MAR
konsep kebidanan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN 1
BAB II : PARADIGMA ASUHAN KEBIDANAN 2
A. Pengertian paradigma 2
B. Komponen paradigma kebidanan 3
C. manfaat paradigma di kaitkan dengan asuhan kebidanan 9
TUGAS MANDIRI
KONSEP KEBIDANAN
DISUSUN oleh :
Dalam rangka mendukung visi Indonesia Sehat 2010 Departemen Kesehatan mempunyai
beberapa misi, antara lain : memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
masyarakat dan lingkungannya, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, terjangkau, serta mendorong kemandirian masyarakat.
Untuk itu perlu adanya kerjasama lintas program maupun lintas sektoral dalam mewujudkan
tujuan diatas disesuaikan dengan cara pandang dan kebijakan bidang kesehatan.
Salah satu unggulan dalam Indonesia Sehat 2010 adalah upaya percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) baru lahir, yang perlu penyesuaian dan
dijabarkan dalam beberapa kegiatan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesehatan
dan keselamatan ibu dan bayi baru lahir dalam pelayanan kebidanan.
Dalam hal ini pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh tenaga bidan.
Bidan sebagai salah satu tenaga utama dalam percepatan penurunan AKI & AKB baru lahir.
dituntut untuk mengantisipasi perubahan tersebut.
sehingga pelayanan yang diberikan lebih bermutu, optimal dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
Seiring perkembangan dunia medis yang sedemikian pesatnya, maka pelayanan kebidanan
dituntut untuk bisa mengikuti dan pengimbangi perkembangan pelayanan medis dan
kesehatan lainnya. Di sebagian besar pelayanan kesehatan yang seharusnya melaksanakan
pelayanan dan asuhan kebidanan, masih terbatas pada pelaksanaan “kegiatan-kegiatan” yang
belum memenuhi kaidah asuhan secara profesional yang bertanggung gugat. Begitu rumitnya
masalah yang dihadapi sehingga sukar menentukan titik masuk untuk mengadakan
perubahan yang strategis dan bermakna. Kalaupun ada upaya untuk membenahi, pada
umumnya masih bersifat insidentil, kurang terarah, terfagmantasi dan berjangka pendek
yang bahkan justru dapat merugikan perkembangan pelayanan kebidanan itu sendiri.
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Meningkatnya kemampuan bidan untuk berfikir kritis dan bertindak dengan logis, analisis
dan sistimatis dalam memberikan asuhan kebidanan ditiap jenjang pelayanan kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu, bayi/anak balita.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam mengelola klien dengan memberikan asuhan kebidanan yang
efektif sesuai kebutuhan klien/masyarakat berdasarkan evidence based.
b. Sebagai pedoman cara pendokumentasian dari setiap asuhan kebidanan yang diberikan
disarana pelayanan kesehatan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup manejemen asuhan kebidanan di Rumah Sakit dan Puskesmas meliputi :
Bagaimana mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan klinis seorang bidan
dalam mengelola klien dengan menggunakan proses Manajemen Kebidanan, dan
mengembangkan kemampuan bidan dalam mendokumentasikan asuhan kebidanan yang
telah dilakukan secara efektif dan efisien.
D. Sasaran
Sasaran dari pedoman manajemen asuhan kebidanan ini adalah seluruh bidan yang bekerja
pada tatanan pelayanan kesehatan, baik di Rumah sakit, Puskesmas, Polindes, Rumah
Bersalin, dan Bidan Praktik Swasta (BPS) di seluruh Indonesia.
BAB II
PARADIGMA ASUHAN KEBIDANAN
1. PENGERTIAN
1. Suatu cara pandang dalam memberikan pelayanan kebidanan.
2. Paradigma asuhan kebidanan adalah berupa pandangan terhadap manusia/wanita,
lingkungan, layanan kesehatan dan kebidanan.
2. Komponen Paradigma
MANUSIA
a. Adalah makhluk Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual serta unik dan utuh.
b. Punya Siklus tumbuh dan berkembang
c. Punya kemampuan untuk mengatasi perubahan dunia (kemampuan dari lahir atau belajar
dari lingkungan).
d. Cenderung mempertahankan keseimbangan Homeostasis.
e. Cenderung beradaptasi dengan lingkungan
f. Memenuhi kebutuhan melalui serangkaian peristiwa belajar
g. Mempunyai kapasitas berfikir, belajar merasionalisasi, berkomunikasi dan
mengembangkan budaya serta nilai-nilai.
h. Mampu berjuang untuk mencapai tujuan.
i. Terdiri dari pria dan wanita.
j. Keluarga
LINGKUNGAN
a. Semua yang ada dilingkungan dan terlibat dalam interaksi individu pada waktu
melaksanakan aktivitasnya.
b. Adalah organisasi biologis yang meliputi semua organisme yang berada dalam wilayah
tertentu yang berinteraksi dengan lingkungan fisik.
c. Lingkungan menjadi persyaratan yang penting agar kesehatan ibu dapat terjaga
d. Penyesuaian ibu terhadap lingkungan sekitarnya serta tempat tinggal yang memadai juga
menunjang kesehatan ibu.
e. Lingkungan Fisik
• Terdiri dari semua benda-benda mati yang berada disekitar kita.
• Wanita merupakan bagian dari keluarga serta unit dari komuniti
• Keluarga bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan
f. Budaya
• Meliputi sosial-ekonomi, pendidikan, kebudayaan.
