Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang bidan memiliki peran yang unik yang tugasnya saling melengkapi
dengan tenaga kesehatan profesional lainnya di dalam pelayanan kesehatan ibu
dan anak. Bidan sebagai praktisi memberikan asuhan kebidanan bagi ibu hamil
dan bersalin yang normal, serta asuhan terhadap kasus gangguan sistem
reproduksi pada wanita dan gangguan kesehatan bagi anak balita sesuai dengan
kewenangannya.
Sesuai dengan tugas seorang bidan dalam memberikan pelayanan/asuhan
kebidanan yang terfokus kepada ibu dan anak balita yang lebih rinci dapat kita
ketahui bahwa pelayanan kebidanan mencakup praperkawinan, kehamilan,
melahirkan, menyusui dan nifas dan pelayanan/asuhan kebidanan pada bayi,
balita, remaja dan wanita usia subur, maka kebidanan dalam bekerja
memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang pada paradigma yaitu berupa
pandangan terhadap manusia/wanita, lingkungan, prilaku, pelayanan
kesehatan/kebidanan dan keturunan.
Dari paradigma tersebut maka bidan dapat melakukan asuhan kebidanan
dengan baik yaitu penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan,
nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul “Paradigma Asuhan
Kebidanan” diantaranya adalah
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian paradigma.

2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami komponen paradigma


kebidanan.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bentuk asuhan kebidanan.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami manfaat paradigma
dikaitkan dengan asuhan kebidanan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3, paradigma adalah
kerangka berfikir. Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam
memberi pelayanan. Keberhasilan pelayanan tersebut dipengaruhi oleh
pengetahuan dan cara pandang bidan dalam kaitan atau hubungan timbal balik
antara manusia/wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan, dan
keturunan.
Sinonim dalam bahasa Inggris : world-view, yaitu pandangan
hidup/falsafah dengan kata lain paradigma digambarkan sebagai pandangan
hidup daru suatu disiplin, disiplin yang berbeda menggunakan pendekatan
berbeda juga dalam merumuskan paradigmanya.
Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang
pada paradigma yang berupa cara pandang bidan terhadap wanita, pelayanan
kesehatan ilmu pengetahuan. Bidan yang berpendidikan, teregulasi, dan
berlisensi, di bawah manajemen dan pengawasan yang memadai, bisa
meningkatkan kualitas perawatan dan berdampak positif pada hasil maternal dan
perinatal (Sofia Castro Lopes,dkk, 2016:2).
B. Komponen Paradigma Kebidanan
1. Wanita
Wanita / manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-
macam sesuai dengan tingkat perkembangannya. Wanita/ibu adalah penerus
generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat
jasmani rohani dan sosial sangat diperlukan. Wanita/ibu adalah pendidik
pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh
keberadaan/kondisi dari wanita/ibu dalam keluarga. Para wanita di
masyarakat adalah penggerak dan pelopor dari peningkatan kesejahteraan
keluarga.
Wanita sebagai penerus generasi, sehingga keberadaan wanita yang
sehat jasmani, rohani, dan sosial sangat diperlukan. Wanita sebagai sumber
daya insani merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas

2
manusia sangat ditentukan oleh keberadaan / kondisi perempuan / Ibu dalam
keluarga.
Women center care merupakan model konseptual dalam asuhan
midwifery care dan asuhan ini berorientasi pada wanita. Dalam hal ini bidan
difokuskan untuk memberikan dukungan pada wanita dalam upaya
memperoleh status yang sama di masyarakat untuk memilih dan memutuskan
perawatan kesehatannya sendiri. Hal ini juga menunjukan bahwa asuhan
berorientasi pada wanita atau women Center Care amat penting untuk
kemajuan praktik kebidanan.
- Visi mowen center care
Women Center care ini sangat sesuai dengan keinginan ICM
(Internasional Confederation of Midwifery) yang tertuang pada visinya yaitu:
a. Bidan memberikan asuhan pada wanita yang membutuhkan asuhan
kebidanan
b. Bidan mempunyai otonomi sebagai pemberi asuhan yang
menghargai kerjasama team dalam memberikan asuhan untuk
seluruh kebutuhan wanita dan keluarga
c. Bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan di masa
mendatang termasukpelayanan kesehatan utama pada komunitas
untuk seluruh wanita dan keluarga.
- Asuhan yang baik terhadap wanita, bidan harus menerapkan hal-hal berikut
ini:
a. Lakukan intervensi minimal
b. Memberikan asuhan yang sesuai kebutuhan
c. Melakukan segala tindakan sesuai dengan standar, wewenang dan
kompetensi
d. Memberikan inform consent
e. Memberikan asuhan yang nyaman, aman, logis dan berkualitas
f. Menerapkan asuhan sayang ibu.
- Asuhan sayang ibu ini adalah
a. Asuhan yang tidak menimbulkan penderitaan bagi ibu
b. Ibu punya otonomi dalam setiap pengambilan keputusan
c. Asuhan yang berorientasi dengan kebutuhan ibu
d. Memberdayakan ibu / wanita dan keluarga (Dr.Atit tatmiaji, 2016).

