Anda di halaman 1dari 22

1

MAKALAH OBSTETRI FISIOLOGIS


THE ENDOMETRIUM AND DECIDUA : MENSTRUATION

OLEH :
Suci Padma Risanti (1920332019)

DOSEN MATA KULIAH :


Prof. Dr. dr. Yusrawati, SpOG(K)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEBIDANAN


UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2020
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya,

sehingga saya dapat menyelesaikan makalah berjudul The endometrium and

decidua : Menstruation untuk memenuhi tugas Obstetri Fisiologis. Tidak lupa

pula, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

memberikan pengetahuan dan semangatnya dalam menyelesaikan makalah ini.

Tiada gading yang tak retak, saya menyadari betul bahwa makalah ini

belumlah sempurna. Karena itu, kritik dan saran akan senantiasa diterima untuk

perbaikan di masa datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya

dan sekaligus dapat menambah wawasan.

Padang, September 2020

Suci Padma Risanti


iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

2.1 Endometrium..................................................................................................3

2.2 Desidua...........................................................................................................4

2.3 Menstruasi......................................................................................................5

2.3.1 Defenisi.................................................................................................5

2.3.2 Fisiologi Siklus Menstruasi...................................................................5

BAB III PENUTUP..............................................................................................18

3.1 Kesimpulan...................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Desidua....................................................................................................4

Gambar 2 Siklus Menstruasi..................................................................................17


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga rahim.

Permukaannya terdiri atas selapis sel kolumnar yang bersilia dengan kelenjar

sekresi mukosa rahim yang terbentuk invaginasi ke dalam stroma selular. Stroma

dan kelenjar mengalami perubahan siklik, bergantian antara pengelupasan dan

pertumbuhan baru sekitar 28 hari. Desidua (decidua) juga dapat dikatakan sebagai

sebuah membran mukosa yang melapisi rahim (endometrium), yang berubah

selama kehamilan dan diluruhkan pada saat nifas atau menstruasi. (Cunningham,

2012).

Menstruasi merupakan pendarahan akibat luruhnya dinding sebelah dalam

rahim (endometrium). Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima

implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio, lapisan ini akan luruh.

Pendarahan terjadi secara periodik. Menstruasi juga dapat dikatalan sebagai proses

pelepasan dinding rahim disertai dengan pendarahan yang terjadi secara berulang

setiap bulan, kecuali pada saat terjadi kehamilan (Sarwono, 2011).

Pada makalah ini akan dibahas hubungan dari endometrium, ovarium serta

hormon – hormon yang terlibat pada proses terjadinya menstruasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan endometrium ?

2. Apa yang dimaksud dengan desidua?

3. Apa yang dimaksud dengan menstruasi?


2

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tentang endometrium

2. Mengetahui tentang desidua

3. Mengetahui tentang menstruasi dan hormon – hormon yang terlibat di

dalam siklusnya.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Endometrium

Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga rahim.

Permukaannya terdiri atas selapis sel kolumnar yang bersilia dengan kelenjar

sekresi mukosa rahim yang terbentuk invaginasi ke dalam stroma selular. Stroma

dan kelenjar mengalami perubahan siklik, bergantian antara pengelupasan dan

pertumbuhan baru sekitar 28 hari (Cunningham, 2012).

Endometrium terdiri atas dua lapisan yaitu :

1. Lapisan fungsional letaknya superficial yang akan mengelupas setiap

bulan. Epitel lapisan fungsional menunjukkan perubahan proliferasi

yang aktif setelah periode haid smpai terjadi ovulasi, kemudian kelenjar

endometrium mengalami fase sekresi. Lapisan Fungsional meliputi dua

pertiga atas endometrium berfungsi untuk mempersiapkan implantasi

blastokis, dan merupakan tempat proliferasi, sekresi dan degenerasi.

2. Lapisan basal yaitu tempat lapisan fungsional bersal yang tidak ikut

mengelupas. Lapisan basal meliputi sepertiga bawah endometrium,

menyiapkan regenerasi endometrium menggantikan stratum

fungsionalis yang hilang saat menstruasi Kerusakan yang permnen pada

lapisan basal akan menyebabkan amenore.

