Anda di halaman 1dari 23

A. 1.

Tujuan Kebidanan Komunitas


Komunitas merupakan pelayanan kebidanan komunitas. Di dalam komunitas, terdapat
kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok masyarakat. Sasaran utama
pelayanan kebidanan komunitas adalah Ibu dan Anak. Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga
yang lain. Tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalahmeningkatkan kesejahteraan ibu
dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahter dalam suatu
komunitas.

B. Filosofi Kebidanan Komunitas

Pengertian filosofi secara umum adalah ilmu yang mengkaji tentang akal budi
mengenai hakikt yang ada. Filosofi Kebidanan adalah keyakinan atau pandangan hidup
bidan yang digunakan sebagai kerangka pikir dalam memberikan asuhan kebidanan.

Menurut KEPMENKES 369/MENKES/SK/II/2007

1. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan. Hamil dan bersalin merupakan suatu proses
alamiah dan bukan penyakit.

2. Keyakinan tentang Perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang unik


mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh sebab itu perempuan harus
berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan yang diterimanya.

3. Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah
mengupayakan kesejahteraan ibu & bayinya, proses fisiologis harus dihargai, didukung dan
dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan
yang efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan & janin/bayinya.

4. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan. Perempuan harus


diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling. Pengambilan keputusan merupakan
tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga & pemberi asuhan.

5. Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujua utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan
ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada
pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan cara yang kreatif &
fleksibel, suportif, peduli; bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada perempuan;
asuhan berkesinambungan, sesuai keinginan & tidak otoriter serta menghormati pilihan
perempuan.

6. Keyakinan tentang Kolaborasi dan Kemitraan. Praktik kebidanan dilakukan dengan


menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan,
sebagai satu kesatuan fisik, psikis, emosional, sosial, budaya, spiritual serta pengalaman
reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan
tim kesehatan lainnya.

7. Sebagai Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang bidan menganut
filosofis yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa semua manusia adalah mahkluk
bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan
rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama.

8. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan


yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap
individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup dan untuk
berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatannya.

9. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita
usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan berkualitas.

10. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga,yang


membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa-masa remaja.

Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk masyarakat


kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia.
Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya dalam lingkungan
yang bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisir.

Beberapa keyakinan yang mendasari praktek kebidanan komunitas :

1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia dapat dijangkau dan dapat diterima semua orang.
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerimaan pelayanandalam hal ini
komunitas.

3. Bidan sebagai pemberi pelayanan danklien sebagai penerima perlu menjalin kerjasama
yang baik.

4.Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.

Falsafah kebidanan komunitas :

1. Manusia. Komunitas sebagai klien berate sekumpulan individu/klien yang berada pada lokasi
atau batas ggeografis tertentu yang memiliki nilai-nilai, keyakinan, dan minat yang relative
sama, serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Komunitas merupakan
sumber dan lingkungan bagi keluarga. Komunitas sebagai klien meliputi kelompok risiko tinggi,
antara lain yang tinggal di daerah terpencil, daerah rawan, dan daerah kumuh.

2. Kesehatan. Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
klien/komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghadapi stressor.

3. Lingkungan. Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh di seputar klien yang bersifat
biologis, psikologis, sosio kultural, dan spiritual.

4. Kebidanan. Intervensi/tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan


kemampuan klien/komunitas menghadapi stressor, melalui pencegahan primer, sekunder, dan
tersier. Berdasarkan falsafah tersebut dikembangkan pengertian, tujuan, sasaran, dan strategi
intervensi kebidanan komunitas.

C. Prinsip Pelayanan Kebidanan Komunitas


Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut.
1. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat, sosial,
psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung peran bidan di komunitas.
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan martabat
kemanusiaan klien.
3. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis. Populasi
bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah
laki-laki, jumlah neonatus, jumlah balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan
sendiri oleh bidan. Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1
kelurahan/ kawasan perumahan/ perkantoran.
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil kerjasama
dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, kader kesehatan, perawat,
PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.
5. Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik. Sistem pelaporan
kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya

2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Bidan Koordinator, Bidan Delima, dan Bidan
Praktik Mandiri.

A. Bidan Koordinator
Bidan koordinator (Bikor) adalah bidan di puskesmas atau di dinas kesehatan
kabupaten/kota yang karena kemampuannya mendapat tanggung jawab membina bidan di
wilayah kerjanya baik secara perorangan maupun berkelompok.