• Lokasi tempat tinggal keluarga sangat menentukan derajat kesehatan bumil, bulin dan
bufas.
g. Psikososial
• Ibu sebagai wanita terlibat dalam interaksi antara keluarga, kelompok, dan masyarakat
• Keberadaan wanita yang sehat jasmani, rohani, dan sosial sangat diperlukan karena wanita
mempunyai 5 peran yang sangat penting dalam keluarga.
h. Biologis
• Meliputi genetika, biomedik dan maturistik
• Manusia merupakan susunan sistem organ tubuh yang mempunyai kebutuhan untuk
mempertahankan hidupnya.
KESEHATAN
a. Terdapat “PERILAKU”, yaitu : hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia dgn
lingkungan nya.
b. Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial
serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
c. Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan proses, yaitu proses adaptasi
individu yang tidak hanya tehadap fisik tetapi juga terhadap lingkungan sosial.
d. Wujud : dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Karakteristik Sehat
• Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
• Memandang sehat dalam konteks eksternal & internal.
• Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
PERILAKU
Perilaku merupakan hasil seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Perilaku Sehat
• Perilaku merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungan yang terwjud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan perilaku manusia
bersifat holistik atau menyeluruh.
• Ibu yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman serta selalu melakukan hubungan atau
interaksi dengan lingkungannya maka akan mendapat informasi dalam menjaga
kesehatannya.
perilaku propesional dari bidan mencakup ;
• Dalam melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal
• Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya
• Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir secara
berkala
• Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah penularan penyakit dan strategi
pengendalian infeksi
• Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan asuhan kebidanan
• Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan dengan praktek kesehatan,
kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak
• Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu agar mereka
dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta
persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri
• Menggunakan keterampilan komunikasi
• Bekerjasama dengan petugas kesehatan lainnya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
ibu dan keluarga
• Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan
KEBIDANAN
a. Pelayanan Kebidanan terbagi menjadi 3 jenis :
• Layanan kebidanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab
bidan.
• Layanan kebidanan Kolaborasi adalah layanan kebidanan yang dilakukan oleh bidan
sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersama-sama atau sebagai salah
satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
• Layanan kebidanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Pelayanan yang dilakukan
oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan
rujukan yang dilakukan oleh bidan ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya secara
horizontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya. Layanan kebidanan yang tepat
akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
c. Pelayanan Kebidanan :
• seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan
kesehatan.
• Tujuan meningkatkan KIA dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Pengertian Profesi :
Berasal dari bahasa latin “ profesio” yang berarti janji atau ikrar.
Akitivitas yg bersifat intelektual berdasarkan ilmu & pengetahuan digunakan u/ tujuan
praktek pelayanan dapt dipelajari, terorganisir secara internal dan altristik” Abraham
Flexman,1915.
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, dan teknik.
pengertian bidan :
Bidan (midwive/pendamping istri) berasal dari bahasa Sansekerta ”Wirdhan” yang artinya
wanita bijaksana.
Bidan adalah sebuah profesi yang khusus, dinyatakan sebagai sebuah pengertian bahwa
bidan adalah orang pertama yang melakukan penyelamatan kelahiran sehingga ibu dan
bayinya lahir dengan selamat. Tugas yang diemban bidan berguna untuk kesejahteraan
manusia.
Menurut Kep Menkes RI No. 900/MENKES/SK/VII/2002, Bidan adalah seorang wanita yang
telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku.
Bidan adalah seseorang yang telah mendapatkan lisensi untuk melaksanakan praktek
kebidanan (Wahyuningsih, 2005).
B. PROFESIONALISME
1. Pengertian profesionalisme
Seorang pekerja profesional adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam
kerjanya, dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilannya.
2. Ciri-ciri profesional yaitu meliputi:
a. Bagi pelakunya secara nyata / de facto dituntut kecakapan sesuai tugas-tugas khusus serta
tunutuan dari jenis jabatannya
b. Kecakapan atau keahlian pekerja profesional bukan sekedar hasil pembiasaan tapi didasari
wawasan keilmuan yang mantap, menuntut oendidikan, terprogram secara relevan dan
berbobot, terselenggara secara efektif-efisien dan tolak ukur evaluatifnya terstanda.
c. Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas, pilihan jabatannya / kerjanya
didasari kerangka nilai tertentu, bersikap positif terhadap jabatan dan perannya dan
bermotivasi dan berkarya sebaik-baiknya.
d. Jabatan profesional mendapat pengesahan dari masyarakat dan atau negaranya, memiliki
syarat-syarat serta kode etik yang harus dipenuhi dimana menjamin kepantasan berkarya
dan sekaligus merupakan tanggung jawab sosial pekerja profesional bidan.
BAB IV
DASAR PEMIKIRAN FOKUS DAN TUJUAN DALAM TEORI KEBIDANAN
1. Teori Reva Rubin
Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang wanita
memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan demikian,
seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak
sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya
perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan.
Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan antara
lain:
a. kesejahteraan ibu dan bayi
b. penerimaan dari masyarakat
c. penentuan identitas diri
d. mengetahui tentang arti memberi dan menerima
perubahan umum pada perempuan hamil:
• ketergantungan dan butuh perhatian
• membutuhkan sosialisasi
Tahap_tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai peran nya:
a. anticipatory stage
seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang
lain.
b. honeymoon stage
ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu
memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
c. Plateu stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada tahap ini ibu
memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri.
d. Disengagement
Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir.
Aspek-aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran tentang idaman,
gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan wanita tentang
dirinya sendiri sebagai bagian dari pengalaman dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah
berhubungan dengan perubahan fisik yang tejadi selama kehamilan.
Arti dan efek kehamilan pada pasangan.