3
2. Lingkungan.

Lingkungan merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada


waktu melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial, biologis
maupun budaya. Lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok,
komunitas dan masyarakat(Dr.Atit tatmiaji, 2016).
Lingkungan adalah suatu kondisi yang meliputi lingkungan fisik biologi
dan sosial budaya yang saling mempengaruhi status kesehatan wanita/ibu, anak
dan keluarga. Oleh sebab itu individu diharapkan mampu beradaptasi dengan
apa yang terjadi di lingkungan kehidupannya.
Lingkungan merupakan semua aspek yang terlibat dalam interaksi
individu ketika melakukan aktivias. Lingkungan tersebut meliputi
lingkungan fisik, lingkungan psiko-sosial, lingkungan biologis, dan
lingkungan budaya.
Lingkungan psiko sosial meliputi keluarga, kelompok, komunitas
maupun masyarakat. Ibu selalu terlibat dalam interaksi antara keluarga,
kelompok, komunitas maupun masyarakat. Masyarakat merupakan
kelompok yang paling penting dan kompoleks yang telah dibentuk manusia
sebagai lingkungan sosial.
Masyarakat adalah lingkungan pergaulan hidup manusia yang terdiri
dari individu, keluarga kelompok dan komuniti yang mempunyai tujuan dan
sistem nilai, ibu/wanita merupakan bagian dari anggota keluarga dan unit
dari komunitas.
Keluarga mencakup sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada.
Keluarga dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan memberikan
dukungan emosional kepada ibu yang sedang hamil, melahirkan dan nifas.
Keadaan sosial ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan lokasi tempat tinggal
keluarga sangat menentukan derajat kesehatan ibu hamil, melahirkan dan
nifas.

4
3. Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman secara interaksi
manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap dan tindakan (Dr.Atit tatmiaji, 2016). Perilaku manusia bersifat
holistic (menyeluruh). Dalam proses pemberian pertolongan, perilaku tulus
terlihat dari senyum bidan, rela berkorban, tanpa pamrih, berempati dan
melakukan pertolongan tanpa paksaan. Pasca pemberian pertolongan, bidan
merasakan adanya kepuasan melayani, dan pada gilirannya perilaku
ketulusan bidan dapat di rasakan, dialami dan diamati oleh ibu, anak,
keluarga dan masyarakat.

Wujud ketulusan bidan dapat dirasakan, dialami dan diamati dari


keseharian bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang paripurna dan
berkesinambungan dengan berorientasi pada asuhan kebidanan yang bersifat
holistik, meliputi pemahaman aspek – aspek sosial, emosional, kultural,
spiritual, psikologikal dan fisik perempuan. Indikasi asuhan kebidanan juga
terlihat dari caranya memberikan nasihat, informasi dan fasilitas yang
dibutuhkan perempuan agar mereka mampu berpartisipasi serta mengambil
keputusan untuk peningkatan kesehatannya (Rani, 2015:2).
Adapun perilaku profesional dari bidan mencakup :
a. Dalam menjalankan tugasnya berpegang teguh pada filosofi dan
etika profesi dan aspek legal.
b. Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan
klinis yang dibuatnya.
c. Senatiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan
keterampilan mutakhir secara berkala .
d. Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah
penularan penyakit dan strategi pengendalian infeksi .
e. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama
memeberikan asuhan kebidanan.

4. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan


kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam
rangka tercapainya keluarga yang sehat kecil bahagia dan sejahtera.