Tugas Pokok :
a. Melaksanakan penyeliaan, pemantauan, dan evaluasi kinerja bidan di wilayah kerjanya
terhadap aspek klinis profesi dan manajemen program KIA
b. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor baik secara horizontal dan vertikal
ke dinas kesehatan kabupaten/kota maupun pihak lain yang terkait.
c. Membina hubungan kerja bidan dalam tatanan organisasi puskesmas maupun
hubungannya dengan organisasi dinas kesehatan kabupaten/kota, serta organisasi profesi
yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi bidan.
Fungsi
Untuk menjalankan tugas pokok diatas, maka Bikor diharapkan menjalankan fungsi :
a. Membimbing pengetahuan, keterampilan klinis profesi dan sikap bidan.
b. Membina bidan dalam pengelolaan program KIA.
c. Melakukan pemantauan, penyeliaan dan evaluasi program KIA termasuk penilaian
terhadap prasarana dan logistik (fasilitas pendukung), kinerja klinis dan kinerja
manajerial bidan di wilayah kerjanya.
d. Membantu mengidentifikasi masalah, mencari dan menetapkan solusi serta melaksanakan
tindakan koreksi yang mengarah pada peningkatan mutu pelayanan KIA.
e. Memberi dorongan motivasi dan membangun kerjasama tim serta memberikan
bimbingan teknis di tempat kerja kepada bidan di wilayah kerjanya.
f. Melakukan kerjasama tim lintas program dan lintas sektor baik secara horizontal (pada
tingkat puskesmas) dan vertikal (pada tingkat kabupaten).
g. Bersama dengan pimpinan puskesmas mengusulkan pemberian penghargaan terhadap
bidan berprestasi, kesempatan untuk peningkatan pendidikan dan pengembangan karir
bidan.
Kedudukan
Kedudukan seorang Bikor sebagai berikut:
a. Bikor Puskesmas berkedudukan di Puskesmas
b. Bikor Kabupaten berkedudukan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
c. Bikor puskesmas bertanggung jawab terhadap pengelola program KIA puskesmas dan
Kepala Puskesmas. Bikor Kabupaten bertanggung jawab terhadap pengelola dan
penanggung jawab program KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

B. Bidan Delima

1. Pengertian

Bidan Delima adalah sistem standarisasi kualitas pelayanan bidan praktek swasta, dengan
penekanan pada kegiatan monitoring dan evaluasi serta kegiatan pembinaan dan pelatihan yang
rutin dan berkesinambungan. Bidan Delima melambangkan pelayanan berkualitas dalam
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana yang berlandaskan kasih sayang, sopan santun,
ramah-tamah, sentuhan yang manusiawi, terjangkau, dengan tindakan kebidanan sesuai standar
dan kode etik profesi.

Visi : Bidan Delima menjadi standarisasi pelayanan BPS di Indonesia.


Mis :

a. Meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan di BPS.

b. Meningkatkan kompetensi BPS berdasarkan hasil penelitian dan perkembangan praktek


kebidanan terkini.

c. Mewujudkan BPS yang handal, kompeten dan profesional dalam pelayanannya melalui
standarisasi dan kegiatan monev yang berkesinambungan.

d. Mewujudkan rasa aman, nyaman dan kepuasan bagi BPS dan pengguna jasa.

e. Meningkatkan peran IBI dalam membina dan menjaga profesionalitas BPS.

Bidan Delima dibutuhkan dalam rangka:

1) Mempertahankan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan BPS, sesuai kebutuhan
masyarakat.

2) Melindungi masyarakat sebagai konsumen dan bidan sebagai provider, dari praktek yang
tidak terstandar.

3) Sebagai standarisasi pelayanan kebidanan bagi BPS sejalan dengan rencana strategis IBI.

4) Menjadi standar dalam mengevaluasi pelayanan kebidanan di BPS karena memiliki tools
(perangkat) yang lebih lengkap.

5) Sebagai bagian dari pelaksanaan rencana kerja IBI dalam pelayanan kebidanan, sekaligus
untuk mempertahankan dan meningkatkan citra IBI.

6) Sebagai tempat pilihan terbaik bagi praktik pendidikan bidan.

2. Nilai- nilai Bidan Delima

1) Kepatuhan pada standar pelayanan.