1. pasangan merasakan perubahan tubuh pasanganya pada kehamilan 8 (delapan) bulan
sampai dengan 3(tiga) bulan setelah melahirkan.
2. lelaki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama wanita hamil.
3. anak-anak akan di lahirkan merupakan gabungan dari tiga macam perbedaan:
a. hubungan ibu dengan pasangan
b. hubungan ibu dengan janin yang berkembang
c. hubungan ibu dengan individu yang unik
4. ibu tidk pernah lagi menjadi sendiri
5. tugas yang harus di lakukan ibu atau pasangan dalam kehamilan:
a. percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh
b. persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin
c. penyelesaiaan dan identifikasi kebinggungan dengan peran transisi.
6. reaksi yang umum pada kehamilan:
a. Trimester satu:ambivalen, takut, tantasi, khawatir.
b. Trimester dua: parasaan enak metykebutuhan untuk mempelajari perkembangan dan
pertumbuhan janin menjadi narsistik, pasif, introvent, egosentrik dan self centered.
c. Trimester tiga: berperasaan aneh, semberono, jelek, menjadi introvert, merefleksikan
terhadap pengalaman masa kecil.
Aspek yang di identifikasi dalam peran ibu:
a. gambaran tentang idaman bayi sehat.
b. gambaran tentang diri memandang tentang pengalaman yang dia lakukan.
c. gambaran tubuh, gambaran ketika hamil dan setelah nifas.
Beberapa tahapan aktifitas penting sebelim seseorang menjadi seorang ibu.
1. Taking on (tahapan meniru)
Seorang wanita dalam pencapaiaan sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan
melakukan peran seorang ibu.
1. Taking in
Seorang wanita sedang membayangkan peran yang dilakukannya . introjektion, projection
dan rejection merupakan tahap di mana wanita membedakan model-model yang sesuai
dengan keinginannya.
1. Letting go
Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah di lakukannya. Pada tahap ini
seorang akan meninggalkan perannya di masa lalu.
Adaptasi psikososial pada masa post partum:
Keberhasilan masa transisi menjadi orang tua pada masa post partum di pengaruhi oleh:
a. respon dan dukungan dari keluarga
b. hubungan antara melahirkan dengan harapan-harapan
c. pengalaman melahirkan dam membesarkan anak yang lalu
d. budaya
Reva rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi tiga tahap yaitu:
a. periode taking in (hari pertama hingga kedua setelah melahirkan)
1. ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain
2. perhatian ibu tertuju pada ke khawatiran pada perubahan tubuhnya
3. ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman ketika melahirakan
4. memerlikan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh kekondisi
normal
5. nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi.
Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung
normal.
b. periode taking hold (hari kedua hingga ke empat setelah melahirkan)
1. ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung jawab
akan bayinya
2. ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya tahan
tubuh
3. ibu cenderung terbuka menerima nasihat bidan dan kritikan pribadi
4. ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong,
menyusui, memandikan dan mengganti popok
5. kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya
c. periode letting go
1. terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta perhatian
keluarga
2. ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi
sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan social
2. Teori Ramona Marcer
Teori ini lebih menekan pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam pencapaiaan
peran ibu, marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan:
a. Efek stress Anterpartum
stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negative dari
hidup seorang wanita, tuuan asuhan yang di berikan adalah : memberikan dukungan selama
hamil untuk mengurangi ketidak percayaan ibu.
Penilitian mercer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan status kesehatan
ibu, yaitu:
1. Hubungan Interpersonal
2. Peran keluarga
3. Stress anterpartum
4. Dukungan social
5. Rasa percaya diri
6. Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi
Maternal role menurut mercer adalah bagai mana seorang ibu mendapatkan identitas baru
yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap dengan dirinya sendiri.
b. Pencapaian peran ibu
Peran ibu dapat di capai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan
kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut mercer menyebutkan tentang stress
anterpartum terhadap fungsi keluarga, baik yang positif ataupun yang negative. Bila fungsi
keluarganya positif maka ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum
karena resiko kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status kesehatan, dengan
dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi stress
anterpartum.
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan (Trisemester I, II dan III)
merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan bahwa menarche,
kehamilan, nifas, dan monopouse merupakan hal yang fisiologis.
Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress
anterpartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat
menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil
antara lain adalah:
a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat berperan
sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan bayinya.
b. ibu memerlukan sosialisasi
c. ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi
pada tubuhnya
d. Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan kehamilan ke masa
menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.
Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menuru Mercer:
a. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, di mana wanita mulai melakukan penyesuaian social dan
psikologis dengan mempelajri segala sesuatuyang di butuhkan untuk menjadi seorang ibu.
b. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran di butuhkan sesuai dengan
kondisi system social
c. Informal
Di mana wanita telam mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya
d. Personal
merupakan peran terakhir, di mana wanita telah mahir melakukan perannya sebagai ibu.
Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah di mulai sejak ibu
menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Mercer
mulainya peran ibu adalah setelah bayi bayi lahir 3-7 bulan setelah dilahirkan.
Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh faktor –faktor sebagai berikut:
a. Faktor ibu
1. Umur ibu pada saat melahirkan
2. Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali
3. Stress social
4. Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya
5. Dukungan social
6. Konsep diri
7. Sifat pribadi
8. Sikap terhadap membesarkan anak
9. Status kesehatan ibu.
b. Faktor bayi
1. Temperament
2. Kesehatan bayi
c. Faktor-faktor lainnya
1. Latar belakang etnik
2. Status pekawinan
3. Status ekonomi
Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat factor pendukung:
a. Emotional support Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti.
b. Informational support Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga
dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri
c. Physical support Misalnya dengan membantu merwat bayi dan memberikan tambahan
dana
d. Appraisal support Ini memungkinkan indifidu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan
pencapaiaan peran ibu
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi
dan konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu.