5
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang
dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan. Sasaran pelayanan
kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi upaya
peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan.
Pelayanan kebidanan adalah layanan yang diberikan oleh bidan sesuai
dengan kewenangan yang diberikan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan
anak dalam rangka tercapainya keluarga sehat kecil bahagia dan sejahtera.
Pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :
a. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung
jawab bidan.
b. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai
anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai
salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
c. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan
yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat /
fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau
meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya (Dr.Atit
tatmiaji, 2016).
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan
masyarakat, yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan
dan pemulihan. Dalam melaksanakan praktek kebidanan bidan berpegang
pada prinsip sebagai berikut :
a. Tindakan kebidanan yang tepat dan aman, yaitu semua tindakan
yang diberikan oleh bidan, untuk ibu/wanita, bayi dan keluarga
terhadap hal-hal yang dapat merugikan kesehatannya.
b. Memberi kepuasan klien adalah tindakan yang dilakukan sesuai
keinginan ibu/wanita dan keluarga serta sesuai dengan keadaan
permasalahannya dan hasil yang diharapkan pada tindakan tersebut.
Menghargai derajat manusia dan haknya untuk dapat mengambil
keputusan sendiri, yaitu tindakan yang dilakukan menunjukkan sikap
bahwa bidan menghargai ibu/wanita sebagai individu yang mandiri

6
dan mendukung hak dan tanggung jawabnya untuk ikut menentukan
atau mengambil keputusan yang berkaitan dengan kesehatan dirinya
dan asuhan yang diberikan.
d. Menghargai perbedaan sosial-budaya seseorang: yaitu tindakan dan
sikap yang menunjukkan pengertian bahwa tiap individu dan
keadaan kesehatannya dapat dipengaruhi oleh adat kebiasaan dan
perilaku keluarga atau lingkungannya.
e. Konteks keluarga adalah tindakan/asuhan yang diberikan dengan
mengikut sertakan keluarga sebagai komponen penting dalam masa
kehamilan, persalinan dan nifas serta meningkatkan secara optimal
kesehatan keluarga sesuai dengan keinginan ibu maupun keluarga.
f. Peningkatan kesehatan adalah tindakan yang mendukung perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan ibu/wanita sepanjang siklus
kehidupannya, terutama yang berkaitan dengan proses kehamilan,
persalinan dan nifas yang normal.
g. Mengikut sertakan masyarakat dalam hal ini kelompok ibu-ibu.
Dengan menggerakkan peran serta masyarakat adalah upaya
menyadarkan masyarakat, agar masyarakat dapat mengerti dalam
memecahkan masalah kesehatannya sendiri terutama yang
berhubungan dengan kehamilan persalinan dan nifas dalam
mencapai kesehatan reproduksi menuju tercapainya NKKBS.
4. Keturunan
Kualitas manusia, di antaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia
yang sehat akan dilahirkan oleh ibu yang sehat. Ini menyangkut kesiapan
perempuan sebelum perkawinan, sebelum kehamilan (pra-konsepsi), masa
kehamilan, masa kelahiran, dan masa nifas.
Walaupun kehamilan, kelahiran dan nifas adalah proses fisiologis
namun bila ditangani tidak secara akurat dan benar, keadaan fisiologis akan
menjadi patologis. Hal ini akan berpengaruh pada bayi yang akan
dilahirkannya. Oleh karena itu layanan pra perkawinan, pra kehamilan,
kehamilan, kelahiran dan nifas adalah sangat penting dan mempunyai
keterkaitan satu sama lain yang tak dapat dipisahkan dan semua ini adalah
tugas utama bidan.

7
C. Bentuk Asuhan Kebidanan
Berdasarkan UU RI Nomor 4 tahun 2019 tentang kebidanan pasal 1 ayat 5,
Asuhan Kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Bentuk - bentuk asuhan kebidanan menurut UU RI Nomor 4 tahun 2019 tentang
kebidanan pasal 46 adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu
a. Asuhan sebelum hamil
b. Asuhan masa kehamilan normal

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin yaitu kira-kira
280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (42 minggu). Kehamilan dibagi
menjadi tiga triwulan, triwulan I dimulai dari konsepsi sampai 12 minggu, triwulan
II dari 12 sampai 28 minggu dan triwulan III dari 28 sampai 40 minggu
(Marmi in Siti Saleha,2018:28).
Membuat catatan dan pelaporan asuhan kebidanan Memberikan asuhan
kebidanan kepada klien selama kehamilan normal :
1) Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil.
2) Menentukan diagnosa kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien.
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan
prioritas masalah.
4) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang
telah disusun.
5) Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan bersama klien.
6) Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
7) Membuat pencatatan dan laporan asuhan kebidanan yang telah
diberikan.
c. Asuhan masa persalinan dan menolong persalinan normal
Persalinan adalah proses pegeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, ditandai dengan
perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta
(Sulistyawati dan Nugraheny in Siti Saleha,2018:28).

