebagai ibu bauk fisik maupun psikologis.
Ada dua teori Jean ball yaitu:
• Teori stress
• Teori dasar
Hipotesa Ball, respon emotional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersamaan dengan
kelahiran anak yang mempengaruhi personality seseorang dan dengan dukungan yang
berarti mereka mendapatkan sistem keluarga dan sosial. Persipan yang telah di lakukan
bidan pada masa postnatal akan mempengaruhi respon emotional wanita terhadap
perubahan akibatproses kelahiran tersebut. Kesejahteraan wanita setelah melahirkan
tergantung pada personality dan kepribadian, sistem dukungan pribadi dan dukungan dari
pelayanan maternitas.
Ball menemukan teori kursi goyang terdiri dari tiga elemen, yaitu:
1. Pelayanan maternitas
2. Pandangan masyarakat terhadap keluarga
3. Sisi penyangga atau support terhadap kepribadian keluarga

4. Teori Ernestine Wiedenbach


a. The agent : mid wife
Filosofi yang di kemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk
mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk persipan menjadi orang
tua.
b. The recipient
Meliputi : wanita, keluarga dan masyarakat. Recipient menurut Widenbach adalah individu
yang mampu menetukan kebutuhannya akan bantuan.
c. The Goal / purpose
Di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan tingkah
laku fisik, emosional atau fisioogikal
d. The Means
Metode untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan ada empat tahapan yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan klient, memerlukan keterampilan dan ide
2. Memberikan dukungan dalam mencapai pertolongan yang di butuhkan (ministration)
3. Memberikan bantuan sesuai kebutuhan (validation)
4. Mengkoordinasi tenaga yang ada untuk memberikan bantuan (coordination)
5. The frame work meliputi lingkungan sosial, organisasi dan profesi.
Kelima kelompok teori Wiedenbach dapat di gambarkan dalam bagian.
-,identifikasi
-,mempersiapkan
-,koordinasi
-,validasi
5. Teori Ela Joy Lehman
Telah di lakukan banyak penelitian untuk mempelajari isi dan proses dari pemeriksaan
antenatal. Robin,dkk 1983 dan Robinson 1985 mempelajari peran bidan dalam memberi
informasi yang komprehensif dan memberikan nasehat dalam pelayanan kebidananseperti
waktu pemeriksaan perut dan memberikan nasehat tentang laktasi dan asuhan kesehatan
selama kehamilan mereka belajar sejauh mana bidan mampu menunjukkan perannya
memberi asuhan ibu bersalin. Macintyre (1980) dalam observasinya menemukan perbedaan
antara rethorik resmi antara nilai asuhan antenatal dan corak asuhan yang impersonal yag
dialami oleh ibu diklinik spesialis. Lehreman mengidentifikasi konsep yang menggaris
bawahi asuhan antenatal yang akan diberikan.
Lerhman mempelajari pelayanan yang diberikan oleh bidan di klinik yang di pimpin oleh
bidan di Amerika. Lerhman menemukan adanya delapan konsep dari falsafah yang
menggaris bawahi pelayanan antenatal yang diberikan oleh bidan di Amerika yaitu :
1) Asuhan yang berkesinambungan (continuity care )
2) Asuhan yang berpusat pada keluarga (family centered care )
3) Penyuluhan dan konseling sebagai bagian dari asuhan
4) Asuhan yang bersifat non-intervensi
5) Fleksibel /keluwesan dalam memberikan asuhan
6) Asuhan yang partisipasif
7) Pembelaan / advokasi konsumen
8) Waktu
Asuhan yang partisipasif dalam konteks pelayanan kebidanan di UK dibahaskan sebagai
pilihan dan kontrol dari si wanita yang dilayani (choise and control on the part of the woman
). Hal ini dimaksudkan sebagai pengkajian dan merencanakan program
Morten, dkk (1991) mengidentifkasikan 3 komponen tambahan di samping ke-8 konsep yang
ditemukan oleh lehrman. Ke-3 komponen tambahan yang dimaksud adalah :
• Teknik Terapeutik
Teknik terapeutik dijelaskan sebagai proses komunikasi yang menguntungkan atau
mendorong pertumbuhan dan penyembuhan. Hal ini diukur dengan indikator:
mendengarkan secara aktif, penyelidikan, klarifikasi,humor, sikap tidak menghakimi,
mendorong, fasilitas / mempermudah dan memberikan permisi/izin.
• Pemberdayaan (empowerment)
Pemberdayaan adalah suatu proses memberipower kekuatan dan penguatan. Bidan melalui
penampilan dan pendekatan akan meningkatkan energi dan sumber dari dalam diri
klien.indikatornya antara lain : penguatan/penegasan (affirmation), memvalidasi,
meyakinkan kembali, dukungan (support).
Hubungan lateral diartikan sebagai : bidan meningkatkan interaksi yang mempunyai ciri
keterbukaan (self of opennes), saling menghargai di antara bidan dan klien, indikator
hubungan lateral adalah : kesejajaran, empati, berbagi pengalaman /perasaan.
Lehrman dan Morten, et.al., memberikan suatu model praktik kebidanan yang secara jelas
menunjukan area praktik kebidanan.

BAB V
KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN
Model Konseptual kebidanan bermanfaat sebagai suatu bentuk pedoman atau acuan untuk
memberikan asuhan kebidanan.
Praktik Kebidanan banyak dipengaruhi oleh Teori dan Model. Pada Bagian ini akan diuraikan
beberpa model yang berpengaruh dalam praktik kebidanan.
1. Model Medikal
Model Medikal merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk membantu manusia
dalam memahami proses sehat dan sakit dalam arti kesehatan. Model ini lebih banyak
digunakan dalam bidang kedokteran dan lebih berfokus pada proses penyakit dan mengobati
ketidaksempurnaan.
Yang Tercakup dalam model medical adalah :
a). Berorientasi pada penyakit
b). Menganggap bahwa akal/pikiran dan badan terpisah
c). Manusia menguasai alam
d). Yang tidak biasa menjadi menarik
e). Informasi yang terbatas pada klien
f). Pasien berperan pasif
g). Dokter yang menentukan
h). Tingginya teknologi menaikkan prestise
i). Prioritas kesehatan individu dari pada kesehatan komunitas
j). Penyakit dan kesehatan adalah domain dokter
k). Pemahaman manusia berdasarkan mekanik dan bioengineering. Model medical ini kurang
cocok untuk praktik kebidanan karena terllau berorintasi apda penyakit dan tidak memberi
kesempatan klien untuk menentukan nasibnya sendiri. Walaupun demikian kenyataannya
masih banyak yang terpengaruh pada model medical ini.
Berikut ini akan diberikan gambaran bagaimana perbedaan pandangan mengenai kehamilan
sesuai model medical.
Model Medical
a). Normal dalam perspektif
b). Kasus tidak biasa menjadi menarik
c). Dokter bertanggung Jawab
d). Informasi terbatas
e). OutCome yang diharapkan : “Ibu dan bayi hidup dan Sehat”
Falsafah kebidanan terhadap Kehamilan Hal Fisiologis
Normal dalam antisipasi
a). Setiap Persalinan Peristiwa Unik
b). Wanita dan keluarga membuat keputusan
c). Informasi diberikan tidak terbatas
d). Outcome yang diharapkan : “Ibu dan bayi yang hidup dan sehat dan kepuasan akan
kebutuhan individu”
2. Paradigma Sehat
Derajat kesehatan di Indonesia masih rendah, hal ini menuntut adanya upaya untuk
menurunkannya. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan,
pemerintah membuat satu model dalam pembangunan kesehatan yaitu PARADIGMA SEHAT.
Paradigma Sehat ini pertama kali dicetuskan oleh Prof. Dr.F.A Moeloek (Menkes RI) Pada
Rapat Sidang DPR Komisi VI pada Tangal 15 september 1998.
Paradigma Sehat adalah Cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang
melihat masalah kesehatan saling berkait dan mempengaruhidengan banyak faktor yang
bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan
perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.