Peran bidan yang di harapkanoleh mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam
melaksanakan tugas dan adaptsi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaiaan peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.
3. Teori Jean ball
Teori kursi goyang , keseimbangan emosional ibu. Tujuan asuhan maternitus agar ibu mampu
melaksanakan tugasnya sebagai ibu bauk fisik maupun psikologis.
Ada dua teori Jean ball yaitu:
• Teori stress
• Teori dasar
Hipotesa Ball, respon emotional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersamaan dengan
kelahiran anak yang mempengaruhi personality seseorang dan dengan dukungan yang
berarti mereka mendapatkan sistem keluarga dan sosial. Persipan yang telah di lakukan
bidan pada masa postnatal akan mempengaruhi respon emotional wanita terhadap
perubahan akibatproses kelahiran tersebut. Kesejahteraan wanita setelah melahirkan
tergantung pada personality dan kepribadian, sistem dukungan pribadi dan dukungan dari
pelayanan maternitas.
Ball menemukan teori kursi goyang terdiri dari tiga elemen, yaitu:
1. Pelayanan maternitas
2. Pandangan masyarakat terhadap keluarga
3. Sisi penyangga atau support terhadap kepribadian keluarga
BAB V
KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN
Model Konseptual kebidanan bermanfaat sebagai suatu bentuk pedoman atau acuan untuk
memberikan asuhan kebidanan.
Praktik Kebidanan banyak dipengaruhi oleh Teori dan Model. Pada Bagian ini akan diuraikan
beberpa model yang berpengaruh dalam praktik kebidanan.
1. Model Medikal
Model Medikal merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk membantu manusia
dalam memahami proses sehat dan sakit dalam arti kesehatan. Model ini lebih banyak
digunakan dalam bidang kedokteran dan lebih berfokus pada proses penyakit dan mengobati
ketidaksempurnaan.
Yang Tercakup dalam model medical adalah :
a). Berorientasi pada penyakit
b). Menganggap bahwa akal/pikiran dan badan terpisah
c). Manusia menguasai alam
d). Yang tidak biasa menjadi menarik
e). Informasi yang terbatas pada klien
f). Pasien berperan pasif
g). Dokter yang menentukan
h). Tingginya teknologi menaikkan prestise
i). Prioritas kesehatan individu dari pada kesehatan komunitas
j). Penyakit dan kesehatan adalah domain dokter
k). Pemahaman manusia berdasarkan mekanik dan bioengineering. Model medical ini kurang
cocok untuk praktik kebidanan karena terllau berorintasi apda penyakit dan tidak memberi
kesempatan klien untuk menentukan nasibnya sendiri. Walaupun demikian kenyataannya
masih banyak yang terpengaruh pada model medical ini.
Berikut ini akan diberikan gambaran bagaimana perbedaan pandangan mengenai kehamilan
sesuai model medical.
Model Medical
a). Normal dalam perspektif
b). Kasus tidak biasa menjadi menarik
c). Dokter bertanggung Jawab
d). Informasi terbatas
e). OutCome yang diharapkan : “Ibu dan bayi hidup dan Sehat”
Falsafah kebidanan terhadap Kehamilan Hal Fisiologis
Normal dalam antisipasi
a). Setiap Persalinan Peristiwa Unik
b). Wanita dan keluarga membuat keputusan
c). Informasi diberikan tidak terbatas
d). Outcome yang diharapkan : “Ibu dan bayi yang hidup dan sehat dan kepuasan akan
kebutuhan individu”
2. Paradigma Sehat
Derajat kesehatan di Indonesia masih rendah, hal ini menuntut adanya upaya untuk
menurunkannya. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan,
pemerintah membuat satu model dalam pembangunan kesehatan yaitu PARADIGMA SEHAT.
Paradigma Sehat ini pertama kali dicetuskan oleh Prof. Dr.F.A Moeloek (Menkes RI) Pada
Rapat Sidang DPR Komisi VI pada Tangal 15 september 1998.
Paradigma Sehat adalah Cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang
melihat masalah kesehatan saling berkait dan mempengaruhidengan banyak faktor yang
bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan
perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.
Secara MAKRO dengan adanya Paradigma sehat berarti Pembangunan semua sektor harus
memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan.
Secara MIKRO dengan adanya Paradigma sehat maka Pembangunan kesehatan lebih
menekankan pada upaya promotif dan preventif.
Yang dimaksud dengan Women Centre Care adalah Asuhan yang berorientasi pada Wanita”.
Dalam Hal ini Bidan difokuskan memberikan dukungan pada wanita dalam upaya
memperoleh status yang sama di masyarakat untuk memilih dan memutuskan perawatan
kesehatan dirinya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh suatu badan yaitu House of Commons
Health Committee tahun 1992, disimpulkan bahwa terdapat permintaan yang meluas pada
kaum wanita untuk memiliki pilihan yang lebih besar dalam menentukan jenis asuhan
maternitas yang mereka dapatkan dan bahwa struktur pelayanan maternitas saat ini
membuat mereka frustasi bukan memfasilitasi mereka.
Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya asuhan yang berorientasi pada wanita dimana
mereka punya peran dalam menentukan pilihan sehingga terpenihi kebutuhannya dan
timbul kepuasaan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Asuhan yang berorintasi pada
wanita atau Women Centre Care amat penting untuk kemajuan Praktik kebidanan.
