Dosen Pengampuh :
Dra. Christny F.E Rompas M.Si
Jacklin Stella S. Manoppo S.Si, M.Si
Disusun oleh :
Prichilia C.Y Kumolontang
19507057
Pendidikan Biologi
Semester 4 Kelas E
JURUSAN BIOLOGI
2021
Kata Pengantar
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
IMPLANTASI DAN PLASENTASI dengan tepat waktu.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Implantasi....................................................................................................... 5
2.2 Rahim pada saat Implantasi......................................................................... 6
2.3 Tahap-tahap Implantasi................................................................................ 7
2.4 Tipe-tipe Implantasi...................................................................................... 14
2.5 Plasenta........................................................................................................... 17
2.6 Penggolongan Plasenta.................................................................................. 17
BAB III PENUTUP
1.1 Kesimpulan .................................................................................................... 27
1.2 Saran............................................................................................................... 28
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan vertebrata diawali dengan proses fertilisasi yaitu pertemuan antara gamet
jantan dan gamet betina yang disertai dengan peleburan inti menjadi satu yang dinamakan
zigot. Fertilisasi terjadi di tuba falopi pada bagian ampula. Zigot akan bergerak menuju
uterus dengan mengalami serangkaian pembelahan. Zigot yang sampai diuterus berupa
blastosista. Zigot kemudian akan menempel di pada dinding endometrium uterus. Selama
menempel pada uterus, zigot mengalami perkembangan mulai dengan proses blastulasi
yang akan menghasilkan blastula, dan selanjutnya mengalami gastrulasi yang akan
membentuk tiga lapisan yang disebut dengan lapisan germinal embrio. Selanjutnya lapisan
germinal embrio tersebut akan berkembang. Untuk berkembang embrio tersebut
membutuhkan nutrisi. Nutrisi yang dibutuhkan oleh embrio didapatkan dari nutrisi ibunya /
induknya melalui suatu saluran yang disebut dengan plasenta.
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih mendalam tentang proses penempelan zigot pada
dinding endometrium uterus dan terbentuknya plasenta.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimanakah proses implantasi?
2 Apa sajakah tipe-tipe implantasi?
3. Bagaimanakah sistem plasenta terbentuk ?
4. Apa sajakah tipe-tipe plasenta ?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui proses implantasi
2. Untuk mengetahui tipe-tipe implantasi
3. Untuk mengatahui sistem plasenta
4. Untuk mengetahui tipe-tipe plasenta
BAB II
PPEMBAHASAN
1.1. IMPLANTASI
Implantasi atau nidasi adalah menempelnya atau tertanamnya ovum yang sudah
dibuahi pada dinding endometrium induk. Implantasi memerlukan penetrasi melalui epitel
uterus disertai sedikit tanda nekrosis. Blastula dilindungi oleh simpai yang
disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan.
Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan endometrium dalam keadaan sekresi.
Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua.
Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass) akan masuk ke
dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Pada
saat nidasi terkadang terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua. Nidasi terjadi pada
dinding depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri.
Apabila nidasi telah terjadi, maka dimulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel yang
lebih kecil, terletak dekat ruang exocoeloma membentuk entederm dan yolk salc. Sedangkan
sel-sel yang lebih besar menjadi entoderm dan membentuk ruang amnion. Sehingga
terbentuk lempeng embrional (embryonal-plate) diantara ruang amnion dengan yolk salc.
Sel-sel trofoblas mesodermal yang tumbuh sekitar mudigoh (embrio) akan melapisi
bagian dalam trofoblas, sehingga terbentuk sekat korionik (chorionic membrane) yang
nantinya menjadi korion. Sel-sel trofoblas terbagi menjadi 2 lapisan yaitu: sitotrofoblas
(bagian dalam) dan sinsitiotrofoblas (bagian luar).
Villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh bercabang
disebutchorion frondosum, sedangkan yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang
mendapat makanan sehingga menghilang disebut chorion leave. Dalam peringkat
nidasitrofoblas dihasilkan hormon human chorionic gonadotropin (HCG).
Enam hari setelah fertilisasi, trofoblas menempel pada dinding uterus (melakukan
implantasi) dan melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini melindungi
kehamilan dengan cara menstrimulasi produksi hormon estrogen dan progesteron sehingga
mencegah terjadinya menstruasi. Trofoblas kemudian menebal beberapa lapis,
permukaannya berjonjot dengan tujuan memperluas daerah penyerapan makanan. Embrio
telah kuat menempel setelah hari ke-12 dari fertilisasi.
Setelah terjadi implantasi, blastosit akan mengalami tahap perkembangan selanjutnya
yaitu menjadi gastrula dan neurula. Selanjutnya zigot ini akan berkembang menjadi embrio.