Secara MAKRO dengan adanya Paradigma sehat berarti Pembangunan semua sektor harus
memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan.

Secara MIKRO dengan adanya Paradigma sehat maka Pembangunan kesehatan lebih
menekankan pada upaya promotif dan preventif.

Paradigma Sehat ini sangat penting karena :


a). Paradigma sehat merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan secara proaktif.
b). Mendorong masyarakat menjadi mandiri.
c). Menyadarkan masyarakat pada pentingnya yang promotif dan preventif.
Paradigma Sehat ini merupakan model dalam pembangunan kesehatan tetapi juga dijadikan
model dalam Asuhan Kebidanan, hal ini karena :
a) . Dengan Paradigma sehat akan merubah cara pandang masyarakat tentang kesehatan
termasuk kesehatan reproduksi, dan mendorong masyarakat menjadi mandiri dan sadar
akan pentingnya upaya promotif dan preventif.
b). Mengingat paradigma sehat merupakan upaya untuk menurunkan derajat kesehatan di
Indonesia yang utamanya dinilai dari AKI dan AKB, maka Bidan sebagai bagian dari tenaga
yang turut bertanggung jawab terhadap menurunnya AKI dan AKB perlu menjadikan
paradigma sehat sebagai model.
c). Paradigma Sehat merupakan suatu gerakan nasional sehingga Bidan pun harus
menjadikan paradigma sehat sebagai model atau acuan.
Paradigma sehat dikatakan sebagai suatu perubahan sikap, orientasi atau MindSet, Beberapa
pandangan yang berubah menjadi Paradigma Sehat, yaitu :
a). Kesehatan sebagai kebutuhan yang bersifat pasif dirubah menjadi pandangan bahwa
Kesehatan bersifat aktif karena merupakan keperluan dan bagian dari HAM
b). Kesehatan sebagai konsumtif dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan merupakan
suatu investasi karena menjamin adanya SDM yang berproduktif secara sosial dan ekonomi
c). Kesehatan hanya bersifat penanggulangan jangka pendek dirubah menjadi pandangan
bahwa Kesehatan bagian upaya pengembangan SDM berjangka panjang
d). Pelayanan kesehatan bukan hanya pelayanan medis dirubah menjadi pandangan bahwa
Kesehatan pelayanan kesehatan paripurna, dengan memandang manusia sebagai manusia
seutuhnya
e). Pelayanan kesehatan terpecah-pecah dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan
terpadu
f). Kesehatan hanya jasmani /fisik dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan mencakup
mental dan sosial
g). Fokus pada penyakit dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan tergantung
segmen/permintaan pasar
h). Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat umum dirubah menjadi pandangan bahwa
Kesehatan tanggung jawab juga masyarakat swasta (private)
i). Kesehatan merupakan urusan pemerintah dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan
juga menjadi urusan swasta
j). Biaya kesehatan publik subsidi pemerintah dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan
ditanggung bersama pengguna jasa
k). Pembayaran biaya setelah pelayanan dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan dapat
dibiaya dimuka (JPKM)
l). Kesehatan berfungsi sosial dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan juga berfungsi
ekonomi
m). Pengaturan secara sentralis dirubah menjadi pandangan bahwa pengaturan
desentralisasi
n). Pengaturan secara top down dirubah menjadi pandangan bahwa pengaturan bottom up
o). Birokratis dirubah menjadi enterpreuner
q). Masyarakat dubutuhkan Peran sertanya, dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan
Kemitraan
3. Midwifery Care
CARE dalam bahasa Inggris mempunyai arti Memelihara, Mengawasi, memperhatikan
dengan sepenuhnya. Dihubungkan dengan kebidanan care disebut sebagai ASUHAN.

Bidan dalam memegang Prinsip Midwifery Care yaitu :


a). Mengakui dan mendukung keterkaitan antara fisik, psikis dan lingkungan kultur sosial
b). Berasumsi bahwa mayoritas wanita bersalinan ditolong tanpa intervensi
c). Mendukung dan Meningkatkan persalinan alami
d). Menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilandaskan ilmu dan seni
e). Wanita punya kekuasaan yaitu berdasarkan tanggungjawab bersama untuk suatu
pengambilan keputusan, tetapi wanita mempunyai kontrol atau keputusan terakhir mengenai
keadaan dirinya dan bayinya
f). Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik
g). Berprinsip Women Center Care
Women Centre Care

Yang dimaksud dengan Women Centre Care adalah Asuhan yang berorientasi pada Wanita”.
Dalam Hal ini Bidan difokuskan memberikan dukungan pada wanita dalam upaya
memperoleh status yang sama di masyarakat untuk memilih dan memutuskan perawatan
kesehatan dirinya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh suatu badan yaitu House of Commons
Health Committee tahun 1992, disimpulkan bahwa terdapat permintaan yang meluas pada
kaum wanita untuk memiliki pilihan yang lebih besar dalam menentukan jenis asuhan
maternitas yang mereka dapatkan dan bahwa struktur pelayanan maternitas saat ini
membuat mereka frustasi bukan memfasilitasi mereka.
Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya asuhan yang berorientasi pada wanita dimana
mereka punya peran dalam menentukan pilihan sehingga terpenihi kebutuhannya dan
timbul kepuasaan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Asuhan yang berorintasi pada
wanita atau Women Centre Care amat penting untuk kemajuan Praktik kebidanan.
Women Center Care ini sangat sesuai dengan keinginan ICM (International Confederation Of
Midwifery) yang tertuang dalam VISI nya, yaitu :
a). Bidan memberikan asuhan pada wanita yang membutuhkan askeb
b). Bidan mempunyai otonomi sebagai pemberi asuhan yang menghargai kerjasama team
dalam memberikan asuhan untuk seluruh kebutuhan wanita dan keluarga
c.) Bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan dimasa mendatang termasuk
pelayanan kesehatan utama pada komunitas untuk seluruh wanita dan keluarga
d). Bidan bekerjasama dengan wanita dalam memberikan asuhan sesuai dengan harapan
wanita