Women Center Care ini sangat sesuai dengan keinginan ICM (International Confederation Of
Midwifery) yang tertuang dalam VISI nya, yaitu :
a). Bidan memberikan asuhan pada wanita yang membutuhkan askeb
b). Bidan mempunyai otonomi sebagai pemberi asuhan yang menghargai kerjasama team
dalam memberikan asuhan untuk seluruh kebutuhan wanita dan keluarga
c.) Bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan dimasa mendatang termasuk
pelayanan kesehatan utama pada komunitas untuk seluruh wanita dan keluarga
d). Bidan bekerjasama dengan wanita dalam memberikan asuhan sesuai dengan harapan
wanita
Untuk dapat memberikan Care atau Asuhan yang baik terhadap wanita, bidan harus
menerapkan hal-hal berikut ini :
BAB VI
MANAJEMEN KEBIDANAN
1. PENGERTIAN
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan –
penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang terfokus pada klien. (Varney, 1997)
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi,
setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya
bervariasi sesuai dengan kondisi.
Prisip Proses Manajemen Kebidanan Menurut American College of Nurse Midwife (ANCM)
tahun 1999
1. .Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan
dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk
mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
2. .Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar
3. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah
dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien
4. Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan
tanggung jawab terhadap kesehatannya
5. membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien
6. Secara pribadi bertanggungjawab terhadap implementasi rencana individual
7. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanankan manajemen dengan berkolaborasi
dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila
ada penyimpangan dari keadaan normal
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi
rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan
Bidan sesuai dengan perannya sebagai tenaga kesehatan memiliki kewajibsan memberikan
asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan. Untuk melaksanakan
asuhan tersebut digunakan metode pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode
dan pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami oleh pasien atau
klien dan kemudian merumuskan permasalahan tersebut, serta akhirnya mengambil langkah
pemecahannya.
Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan didalam melaksanakn asuhan dan
pelayanan kebidanan.
Manajemen kebidanan mendorong bidan menggunakan cara yang teratur dan rasional,
sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam memecahkan masalah pasien dan
kliennya. Dan kemudian akhirnya tujuan mewujudkan kondisi ibu atau anak yang sehat,
dapat dicapai.
Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa permasalahan kesehatan ibu dan anak yang
ditangani oleh bidan mutlak menggunakan metode dan pendekatan manajemen kebidanan.
Sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab bidan, maka sasaran manajemen kebidanan
ditujukan baik kepada individu ibu dan anak, keluarga maupun kelompok masyarakat.
Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan didalam melaksanakan kegiatan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan
kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan tanggung jawabnya.
Langkah-langkah
I.Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan, menilai keadaan klien secara keseluruhan
II.Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah
III.Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi penangannya
IV.Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain serta berdasarkan kondisi klien
V.Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah yang selanjutnya
VI.Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
VII.Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen
proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif
Melihat penjelasan diatas, maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis
yang merupakn pola piker bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien. Diharapkan
dengan pendekatan pemecahan masalah yang bsistematis dan rasional, maka seluruh
aktifitas/tindakan yang diberikan oleh bidan kepada klien akan efektif. Terhindar dari
tindakan yang bersifat coba-coba yang akan merugikan klien.
Untuk kejelasan langkah-langkah diatas maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan dari
setiap langkah :
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam
manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.. Pada keadaan tertentu
dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian
dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai
manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan
kepada dokter.
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnopsa kebidanan.
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1.Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2.Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3.Memiliki cirri khs kebidanan
4.Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5.Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan
sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.
Sebagai contoh :
Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”
Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya
Contoh lain :
Wanita hamil Trimester III
Merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa kebidanan
tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut
dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
Masalah
Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian
atau yang menyertai
Kebutuhan
Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah
yang didapatkan dengan melakukan analisa data
Contoh kebutuhan :
Kebutuhan Dasar
Ibu menyenangi Binatang
Kebutuhan :
Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan
Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut,
misalnya:
oBesar dari masa kehamilan
oIbu dengan diabetes kehamilan, atau
oKehamilan kembar
Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap
terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan
juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing
yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau
bayi kecil.
Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada
setiap kunjungan ulang,
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi
juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah
lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan
segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps
tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul,
adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau
seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi
yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah
yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya,
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua
belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien
merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini
tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana
bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan
asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan
pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang
lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak
berbahaya.
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar langkah-
langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan
dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana
asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari
asuhan klien.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen
untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan
penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
BAB VII
LINGKUP PRAKTEK MANDIRI
Lingkup praktek mandiri Meliputi : Asuhan mandiri / otonomi pada anak wanita, remaja
putri & wanita dewasa sebelum & selama kehamilan & selanjutnya
Bidan memberikan pengawasan, asuhan & nasehat wanita selama hamil, bersalin , nifas
Bidan menolong persalinan atas tanggungjawabnya sendiri & merawat bayi baru lahir.
Praktek kebidanan dilakukan dalam sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
masyarakat, dokter, perawat, dokter spesialis, pusat-pusat rujukan pengorganisasian praktek
asuhan kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan dengan kewenangan
menaikkan kesehatan ibu & NKKBS®anak
Sasaran pelayayanan kebidanan: individu, keluarga & masyarakat yang meliputi : upaya,
pencegahan, penyembuhan & pemulihan
BAB VIII
SISTEM PENGHARAAN BAGI BIDAN
1. Penghargaan Bagi Bidan
Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya dalam bentuk imbalan jasa,
tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian kewenangan / hak untuk
menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3,hak adalah kewenangan untuk berbuat
sesuatu yang telah ditentukan oleh undang-undang atau aturan tertentu. Bidan di Indonesia
memiliki organisasi profesi yaitu Ikatan Bidan Indonesia atau IBI yang mengatur hak dan
kewajiban serta penghargaan dan sanksi bagi bidan.