Dianut sebagai nilai utama untuk menekankan bahwa sebuah standar dalam pelayanan harus
dipatuhi dan dilaksanakan oleh anggota BD.

2) Tumbuh Bersama
Untuk menggambarkan bahwa semua anggota BD harus merasakan kemajuan dan terus
berusaha untuk maju secara kelompok.

3) Keterbukaan

Nilai-nilai yang wajib dianut oleh anggota agar tercipta hubungan yang erat dan harmonis
dalam komunitas.

4) Profesionalisme

Selaras dengan nilai kepatuhan pada standar pelayananmaka profesionalisme diharapkan dapat
menjadi semacam ‘label’ bagi setiap pribadi anggota BD.

5) Kewirausahaan

Semangat wirausaha diharapkan dapat mewarnai setiap pribadi anggota BD, sehingga selalu
ada upaya untuk terus maju dan tumbuh lebih baik daripada sebelumnya.

3. Logo Bidan Delima

1) Bidan

Petugas Kesehatan yang memberikan pelayanan yang berkualitas, ramah-tamah, aman-


nyaman, terjangkau dalam bidang Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan kesehatan
umum dasar selama 24 jam.

2) Delima

Buah yang terkenal sebagai buah yang cantik, indah, berisi biji dan cairan manis yang
melambangkan kesuburan (reproduksi)

3) Merah

Warna melambangkan keberanian dalam menghadapi tantangan dan pengambilan keputusan


yang cepat, tepat dalam membantu masyarakat.

4) Hitam

Warna yang melambangkan ketegasan dan kesetiaan dalam melayani kaum perempuan (ibu
dan anak) tanpa membedakan.
5) Hati

Melambangkan pelayanan Bidan yang manusiawi, penuh kasih sayang (sayang Ibu dan
sayang Bayi) dalam semua tindakan/ intervensi pelayanan.

4. Manfaat Bidan Delima

1) Manfaat bagi Bidan Delima

a. Kebanggaan karena dapat memberikan pelayanan yang terstandar.

b. Pengakuan dari berbagai pihak.

c. Pelatihan dan pembinaan rutin.

d. Promosi.

1) Manfaat bagi pengelola program

a. Kebanggaan.

b. Imbalan finansial (transport & insentif).

c. Pelatihan rutin.

3) Manfaat bagi pasien/pelanggan : Mendapatkan pelayanan kebidanan yang aman dan


berkualitas

4) Mitra Kerja :

a. Peningkatan citra organisasi/individu dan mitra.

b. Membantu mitra dalam melaksanakan program kerja dan mencapai sasaran kinerja.

c. Mendapatkan data/informasi akurat dan terkini mengenai kondisi kesehatan ibu dan anak.

d. Wadah belajar dan praktek untuk peningkatan pengetahuan dan keahlian.

e. Wadah untuk berkontribusi dalam peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia

C. Bidan Praktik Mandiri (BPM)


Bidan selain bertugas di puskesmas atau di Rumah Sakit, sesuai dengan kewenangannya
bidan serta peraturan yang ada dapat juga melakukan praktik secara mandiri. Hal ini lebih
dikenal dengan istilah Bidan Praktik Swasta (BPS). Apakah yang dimaksud dengan BPS itu,
yaitu suatu institusi pelayanan kesehatan secara mandiri yang memberikan asuhan dalam lingkup
praktik kebidanan. Menurut Permenkes no 28 tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan
praktik bidan, BPS disebut juga dengan Praktik Mandiri Bidan (PMB) adalah tempat
pelaksanaan rangakaian kegiatan pelayaan kebidanan yang dilakukan oleh bidan secara
perseorangan, dengan memenuhi persyaratan yang berlaku antara lain kepemilikan STRB (Surat
Tanda Registrasi Bidan), SIPB (Surat Izin Praktik Bidan), serta sarana dan prasarana yang
memadai dan administrasi lainnya.

Praktik Mandiri Bidan (PMB) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di bidang


kesehatan dasar meliputi serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan
kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya. Bidan yang bertugas mempunyai tanggung jawab yang besar karena harus
mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan.