8
Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien/keluarga:
1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa
persalinan.
2) Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam
masa persalinan.
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan
prioritas masalah

4) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang


telah disusun
5) Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan.
6) Membuat rencana tindakan pada ibu masa persalinan tersaing
dengan prioritas.
7) Membuat asuhan kebidanan.
d. Asuhan pada masa nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Sulistyawati in Siti Saleha,2018:28).
Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas
dengan melibatkan klien/keluarga:
1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas
2) Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan pada
masa nifas.
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas
masalah.
4) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
5) Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah
diberikan.
6) Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
e. Pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas dan
rujukan
f. Deteksi dini kasus resiko dan komplikasi

9
a. Pelayanan Kesehatan Anak
a. Asuhan pada bayi baru lahir, bayi, balita dan anak pra sekolah
b. Memberikan imunisasi sesuai program pemerintah pusa
c. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita dan anak
prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang,
dan rujukan
d. Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
dilanjutkan dengan rujukan
b. Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan KB
Bidan berwenang melakukan komunikasi, informasi,edukasi,
konseling, dan memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Pelimpahan Wewenang
Pelimpahan wewenan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan terbagi
menjadi dua yaitu :
a. Pelimpahan secara mandat
Pelimpahan secara Mandat adalah pelimpahan wewenang yang
diberikan oleh dokter kepada Bidan sesuai kompetensinya yang
dilakukan secara tertulis dimana tanggung jawab berada pada pemberi
pelimpahan wewenang. Dokter yang memberikan pelimpahan
wewenang harus melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala.
b. Pelimpahan secara delegatif
Pelimpahan secara delegatif yaitu pelimpahan wewenang yang
diberikan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah kepada Bidan
dalam rangka pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu dan
program pemerintah. Pelimpahan wewenang ini disertai pelimpahan
tanggung jawab.
d. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu

Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu merupakan


penugasan pemerintah yang dilaksanakan pada keadaan tidak adanya tenaga
medis dan/atau tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat Bidan
bertugas, dilaksanakan oleh Bidan yang telah mengikuti pelatihan dengan
memperhatikan Kompetensi Bidan.

10
e. Midwifery care
Care dalam bahasa Inggris mempunyai arti memelihara, mengawasai,
memperhatikan dengan sepenuhnya. Dihubungkan dengan dunia kebidanan maka
“care” disini sering disebut dengan asuhan.
Bidan dalam memegang prinsip Midwifery care yaitu:
1) Mengakui dan mendukung keterkaitan antara fisik, psikis dan lingkungan
kultur sosial
2) Berasumsi bahwa mayoritas wanita bersalinan ditolong tanpa intervensi
3) Mendukung dan meningkatkan persalinan alami
4) Menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilandaskan ilmu dan
seni
5) Wanita punya kekuasaan yaitu berlandaskan tanggung jawab bersama
untuk suatu pengambilan keputusan,tetapi wanita punya kontrol atau
keputusan akhir mengenai keadaan dirinya dan bayinya
6) Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik

D. Manfaat Paradigma dikaitkan dengan Asuhan Kebidanan


Dukungan bidan yang didasarkan pada pendekatan holistik dan paradigma
naturalistik dapat dihasilkan hasil yang luar biasa, yang paling penting ibu puas
dengan pengalaman kelahiran, meningkatkan kepercayaan diri ibu, meningkatkan
kemampuan ibu dalam persalinan dan penyelesaian proses persalinan yang lebih baik.
Sejak saat itu, seorang bidan adalah orang yang bisa secara emosional
berempati dengan ibu, memberikan pendidikan yang diperlukan selama persalinan,
mendukug ibu, dan menawarkan langkah-langkah teknis untuk mengurangi nyeri
persalinan . Secara keseluruhan, konsep dukungan berasal dari Teori Kahn. Beberapa
telah membagi dukungan sosial Kahn dan perilaku dukungan tenaga kerja menjadi
tiga kelompok: pengaruh, afirmasi dan bantuan.
Beberapa juga mendefinisikan dukungan sebagai kehadiran terus menerus dari
pembantu di samping ibu, dorongan ibu selama persalinan, dan pemberian instruksi
yang diperlukan.
Hasil dari paradigma ini mengarah pada pembentukan model bio-psiko-sosial,
yang menekankan pada hubungan pasien-praktisi kesehatan khusunya bidan,
kehadiran praktisi terus menerus selama persalinan, hati-hati memperhatikan kata-
kata pasien, belajar bagaimana berkomunikasi dengan pasien untuk membuat

11
diagnosis yang lebih baik, memungkinkan pasien untuk mengungkapkan perasaan dan
keprihatinan mereka, memperoleh persetujuan dan menghormati hak pasien, dan
mengizinkan ibu untuk memilih posisinya untuk melahirkan anak (Tahereh Fathi
Najafi,dkk, 2017: 2-4).
Para bidan sebagai tenaga kesehatan yang profesional memberikan asuhan
kepada klien atau pasiennya, secara definitif asuhan kebidanan dapat diartikan sebagai
bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu ibu atau anak balita.
Bidan memiliki peran yang unik dalam memberi pelayanan kesehatan bagi Ibu
dan anak, yakni saling melengkapi dengan tenaga kesehatan profesional lainnya.
Bidan adalah praktisi yang memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dan bersalin
yang normal, asuhan terhadap kasus gangguan sistem reproduksi wanita, serta
gangguan kesehatan bagi anak balita sesuai dengan kewenangannya.
Untuk itu diperlukan adanya paradigma kebidanan yang memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Mempertahankan kesehatan ibu dan janin.

2. Meningkatkan kemampuan klien dalam upaya mengenal masalah,


merumuskan alternatif pemecahan masalah dan menilai tindakan secara
tepat dan cermat.

3. Memunculkan kemandirian dalam pemecahan masalah kesehatan.

4. Klien berpengalaman dalam menghadapi masalah dan melaksanakan


pemecahan masalah kesehatan.

12
E. Model Paradiigma kebidanan di luar negeri ( Belanda)
Seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap kelahiran dan
kematian, pemerintah mengambil tindakan terhadap masalah tersebut. Wanita berhak memilih
apakah ia mau melahirkan di rumah sakit, hidup atau mati. Belanda memilki angka kelahiran
yang sangat tinggi sedangkan kematian perinatal relatif rendah. Satu dari tiga persalinan lahir di
rumah dan ditolong oleh bidan dan perawat sedang yang lain lahir di rumah sakit juga dibantu
oleh bidan.
Prof. Geerit Van Kloosterman pada konferensinya di Toronto tahun 1984 menyatakan
bahwa setiap kehamilan adalah normal dan harus selalu dipantau dan mereka bebas memilih
untuk tinggal di rumah atau di rumah sakit dimana bidan yang sama akan memantau
kehamilannya. Yang utama dan penting, kebidanan di Belanda melihat suatu perbedaan yang
nyata antara kebidanan keperawatan. Astrid Limburg mengatakan : seorang perawat yang baik
tidak akan menjadi seorang bidan yang baik karena perawat dididik untuk merawat orang yang
sakit, sedangkan bidan untuk kesehatan wanita. Tidak berbeda dengan ucapan Maria De Broer
yang mengatakan bahwa kebidanan tidak memiliki hubungan dengan keperawatan, kebidanan
adalah profesi yang mandiri. Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni
sebagaimana memberi anastesi dan sedatif pada pasien barulah kita harus mengatakan pendekatan
dan memberi dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi pada prakteknya bidan harus memandang
ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri.
Pada kasus resiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal, natal, post
natal, pada resiko menengah mereka selalu memberi job tersebut pada bidan dan pada kasus
resiko tinggi dokter dan bidan saling bekerja sama.
Bidan di Belanda 75% bekerja secara mandiri, karena kebidanan adalah profesi yang
mendiri dan aktif. Sehubungan dengan hal tersebut bidan harus menjadi role model dimasyarakat
dan harus menganggap kehamilan adalah sesuatu yang normal sehingga apabila seorang wanita
merasa dirinya hamil dia dapat langsung memeriksakan diri ke bidan.
Pelayanan Antenatal
Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktek mandiri daripada perawat. Bidan
mempunyai izin resmi untuk praktek dan menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko
rendah, meliputi antenatal, intrapratum dan post natal. Tanpa ahli kandunagn yang menyertai
mereka bekerja di bawah Lembaga Audit Kesehatan. Bidan harus merujuk wanita dengan resiko
tinggi atau kasus patologi ke Ahli Kebidanan untuk dirawat dengan baik.
Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanandan untuk meningkatkan
kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah daftar indikasi oleh kelompok kecil yang
berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda. Daftar ini berisi riwayat sebelum dan