Perubahan normal dalam histology endometrium selama siklus haid ditandai

dengan perubahan sekresi dari hormone steroid ovarium. Jika endometrium terus

terpapar oleh stimulasi estrogen, endogen atau eksogen akan menyebabkan

hiperplasi. Hiperplasi yang benigna bisa berubah menjadi maligna.


4

2.2 Desidua

Desidua (decidua) juga dapat dikatakan sebagai sebuah membran mukosa

yang melapisi rahim (endometrium), yang berubah selama kehamilan dan

diluruhkan pada saat nifas atau menstruasi. Desidua adalah endometrium yang

sangat khusus yang dimodifikasi untuk kehamilan dan memiliki fungsi plasentasi

hemokorial (Cunningham, 2012).

Desidua diklasifikasikan menjadi tiga bagian menurut lokasi

anatominya, yaitu : decidua basalis, yang merupakan desidua yang terletak

tepat dibawah implantasi blastokista dan dimodifikasi oleh invasi trofoblas,

decidua capsularis, melapisi blastokista yang membesar dan pada awalnya

memisahkan blastokista dari sisa kavitas, bagian ini paling menonjol selama

bulan kedua kehamilan, yang terdiri atas sel-sel desidua yang ditutupi oleh

lapisan tunggal sel epitel yang memipih. Di bagian dalam, decidua capsularis

berhubungan dengan membran janin ekstraembrionik avaskular chorion leave,

decidua parietalis berupa sisa uterus atau decidua vera bila merupakan

gabungan dari decidua capsularis dan parietalis (Cunningham, 2014).

Gambar 1 Desidua
5

2.3 Menstruasi

2.3.1 Defenisi

Menstruasi merupakan pendarahan akibat luruhnya dinding sebelah dalam

rahim (endometrium). Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima

implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio, lapisan ini akan luruh.

Pendarahan terjadi secara periodik. Menstruasi juga dapat dikatalan sebagai proses

pelepasan dinding rahim disertai dengan pendarahan yang terjadi secara berulang

setiap bulan, kecuali pada saat terjadi kehamilan (Sarwono, 2011).

2.3.2 Fisiologi Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi dibagi menjadi siklus ovarium dan siklus endometrium.

Pada ovarium terdapat tiga fase yaitu fase folikuler, fase ovulasi dan fase luteal.

Pada endometrium juga di bagi menjadi tiga fase yang terdiri dari fese menstruasi

fase proliferasi dan fase ekskresi (Cunningham, 2012).

1. Siklus Ovarium

Perkembangan siklus menstruasi ovulatorik yang spontan, siklis,

teratur dan dapat diprediksi, diatur oleh interaksi kompleks antara aksi

hipotalamus, ovarium dan tractus genitalia. Durasi rata-rata siklus ovarium

adalah sekitar 28 hari, dengan kisaran 25-32 hari. Urutan peristiwa hormonl

yng meyebabkan ovulasi merupakan pengendali siklus menstruasi.

Perubahan siklus dalam histologi endometrium terus berulang pada setiap

siklus ovulatorik.

a. Fase Folikular atau Praovulasi Ovarium

Terdapat 2 juta oosit dalam ovarium manusia saat lahir, dan

sekitar 400.000 folikel saat awitan pubertas. Folikel yang tersisa


6

berkurang dengan laju sekitar 1000 folikel menjadi semakin cepat.

Dalam kondisi normal hanya 400 folikel yang akan dilepaskan selama

masa reproduksi seorang wanita. Dengan demikian, lebih dari 99,9 %

folikel mengalami atresia melalui proses kematian sel yang dinamakan

apoptosis. Perkembangan folikel terdiri atas beberapa stadium yaitu :

1) Folikel Primodial

Pada waktu tertentu selama siklus, sebagian folikel primodial

yang terdiri dari satu lapis sel granulosa mulai berkembang di bawah

pengaruh sinyal parakrin. Namun, tahap perkembangan folikel dapat

berlanjut hanya bila folikel tersebut mencapai tahap perkembangan

tertentu selama fase folikular, saat kondisi hormon gonadotropin sesuai

untuk mendukung pematangan akhir folikel, sehingga tahap-tahap awal

perkembangan berlanjut. Dan folikel lainnya yang kurang

mendapatkan dukungan hormonal, mengalami atresia. Selama

perkembangan folikel, terjadi perubahan penting pada sel-sel yang

mengelilingi oosit yang aktif kembali sebagai persiapan sel ovum dari

ovarium, seiring dengan sintesis dan penyimpanan zat oleh oosit

primer untuk kebutuhan mendatang jika terjadi fertilisasi (Sherwood,

2018).