PMB selain berfungsi sebagai tempat pelayanan masayarakat terutama ibu dan anak,
hendaknya pula dapat berfungsi sebagai tempat pemberdayaan masyarakat yang juga berperan
ikut serta dalam kegiatan peran serta masyarakat, misalnya pada:

a. Kegiatan posyandu
Melakukan kegiatan posyandu bekerjasama dengan masyarakat dengan melakukan
pemeriksaan kesehatan ibu dan anak serta KB.
b. Membina posyandu
Bidan bertanggung jawab atas kegiatan posyandu di wilayah kerjanya. Kegiatannya
berupa turut memantau keberlangsungan kegiatan posyandu, pembagian tugas di
antara kader, menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan
posyandu, serta mengadakan pertemuan dengan warga.
c. Membina kader Sebagai pelaksana kegiatan posyandu maka Kader kesehatan harus di
bina dengan melakukan pelatihan – pelatihan diantaranya melatih cara penimbangan
berat badan, pengukuran tinggi badan, lingkar tangan dan lingkar kepala, pencatatan
pada buku register, pencatatan hasil pemeriksaan pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
dan pemberian Pengganti Makanan Tambahan (PMT).
d. Membina posbindu
Selain kegiatan posyandu bidan juga turut serta melaksanakan kegiatan posbindu (pos
pembinaan terpadu). Pelayanan ini sasarannya untuk kelompok masyarakat sehat,
berisiko, dan penyandang Penyakit Tidak Menular (PTM) atau usia di atas 15 tahun,
seperti diabetes mellitus (DM), kanker, penyakit jantung, penyakit paru. Posbindu
juga merupakan salah satu bentuk UKBM.

3. Masalah-masalah dalam kebidanan Komunitas dan dinamika

1. Kematian Ibu dan Bayi


Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau dalam
42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh
setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor kebetulan).
2. Unsafe Abortion
Unsafe Abortion adalah pengguguran kandungan yang dilakukan dengan tindakan yang
tidak steril serta tidak aman, secara medis. Peran bidan dalam menangani unsafe
abortionadalah memberikan penyuluhan pada klien tentang efek-efek yang ditimbulkan
dari tindakan unsafe abortion.
3. Infeksi Menular Seksual
Infeksi menular seksual merupakan salah satu dari tiga tipe infeksi saluran reproduksi
(ISR), yaitu infeksi dan penyakit menular seksual, infeksi-infeksi endogen vagina dan
infeksi-infeksi yang berhubungan dengan saluran reproduksi.
4. Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan sosial budaya masyarakat
5. Kehamilan Remaja
6. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Dinamika perubahan
Pengertian Perubahan
Proses berubah adalah suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari
status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ada.
Dibawah ini adalah beberapa pengertian proses perubahan menurut para ahli diantaranya :
1. Proses Perubahan menurut Potter dan Perry
Proses dinamis dimana yang terjadi pada tingkah laku dan fungsi seseorang, keluarga
kelompok atau komunitas
2. Proses Perubahan menurut Taylor
Suatu proses transformasi, mengubah, dan memodifikasi sesuatu
3. Proses Perubahan menurut Gillies
Proses pergerakan dari suatu sistem ke sistem lain.
4. Proses Perubahan menurut Brooten dan Himen
Proses membimbing pada alterasi individu atau pola institusi dari tingkah laku
Berdasarkan pengertian proses perubahan menurut pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan suatu proses perubahan itu ialah suatu proses dimana
seseorang atau kelompok mendapatkan suatu pengetahuan baru yang mempengaruhi tingkah
laku yang kemudian menjadi suatu kebiasaan dan perubahan tersebut bersifat kompleks yang
dapat mempengaruhi seluruh sistem. Sehingga hal yang penting dalam suatu proses perubahan
adalah pendidikan dan penyuluhan yang dapat mempengaruhi perilaku manusia.

Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Perubahan :


a) Lingkungan : aspek fisik dan lingkungan social
b) Perilaku : perubahan dinamika tergantung pada perilaku masyarakat itu sendiri
c) Pelayanan kesehatan : ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan

Macam-Macam Perubahan
Suryani Soepardan dalam Bukunya Konsep Kebidanan yang mengutip dari Marris (2008:
143) menyebutkan ada tiga macam (tipe) proses perubahan, yaitu :
a. Tiba-tiba dan tidak terduga (sudden and unexpected)
b. Revolusioner (revolutionary)
c. Perubahan Terencana (planned change)
Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa dalam proses perubahan akan menghasilkan
penerapan dari konsep atau ide terbaru. Menurut Lancater tahun 1982, proses perubahan
memiliki 3 macam perubahan, yaitu :
a. Perubahan Bersifat Berkembang
Sifat perubahan ini mengikuti dari proses perkembangan yang ada baik pada individu,
kelompok atau masyarakat secara umum. Proses perkembangan ini dimulai dari keadaan
atau yang paling dasar menuju keadaan yang optimal atau matang, sebagaimana dalam
perkembangan manusia sebagai makhluk individu yang memiliki sifat fisik yang selalu
berubah dalam tingkat perkembangannya.
b. Perubahan Bersifat Spontan
Sifat perubahan ini dapat terjadi karena keadaan yang dapat memberikan respon
tersendiri terhadap kejadian-kejadian yang bersifat alamiah yang di luar kehendak
manusia, yang tidak dapat diramalkan sehingga sulit untuk diantisipasi. Semuanya akan
menimbulkan terjadi perubahan baik dirinya, kelompok, atau masyarakat bahkan pada
sistem yang mengaturnya.
c. Perubahan Bersifat Direncanakan
Perubahan ini dilakukan bagi individu, kelompok, masyarakat yang ingin mengadakan
perubahan ke arah yang lebih maju atau mencapai tingkat perkembangan yang lebih baik
dari sebelumnya.
Menurut Thomas dan Bennis macam-macam perubahan disederhanakan lagi menjadi
dua, yaitu :
a. Perubahan terencana (planned change)
Perubahan terencana (planned change) merupakan suatu desain yang disengaja dan
implementasi sebuah inovasi secara struktural, kebijakan atau tujuan baru atau sebuah
perubahan yang jelas dalam melaksanakan filosofi, suasana/iklim dan gaya.
Perubahan terencana adalah suatu yang sistemik dan bertujuan untuk mengubah atau
membawa perubahan melalui intervensi dari change agent. Perubahan terencana terjadi
pada sebuah urutan yang pasti, yang setiap tindakan merupakan persiapan bagi tindakan
selanjutnya, semua usaha diarahkan dan ditargetkan untuk menghasilkan perubahan.
b. Perubahan tidak terencana (unplanned change)
Perubahan tidak terencana (unplanned change) atau tidak disengaja hasil dari
ketidakseimbangan dalam sistem atau respons adaptif terhadap stimulus eksternal yang
diarahkan menuju kestabilan kembali pada keseimbangan antara sistem dan lingkungan.
Perubahan ini terjadi sebagai respon terhadap beberapa kejadian atau masalah yang
meningkat sehingga tidak ada kejadian tidak ada perubahan.

Proses Perubahan
1) Pengetahuan (knowledge) : dimana orang atau kelompok mendapatkan informasi baru
2) Sikap (attitude) : baik atau tidaknya atau diterima atau tidaknya informasi berdasarkan
proses pengetahuan tersebut, individu/kelompok akan segera merespons dengan sikap
yang ditimbulkannya.
3) Perilaku individu (individual behavior) : sebelum kepada kelompok biasanya informasi
yang diterima dengan baik akan terlihat atau mengalami perubahan dalam bentuk prilaku
orang/individu yang menerima pengetahuan baru tersebut.
4) Perilaku kelompok (group behavior) : tahap ini adalah tahap keberhasilan perubahan
yang mencapai puncaknya sehingga pengetahuan tersebut bisa diterima dengan baik
secara kelompok.

Dampak Perubahan
1. Individu
Bagaimana individu mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan dan mengelola
perubahan tersebut.
2. Organisasi atau kelompok
Bagaimana kelompok tersebut beradaptasi terhadap perubahan tersebut dalam hal
pandangan dan pengelolahan program-program selanjutnya.
3. Geopolitik
Bagaimana badan menghadapi tuntunan perubahan masalah-masalah.
5

4. Strategi-StrategiPelayananKebidanan Komunitas
1. Pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat.
Pendekatan edukatif adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis
terencana dan terarah dengan partisipasi aktif dari individu kelompok maupun
masyarakat umum, untuk memecahkan masalah yang dirasakan oleh masyarakat dengan
mempertimbangkan faktor–faktor sosial ekonomi dan budaya.
Tujuan pendekatan edukatif adalah :
a. Memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.
b. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk dapat memecahkan masalahnya
sendiri secara swadaya dan gotong royong.