Untuk dapat memberikan Care atau Asuhan yang baik terhadap wanita, bidan harus
menerapkan hal-hal berikut ini :

a). Lakukan Intervensi Minimal


b). Memberikan asuhan yang komprehensif
c). Memberikan asuhan yang sesuai kebutuhan
d). Melakukan segala tindakan yang Sesuai dengan standar, wewenang, otonomi dan
kompetensi
e). Memberikan Informed Content
f). Memberikan asuhan yang Aman, nyaman, logis dan berkualitas
g). Menerapkan Asuhan Sayang Ibu
Yang dimaksud Asuhan sayang ibu ini adalah :
a). Asuhan yang tidak menimbulkan penderitaan bagi ibu
b). Ibu punya otonomi dalam setiap pengambilan keputusan
c). Asuhan yang berorientasi dengan kebutuhan

BAB VI
MANAJEMEN KEBIDANAN
1. PENGERTIAN

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan –
penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang terfokus pada klien. (Varney, 1997)

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi,
setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya
bervariasi sesuai dengan kondisi.

Prisip Proses Manajemen Kebidanan Menurut American College of Nurse Midwife (ANCM)
tahun 1999
1. .Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan
dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk
mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
2. .Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar
3. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah
dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien
4. Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan
tanggung jawab terhadap kesehatannya
5. membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien
6. Secara pribadi bertanggungjawab terhadap implementasi rencana individual
7. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanankan manajemen dengan berkolaborasi
dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila
ada penyimpangan dari keadaan normal
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi
rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan

2. SASARAN MANAJEMEN KEBIDANAN

Bidan sesuai dengan perannya sebagai tenaga kesehatan memiliki kewajibsan memberikan
asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan. Untuk melaksanakan
asuhan tersebut digunakan metode pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode
dan pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami oleh pasien atau
klien dan kemudian merumuskan permasalahan tersebut, serta akhirnya mengambil langkah
pemecahannya.

Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan didalam melaksanakn asuhan dan
pelayanan kebidanan.

Manajemen kebidanan tidak hanya diimplementasikan pada asuhan kebidanan pada


individu, akan tetapi dapat juga diterapkan didalam pelaksanakan pelayanan kebidanan yang
ditujukan kepada keluarga dan masyarakat.

Manajemen kebidanan mendorong bidan menggunakan cara yang teratur dan rasional,
sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam memecahkan masalah pasien dan
kliennya. Dan kemudian akhirnya tujuan mewujudkan kondisi ibu atau anak yang sehat,
dapat dicapai.

Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa permasalahan kesehatan ibu dan anak yang
ditangani oleh bidan mutlak menggunakan metode dan pendekatan manajemen kebidanan.
Sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab bidan, maka sasaran manajemen kebidanan
ditujukan baik kepada individu ibu dan anak, keluarga maupun kelompok masyarakat.
Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan didalam melaksanakan kegiatan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan
kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan tanggung jawabnya.

Langkah-langkah

I.Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan, menilai keadaan klien secara keseluruhan
II.Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah
III.Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi penangannya
IV.Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain serta berdasarkan kondisi klien
V.Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah yang selanjutnya
VI.Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
VII.Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen
proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif

Melihat penjelasan diatas, maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis
yang merupakn pola piker bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien. Diharapkan
dengan pendekatan pemecahan masalah yang bsistematis dan rasional, maka seluruh
aktifitas/tindakan yang diberikan oleh bidan kepada klien akan efektif. Terhindar dari
tindakan yang bersifat coba-coba yang akan merugikan klien.

Untuk kejelasan langkah-langkah diatas maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan dari
setiap langkah :

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
1.Anamnesa
Biodata
Riwayat Menstruasi
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas
Biopsikospiritual
Pengetahuan Klien
2.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
3.Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
4.Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Catatan terbaru dan sebelumnya

Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam
manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.. Pada keadaan tertentu
dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian
dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai
manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan
kepada dokter.

Langkah II : Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.

Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnopsa kebidanan.
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1.Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2.Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3.Memiliki cirri khs kebidanan
4.Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5.Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan
sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.

Sebagai contoh :
Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”
Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya

Contoh lain :
Wanita hamil Trimester III

Merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi

Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa kebidanan
tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut
dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.

Masalah

Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian
atau yang menyertai

Contoh perumusan masalah :


Masalah Dasar
Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamil
Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan

Kebutuhan

Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah
yang didapatkan dengan melakukan analisa data

Contoh kebutuhan :
Kebutuhan Dasar
Ibu menyenangi Binatang

Kebutuhan :
Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan
Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang

Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut,
misalnya:
oBesar dari masa kehamilan
oIbu dengan diabetes kehamilan, atau
oKehamilan kembar

Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan


bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang
disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.

Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap
terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan
juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing
yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau
bayi kecil.
Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada
setiap kunjungan ulang,

Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan


Segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi
juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan.

Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah
lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).

Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan
segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps
tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul,
adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau
seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi
yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.

Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah
yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya,
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.

Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua
belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien
merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini
tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana
bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan
asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.

Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan
pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang
lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak
berbahaya.

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar langkah-
langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan
dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana
asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari
asuhan klien.

Langkah VII : Evaluasi


Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen
untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan
penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.

Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang


memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses
klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua
langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik,
maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja

BAB VII
LINGKUP PRAKTEK MANDIRI
Lingkup praktek mandiri Meliputi : Asuhan mandiri / otonomi pada anak wanita, remaja
putri & wanita dewasa sebelum & selama kehamilan & selanjutnya
Bidan memberikan pengawasan, asuhan & nasehat wanita selama hamil, bersalin , nifas
Bidan menolong persalinan atas tanggungjawabnya sendiri & merawat bayi baru lahir.