2) Folikel Praantral

Tahap pertama perkembangan folikel adalah konversi folikel

primodial yang terpilih menjadi folikel praantral. Folikel praantral

adalah folikel yang mulai bertumbuh tetapi belum membentuk antrum,

suatu rongga terisi cairan di bagian dalam folikel. Ketika folikel


7

primodial mulai berkembang menjadi folikel praantral, satu lapisan sel

granulose menebal dan berpoliferasi membentuk beberapa lapisan yang

mengelilingi oosit. Oosit dan sel granulosa menyekresi glikoprotein

yang membentuk “kulit” tebal mirip gel yang membungkus oosit dan

memisahkannya dari sel granulosa di sekitarnya. Membran penyekat

ini dikenal dengan zona pleusida. Taut celah menembus zona pleusida

dan terbentang antara oosit dan sel-sel granulosa sekitarnya. Nutrisi

untuk oosit di bawa dari sel granulosa melalui salauran ini yang

bertujuan untuk menimbun nutrien agar bersiap untuk ovulasi

(Sherwood, 2018).

Pada saat yang sama dengan pembesaran oosit dan poliferasi sel-

sel granulosa, sel-sel khusus jaringan ikat ovarium yang berkontak

dengan sel granulosa yang terbentang berpoliferasi dan berdiferensiasi

untuk membentuk lapisan luar sel teka sebagi respons terhadap parakrin

yang disekresi oleh sel granulose. Sel teka dan sle granulosa, yang

secara kolektif dinamakan sel folikuler, sebagai satu kesatuan berfungsi

untuk mengeluarkan esterogen, meskipun tidak demikian pada tahap

dini perkembangan folikel ini. Perkembangan folikel praantral selesai

dalam beberapa bulan dan terjadi tanpa pengaruh gonadotropin

(Sherwood, 2018).

3) Folikel Antral

Tahap perkembangan folikel selanjutnya bergantung pada

gonadotropin dan mencakup pembentukan antrum serta perubahan

folikel praantral menjadi folikel antral yang menghasilkan esterogen.


8

Pada tahap perkembangan folikel ini, rongga berisi cairan atau antrum

terbentuk di tengah sel-sel granulosa. Cairan folikuler sebagian berasal

dari transudasi plasma dan sebagian dari sekresi sel folikuler. Oosit

mencapai ukuran maksimal saat antrum terbentuk. Perubahan folikel

praantral ke folikel antral memicu suatu periode pertumbuhan folikel

yang cepat. Sebagian pertumbuhan folikuler disebabkan oleh poliferasi

berkelanjutan sel granulosa dan sel teka, tetapi sebagian besar

disebabkan oleh pembesaran antrum yang mencolok. Seiiring dengan

pertumbuhan folikel, juga terjadi peningkatan sekresi hormon FSH

(Sherwood, 2018).

Perkembangan awal antral bergantung oleh adanya hormon

gonadotropin, tetapi fluktuasi kadar hormon yang terjadi pada siklus

menstruasi tidak memengaruhi perkembangan folikel antral tahap awal.

Perkembangan folikel antral membutuhkan waktu 45 hari, dan sangat

sensitif dengan kadar hormon FSH. Biasanya pada setiap siklus,

terdapat 15-20 folikel dengan ukuran 2-5 mm (Sherwood, 2018).