Terdiri dari 3 jenis pendekatan :

a. Specifict Content Approach


Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah melalui
proposal program kepada instansi yang berwenang.
Contoh : pengasapan pada kasus DBD
b. General Content Objektive Approach
Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang
kesehatan dalam wadah tertentu.
Contoh : posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb.
c. Process Objective Approach,
Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang dilaksanakan masyarakat
sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai kemampuan.
Contoh : kader
Langkah –langkah:
a. Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan
b. Tingkatkan mutu potensi yang ada
c. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada.
d. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan
2. Komunikasi yang baik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan dalam berkomunikasi kepada masyarakat:
a. Jangan terlalu banyak bicara, cobalah untuk tidak banyak menyela.
b. Jangan meneruskan kalimat mereka atau mangantisipasi apa yang sedang mereka
bicarakan.
c. Tanyakan apabila anda merasa kurang jelas.
d. Lebih baik membicarakan sesuatu secara tatap muka dari pada membicarakan sesuatu
secara tertulis
3. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari paradigma pembangunan yang
memfokuskan perhatiannya kepada semua aspekyang prinsipildari manusia
dilingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek
material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial.

5. Aturan Kebidanan Komunitas.

A. Dasar Hukum

Pedoman Bikor disusun atas dasar:

1. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

2. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

3. Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2004 tentang Tenaga Kesehatan

4. Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 2001 tentang Kewenangan Penyelenggaran Dekonsentrasi

5. Permenkes No.1575 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Depkes

6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1457 Tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal
Kinerja Perawat dan Bidan (PMK).

B. Kebijakan Terkait Kebidanan Komunitas

1. Permenkes No. 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, persalinan,
dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan
kesehatan seksual.
2. Permenkes No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada
SPM (Standar Pelayanan Minimal) bidang kesehatan

3. Permenkes No. 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas.

C. Kewenangan Bidan di Komunitas

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan


Praktik Bidan sepanjang yang berkaitan dengan perizinan dan praktik bidan.

2. Peraturan menteri Kesehatan No HK.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin dan


Penyelenggaaan Praktik Bidan.

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan


Penyelenggaraan Praktik Bidan.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.

Wewenang Bidan di Komunitas Diatur dalam: Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, antara lain
dalam:

 BAB III: Penyelenggaraan Keprofesian

 Bagian Kedua: Kewenangan

Pasal 18

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk


memberikan:

a. pelayanan kesehatan ibu;

b. pelayanan kesehatan anak; dan

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

 Bagian Ketiga: Pelimpahan Kewenangan

Pasal 23
(1) Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari pemerintah sesuai
kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, terdiri atas:

a. kewenangan berdasarkan program pemerintah; dan

b. kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat Bidan
bertugas.

Pasal 25

(1) Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23


ayat (1) huruf a, meliputi:

a. pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi bawah kulit;

b. asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit tertentu;

c. penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang ditetapkan;

d. pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah;

e. melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak
usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan;

f. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah;

g. melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi

Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya;

h. pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)


melalui informasi dan edukasi; dan

i. melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;

6. Jaringan Kerja Dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas


Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu puskesmas/ puskesmas pembantu,
polindes, posyandu, BPS, rumah pasien, dasa wisma, PKK.
1. Di puskesmas bidan sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat mengenali kegiatanyang
akan dilakukan, mengenali dan menguasai fungsi dan tugas masing-masing. Selalu
berkomunikasi dengan pimpinan dan anggota lainnya, memberi dan menerima saran serta
turut bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan tim dan hasilnya.
2. Di polindes, posyandu, BPS, dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim/leader
dimana bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana
kegiatan kebidanan di komunitas.
3. Dalam jaringan kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama lintas program dan lintas
sektor. Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dilaksanakan di
dalam satu instansi terkait, misalnya imunisasi, pemberian tablet Fe, vitamin A, PMT, dll.
Sedangkan kerjasama lintas sektor merupakan kerjasama yang melibatkan
institusi/departemen lain, misalnya Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS),
PendidikanAnak Usia Dini (PAUD), DLL.
4. Dalam pelayanan komunitas diperlukan pendekatan terhadap pemuka atau pejabat
masyarakat untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan nasional
atau regional. Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor diberbagai tingkat administrasi
sampai dengan tingkat desa dengan tujuan yang akan dicapai adalah adanya
kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan. Dan pendekatan yang
lebih menekankan pada proses dilaksanakan masyarakat sebagai pengambil prakarsa
kemudian dikembangkan sendiri sesuai kemampuan, misalnya kaderdan dukun