Asuhan Kebidanan berupa :

Pengawasan pelayanan kesehatan masyarakat di posyandu, Penyuluhan & pendidikan


kesehatan pada ibu, keluarga & masyarakat termasuk persiapan menjadi orang
tua,menentukan kb, deteksi kondisi abnormal pada ibu & bayi, konsultasi atau
rujukan,pertolongan kegawatdaruratan primer & sekunder saat tidak ada medis.

Praktek kebidanan dilakukan dalam sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
masyarakat, dokter, perawat, dokter spesialis, pusat-pusat rujukan pengorganisasian praktek
asuhan kebidanan

NKKBS®Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan untuk


mewujudkan kesehatan keluarga

Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan dengan kewenangan
menaikkan kesehatan ibu & NKKBS®anak
Sasaran pelayayanan kebidanan: individu, keluarga & masyarakat yang meliputi : upaya,
pencegahan, penyembuhan & pemulihan

Layanan kebidanan dibedakan :

Layanan kebidanan primer


Layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan
Layanan kebidanan kolaborasi
Layanan yang dilakukan bidan sebagai anggota tim, kegiatan dilakukan bersamaan / sebagai
salah satu urutan dari proses kegiatan pelayanan kesehatan.

Layanan kebidanan rujukan


Layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke system yang lebih tinggi atau
sebaliknya
Layanan yang dilakukan oleh ke tempat pelayanan kesehatan yang lain secara horisontal
maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lain.

BAB VIII
SISTEM PENGHARAAN BAGI BIDAN
1. Penghargaan Bagi Bidan

Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya dalam bentuk imbalan jasa,
tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian kewenangan / hak untuk
menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3,hak adalah kewenangan untuk berbuat
sesuatu yang telah ditentukan oleh undang-undang atau aturan tertentu. Bidan di Indonesia
memiliki organisasi profesi yaitu Ikatan Bidan Indonesia atau IBI yang mengatur hak dan
kewajiban serta penghargaan dan sanksi bagi bidan.
Setiap bidan yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan berhak dan wajib menjadi
anggota IBI.

Hak bidan :

a. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang
pelayanan kesehatan.
c. Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan
peraturan perundangan,dank ode etik profesi.
d. Bidan berhak atas privasi / kedirian dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik
oleh pasien,keluarga ataupun profesi lain.
e. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun
pelatihan.
f. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang
sesuai.
g. Bidan berhak mendapatkan kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

Wewenang bidan ,antara lain:

a. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan untuk mendekatkan pelayanan kegawatan
obstetric dan neonatal.
b. Bidan harus melaksanakan tugas kewenagan sesuai standar profesi,memiliki kemampuan
dan ketrampilan sebagai bidan,mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku di
wilayahnya dan bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dengan mengutamakan
keselamatan ibu dan bayi.
c. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa pranikah
termasuk remaja putrid,pra hamil,kehamilan,persalinan,nifas,menyusui,dan masa antara
kehamilan.
d. Dan masih banyak lagi.

Dalam lingkup IBI,anggota mempunyai hak tertentu sesuai dengan kedudukannya,yaitu:

1.Anggota Bisaa

a. Berhak mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh organisasi.


b. berhak mengemukakan pendapat ,saran, dan usul untuk kepentingan organisasi.
c. berhak memilih dan dipilih.
2.Anggota Luar Bisaa

a.Dapat mengikuti kegiatan yang dilakukan organisasi.


b.Dapat mengemukakan pendapat ,saran,dan usul untuk kepentingan organisasi.

3.Anggota Kehormatan

Dapat mengemukakan pendapat,saran,dan usul untuk kepentingan organisasi.

2. Sanksi Bagi Bidan

Sanksi merupakan imbalan negative yang berupa pembebanan atau penderitaan yang
ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku.

Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak / kewajiban bidan yang telah
diatur oleh organisasi profesi,karena kode etik bidan merupakan norma yang berlaku bagi
anggota IBI dalam menjalankan praktek profesinya yang telah disepakati dalam Kongres
Nasional IBI.

Kode etik bidan :


a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati
hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.
5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluaraga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajart
kesehatannya secara optimal.
b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat
2) Setiap bidan berkewajiaban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam
mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi dan/atau rujukan
3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien
c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
2) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

d. Kewajiban bidan terhadap profesinya


1) Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan
menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat
2) Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
1) Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik
2) Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3) Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
f. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air
1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan
pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayananan Kesehatan Reproduksi,
Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga.
2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga

Dalam organisasi IBI terdapat Dewan Pertimbangan Etika Bidan (MPEB) dan Majelis
Pembelaan Anggota (MPA),yang memiliki tugas :
~ merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidang sesuai dengan ketetapan pengurus
pusat.
~ melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala.
~Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus pusat.
~ membentuk tim teknis sesuai kebutuhan,tugas dan tanggung jawabnya ditentukan
pengurus.
MPEB dan MPA merupakan majelis independen yang berkonsultasi dan berkoordinasi
dengan pengurus inti dalam IBI tingkat nasional. MPEB secara internal memberikan
saran,pendapat,dan buah pikiran tentang masalah pelik yang sedang dihadapi khususnya
yang menyangkut pelaksanaan kode etik bidan dan pembelaan anggota.
MPEB dan MPA bertugas menkaji,menangani dan mendampingi anggota yang mengalami
permasalahan dalam praktik kebidanan serta masalah hukum.

3. Jabatan Fungsional Bidan

Jabatan dapat ditinjau dari 2 aspek,yaitu jabatan struktural dan fungsional. Jabatan struktural
adalah jabatan yang secara jelas tertera dalam struktur dan diatur berjenjang dalam suatu
organisasi,sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari
aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan rmasyarakat dan Negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat,jabatan fungsional juga
berorientasi kualitatif. Seseorang memiliki jabatan fungsional berhak mendapatkan
tunjangan fungsional. Jabatan bidan merupakan jabatan fungsional professional sehingga
berhak mendapat tunjangan fungsional.
Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir struktural. Jabatan fungsional
sebagai bidan bisa didapat melalui pendidikan berkelanjutan ,baik secara formal maupun
nonformal,yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan professional bidan dalam
melaksanakan fungsinya sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, dan peneliti.
Sedangkan jabatan sturkturalnya bergantung dimana bidan tersebut bertugas,misalnya di
rumah sakit,puskesmas,dan sebagainya. Karir ini dapat dicapai oleh bidan di setiap tatanan
pelayanan kebidanan/kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan ,kesempatan, dan
kebijakan yang ada.

4. Analisis
Bidan merupakan salah satu profesi bidang kesehatan yang memiliki tugas yang berat dan
harus dipertanggung jawabkan. Membantu persalinan adalah salah satu tugas berat bidan.

Karena berhubungan dengan nyawa bayi dan ibunya Selain itu bidan juga harus bisa
mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.