13
sesudah pengobatan. Riwayat kebidanan akan berguna dalam pelayanan kebidanan. Penelitian
Woremever menghasilkan data tentang mortalitas dan mobilitas yang menjamin kesimpulan :
dengan sistem pelayanan yang diterapkan Belanda memungkinkan mendapatkan hasil yang
memuaskan melalui seleksi wanita. Suksesnya penggunaan daftar indikasi merupakan dasar yang
penting mengapa persalinan di rumah disediakan dan menjadi alternatif karena wanita dengan
resiko tinggi dapat diidentifikasi dan kemudian dirujuk ke Ahli Kebidanan.
Selama kehamilan bidan menjumpai wanita hamil 10-14 kali di klinik bidan. Sasaran utama
praktek bidan adalah pelayanan komunitas. Jika tidak ada masalah, wanita diberi pilihan untuk
melahirkan di rumah atau di rumah sakit. Karena pelayanan antenatal yang hati-hati sehingga
kelahiran di rumah sama amannya dengan kelahiran di rumah sakit. Tahun 1969 pemerintah
Belanda menetapkan bahwa melahirkan di rumah harus dipromosikan sebagai alternatif
persalinan. Di Amsterdam 43% kelahiran (catatan bidan dan Ahli Kebidanan) terjadi di rumah. Di
Holland, diakui bahwa rumah adalah tempat yang aman untuk melahirkan selama semuanya
normal.
Pelayanan IntraPartum
Pelayanan Intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam setelah
lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi
tapi tidak diizinkan menggunakan alat kedokteran. Baisanya bidan menjahit luka perineum atau
episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan. Syntomentrin dan Ergometrin
diberikan jika ada indikasi. Kebanyakan kala III dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik tidak
digunakan dalam persalinan.
Pelayanan Post partum
Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20%
persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah
mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan
mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan
wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.
Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry dengan lama pendidikan 3 tahun. Bidan
mungkin tidak sebanyak dari pada pasien dokter untuk kematian demam nifas atau infeksi
puerperalis, sebagian besar penting karena kesakitan maternal dan kematian saat itu.
Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke 18 banyak
kalangan medis yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar
dan menerapkan metode obstetric. Pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan,
sehingga bidan tidak mempunyai pendukung, uang tidak terorganisir dan tidak dianggap

14
profesional. Pada pertengahan abad antara tahun 1770 dan 1820, para wanita golongan atas di
kota-kota di Amerika, mulai meminta bantuan “para bidan pria” atau para dokter. Sejak awal
1990 setengah persalinan di AS ditangani oleh dokter, bidan hanya menangani persalinan wanita
yang tidak mampu membayar dokter. Dengan berubahnya kondisi kehidupan di kora, persepsi-
persepsi bartu para wanita dan kemajuan dalam ilmu kedokteran, kelahiran menjadi semakin
meningkat dipandang sebagai satu masalah medis sehingga di kelola oleh dokter.
Tahun 1915 dokter Joseph de lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologis dan
bidan tidak mempunyai peran di dalamnya, dan diberlakukannya protap pertolongan persalinan di
AS yaitu : memberikan sedatif pada awal inpartu, membiarkan serviks berdilatasi memberikan
ether pada kala dua, melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan forcep elstraksi plasenta,
memberikan uteronika serta menjahit episiotomi. Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai
angka 600-700 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-
50% wanita melahirkan di rumah sakit. Dokter Grantly Dicke meluncurkan buku tentang
persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialis obstetric berusaha meningkatkan peran tenaga
diluar medis, termasuk bidan.