7. kegiatan pel keb komunitas


Sebagian besar kegiatan bidan komunitas adalah memberikan pelayanan
kesehatan selama kehamilan, persalinan, nifas, juga pada bayi dan anak, tetapi
bidan juga bekerja dalam keluarga berencana serta masa sebelum dan sesudah
kehamilan.
Secara garis besar kegiatan pelayanan kebidanan dimasyarakat dapat
diuraikan sebagai berikut :
1.     Pelayanan kesehatan ibu
Bertujuan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu yang dilakukan
pada  :
a.    Pra hamil                       
b.    Hamil
c.    Persalinan
d.    Nifas
e.    Menyusui   

2.    Pelayanan medik keluarga berencana


Bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga dalam rangka
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pemberian
kontrasepsi. Kegiatannya meliputi :
a.    Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
b.    Pelayanan kontrasepsi
c.    Pembinaan dan pengayoman medis kontrasepsi peserta KB
d.    Pelayanan rujukan KB
e.    Pencatatan dan pelaporan
3.    Pelayanan kesehatan anak
a.    Pemeriksaan kesehatan balita secara berkala
b.    Penyuluhan pada orang tua, menyangkut pada perbaikan gizi, kesehatan
lingkungan dan pengawasan tumbuh kembang anak
c.    Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit lainnya
d.    Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada bayi dan
balita serta cara penanngulangannya
      
4.    Peran serta masyarakat
a.    Pelatihan dukun
b.    Pelatihan kader kesehatan masyarakat
c.    Kursus ibu
d.    Pengembangan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
e.    Posyandu
f.    Dana sehat

8. wcc
Women centered care adalah istilah yang digunakan untuk filosofi asuhan
maternitas yang memberi prioritas pada keinginan dan kebutuhan pengguna, dan
menekankan pentingnya informed choice, kontinuitas perawatan, keterlibatan
pengguna, efektivitas klinis, respon dan aksesibilitas.
Women Center Care ini sangat sesuai dengan keinginan ICM (International
Confederation Of Midwifery) yang tertuang dalam visi-nya, yaitu :
1. Bidan memberikan asuhan pada wanita yang membutuhkan askeb
2. Bidan mempunyai otonomi sebagai pemberi asuhan yang menghargai
kerjasama team dalam memberikan asuhan untuk seluruh kebutuhan wanita
dan keluarga
3. Bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan dimasa mendatang
termasuk pelayanan kesehatan utama pada komunitas untuk seluruh wanita
dan keluarga
4. Bidan bekerjasama dengan wanita dalam memberikan asuhan sesuai dengan
harapan wanita
Untuk dapat memberikan Care atau Asuhan yang baik terhadap wanita, bidan
harus menerapkan hal-hal berikut ini :
1.
Lakukan Intervensi Minimal
2.
Memberikan asuhan yang komprehensif
3.
Memberikan asuhan yang sesuai kebutuhan
4.
Melakukan segala tindakan yang Sesuai dengan standar, wewenang,
otonomi dan kompetensi
5. Memberikan Informed Content
6. Memberikan asuhan yang Aman, nyaman, logis dan berkualitas
7. Menerapkan Asuhan Sayang Ibu
Yang dimaksud Asuhan sayang ibu ini adalah :
1. Asuhan yang tidak menimbulkan penderitaan bagi ibu
2. Ibu punya otonomi dalam setiap pengambilan keputusan
3. Asuhan yang berorientasi dengan kebutuhan Ibu
4. Memberdayakan ibu/wanita dan keluarga
 
Dalam praktik kebidanan, “Women centered care” adalah sebuah konsep yang
menyiratkan hal berikut:
1. Perawatan yang berfokus pada kebutuhan wanita yang unik, harapan dan
aspirasi wanita tersebut daripada kebutuhan lembaga-lembaga atau profesi
yang terlibat.
2. Memperhatikan hak-hak perempuan untuk menentukan nasib sendiri dalam
hal pilihan, kontrol dan kontinuitas perawatan dalam bidang kebidanan.
3. Meliputi kebutuhan janin, bayi, atau keluarga wanita itu, orang lain yang
signifikan, seperti yang diidentifikasi dan dipercaya oleh wanita tersebut.
4. Melibatkan peran serta masyarakat, melalui semua tahap mulai dari
kehamilan, persalinan, dan setelah kelahiran bayi.
5. Melibatkan kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya bila diperlukan.
6. ‘Holistik’ dalam hal menangani masalah sosial wanita, emosional, fisik,
psikologis, kebutuhan spritual dan budaya.
Prinsip-prinsip Women Centered Care
1. Memastikan perempuan menjadi mitra yang sejajar dalam perencanaan dan
pemberian perawatan maternitas
2. Mengenali layanan yang ada untuk memenuhi kebutuhan mereka dan
keinginan, daripada orang-orang staf atau manajer
3. Memberikan informasi pilihan perempuan dalam hal pilihan yang tersedia
selama kehamilan, persalinan dan periode pascanatal – seperti yang
menyediakan perawatan, di mana itu diberikan dan apa yang mengandung
4. Memberikan kesinambungan perempuan sehingga mereka mampu
membentuk hubungan saling percaya dengan orang-orang yang peduli untuk
mereka
5. Memberikan kontrol perempuan atas keputusan-keputusan kunci yang
mempengaruhi isi dan kemajuan perawatan mereka.
 