Setiap bidan yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan berhak dan wajib menjadi
anggota IBI.
Hak bidan :
a. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang
pelayanan kesehatan.
c. Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan
peraturan perundangan,dank ode etik profesi.
d. Bidan berhak atas privasi / kedirian dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik
oleh pasien,keluarga ataupun profesi lain.
e. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun
pelatihan.
f. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang
sesuai.
g. Bidan berhak mendapatkan kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
a. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan untuk mendekatkan pelayanan kegawatan
obstetric dan neonatal.
b. Bidan harus melaksanakan tugas kewenagan sesuai standar profesi,memiliki kemampuan
dan ketrampilan sebagai bidan,mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku di
wilayahnya dan bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dengan mengutamakan
keselamatan ibu dan bayi.
c. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa pranikah
termasuk remaja putrid,pra hamil,kehamilan,persalinan,nifas,menyusui,dan masa antara
kehamilan.
d. Dan masih banyak lagi.
1.Anggota Bisaa
3.Anggota Kehormatan
Sanksi merupakan imbalan negative yang berupa pembebanan atau penderitaan yang
ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku.
Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak / kewajiban bidan yang telah
diatur oleh organisasi profesi,karena kode etik bidan merupakan norma yang berlaku bagi
anggota IBI dalam menjalankan praktek profesinya yang telah disepakati dalam Kongres
Nasional IBI.
Dalam organisasi IBI terdapat Dewan Pertimbangan Etika Bidan (MPEB) dan Majelis
Pembelaan Anggota (MPA),yang memiliki tugas :
~ merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidang sesuai dengan ketetapan pengurus
pusat.
~ melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala.
~Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus pusat.
~ membentuk tim teknis sesuai kebutuhan,tugas dan tanggung jawabnya ditentukan
pengurus.
MPEB dan MPA merupakan majelis independen yang berkonsultasi dan berkoordinasi
dengan pengurus inti dalam IBI tingkat nasional. MPEB secara internal memberikan
saran,pendapat,dan buah pikiran tentang masalah pelik yang sedang dihadapi khususnya
yang menyangkut pelaksanaan kode etik bidan dan pembelaan anggota.
MPEB dan MPA bertugas menkaji,menangani dan mendampingi anggota yang mengalami
permasalahan dalam praktik kebidanan serta masalah hukum.
Jabatan dapat ditinjau dari 2 aspek,yaitu jabatan struktural dan fungsional. Jabatan struktural
adalah jabatan yang secara jelas tertera dalam struktur dan diatur berjenjang dalam suatu
organisasi,sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari
aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan rmasyarakat dan Negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat,jabatan fungsional juga
berorientasi kualitatif. Seseorang memiliki jabatan fungsional berhak mendapatkan
tunjangan fungsional. Jabatan bidan merupakan jabatan fungsional professional sehingga
berhak mendapat tunjangan fungsional.
Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir struktural. Jabatan fungsional
sebagai bidan bisa didapat melalui pendidikan berkelanjutan ,baik secara formal maupun
nonformal,yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan professional bidan dalam
melaksanakan fungsinya sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, dan peneliti.
Sedangkan jabatan sturkturalnya bergantung dimana bidan tersebut bertugas,misalnya di
rumah sakit,puskesmas,dan sebagainya. Karir ini dapat dicapai oleh bidan di setiap tatanan
pelayanan kebidanan/kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan ,kesempatan, dan
kebijakan yang ada.
4. Analisis
Bidan merupakan salah satu profesi bidang kesehatan yang memiliki tugas yang berat dan
harus dipertanggung jawabkan. Membantu persalinan adalah salah satu tugas berat bidan.
Karena berhubungan dengan nyawa bayi dan ibunya Selain itu bidan juga harus bisa
mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Karena inilah bidan memang sudah seharusnya mendapat penghargaan baik dari pemerintah
maupun masyarakat.
Penghargaan bagi bidan bisa diberikan dalam bentuk imbalan jasa atau pengakuan sebagai
profesi bidan dan pemberian hak dan kewenangan kepada bidan dalam menjalankan
tugasnya sebagai bidan. Misalnya bidan yang tidak pernah bermasalah dengan hokum dan
selalu berjalan seiring dengan kode etik bidan dan standar profesi bidan yang ada.
Tapi menuru saya,sebaiknya juga disediakan lencana berprestasi bagi bidan yang memiliki
prestasi dalam prakteknya atas pengabdiannya sebagai Negara.
Dengan adanya penghargaan seperti yang disebutkan diatas,akan mendorong bidan untuk
meningkatkan kinerja mereka sebagai tenaga kesehatan untuk masyarakat.
Mereka juga akan lebih giat untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan dan potensi
mereka sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu standar profesi bidan.
Tidak hanya memberikan penghargaan bagi bidan yang mampu melaksanakan prakteknya
sesuai kode etik dan standar profesi bidan,tapi bagi bidan yang melanggar dan menyimpang
dari kode etik yang ada,juga harus diberi sanksi yang tegas. Supaya bidan tetap bekerja sesuai
kewenangannya.
Contoh sanksi bidan adalah pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB sementara, atau
bisa juga berupa denda.
Bidan melakukan praktek aborsi,yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh bidan, karena
termasuk tindakan criminal.