Karena inilah bidan memang sudah seharusnya mendapat penghargaan baik dari pemerintah
maupun masyarakat.

Penghargaan bagi bidan bisa diberikan dalam bentuk imbalan jasa atau pengakuan sebagai
profesi bidan dan pemberian hak dan kewenangan kepada bidan dalam menjalankan
tugasnya sebagai bidan. Misalnya bidan yang tidak pernah bermasalah dengan hokum dan
selalu berjalan seiring dengan kode etik bidan dan standar profesi bidan yang ada.

Tapi menuru saya,sebaiknya juga disediakan lencana berprestasi bagi bidan yang memiliki
prestasi dalam prakteknya atas pengabdiannya sebagai Negara.

Dengan adanya penghargaan seperti yang disebutkan diatas,akan mendorong bidan untuk
meningkatkan kinerja mereka sebagai tenaga kesehatan untuk masyarakat.

Mereka juga akan lebih giat untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan dan potensi
mereka sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu standar profesi bidan.
Tidak hanya memberikan penghargaan bagi bidan yang mampu melaksanakan prakteknya
sesuai kode etik dan standar profesi bidan,tapi bagi bidan yang melanggar dan menyimpang
dari kode etik yang ada,juga harus diberi sanksi yang tegas. Supaya bidan tetap bekerja sesuai
kewenangannya.

Contoh sanksi bidan adalah pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB sementara, atau
bisa juga berupa denda.

Penyimpangan yang dilakukan oleh bidan misalnya :

Bidan melakukan praktek aborsi,yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh bidan, karena
termasuk tindakan criminal.

Bidan tidak melakukan rujukan pada ibu yang mengalami persalinan premature,bidan ingin
melakukan persalinan ini sendiri. Ini jelas tidak boleh dilakukan,dan harus dirujuk.

Karena ini sudah bukan kewenangan bidan lagi,selain itu jika dilakukan oleh bidan itu
sendiri,persalinan akan membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.

Sedangkan jabatan struktural bidan dilihat berdasarkan dimana bidan tersebut bekerja.
Tunjangan berasal dari tempat dimana dia bekerja seperti di Puskesmas dan Rumah Sakit.
Dan jabatan ini disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki bidan tersebut.

BAB IX
PRINSIP PERKEMBANGAN KARIR BIDAN

Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu terhadap


pelayanan kebidanan, perubahan-perubahan yang cepat dalam pemerintahan maupun dalam
masyarakat dan perkembangan IPTEK serta persaingan yang ketat di era global ini
diperlukan tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan yang berkualitas baik tingkat
pengetahuan, keterampilan dan sikap profesionalisme.
IBI sebagai satu-satunya wadah bagi bidan telah mencoba berbuat untuk mempersiapkan
perangkat lunak melalui kegiatan dalam lingkup profesi yang berkaitan dengan tugas bidan
melayani masyarakat di berbagai tingkat kehidupan. Oleh karena IBI bertanggung jawab
untuk mendorong tumbuhnya sikap profesionalisme bidan melalui kerjasama yang harmonis
dengan berbagai pihak terutama dengan pemerintah. Karena keberadaan IBI ditengah-tengah
anak bangsa merupakan pengabdian profesi dan juga kehidupan bidan itu sendiri. Oleh
karena itu, IBI senantiasa turut berperan aktif dalam berbagai upaya yang diprogramkan
pemerintah baik pada tingkat pusat maupun tingkat daerah sampai ke tingkat ranting. Hal
tersebut diupayakan untuk meningkatkan kualitas hidup anak bangsa dan sekaligus kualitas
bidan sebagai pelayan masyarakat khususnya ibu dan anak. Untuk itu seyogyanya pendidikan
bidan dirancang secara berkesinambungan, berjenjang, dan berkelanjutan.
Pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,
hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau
pelayanan dan standart yang telah ditentukan oleh konsil melalui pendidikan formal dan non
formal
Visi Pendidikan Berkelanjutan adalah pada tahun 2010 seluruh bidan telah menerapkan
pelayanan yang sesuai standart praktik bidan internasional dan dasar pendidikan minimal
Diploma III kebidanan.
Misi pendidikan berkelanjutan, mencakup:
Mengembangkan pendidikan berkelanjutan berbentuk ”sistem”.
Membentuk unit pendidikan bidan di tingkat pusat, provinsi, daerah, kabupaten, dan cabang.
Membentuk tim pelaksana pendidikan berkelanjutan.
Mengadakan jaringan dan bekerjasama dengan pihak terkait.
Tujuan pendidikan berkelanjutan kebidanan yaitu:
Pemenuhan standart
Organisasi profesi bidan telah menentukan standart kemampuan bidan yang harus dikuasai
melalui pendidikan berkelanjutan. Bidan yang telah lulus program pendidikan kebidanan
tersebut wajib melakukan registrasi pada organisasi profesi bidan untuk mendapatkan izin
memberi pelayanan kebidanan kapada pasien.
Meningkatkan produktivitas kerja
Bidan akan dipacu untuk terus meningkatkan jenjang pendidikan mereka sehingga
pengetahuan dan keterampilan (technical skill) bidan akan lebih berkualitas. Hal ini akan
meningkatkan produktivitas kerja bidan dalam memberi pelayanan pada klien.
Efisiensi
Pendidikan bidan yang berkelanjutan akan melahirkan bidan yang kompeten dibidangnya
sehingga meningkatkan efisiensi kerja bidan dalam memeberi pelayanan yang terbaik bagi
klien.
Meningkatkan kualitas pelayanan
Pendidikan bidan yang berkelanjutan akan memicu daya saing di kalangan profesi kebidanan
agar terus meningkatkan kulitasnya dalam memberi pelayanan kepada klien. Pelayanan
kebidanan yang berkualitas akan menarik konsumen.
Meningkatkan moral
Melalui pendidikan bidan yang berkelanjutan tidak hanya pengetahuan dan keterampilan
bidan dalam memberi pelayanan yang menjadi perhatian, tetapi moralitas dan etika seorang
bidan juga ditingkatkan untuk menjamin kualitas bidan yang profesional.
Meningkatkan karier
Peluang peningkatan karier akan semakin besar seiring peningkatan kualitas pelayanan,
performa dan prestasi kerja. Semua ini ditunjang oleh pendidikan bidan yang berkualitas.
Meningkatkan kemampuan konseptual
Kemampuan intelektual dan konseptual bidan dalam menangani kasus pasien akan terasah
sehingga bidan dapat memberi asuhan kebidanan dengan tepat.
Meningkatkan keterampilan kepemimpinan (leadership skill)
Bidan akan memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik sebagai seorang manajer, bidan
dibekali keterampilan untuk dapat berhubungan dengan orang lain (human relation) dan
bekerjasama dengan sejawat serta multidisiplin lainnya guna memberi pelayanan yang
berkualitas bagi klien.
Imbalan (Kompensasi)
Asuhan bidan yang berkualitas akan menarik konsumen dan meningkatkan penghargaan
atas pelayanan yang diberikan
Meningkatkan kepuasan konsumen
Kepuasan konsumen akan meningkat seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan
kebidanan
Bidan praktik swasta
Bidan berstatus pegawai negeri
Tenakes lainnya
Kader kesehatan
Dukun beranak
Masyarakat umum
Pendidikan Formal
Pendidikan Formal dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta dengan
dukungan IBI adalah Program D III dan D IV Kebidanan. Pemerintah juga menyediakan dana
bagi bidan (disektor pemerintah) untuk tugas belajar ke luar negeri. IBI juga mengupayakan
adanya badan-badan swasta dalam dan luar negeri untuk program jangka pendek dan
kerjasama dengan Universitas di dalam negeri.
Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non Formal telah dilaksanakan melalui program pelatihan, magang, seminar atau
lokakarya dan program non formal lainnya yang merupakan kerjasama antara IBI dan
lembaga Internasional yang dilaksanakan di berbagai propinsi. IBI juga telah
mengembangkan suatu program mentorship dimana bidan senior membimbing bidan junior
dalam konteks profesionalisme kebidanan.
Skema pola pengembangan pendidikan kebidanan