4) Folikel de Graff (Folikel Matang)

Folikel matang berukuran 15-20 mm tepat pada saat sebelum

ovulasi. Setelah 14 hari, terjadi perkembangan dan pertumbuhan yang

sangat cepat dan akhirnya membentuk folikel matang. Tahap ini

merupakan tahap yang berada dibawah pengaruh hormone FSH. Folikel

dominan yang berkembang menjadi folikel matang umumnya memiliki

paling banyak reseptor hormon FSH sehingga menjadi paling responsif

terhadap stimulasi hormon. Antrum menempati hampir seluruh ruang di


9

folikel matang. Oosit, yang dikelilingi oleh zona pleusida dan satu

lapisan sel granulosa, tergeser ke salah satu sisi folikel yang sedang

berkembang secara asimetris dalam suatu tonjolan kecil yang menonjol

ke dalam antrum (Sherwood, 2018).

Selama fase folikuler, kadar estrogen meningkat sebanding dengan

pertumbuhan folikel dominan dan bertambahnya jumlah sel granulos

penyusunnya. Sel- sel ini merupakan satu-satunya tempat diekspresiknnya

reseptor FSH. Peningkatan FSH dalam sirkulasi sewaktu fase luteal lanjt

siklus sebelumnya akan memicu penambahan jumlah reseptor FSH dan

kemudian kemampuan aromatase untuk mengubah androstenedion menjadi

estradiol. Dibutuhknnya sel teka yang berespon terhadap LH, dan sel

granulose, yang berespon terhadap FSH, merupakan manifestasi hipotesis

dua gonadotropin, dua sel untuk biosintesis estrogen (Cunningham, 2012). .

FSH memicu aromatase dan perlusn antrum milik folikel yang sedang

berkembang. Folikel dalam cohort yang paling responsive terhadap FSH

merupakan yang paling mungkin untuk menjadi folikel pertama yang

menghasilkan estradiol dan memulai ekspresi resptor LH (Cunningham,

2012).

Setelah munculnya reseptor LH, sel granulose praovulasi mulai

menyereksikan progesterone dalam jumlah sedikit. Sekresi progesterone

praovulasi, meskipun terbatas, dianggap memberikan umpan balik postif

pada hipofisis yang telah disensitisasi estrogen untuk mulai menghasilkan

atau meningkatkan peleapasan LH. Selain itu, Selma fase folikuler lanjut,

LH memicu produksi androgen, terutama androstenedion, oleh sel teka,


10

yang kemudian dipindahkan ke folikel yang berdekatan dengan tempat

androgen diaromatisasi menjadi estradiol. Selama fase folikular dini, sel

granulose juga menghasilkan inhibin B, yang dapat memberikan umpan

balik ke hipofisi untuk mengahmbat pelepasan FSH. Seiring dengan mulai

berkembangnya folikel dominn, produksi estradiol dan inhibin meningkat,

menyebabkan penurunana pada FSH fase folikuler. Penurunan kadar FSH

ini bertanggung jawab atas kegagaglan folikel lain untuk mencapai status

praovulasi-stadium folikel de graaf pada setiap satu siklus. Dengan

demikian 95% estradiol plasma yang dihasilkan pada saat ini merupakan

hasil produksi folikel dominan yang nantinya akan berovulasi (Cunningham,

2012).

b. Ovulasi

Karena lonjakan gonadotropin yang terjadi akibat peningkatan sekresi

estrogen oleh folikel praaovulasi merupakan perdiktor ovulasi yang relatif

tepat. Lonjakan gonadotropin ini terjadi 34 hingga 36 jam sebelum

pelepasan ovum dari folikel. Sekresi LH mencapai puncaknya 10 hingga 12

jam sebelum ovulasi dan memicu dilanjutkannya meiosis dalam ovum

dengan dihasilkannya badan polar pertama. Respons terhadap LH , terjadi

peningkatan produksi progesteron dan prostaglandin oleh sel cumulus, serta

produksi GDF9 dan BMP15 oleh oosit, yang mengaktifkan ekspresi gen-

gen yang penting untuk pembentukan matriks ekstraseluler. Selain itu LH

menginduksi remodeling matriks ekstraseluler ovarium sehingga oosit yang

matur dapat dilepaskan bersama sel cumulus yang mengelilinginya dengan

menembus epitelium permukaan.


11

c. Fase Luteal atau Pascaovulasi Ovarium

Setelah ovulasi, korpus luteum berkembang dari sisa folikel de Graaf

atau folikel dominan melalui suatu proses yang disebut luteinisasi.