Bidan tidak melakukan rujukan pada ibu yang mengalami persalinan premature,bidan ingin
melakukan persalinan ini sendiri. Ini jelas tidak boleh dilakukan,dan harus dirujuk.
Karena ini sudah bukan kewenangan bidan lagi,selain itu jika dilakukan oleh bidan itu
sendiri,persalinan akan membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Sedangkan jabatan struktural bidan dilihat berdasarkan dimana bidan tersebut bekerja.
Tunjangan berasal dari tempat dimana dia bekerja seperti di Puskesmas dan Rumah Sakit.
Dan jabatan ini disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki bidan tersebut.
BAB IX
PRINSIP PERKEMBANGAN KARIR BIDAN
Spesialis II
Spesialis I
Diploma IV
Diploma III
S.3
S.2
S.1 Kebidanan
SMU
Bidan Pra Diploma III
Dalam melaksanakan profesinya bidan mempunyai peran dan fungsi sebagai pelaksana,
pengelola, pendidik,dan peneliti.
Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, kolaborasi dan
ketergantungan.
Tugas Mandiri
Tugas mandiri bidan, yaitu:
Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidananyang diberikan
Memberikan pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan wanita dengan melibatkan
mereka sebagai klien
Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan
klien atau keluarga
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien atau
keluarga
Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan
keluarga berencana
Memberikan asuhan kebidanan kepada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan
wanita dalam masa klimakterium serta menopouse
Memberikan asuhan kebidanan kepada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga
Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu :
Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien atau keluarga
Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertamam pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi serta
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien atau keluarga
Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga
Memberikan asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir dengan resiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga
Memberikan asuhan kebidanan kepada balita dengan resiko tinggi serta pertolongan pertama
dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan
keluarga.
Tugas Ketergantungan
Tugas ketergantungan yaitu :
Menetapkan manajemen kebidanan kepada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dengan keluarga.
Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan
dengan resiko tinggi serta kegawatdaruratan
Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan
penyulit tertentu dengan melibatkan klien atau keluarga
Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu masa nifas yang
disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga
Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien atau
keluarga
Sebagai pengelola bidan memiliki dua tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim
Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama pelayanan kebidanan
untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan
melibatkan masyarakat atau klien.
Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di
wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta
tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
Sebagai pendidik bidan memiliki dua tugas, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh keehatan
bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader
Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga,
kelompok, serta masyarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang
berhubungan dengan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan serta membina
dukun di wilayah atau tempat kerjanya
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri maupun berkelompok
Sebagai tenaga yang profesional, bidan memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan
tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya bila terjadi
gugatan terhadap tindakan yang dilakukannya.
Tugas dan kewenangan bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktik bidan
diatur di dalam peraturan atau keputusan Menteri Kesehatan.
Kegiatan praktik bidan dikontrak oleh peraturan tersebut. Bidan harus dapat
mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesionalnya. Oleh karena
itu, bidan harus slalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan mengikuti
pelatihan, pendidikan berkelanjutan, seminar serta pertemuan ilmiah lainnya.
Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan setiap tinadakan yang diberikan kepada klien
sebagai bahan laporan kepada atasan dan dapat dipertanggung jawabkan bila terjadi
gugatan.
Tanggung jawab bidan tidak hanya pada KIA, tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga.
Bidan harus dapat mengidentifikasi masalah dan kebutuhan keluarga serta pelayanan yang
tepat. Pelayanan kesehatan keluarga merupakan kondisi yang diperlukan ibu untuk rasa
aman, kepuasan dan kebahagiaan selama masa kehamilan. Sehingga bidan harus
mengerahkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilakunya dalam
memberikan pelayanan kesehatan keluarga
Bidan harus ikut serta dalam kegiatan organisasi kebidanan. Untuk mengembangkan
kemampuan profesinya, bidan harus mencari informasi mengenai perkembangan ilmu
kebidanan.
Bidan merupakan anggota masyarakat yang turut bertanggung jawab dalam memecahkan
masalah kesehatan masyarakat baik secara mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.
BAB X
PROSES BERUBAH
A. Pengertian Perubahan
adalah merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status
tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ada.
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan
perilaku.Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan
kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya.
Didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada
kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.Artinya, kualitas dari
sumber komunikasi, misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara, sangat
menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al ( 1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama
dengan proses belajar.
Teori ini mengatakan bahwa perilaku berubah hanya apabila stimulus ( rangsang ) yang
diberikan benar – benar melebihi dari rangsang semula.Rangsang yang dapat melabihi
stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan
organisme.Dalam meyakinkan organisme ini faktor reinforcement memegang peranan
penting.
Ketidakseimbangan terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi yang
saling bertentangan.Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat dan
keyakinan.Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersebut
menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda/bertentangan di dalam diri individu itu
sendiri maka terjadilah dissonance.
Keberhasilan yang ditunjukkan dengan tercapainya keseimbangan menunjukkan adanya
perubahan sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku.
3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada
kebutuhan.Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku
seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.
Menurut Katz ( 1960 ) perilaku dilatarbelakagi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan :
1) perilaku memeiliki fungsi instrumental
Artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan.
2) Perilaku berfungsi sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya
3) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti
4) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi.
Teori fungsi ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia
luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut
kebutuhannya. Oleh sebab itu di dalam kehidupan manusia perilaku itu tampak terus –
menerus dan berubah secara relatif.