Spesialis II
Spesialis I
Diploma IV
Diploma III
S.3
S.2
S.1 Kebidanan
SMU
Bidan Pra Diploma III

Pola pengembangan pendidikan berkelanjutan telah dikembangkan atau dirumuskan sesuai


dengan kebutuhan. Pengembangan pendidikan berkelanjutan bidan mengacu pada
peningkatan kualitas bidan sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Materi pendidikan
berkelanjutan meliputi aspek klinik dan non klinik.

Pendidikan berkelanjutan bidan sebagai sistem memiliki karakteristik sebagai berikut :


Komprehensif
Sistem pendidikan berkelanjutan harus dapat mencakup seluruh anggota profesi bidan
Berdasarkan analisis kebutuhan
Sistem pendidikan berkelanjutan menyelenggarakan pendidikan yang berhubungan dengan
tugas (job related) dan relevan dengan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Berkelanjutan
Sistem pendidikan berkelanjutan menyelenggarakan pendidikan yang berkesinambungan
dan berkembang
Terkoordinasi secara internal
Sistem pendidikan berkelanjutan bekerjasama dengan institusi pendidikan dalam
memanfaaatkan berbagai sumber daya dan mengelola berbagai program pendidikan
berkelanjutan.
Berkaitan dengan sistem lainnya
Sistem pendidikan berkelanjutan memiliki tiga (3) aspek subsistem yang merupakan bagian
dari sistem-sistem yang lain di luar sistem pendidikan yang berkelanjutan. Ketiga aspek
tersebut adalah :
Perencanaan tenaga kesehatan (health manpower planning)
Produksi tenaga kesehatan (health manpower production)
Manajemen tenaga kesehatan (health manpower management)
Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu jabatan structural dan jabatan fungsional.
Jabatan structural : jabatan yang secara jelas tertera dalam struktur dan diatur berjenjang
dalam suatu organisasi.
Jabatan fungsional : jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital
dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional juga
berorientasi kualitatif. Seseorang yang memiliki jabatan fungsional berhak untuk
mendapatkan tunjangan fungsional. Dalam konteks ini, dapat dilihat bahwa jabatan bidan
merupakan jabatan fungsional profesional sehingga berhak mendapat tunjangan fungsional.

Pengembangan karir merupakan kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan jenjang


jabatan dan jenjang pangkat bagi seorang pegawai negeri pada suatu organisasi dalam jalur
karir yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi.
Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karier struktural yaitu:
Karier Fungsional
Pengembangan karier bidan secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan fungsional
sebagai bidan serta melalui pendidikan berkelanjutan baik secara formal maupun secara non
formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan profesional bidan dalam
melaksanakan fungsinya. Fungsi bidan nantinya dapat sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, peneliti, bidan koordinator dan bidan penyelia.
Karier Struktural
Karier bidan dalam jabatan struktural tergantung dimana bidan bertugas apakah di Rumah
Sakit, Puskesmas, Bidan di desa atau Bidan di institusi swasta. Karier dapat dicapai oleh bidan
di tiap tatanan pelayanan kebidanan atau pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kemampuan, kesempatan dan kebijakan yang ada.

Dalam melaksanakan profesinya bidan mempunyai peran dan fungsi sebagai pelaksana,
pengelola, pendidik,dan peneliti.
Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, kolaborasi dan
ketergantungan.
Tugas Mandiri
Tugas mandiri bidan, yaitu:
Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidananyang diberikan
Memberikan pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan wanita dengan melibatkan
mereka sebagai klien
Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan
klien atau keluarga
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien atau
keluarga
Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan
keluarga berencana
Memberikan asuhan kebidanan kepada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan
wanita dalam masa klimakterium serta menopouse
Memberikan asuhan kebidanan kepada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga
Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu :
Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien atau keluarga
Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertamam pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi serta
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien atau keluarga
Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga
Memberikan asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir dengan resiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga
Memberikan asuhan kebidanan kepada balita dengan resiko tinggi serta pertolongan pertama
dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan
keluarga.
Tugas Ketergantungan
Tugas ketergantungan yaitu :
Menetapkan manajemen kebidanan kepada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dengan keluarga.
Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan
dengan resiko tinggi serta kegawatdaruratan
Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan
penyulit tertentu dengan melibatkan klien atau keluarga
Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu masa nifas yang
disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga
Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien atau
keluarga
Sebagai pengelola bidan memiliki dua tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim
Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama pelayanan kebidanan
untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan
melibatkan masyarakat atau klien.
Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di
wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta
tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
Sebagai pendidik bidan memiliki dua tugas, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh keehatan
bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader
Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga,
kelompok, serta masyarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang
berhubungan dengan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan serta membina
dukun di wilayah atau tempat kerjanya
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri maupun berkelompok
Sebagai tenaga yang profesional, bidan memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan
tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya bila terjadi
gugatan terhadap tindakan yang dilakukannya.
Tugas dan kewenangan bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktik bidan
diatur di dalam peraturan atau keputusan Menteri Kesehatan.
Kegiatan praktik bidan dikontrak oleh peraturan tersebut. Bidan harus dapat
mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesionalnya. Oleh karena
itu, bidan harus slalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan mengikuti
pelatihan, pendidikan berkelanjutan, seminar serta pertemuan ilmiah lainnya.
Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan setiap tinadakan yang diberikan kepada klien
sebagai bahan laporan kepada atasan dan dapat dipertanggung jawabkan bila terjadi
gugatan.
Tanggung jawab bidan tidak hanya pada KIA, tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga.
Bidan harus dapat mengidentifikasi masalah dan kebutuhan keluarga serta pelayanan yang
tepat. Pelayanan kesehatan keluarga merupakan kondisi yang diperlukan ibu untuk rasa
aman, kepuasan dan kebahagiaan selama masa kehamilan. Sehingga bidan harus
mengerahkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilakunya dalam
memberikan pelayanan kesehatan keluarga
Bidan harus ikut serta dalam kegiatan organisasi kebidanan. Untuk mengembangkan
kemampuan profesinya, bidan harus mencari informasi mengenai perkembangan ilmu
kebidanan.
Bidan merupakan anggota masyarakat yang turut bertanggung jawab dalam memecahkan
masalah kesehatan masyarakat baik secara mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.

BAB X
PROSES BERUBAH

A. Pengertian Perubahan

adalah merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status
tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ada.
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan
perilaku.Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan
kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya.

Proses Perubahan perilaku menurut Lewin ( 1951 ) mengemukakan teori perubahan “


Unfreezing to refreezing” yang berlangsung dalam lima tahap berikut :
a. Fase Pencairan ( the unfreezing phase)

Individu mulai mempertimbangkan penerimaan terhadap perubahan.Dalam keadaan ini ia


siap menerima perubahan sikap dasar.Motivasi dan tingkah laku.Di dalam masyarakat pada
fase ini, berada pada keadaan untuk mengubah kekuatan yang mempengaruhi prose
perumusan kebijaksanaan, partisipasi masyarakat, dll

b. Fase Diagnosa masalah (problem diagnosis phase) :

Individu mulai mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, baik yang mendukung perlunya


perubahan maupun menetang perubahan itu serta menganalisa kekuatan itu.
c. Fase penentuan tujuan (Goal Setting Phase) :
Apabila masalahnya telah dipahami, maka individu menentukan tujuannya sesuai dengan
perubahan yang diterimanya.

d. Fase Tingkah Laku baru (new behavior phase) :


Pada fase ini individu mulai mencobanya dan membandingkan dengan praktik – praktik yang
telah dilakukan dan diharapkan.

e. Fase pembekuan ulang (the refreezing phase) :


Apabila dianggap berguna, perubahan kemudian diasimilasikan menjadi pola tingkah laku
yang permanen, misalnya : arti kesehatan bagi kehidupan manusia dan cara-cara
pemeliharaan kesehatan.

B. MACAM – MACAM TEORI PERUBAHAN

1. Teori Stimulus Organisme ( S – O – R )

Didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada
kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.Artinya, kualitas dari
sumber komunikasi, misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara, sangat
menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Hosland, et al ( 1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama
dengan proses belajar.

Teori ini mengatakan bahwa perilaku berubah hanya apabila stimulus ( rangsang ) yang
diberikan benar – benar melebihi dari rangsang semula.Rangsang yang dapat melabihi
stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan
organisme.Dalam meyakinkan organisme ini faktor reinforcement memegang peranan
penting.

2. Teori Festinger ( Dissonance Theory ) ( 1957 )

Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang).


Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan ketidak seimbangan
psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan
kembali.Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu, maka berarti terjadi ketegangan
diri lagi, dan keadaan ini disebut consonance ( keseimbangan ).

Ketidakseimbangan terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi yang
saling bertentangan.Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat dan
keyakinan.Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersebut
menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda/bertentangan di dalam diri individu itu
sendiri maka terjadilah dissonance.
Keberhasilan yang ditunjukkan dengan tercapainya keseimbangan menunjukkan adanya
perubahan sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku.

3. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada
kebutuhan.Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku
seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.
Menurut Katz ( 1960 ) perilaku dilatarbelakagi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan :
1) perilaku memeiliki fungsi instrumental
Artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan.
2) Perilaku berfungsi sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya
3) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti
4) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi.
Teori fungsi ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia
luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut
kebutuhannya. Oleh sebab itu di dalam kehidupan manusia perilaku itu tampak terus –
menerus dan berubah secara relatif.

4. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin ( 1970 ) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan – kekuatan pendorong dan kekuatan – kekuatan penahan.Perilaku
itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimabangan antara kedua kekuatan tersebut di
dalam diri seseorang sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri
seseorang.
a. Kekuatan – kekuatan pendorong meningkat.
b. Kekuatan – kekuatan penahan menurun
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

C. BENTUK – BENTUK PERUBAHAN PERILAKU.

1. Perubahan Alamiah ( Natural Change )


Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian
alamiah.
2. Perbahan terencana ( Planned Change )
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3. Kesediaan untuk berubah ( Readdiness to Change )
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat,
maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau
perubahan tersebut, dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau
perubahan tersebut.

D. STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU.

Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO dikelompokkan
menjadi tiga
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Misal : dengan adanya peraturan – peraturan/ perundang – undangan yang harus dipatuhi
oleh anggota masyarakat.
Dapat berlangsung cepat akan tetapi belum tentu berlangsung lama karena perubahan
perilaku terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara
pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.
3. Diskusi partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua di atas yang dalam memberikan
informasi-informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja tetapi dua arah.
TEORI BERUBAH ( MENURUT ROGER DAN SHOAMAKER )
1. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap kesadaran (Awarness)
Menyadarkan masyarakat dengan jalan memberikan penerangan yang bersifat informatif
dan edukatif.
2. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap minat ( interest)
Masyarakat sudah mulai tertarik perhatiannya pada usaha pembaharuan.Kegiatan
ditingkatkan memberikan penerangan melalui poster, radio, TV pamflet dll.
3. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap evaluasi ( evaluation )
Pendekatam secara individu.
4. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap percobaan (trial)
Sudah mulai mencoba tingkah laku baru. Tugas penkes lebih menyakinkan dan mengawasi
agar tidak terjadi drop out.
5. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap adopsi ( Adoption)
Masyarakat telah bertingkah laku baru, sesuai yang diharapkan.Tugas penkes adalah
memelihara dan mengontrol secara terus menerus.

BAB XII
PEMASARAN SOSIAL JASA ASUHAN KEBIDANAN

PEMASARAN SOSIAL JASA ASUHAN KEBIDANAN

A. Pemasaran social jasa Asuhan kebidanan.


Pemasaran di identik dengann Proses perdagangan barng yang diorentasikan sbg preoses jual
beli dan tawar menawar. Sehingga pemasaran kadang menjadi hal yang terlupakan ketika
kita membahas tentang penyediaan jasa.

Definisi Pemasaran menurut beberapa ahli adalah sbb :


1. Sumarni dan Soeprihanto ( 1995 ).
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan
untukmerencanakan, menentukan harga,mempromosikan dan mendisri busikan barang dan
jasa yang memuaskan.
2. W.Y. stanton ( 1997 )
Pemasaran adlah : Sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengann tujuan
dr sebuah perencanaan dan penentuan herga sampai dengann promosi & distribusi barang
dan jasa yangbisa memuskan kebutuhan pembeli.
3. Trioso Purnawarman ( 2001 )
Pemasaran adalah : suatu proses social dan manaserial dimanan individu dan kelompok
mendapatkan kebutuhan dan keinginann mereka dengann menciptakan, menawarkan dan
bertukar sesuatu yang bernilai satu sma lain.

“ Definisi ini berdarkan pd konsep ini yaitu :

Kebutuhan keinginan dan permintaan : produk, nilai, biaya, dan keputusan : perukaran ,
trnsaksi dan hubungan: pasar, pemasaran dan pemasaran / penyedia.

Adapun tujuan pemasaran adlh mengenal dan memahami pelanggaran sedemikian rupa
sehingga produk cocok dengannnya dan dpt terjual dengann sendirinya.

Proses pemasaran dpt dijelaskan lbh rinci dlm langkah2 sbb


Langkah 1 adlh analisis yaitu dengann membuat inventarisasi kelompok sasaran dan mencari
institusi2 / stakeholder yang dpt membantu dan bekerja sama.
Langkah 2 yaitu melakukan riset untuk mengetahui tanggapan masyarakat terutama klmpk
sasaran trhdp produk atau jasa pelayanan yang akan diberikan.
Langkah 3 adalah menyusun srategi pemasaran. Strategi yang digunakan disini merupakan
serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Faktor2
nya adlh :
Faktor Mikro : yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat.
Faktor Makro : yaitu demografi / ekonomi politik / hukum, teknologi / fisik dan sosial / budaya.

Strategi dan kiat pemasaran darisudut pandang penjual dpt disingkat dlm ( 4 ) yaitu :
tempat yang strategis ( Place )
produk yang bermutu ( Product )
Harga yang komeptitif ( Price )
promosi yang gencar ( Promotion )
langkah ke 4 adalah monitoring dan evaluasi.monitoring adalah proses untuk menentukasn
kekurangan atau kesalahan pd strategi yang telah ditetapkan.
Langkah ke 5 adalah pelaksanaan proses pemasaran .kegiatan ini mengunakan media yang
telah dipersiapkan untuk menunjang program melalui pesan2 sehingga akan diingat oleh
masyarakat luas ataupun khussusnya bagi konsumen.

Dalam hal ini ” pemasaran sosial dpt diartikan sebagai suatu kegiatan menjual produk
yangberupa komoditi tertentu spt pelayanan, ide atau gagasan dengann mengaitkan pd
kebutuhan atau minat masyarkat.

Tujuan pemasaran sosial sbb :


memberikan pelayanan yang bermutu yang dibutuhkan masyarakat.
memberikan pelayanann dengann standar praktik, keterampilan yang mantap ( dalam
memberikan pelayanan kpd klien )

Tujuan akhir dan konsep,

Kiat dan strategi pemasaran adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya ( total customer
satisfaction ) . keputusan pelanggan sepenuhnya bukan berarti meberikan kpd apa yang
menurut kita keinginan dr mereka, tetap apayang sesungguhnya mereka inginkan serta
kapan dan bagaimanan mereka inginkan. Atau secara singkat adlah memenuhi kebtuhan
pelanggan.

Konsep pemasaran yang perlu dipahami dlm kaitannya dengann pemasaran social jasa
asuhan kebidanana adlah faktor2 yang mempengaruhi pemasaran yaitu
kebutuhan, keinginan dan permintaan.

– keinginan ( wants ) adalah hasrat akan suatu hal sesuai dengann kebutuhannya

– permintaan ( demands ) adalah keinginan akan sesuatu yang didukung dengann


kemampuan serta kesediaan membelinya.

2. Produk
Produk merupakan sesuatu yang dpt ditawarkan utnuk memuaskan suatu kebtuhan /
keinginan masyarakat.
3. Transaksi
Transaksi merupakan proses seseorng mendapatkan produk baik dengann memproduksi
sendiri,pemaksaan, meminta maupun pertukaran
4. Pertukaran
Pertukaran merupakan tindakan memperoleh barang yang dibutuhkan atau dikehendaki
seseorang dengann menawarkan suatu imblan
5. Pasar
Pasar terdiri darisemua pelangan yang potensial memiliki kebutuhan yang sama dan bersedia
Dan mampu melaksankan pertukaran untuk memenuhi kebutuhan trsbt.
Pemasaran social adalah penerapan teknik peamsaran niaga untuk mencapai suatu tujuan
social yang bermanfaat ( HIV / AIDS Prevention Project ( HAPP), 1999 ).

Kemapuan berwirausaha, wirausaha social bersifat praktis dan pragmatis.

– dampak social, seorang wirausahawan haruslah beride baru, praktis dan cukup berguna,
sehingga akan digunakan oleh orng lain begitu ide tsb diaplikasikan.

– Karaktereritis, adlh seseorang yang dpt menjalankan fungsi2 layanan public. Atau orng yang
dpt dipercaya dan menjaga kehormatannya.

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Di harapkan dapat membantu bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada kliennya
dan sebagai salah satu acuan untuk dalam memulai asuhan kebidanan.
Mungkin di perlukan kombinasi dalam prakteknya .sehingga sesuai dengan filosofi asuhan
kebidanan .

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta, 2007

Sarwono P. Ilmu Kebidanan, Jakarta, 2007.

Syofyan,Mustika,et all. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan

Cetakan ke-III Jakarta: PP IBI.2004

Depkes RI Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan. Konsep kebidanan,Jakarta.1995

http//ifamidwife.wordpress.com/2007/11/09/model-dalam-asuhan-kebidanan

Hidayat Asri,dkk. 2008. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan plus materi Bidan Delima, Mitra
Cendikia Press: Yogyakarta
Uha Suliha,et al, 2002, Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan, Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S, 2003, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

6 TAHUN YANG LALU URL PENDEK KOMENTAR

TULISAN SEBELUMNYA TULISAN BERIKUTNYA

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.Tema: Esquire oleh Matthew Buchanan.

Anda mungkin juga menyukai