Women Centered Care harus mencakup:
1. Sebuah filosofi yang menegaskan kekuatan perempuan itu sendiri, kekuatan
dan keterampilan, dan komitmen untuk mempromosikan persalinan fisiologis
dan kelahiran.
2. Kebidanan yang dipimpin perawatan kehamilan normal, kelahiran dan
periode pascanatal.
3. Layanan yang direncanakan dan disediakan dekat dengan perempuan dan
masyarakat di mana mereka tinggal atau bekerja.
4. Terintegrasi perawatan di batas-batas sektor akut dan primer.
5. Sebuah perspektif kesehatan masyarakat, yang mempertimbangkan faktor
sosial dan lingkungan yang lebih luas, berkomitmen sumber daya untuk
perawatan kesehatan preventif, dan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan
kesehatan dan sosial.
6. Maximised kontinuitas perawatan dan perawat, dengan satu-ke-satu
perawatan kebidanan selama persalinan.
7. Fokus pada kehamilan dan persalinan sebagai awal dari kehidupan keluarga,
bukan hanya sebagai episode klinis terisolasi, dengan memperhitungkan
penuh makna dan nilai-nilai setiap wanita membawa pengalamannya keibuan.
8. Pendanaan struktur dan komitmen yang mengakui hasil seumur hidup
kesehatan ibu dan bayi.
9. Keterlibatan pengguna yang melampaui tokenistic, untuk mengembangkan
kemitraan yang nyata antara wanita dan bidan.
10. Keluarga-berpusat perawatan yang memfasilitasi pengembangan percaya
diri, orangtua yang efektif.
11. Memperkuat kepemimpinan kebidanan, dalam rangka untuk
mempromosikan keunggulan profesional dan memaksimalkan kontribusi
pelayanan maternitas ke agenda kesehatan masyarakat yang lebih luas.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu
Colition for improving maternity service (CIMS) 1996 :
1. Menawarkan kepada ibu untuk memilih didampingi suami atau keluarga
sebagai support fisik dan emosional
2. Menginformasikan praktek dan intervensi yang akan maupun sedang
dilakukan serta menginformasikan hasil asuhannya
3. Asuhan yang diberikan bersifat peka dan responsif terhadap keyakinan, nilai
dan adat istiadat
4. Memberikan kebebasan untuk memilih posisi dan bergerak sesuai keinginan
ibu
5. Kebijakan dan prosedur yang terdapat didalam asuhan bersifat jelas dan
berkesinambungan
6. Menghindari tindakan rutin yang tidak jelas dengan mengacu pada evidance
based
7. Mendidik para pemberi asuhan agar melakukan tindakan pengurangan nyeri
tanpa obat
8. Mendorong semua ibu postpartum untuk melakukan bounding attacment dan
breast feeding, inisiasi menyusui dini
9. Menghindari penyunatan yang tidak diperlukan
10. Mendukung asuhan sayang bayi
 
Faktor budaya dan lingkungan yang meliputi:
1. Pandangan agama
2. Status gender
3. Lingkungan tempat tinggal
4. Interaksi sosial
5. Persepsi masyarakat terhadap fungsi, hak dan kewajiban reproduksi
6. Dukungan dan komitmen politik erta kebijakan pemerintah
Faktor psikologis yang mencakup
1. Tingkat rasa percaya diri
2. Tekanan teman sebaya
3. Tindakan kekerasan dalam rumah tangga/lingkungan
4. Ketidak harmonisan orang tua

Anda mungkin juga menyukai