Rupturnya folikel memicu serangkaian perubahan kimiawi dan morfologis

yang menyebabkan transformasinya menjadi korpus luteum. Membran basal

yang memisahkan sel granulose-lutein dan teka lutein runtuh dan pada hari

kedua pascaovulasi pembuluh darah dan kapiler menembus lapisan sel

granulose. Neovaskularisasi cepat pada lapisan granulosa yang sebelumnya

avaskular dapat terjadi karena faktor angiogenik yang mecakup faktor

pertumbuhan endotel vascular dan faktor lainnya yang diproduksi oleh sel

teka lutein dan granulose lutein sebagain respons terhadap LH. Selama

luteinisasi, sel-sel ini mengalami hipertrofi dan meningkatkan kapasitas

mereka untuk menyintesis hormon(Cunningham, 2012).

Pada perempun dengan siklus yang normal, korpus luteum

dipertahankan oleh sekresi LH yang berfrekuensi rendah serta beramplitudo

tinggi oleh gonadotropin di hipofisis anterior (Cunningham, 2012).

Pola sekresi hormone oleh korpus luteum berbeda dari sekresi oleh

folike. Meningkatnya kemampuan sel granulos lutein untuk memproduksi

progesterone terjadi karena meningkatnya akses ke prekursor yang lebih

melalui kolesterol yang berasal dari lipoprotein desintas rendah (LDL)

dalam darah. Meningkatnya kemampuan sel granulose lutein ini juga terjadi

karena peningkatan kadar protein akut. Protein ini mengangkut kolesterol

dari bagian luar ke bagian dalam mitokondria (Cunningham, 2012).


12

Kadar estrogen mengikuti pola sekresi yang lebih kompleks. Secara

spesifik , tepat sebelum ovulasi, kadar estrogen menurun diikuti loeh

peningkatan sekunder yang mencpai produksi puncak. Saat mendekatai

akhir fase luteal, terdapat penutunan sekunder dalam produksi estradiol

(Cunningham, 2012).

Produksi progesteron oleh ovarium mencapai puncaknya pada fase

midluteal, yaitu setinggi 25-50 mg/ hari. Saat kehamilan, korpus luteum

melanjutkan produksi progesterone sebagai respons terhadap hCG

embrionik, yang kan mengikat dan mengaktifkan reseptor LH sel luteal

(Cunningham, 2012).

Kospus luteum manusia merupakan organ endokrin sementara yang

bila tidak terjadi kehamilan, akan mengalami regresi 9 hingga 11 hari

pascaovulasi. Di dalam korpus luteum, luteolisis ditandai dengan hilangnya

sel luteal melalui kematian secara apoptosis. Efek endokrin yang mencakup

penurunn drastic kadar progesterone dan estradiol dalam sirkulasi, penting

untuk mencapai perkembangan folikuler dan ovulasi pada siklus

selanjutnya. Selain itu regresi korpus luteum dan penurunan steroid dalam

sirkulasi memberikan sinyal bagi endometrium untuk memulai proses

molekular yang akhirnya menimbulkan menstruasi.

2. Siklus Endometrium

a. Fase Endometrium Proliferatif atau Praovulasi

Fluktuasi kadar ensterogen dan progesteron, menimbulkan efek yang

dramatis pada saluran reproduksi, khususnya endometrium. Ciri

pertumbuhan dan fungsional endometrium manusia bersifat unik. Sel


13

epitelial-glandular, sel mesenkim-stromal dan cepat membelah secara siklik

pada perempuan usia subur. Endometrium mengalami regenerasi pada setiap

siklus ovarium-endometrium. Endometrium superfisial yang disebut

endometrium fungsional, meluruh dan dibentuk ulang dari lapisan basal

yang lebih dalam sebanyak hampir 400 kali selama masa subur sebagian

perempuan. Tidak ada jaringan tubuh lain dari manusia yang memiliki

gambaran peluruhan dan pertumbuhan ulang seluruh jaringan secara siklik

seperti halnya endometrium.