15
TELAAH JURNAL
JURNAL 1
JUDUL : A historical review of the concept of labor support in technocratic,
humanistic and holistic paradigms of childbirth
OLEH :Tahereh Fathi Najafi, Robab Latifnejad Roudsari, Hossein Ebrahimipour
(Volume: 9, Issue: 10, Pages: 5446-5451)
METODE : Historical review
Berdasarkan penelitian yang terdapat di dalam jurnal tersebut, ada empat
bentuk dukungan terhadap proses persalinan yaitu
1. Dukungan terhadap Persalinan yang Berkelanjutan
2. Paradigma Teknokrasi dan Dukungan Bio-Medical
3. Paradigma Humanistik dan Dukungan Bio-Psycho-Social Model
4. Paradigma Naturalistik
Kesimpulan
a. Berdasarkan penelitian didapatkan kesimpulan bahwa model dukungan terhadap
persalinan telah beralih dari dukungan teknokrasi ke dukungan humanistik, holistik
dan naturalistik. Dimana, hal ini memberikan perubahan juga terhadap model
pelayanan kebidanan yang harus dilaksanakan.
b. Dukungan humanistik dan holistik dalam persalinan dianggap bisa memberikan hasil
yang memuaskan terhadap pengalaman persalinan yang dialami ibu, meningkatkan
kepercayaan diri ibu, melancarkan proses persalinan sehingga ibu bisa mengalami
pengalaman bersalin yang nyaman, aman dan menyenangkan.

JURNAL 2
JUDUL : Model Ketulusan (Altruistic) Bidan dalam Memberikan Pelayanan
OLEH : Rani Darma Sakti Tanjung (Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan,
Vol 2 No. 1 April 2015)
METODE : Systemathic review

16
KESIMPULAN :
a. Ketulusan bidan dalam memberikan pelayanan terlihat dari adanya dorongan
perasaan rela untuk membantu orang lain dengan mengutamakan kepentingan
orang lain ( ibu dan anak, keluarga dan masyarakat ) melebihi kepentingan dirinya
sendiri.
b. Kebiasaan menolong dengan tulus tersebut membentuk paradigma yang selanjutnya
berubah menjadi model ketulusan bidan dalam memberikan pelayanan.
c. Pasca pemberian pertolongan, bidan merasakan adanya kepuasan melayani, danpada
gilirannya perilaku ketulusan bidan dapat di rasakan, dialami dan diamati oleh ibu,
anak, keluarga dan masyarakat

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal
antara lain :
1. Istilah paradigma berasal dari bahasa Latin atau dalam bahasa
Yunani paradeigma yang artinya model, pola, contoh.
2. Paradigma kebidanan adalah pandangan hidup/filsafah, dengan kata
lain paradigma digambarkan sebagai pandangan hidup dari suatu
disiplin.
3. Komponen paradigma kebidanan adalah manusia, lingkungan,
kesehatan dan kebidanan.
4. Macam-macam asuhan kebidanan meliputi: asuhan kebidanan pada
ibu hamil, asuhan kebidanan pada ibu bersalin, asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir, asuhan kebidanan pada ibu Nifas
5. Tugas bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan pada keluarga
berencana.
B. Saran
Pada kesempatan ini penulis dapat menyampaikan saran-saran, antara lain:
1. Hendaknya kita mengetahui dan memahami pengertian serta makna
paradigma kebidanan dalam pergaulan sehari-hari.
2. Hendaknya kita memahami komponen-komponen paradigma
kebidanan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dra. Hj.Suryani Soepardan, D. M. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran.

Dwana Estiwidiani, S. N. (2009). Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Dr. Atit Tajmiati, S. M. (2016). Konsep Kebidanan Dan Etikolegal Dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Saleha, S. (2018). Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu E Di Bidan Praktik.


Jurnal Kesehatan Al Muslim , 28.
Sofia Castro Lopes1, A. N.-B. (2016). Education, regulation and association (ERA) are
the supporting pillars of an enabling environment for. A descriptive analysis of
midwifery , 2.
Tahereh Fathi Najafi, R. L. (2017). The Humanistic Paradigm and the Bio-Psycho-
Social Model of Labor Support. A historical review of the concept of labor support
in technocratic, humanistic and holistic paradigms of , 2-4.

19

Anda mungkin juga menyukai