Pembuatan Lapisan Lembaga. Setelah hari ke-12, tampak dua lapisan jaringan di
sebelah luar disebut ektoderm, di sebelah dalam endoderm. Endoderm tumbuh ke dalam
blastosoel membentuk bulatan penuh. Dengan demikian terbentuklah usus primitif dan
kemudian terbentuk Pula kantung kuning telur (Yolk Sac) yang membungkus kuning telur.
Pada manusia, kantung ini tidak berguna, maka tidak berkembang, tetapi kantung ini sangat
berguna pada hewan ovipar (bertelur), karena kantung ini berisi persediaan makanan bagi
embrio.
Di antara lapisan ektoderm dan endoderm terbentuk lapisan mesoderm. Ketiga lapisan
tersebut merupakan lapisan lembaga (Germ Layer). Semua bagian tubuh manusia akan
dibentuk oleh ketiga lapisan tersebut. Ektoderm akan membentuk epidermis kulit dan sistem
saraf, endoderm membentuk saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan, mesoderm
membentuk antara lain rangka, otot, sistem peredaran darah, sistem ekskresi dan sistem
reproduksi.
Gambar 2 Blastokista manusia umur 7.5 hari, sebagian terbenam di dalam stroma endometrium.
Trophoblas terdiri atas sel-sel berinti tunggal (Sadler, 1988).
Pada hari kesembilan, blastokista terbenam semakin dalam pada endometrium,
dan cacat penembusan pada permukaan epitel ditutupi oleh endapan fibrin. Trophoblas
berkembang semakin pesat dan pada daerah sinsitium terbentuk vakuola-vakuola. Bila
vakuola-vakuola tersebut bersatu, maka akan terbentuk rongga yang besar yang disebut
rongga trophoblas. Stadium ini dikenal dengan nama stadium lacunar. Sementara itu,
pada kutub embrional , sel-sel gepeng yang mungkin berasal dari hipoblas membentuk
suatu selaput tipis yang disebut eksosoelom atau selaput Heuser yang membatasi lapisan
dalam sitotrophoblas. Selaput ini bersama dengan hipoblas membentuk dinding
rongga eksosoelom atau kantung kuning telur primitif (gambar 3).
Gambar 10.3 Blastokista manusia umur 9 hari. Sinsitiotrofoblas memperlihatkan sejumlah rongga besar
atau lacunae (Sadler, 1988)
Gambar 4 Blastokista manusia umur 12 hari . Rongga trophoblas pada kutub embrio berhubungan
dengan sinusoid ibu di dalam stroma endometrium, mesoderem ekstra embrio
bertambah banyak dan mengisi ruang antara selaput eksosoelom dan bagian dalam
trophoblas (Sadler, 1988)
Gambar 5 Blastokista manusia umur 13 hari. Rongga trofoblas sekarang berada pada kutub
embrional dan ab embrional dan terbentuk peredaran darah utero-plasenta
(Sadler, 1988)
1. Implantasi Superfisial
Implant atau blastokista hanya menempel pada dinding uterus, namun demikian
tetap berlangsung adhesi epitel chorion pada epitel uterus. Pada tipe implantasi ini,
embrio tetap berada di dalam lumen uterus, jadi kurang kuat. Biasanya dijumpai pada
hewan-hewan nondesidua.
Gambar 9 Implantasi tipe superficial (Carlson, 1988)
2. Implantasi eksentrik
Pada tipe implantasi ini, implant tertanam pada salah satu sisi uterus, namun
sebagian permukaan implant tetap menonjol ke dalam lumen uterus
3. Implantasi intersitisial
Pada tipe implantasi ini, embrio tertanam dengan sangat kokoh, lumen uterus makin
lama makin mengecil, epitel uterus dan trophoblas berikatan dengan sangat erat dan
embrio terbungkus oleh desidua
Gambar 11 Tipe implantasi interstisial (Huettner, 1957)
1.5 PLASENTA
Setelah embrio tiba di uterus, berlangsung suatu asosiasi antara embrio melalui
selaput ekstraembrionya dengan jaringan endometrium uterus membentuk suatu organ
yang dikenal dengan nama plasenta. Plasenta berbentuk oval dengan diameter 15-20
cm dan berat 500 -600 gram. Plasenta terbentuk lengkap saat usia kehamilan 16 minggu
(4 bulan), ketika ruang amnion telah mengisi seluruh rongga rahim. Jadi plasenta adalah
suatu struktur yang dibentuk melalui pertautan antara selaput-selaput ekstra embrio
dengan endometrium untuk keperluan pertukaran fisiologis. Secara structural plasenta
terdiri atas dua bagian, yaitu:
1. Plasenta fetal yang dibangun oleh selaput ekstra embrio
2. Plasenta maternal, yaitu yang dibangun oleh endometrium uterus.
Plasenta pada babi adalah plasenta diffusa karena sebagian besar permukaan
chorionnya bervili dan bertautan dengan endometrium. Pada biri-biri dan sapi, daerah
pertautan lebih terbatas serta tersebar ke dalam kelompok-kelompok kecil sehingga
plasentanya dikenal sebagai plasenta kotiledonaria. Bila pada daerah plasenta, vilinya
tersusun menyerupai sabuk, maka plasentanya disebut plasenta zonari misalnya pada
karnivora. Bila berkelompok pada suatu daerah terbatas dan berbentuk cakram maka
plasentanya disebut plasenta diskoidal seperti yang dijumpai pada rodentia dan manusia
Gambar 19. Tipe-tipe plasenta (A) Babi, diffuse, (B) Raccoon, zonari tidak sempurna, (C) Beruang, sub
tipe zonari, (D) Anjing dan kucing, zonari atau annulus, (E) Kera, bidiskoidal, (F)
Rusa meksiko, kotiledonaria, (G) sapi , kotiledonaria (Carlson, 1988)
Gambar 23. Diagram sirkulasi plasental maternal dan fetal. Arteri umbilikalis membawa darah fetal yang
miskin O2 menuju ke plasenta, dan vena umbilikalis membawa darah maternal yang kaya O2menuju ke fetus
(Sumber: Moore, 1989)
Gambar 24. Sirkulasi darah dalam tubuh fetus dan dalam plasenta manusia (Sumber: Majumdar, 1985)
Gambar 25. Pelaluan materi dari induk maupun dari fetus menembus plasenta
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nidasi/implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasilkonsepsi ke
dalam endometrium. Tahapan implasantasi yaitu
1. Menempelnya (adhesi) trophoblas ke dalam mukosa uterus
2. Penetrasi trophoblas ke dalam mukosa uterus
3. Reaksi (respon aktif) jaringan induk (mukosa) atau reaksi desidua pada organisme
yang memiliki plasenta desidua
4. Proliferasi sel-sel jaringan uterusa terhenti setelah mencapai kondisi optimal atau
stabil (dikontrol oleh hormone progesterone dan korpus luteum)
Implantasi mempunyai 3 tipe, yaitu implantasi superficial, implantasi eksentrik, dan
implantasi interstisial.
Plasenta adalah suatu struktur yang dibentuk melalui pertautan antara selaput-selaput
ekstra embrio dengan endometrium untuk keperluan pertukaran fisiologis. Secara
structural plasenta terdiri atas dua bagian, yaitu plasenta fetal dan plasenta maternal.
Tipe-tipe plasenta ini dapat diketahui berdasarkan :
1. Semua kapiler baik kapiler embrio maupun kapiler induk memiliki lapisan dinding
yang terbentuk oleh satu lapisan yang disebut endothelium.
2. Pada bagian luar endothelium terdapat jaringan penghubung
3. Vilichorionik memiliki lapisan sinsitiotrofoblas pada bagian luar dan sitotrofoblas
pada bgaian dalam
4. Uterus induk memiliki lapisan epitel atau tidak.
Berdasarkan uraian di atas, maka plasenta chorioallantois dapat diklasifikasikan
menjadi:
1. Plasenta epiteliokorial: barier plasenta paling tebal, tidak ada ajaringan dari pihak
induk maupun pihak embrio yang mengalami kerusakan. Misalnya: pada kuda,
babi.
2. Plasenta sindesmokorial: jaringan epitel uterus induk mengalami perusakan.
Misalnya: pada sapi, kerbau.
3. Plasenta endoteliokorial: jaringan epitel uterus dan jaringan ikat sekeliling
pembuluh darah induk mengalami perusakan. Misalnya: pada kucing, anjing,
harimau.
4. Plasenta hemokorial: barier plasenta paling tipis, jaringan epitel uterus, jaringan
ikat sekeliling pembuluh darah induk dan jaringan endotel yang mendindingi
pembuluh darah induk mengalami perusakan, sehingga villi korio-alantois
terendam dalam darah induk. Jadi adarah induk dan darah embrio hanya dipisahkan
oleh jaringan-jaringan penyusun villi, yaitu epitel, jaringan ikat dan endotel dari
pihak embrio.
5. Plasenta hameoendotelial
B. Saran
Adapun saran penulis sehubungan dengan makalah ini, kepada rekan-rekan mahasiswa
agar lebih meningkatkan, mengenali dan mengakaji lebih dalam tentang implantasi.
DAFTAR PUSTAKA