Produksi estradiol pada fase folikular merupakan faktor terpenting

yang menentukan regenerasi endometrium pasca mestruasi. Meskipun

hingga dua pertiga endometrium yang fungsional mengalami fragmentasi

dan meluruh selama menstruasi, repitalisasi telah dimuali bahkan sebelum

pendarahan menstruasi berhenti. Pada hari kelima siklus endometrium (hari

kelima menstruasi) permukaan epitel endometrium telah kembalidan

revaskularisasi sedang berlangsung. Endometrium pra ovulasi ditandai

dengan proliferasisel kelenjer, strome, dan endotel vaskular. Selama fase

proliferatif dini, endometrium tampak tipis biasanya memiliki ketebalan

sekitar 2mm. Kelenjer pada tahap ini memiliki struktur tubularyang sempit

dan berkalan hampir lurus dan sejajar dari lapisan basal hingga ke

permukaan rongga endometrium. Gambaran mitotik, khususnya pada epitel

kelenjer, ditemukan pada hari kelima siklus dan aktivitas mitotik dalam

epitel dari stroma menetap hingga hari 16 – 17 atau 2 – 3 hari pascaovulasi.

Meskipun pembuluh darah ditemukan dalam jumlah banyak dan merupakan


14

gambaran yang menonjol, tidak tampak sebukan leukosit ataupun darah

ekstravaskulerdalam endometrium pada fase ini.

Epitelisasi ulang dan angiogenesis jelas berperan penting dalam

penghentian pendarahan endometrium. Kedua hal ini bergantung pada

permukaan ulang jaringan yang dikendalikan oleh esterogen. Pertumbuhan

epitel sebagian juga diatur oleh faktor pertumbuhan epidermis (EGF) dan

Transforming Growth factor α (TGFα). Proliferasi sel stroma dipacu oleh

kerja hormon estereogen secara parakrin maupun autokrin dan oleh

meningkatnya kadar faktor pertumbuhan fibroblas-9 setempat. Esterogen

juga meningkatkan produksi setempat VEGF, yang menyebabkan

angiogenesis melalui pemanjangan pembuluh pada lapisan basal.

Selama fase proliferatif lanjut, endometrium menebal akibat

hiperplasia kelenjer dan peningkatan substansi dasar stroma yaitu edema

dan materi berprotein. Stroma yang longgar merupakan gambaran yang

menonjol, dan kelenjer dalam lapisan fungsional terpisah jauh. Keterpisahan

ini tampak berpisah sangat jauh karena dibandingkan dengan lapisan basal,

kelenjer tampak lebih rapat dan stroma tampak lebih padat. Pada

pertengahan siklus menjelang menstruasi, epitel kelenjer menjadi lebih

tinggi dan berlapis semu. Epitel di permukaan memiliki lebih banyak

mikrovilus, yang menambah luas permukaan epitelium, serta silia, yang

membantu pergerakan sekret endometrium saat fase sekretorik.

Penentuan hari pada siklus menstruasi menggunakan kriteria histologi

endometrium, yang dinamakan dating, sulit dilakukan pada fase proliferasi

karena sangat bervariasinya durasi fase ini pada perempuan. Secara spesifik
15

fase folikular normalnya dapat sependek 5 – 7 hari atau sepanjang 21 – 30

hari. Bandingkan dengan fase luteal yang nyaris konstan yaitu 12 – 14 hari.

b. Fase Endometrium Sekretorik atau Pasca Ovulasi

Selama fase sekretorik dini, dating endometriumdidasarkan pada

histologi epitel kelenjer. Pascaovulasi, endometrium yang telah diransang

oleh esterogen akan berespon terhadap peningkatan kadar progesteron

dalam cara yang mudah diprediksi. Pada hari ke 17, glikogen tertumpuk

pada basal epitel kelenjer, membentuk vakuola subnuklear dan lapisan

semu. Gembaran ini merupakan tanda pertama ovulasi yang dapatb terlihat

secara histologis. Hal ini kemungkinan terjadi akibat kerja langsung

progesteron pada reseptor yang diekspresikan pada sel – sel kelenjer. Pada

hari ke-18 vakuola bergerak cepat ke bagian aplikal sel sekretorik yang

tidak bersilia. Pada hari ke 19, sel sel ini mulai menyekresikan kandungan

glikoprotein dan mukopolisakarida ke dalam lumen. Mitosis sel kelenjer

terhenti saat timbulnya aktifitas sekretorik pada hari ke-19karena

meningkatkan kadar progesteron yang mengantagonis efek mitotik

esterogen. Kerja estradiol juga menurun karena mengeskpresikan isoform

tipe 2 enzim 17β-hidrosisteroid dehidrogenase. Enzim ini mengubah

estradio menjadi estron yang kurang aktif.