Kurt Lewin ( 1970 ) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan – kekuatan pendorong dan kekuatan – kekuatan penahan.Perilaku
itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimabangan antara kedua kekuatan tersebut di
dalam diri seseorang sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri
seseorang.
a. Kekuatan – kekuatan pendorong meningkat.
b. Kekuatan – kekuatan penahan menurun
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO dikelompokkan
menjadi tiga
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Misal : dengan adanya peraturan – peraturan/ perundang – undangan yang harus dipatuhi
oleh anggota masyarakat.
Dapat berlangsung cepat akan tetapi belum tentu berlangsung lama karena perubahan
perilaku terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara
pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.
3. Diskusi partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua di atas yang dalam memberikan
informasi-informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja tetapi dua arah.
TEORI BERUBAH ( MENURUT ROGER DAN SHOAMAKER )
1. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap kesadaran (Awarness)
Menyadarkan masyarakat dengan jalan memberikan penerangan yang bersifat informatif
dan edukatif.
2. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap minat ( interest)
Masyarakat sudah mulai tertarik perhatiannya pada usaha pembaharuan.Kegiatan
ditingkatkan memberikan penerangan melalui poster, radio, TV pamflet dll.
3. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap evaluasi ( evaluation )
Pendekatam secara individu.
4. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap percobaan (trial)
Sudah mulai mencoba tingkah laku baru. Tugas penkes lebih menyakinkan dan mengawasi
agar tidak terjadi drop out.
5. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap adopsi ( Adoption)
Masyarakat telah bertingkah laku baru, sesuai yang diharapkan.Tugas penkes adalah
memelihara dan mengontrol secara terus menerus.
BAB XII
PEMASARAN SOSIAL JASA ASUHAN KEBIDANAN
Kebutuhan keinginan dan permintaan : produk, nilai, biaya, dan keputusan : perukaran ,
trnsaksi dan hubungan: pasar, pemasaran dan pemasaran / penyedia.
Adapun tujuan pemasaran adlh mengenal dan memahami pelanggaran sedemikian rupa
sehingga produk cocok dengannnya dan dpt terjual dengann sendirinya.
Strategi dan kiat pemasaran darisudut pandang penjual dpt disingkat dlm ( 4 ) yaitu :
tempat yang strategis ( Place )
produk yang bermutu ( Product )
Harga yang komeptitif ( Price )
promosi yang gencar ( Promotion )
langkah ke 4 adalah monitoring dan evaluasi.monitoring adalah proses untuk menentukasn
kekurangan atau kesalahan pd strategi yang telah ditetapkan.
Langkah ke 5 adalah pelaksanaan proses pemasaran .kegiatan ini mengunakan media yang
telah dipersiapkan untuk menunjang program melalui pesan2 sehingga akan diingat oleh
masyarakat luas ataupun khussusnya bagi konsumen.
Dalam hal ini ” pemasaran sosial dpt diartikan sebagai suatu kegiatan menjual produk
yangberupa komoditi tertentu spt pelayanan, ide atau gagasan dengann mengaitkan pd
kebutuhan atau minat masyarkat.
Kiat dan strategi pemasaran adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya ( total customer
satisfaction ) . keputusan pelanggan sepenuhnya bukan berarti meberikan kpd apa yang
menurut kita keinginan dr mereka, tetap apayang sesungguhnya mereka inginkan serta
kapan dan bagaimanan mereka inginkan. Atau secara singkat adlah memenuhi kebtuhan
pelanggan.
Konsep pemasaran yang perlu dipahami dlm kaitannya dengann pemasaran social jasa
asuhan kebidanana adlah faktor2 yang mempengaruhi pemasaran yaitu
kebutuhan, keinginan dan permintaan.
– keinginan ( wants ) adalah hasrat akan suatu hal sesuai dengann kebutuhannya
2. Produk
Produk merupakan sesuatu yang dpt ditawarkan utnuk memuaskan suatu kebtuhan /
keinginan masyarakat.
3. Transaksi
Transaksi merupakan proses seseorng mendapatkan produk baik dengann memproduksi
sendiri,pemaksaan, meminta maupun pertukaran
4. Pertukaran
Pertukaran merupakan tindakan memperoleh barang yang dibutuhkan atau dikehendaki
seseorang dengann menawarkan suatu imblan
5. Pasar
Pasar terdiri darisemua pelangan yang potensial memiliki kebutuhan yang sama dan bersedia
Dan mampu melaksankan pertukaran untuk memenuhi kebutuhan trsbt.
Pemasaran social adalah penerapan teknik peamsaran niaga untuk mencapai suatu tujuan
social yang bermanfaat ( HIV / AIDS Prevention Project ( HAPP), 1999 ).
– dampak social, seorang wirausahawan haruslah beride baru, praktis dan cukup berguna,
sehingga akan digunakan oleh orng lain begitu ide tsb diaplikasikan.
– Karaktereritis, adlh seseorang yang dpt menjalankan fungsi2 layanan public. Atau orng yang
dpt dipercaya dan menjaga kehormatannya.
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Di harapkan dapat membantu bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada kliennya
dan sebagai salah satu acuan untuk dalam memulai asuhan kebidanan.
Mungkin di perlukan kombinasi dalam prakteknya .sehingga sesuai dengan filosofi asuhan
kebidanan .
DAFTAR PUSTAKA
http//ifamidwife.wordpress.com/2007/11/09/model-dalam-asuhan-kebidanan
Hidayat Asri,dkk. 2008. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan plus materi Bidan Delima, Mitra
Cendikia Press: Yogyakarta
Uha Suliha,et al, 2002, Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan, Jakarta : EGC
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.Tema: Esquire oleh Matthew Buchanan.