Dating pada fase sekretorik pertengahan dan akhir bergantung pada

perubahan dalam stroma endometrium. Pada hari ke-21 hingga 24, stroma

menjadi edematosa. Pada hari ke-22 hingga 25 sel stroma yang mengelilingi

arteriola spiral mulai membesar dan mitosis stroma menjadi nyata. Hari ke-
16

23 hingga 28 ditandai dengan sel – sel predesidua. Yang mengelilingi

arteriola spiral.

Gambaran penting pada endometrium fase sekretorik antara hari ke-22

hingga 25 adalah perubahan dramatis akibat transformasi pradesidual pada

dua pertiga atas lapisan fungsional. Kelenjer menjadi sangat berkelok –

kelokdan mulai tampak sekresi luminal. Perubahan dalam endometrium juga

menandai jendela implantasi yamg tampak hari ke 20 hingga 24. Sel epitel

permukaan memiliki jumlah mikovilus dan silium yang berkurang tetapi

memiliki tonjolan ke dalam lumen pada permukaan aplika sel. Pinopoda

penting dalam mempersiapkan implantasi blastokista. Mereka juga

ditemukan bersamaan dengan perubahan pada glikokaliks permukaan

memfasilitasi masuknya blastokkista.

Fase sekretorik ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan terus

menerus arteri – arteri spiralis. Boyd dan Hamilton menekankan

kepentingan khusu arteri tang berlekuk atau bergelung pada endometrium.

Arteri ini berkembang dari arteri arkuarta, yang merupakan cabang

miometrial pembuluh uterina. Morfologis dan fisiologis arteri spiralis

bersifat unik dan berperan penting dalam terjadinya pada aliran darah

sehingga dapat terjadi menstruasi dan implantasi. Selama pertumbuhan

endometrium, arteri spiralis memanjang dengan laju yang jauh lebih besar

dari laju pertambahan ketebalan endometrium. Ketidaksetaraan

pertumbuhan ini menyebabkan semakin melingkarnya arteri yang memang

sudah bergelung. Perkembangan arteri apiralis menunjukkan adanya induksi

nyata terhadap angiogenesis, yang terjadi atas tumbuhnya tunas – tunas


17

pembuluh dan bertambah luasnya pembuluh. Angiogenesis dikendalikan

oleh sintesis VEGF yang diatur esterogen dan progesteron. Protein ini

disekresikan oleh sel stroma dan epitel kelenjer serta memacu proliferasi sel

endotel dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Dengan

demikian, pengaruh hormon steroid pada pertumbuhan dan sistem pembuluh

darah sebagian besar diantarai oleh produksi faktor pertumbuhan setempat.

Gambar 2 Siklus Menstruasi

BAB III
PENUTUP
18

3.1 Kesimpulan

Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga rahim.

Permukaannya terdiri atas selapis sel kolumnar yang bersilia dengan kelenjar

sekresi mukosa rahim yang terbentuk invaginasi ke dalam stroma selular. Stroma

dan kelenjar mengalami perubahan siklik, bergantian antara pengelupasan dan

pertumbuhan baru sekitar 28 hari. Desidua (decidua) juga dapat dikatakan sebagai

sebuah membran mukosa yang melapisi rahim (endometrium), yang berubah

selama kehamilan dan diluruhkan pada saat nifas atau menstruasi. Menstruasi

merupakan pendarahan akibat luruhnya dinding sebelah dalam rahim

(endometrium).

Pada proses menstruasi terjadi perubahan – perubahan terhadap

endometrium dan folikel – folikel yang terdapat di ovarium. Perubahan – tersebut

dikendalikan oleh hormon yaitu LH, FSH yang dihasilkan oleh hipofise anterior

dan Hormon Progesteron dan Esterogen yang disekresi oleh ovarium.

DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai