Anda di halaman 1dari 19

IMPLANTASI DAN PLASENTASI

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Reproduksi


yang dibimbing oleh Dr. Umie Lestari, M.S dan Dra. Nursasi Handayani, M.Si

Oleh :
Kelompok 6 Offering GHI-K 2015
1. Dinda Aprilia (150342602371)
2. Ike Anggraini (15034260)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Oktober 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Implantasi dan Plasentasi. Makalah ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Reproduksi. Meskipun terdapat beberapa
hambatan dalam proses pengerjaan makalah ini, tetapi kami berhasil
menyelesaikannya dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Umie Lestari, M.S dan Dra. Nursasi Handayani, M.Si selaku dosen mata
kuliah Fisiologi Reproduksi,
2. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual,
3. Seluruh teman seperjuangan Biologi kelas GHI-K tahun 2015, yang banyak
membantu dan memberi masukan dalam pengerjakan makalah ini, dan
4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Sesuai dengan pepatah Tak ada gading yang tak retak penulisan makalah ini
pun jauh dari kata semperuna, penulis berharap adanya masukan yang bersifat
membangun sehingga makalah ini dapat lebih sempurna. Penulis juga
berharap agar makalah ini nantinya dapat berguna bagi semua kalangan.

Malang, 27 Oktober 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan vertebrata diawali dengan proses fertilisasi yaitu pertemuan
antara gamet jantan dan gamet betina yang disertai dengan peleburan inti menjadi
satu yang dinamakan zigot. Fertilisasi terjadi di tuba falopi pada bagian ampula.
Zigot akan bergerak menuju uterus dengan mengalami serangkaian pembelahan.
Zigot yang sampai diuterus berupa blastosista. Zigot kemudian akan menempel di
pada dinding endometrium uterus. Selama menempel pada uterus, zigot mengalami
perkembangan mulai dengan proses blastulasi yang akan menghasilkan blastula,
dan selanjutnya mengalami gastrulasi yang akan membentuk tiga lapisan yang
disebut dengan lapisan germinal embrio. Selanjutnya lapisan germinal embrio
tersebut akan berkembang. Untuk berkembang embrio tersebut membutuhkan
nutrisi. Nutrisi yang dibutuhkan oleh embrio didapatkan dari nutrisi ibunya /
induknya melalui suatu saluran yang disebut dengan plasenta. Dalam makalah ini,
akan dibahas lebih mendalam tentang proses penempelan zigot pada dinding
endometrium uterus dan terbentuknya plasenta.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah proses implantasi?
2. Apa sajakah tipe-tipe implantasi?
3. Bagaimanakah sistem plasenta terbentuk?
4. Apa sajakah tipe-tipe plasenta?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui proses implantasi
2. Untuk mengetahui tipe-tipe implantasi
3. Untuk mengatahui sistem plasenta terbentuk
4. Untuk mengetahui tipe-tipe plasenta
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Terjadinya Implantasi


Beberapa jam pasca fertilisasi, penyatuan nuklei akan membentuk zigot dan
selanjutnya dalam waktu 3 4 hari sudah terbentuk sebuah masa solid berbentuk
seperti bola yang disebut morula. Morula dengan cepat berjalan didalam Tuba
Falopii menuju rongga uterus. Selama perjalanannya, melalui kanalikuli zona
pellucida masuk sejumlah cairan membentuk rongga cairan dalam morula sehinga
terbentuk blastosis. Setelah mencapai rongga rahim, zona pellucida mengembang
dan menipis. Blastosis akan menempel dan segera masuk kedalam stroma
endometrium. Sekitar 50% bagian blastosis berada dalam endometrium. Peristiwa
terpautnya blastosis pada stroma endometrium uterus induk disebut implantasi
(nidasi). Penempelan blastosis pada dinding endometrium yang terjadi pada hari ke
6-7 (akhir minggu pertama ).
Bagian yang pertama kali menyentuh endometrium uterus adalah kutub animal
(kutub embrionik), yaitu kutub tempat terdapatnya inner cell mass. Pada waktu itu
sel-sel trofoblas mensekresikan enzim-enzim proteolitik yang akan menghancurkan
epitelium uterus sebagai jalan untuk penetrasinya zigot ke dalam endometrium.
Setelah terbentuk jalan masuk, Sel trofoblas superfisial mengalami diferensiasi
menjadi sitotrofoblas (lapisan dalam) dan sinsitiotrofoblas ( lapisan luar ).
Gambar 1. Proses Impantasi

Perkembangan embrio manusia pada hari ke-8, blastosis tertanam di dalam


stroma endometrium. Trofoblas berdiferensiasi menjadi dua lapisan yaitu
sitrotrofoblas dan sinsitrofoblas. Embrioblas juga berdiferensiasi menjadi sel kecil
kuboid berdampingan dengan rongga blastosis(hipoblas) dan satu lapisan sel
silinder tinggi bersebelahan dengan ruang amnion (epiblas). Pembentukan cakram
datar (cakram mudigah bilaminer). Rongga kecil muncul di dalam epiblas menjadi
rongga amnion. Sroma endometrium tempat implantasi dan sekitarnya tampak
edema dan hipervaskuler. Kelenjarnya berkelok-kelok dan mengeluarkan banyak
glikogen dan mucus.
Gambar 2. Blastosit hari ke-8
Perkembangan embrio manusia pada hari ke-9, blastosis semakin dalam
terbenam didalam endometrium. Trofoblas mengalami perkembangan pada kutub
embrionalnya dimana vakuola-vakuola pada sinsitrofoblas dan membentuk lacuna-
lakuna (tahap lakunasi). Pada kutub abembrional terbentuk selaput tipis (selaput
eksoselom) yang melapisi sitotrofoblas. Selaput ini bersama hipoblas membentuk
rongga ekoselom (yolk sac /kantung kuning telur).

Gambar 3. Implantasi Blastosis Hari ke-9


Blastosis telah terbenam seluruhnya pada hari ke-10-12. Pada saat yang sama,
sel-sel sinsitrofoblas menembus lebih dalam ke stroma dan merusak lapisan endotel
kapiler ibu. Pembuluh darah ini tersumbat dan kemudian melebar(sinusoid). Karena
trofoblas terus merusak sinusoid, darah ibu mulai mengalir melalui sistem trofoblas
sehingga terjadi sirkulasi uteroplasma.Sekelompok sel baru muncul di antara
permukaan dalam trofoblas dan permukaan luar rongga eksoselom yang berasal
dari yolk sac membentuk jaringan penyambung halus dan longgar = mesoderm
ekstraembrional = selom ekstraembrional = rongga korion.
Gambar 4. Impantasi Blastosis hari ke 10

Gambar 5. Implantasi Blastosis hari ke-12

a. Pembentukan Membran Ekstra Embrionik


Membran ekstra embrionik merupakan perluasanperluasan berlapis membran
dari jaringan-jaringan embrio. Pada dasarnya membranmembran tersebut adalah
lipatan-lipatan yang pada akhirnya tumbuh mengelilingi embrio dan menghasilkan
empat kantung pada embrio yang sedang tumbuh. Selaput ekstra embrionik berasal
dari embrio yang terletak di luar tubuh embrio dan tidak menjadi bagian dari
embrio. Fungsi selaput ekstra embrionik sebagai media perantara pertukaran zat
dan pelindung embrio.
Pada saat blastosista itu terimpantasi di uterus, massa sel bagian dalam
membentuk cakram pipih dengan lapisan sel bagian atas (epiblas), dan lapisan sel
bagian bawah (hipoblas). Embrio berkembang secara keseluruhan dari sel-sel
epiblas, sementara sel-sel hipoblas membentuk kantung kuning telur. Korion
berkembang dari trofoblas, secara sempurna mengelilingi embrio dan membran
ekstra embrionik lainnya. Amnion mulai terbentuk sebagai sebuah kubah diatas
epiblas yang memperbanyak diri dan akhirnya meneyelimuti embrio dengan rongga
amnion yang penuh dengan cairan (cairan ini berupa air yang keluar dari vagina
induk ketika amnion pecah persis sebelum kelahiran). Membran kantung kuning
telur pada mamalia merupakan tempat pembentukan awal sel-sel darah merah, yang
kemudian bermigrasi kedalam proper embrio.
Alantois, berkembang sebagai kantung dari luar perut rudimenter embrio.
Alantois digabungkan ke dalam tali pusar, dimana alantois membentuk pembuluh
darah yang mengangkut oksigen dan nutrient dari plasenta ke embrio dan
mengeluarkan karbon dioksida serta limbah bernitrogen dari embrio.
Gambar 6. Membran Ekstra Embrionik pada Manusia dan Ayam

b. Tempat Implantasi
Implantasi blastosit biasanya terjadi di uterus. Jika implantasi terjadi di tempat
lain, biasanya perkembangannya mengalami komplikasi serius dalam beberapa
minggu. Implantasi intrauterine, blastosit biasanya lebih banyak menempel pada
badan endometrium, sedikit lebih sering pada posterior dari pada anterior.
Tempat terjadinya implantasi pada manusia pada bagian posterior uterus (2/3
bagian kasus) dan pada bagian anterior uterus (1/3 bagian kasus). Daerah tempat
tertanamnya embrio ke dalam endometrium induk disebut tangkai tubuh (body
stalk). Daerah ini semula berada di atas amnion. Ketika amnion membesar, embrio
bergeser dari tangkai tubuh, sehingga berada di posterior (kauda). Tangkai tubuh
akan mengalami pemanjangan dan perampingan menjadi tali pusat. Tempat
imlantasi blastosit dapat terjadi di ekstrauterin yang akan menyebabkan terjadinya
kehamilan luar rongga rahim, yang disebut dengan kehamilan ectopic
2.2 MacamMacam Implantasi
a. Superfisial : Keadaan dimana embrio menempel pada permukaan epitel
endometrium. Misalnya pada kambing, babi, sapi, kuda.
b. Eksentrik : Keadaan dimana embrio menembus sedikit lebih dalam ke
dalam endometrium uterus. Misalnya pada anjing, kucing, tikus.
c. Interstitial (profundal) : Keadan dimana embrio mengerosi (menggerogoti)
endometrium uterus dan akhirnya seluruh embrio tertanam di dalam
endometrium. Misalnya pada manusia, simpanse, marmot.
Sementara implantasi berlangsung, sel-sel endometrium uterus mengalami
perubahan struktur dan fungsi, menjadi lebih besar, banyak mengandung glikogen
dan lipid. Sel-sel stroma endometrium berubah menjadi sel-sel desidua. daerah
desidua dapat dibedakan 3, yaitu:
1) Desidua basalis, yaitu desidua yang secara langsung ditanami embrio (tempat
tertanamnya embrio).
2) Desidua kapsularis, yaitu desidua yang melingkupi embrio dan turut meregang
sesuai dengan membesarnya embrio.
3) Desidua parietalis, yaitu desidua yang letaknya berseberangan dengan tempat
tertanamnya embrio.

Gambar 5. MacamMacam Desidua


Ketika bayi dilahirkan, ketiga macam desidua akan mengelupas dan
dikeluarkan bersama plasenta. Sejalan dengan makin membesarnya embrio, amnion
mendesak desidua kapsularis, sehingga desidua ini akan bertemu dengan desidua
parietalis dan lumen uterus menjadi sempit.
2.3 Proses Pembentukan Plasenta
Plasenta adalah organ yang luar biasa. Yang berasal dari lapisan trofoblastik
setelah terjadi fertilisasi.Plasenta tersambung dengan sirkulasi darah ibu untuk
mengambil alih fungsi-fungsi dari fetus yang belum bisa bekerja sendiri selama
dalam kandungan.Kehidupan fetus tergantung pada integritas dan efisiensi
plasenta.
Blastokista tertanam sempurna di dalam endometrium, yang sekarang disebut
desidua. Blastokista mengandung dua jenis sel embrionik yang telah
berdiferensiasi, yaitu trofektoderm (yang akan berdiferensiasi menjadi sel
trofoblas) di bagian luar dan massa sel dalam. Sel trofoblas in nantinya akan
membentuk plasenta dan massa sel dalam akan membentuk janin dan membran
janin. Trofoblas berdiferensiasi menjadi 2 lapisan, yaitu :
1) Sitotrofoblas, satu lapisan sel-sel berinti tunggal terletak di sebelah dalam.
2) Sinsitiotrofoblas, (atau sinsitium), satu zona luar berinti banyak tanpa batas
yang jelas.

Sel sinsiotrofoblas merupakan sel yang berukuran besar dan multinuklear yang
berkembang dri lapisan sitotrofoblas. Sel ini aktif menghasilkan hormon plasenta
dan mentranspor zat makanan dari ibu ke janin. Sekelompok sel sitotrofoblas
memiliki sifat invasif, melewati stroma endometrium untuk mencapai pembuluh
darah ibu.
Pada usia kehamilan hari ke-10, sebagian sel sitotrofoblas berkembang menjadi
sitotrofoblas extravili yang menginvasi kapiler ibu dan arteri spiralis dengan
menyumbat lumen pembuluh darah untuk mencegah pendarahan(sinusoid).
Sedangkan sel sinsitiotrofoblas menginvasi uterus yang kemudian berkontak
dengan sinusoid maternal (kapiler ibu) sehinga lacuna trofoblastik (ruang intervili)
terisi oleh darah ibu dan terjadilah sirkulasi utero-plasenta.
Pada hari ke -14 trofoblas berkembang menjadi jonjot-jonjot seperti jari yang
disebut vili korion primitif (vili korion primer). Masing-masing vilus terususn atas
satu lapis sitotrofoblas yang dikelilingi oleh sel-sel sinsitiotrofoblas (sinsitium).
Semakin lama akan tebentuk ruang-ruang di antaranya karena kedua struktur
tersebut melakukan erosi yang semakin dalam ke dalam desidua. Vili akan
menyebabkan pecahnya pembuluh darah maternal saat struktur tersebut mengerosi
jaringan endometrium dan ruang-ruang tersebut dengan demikian terisi dengan
darah maternal.
Pada minggu ke-3 terjadi percabangan vili korion primitif yang disebut vili
korion korion sekunder yang didalamnya mulai terbentuk pembuluh darah.
Pembuluh darah ini akhirnya membentuk dua arteri umbilikalis dan satu vena
umbilikalis untuk janin. Di dalam uterus, endometrium hamil yang kemudian
menjadi desidua, sekarang mengalami diferensiasi menjadi tiga daerah yaitu
desidua basalis, desidua kapsularis dan desidua parietalis.
Pada minggu-minggu pertama perkembangan, vili meliputi seluruh permukaan
korion. Semakin tua kehamilan, vili pada kutub embrional terus tumbuh dan
meluas, sehingga membentuk korion frondosum (korion bervili lebat seperti semak-
semak). Vili pada kutub abembrional mengalami degenarasi dan menjadi halus
yang disebut korion leave. Desidua di atas korion frondosom, desidua basalis,terdiri
atas sebuah lapisan kompak sel-sel besar, sel desidua yang mengandung banyak
sekali lipid dan glikogen. Lapisan ini, lempeng desidua, melekat erat dengan korion.
Lapisan kedua di kutub abembrional disebut desidua kapsularis. Dengan
bertambah besarnya gelembung korion, lapisan ini menjadi teregang dan
mengalami degenarasi. Selanjutnya korion leave bersentuhan dengan dinding rahim
(desidua parietalis) pada rahim sisi yang lain dan keduanya menyatu dan dengan
demikian menutup rongga rahim. Oleh karena itu, satu-satunya bagian korion yang
ikut serta dalam proses pertukaran adalah korion frondosum yang bersama dengan
desidua basalis akan membentuk plasenta.

a. Struktur Plasenta
Plasenta berbentuk oval dengan diameter 15-20 cm dan berat 500 -600 gram.
Plasenta terbentuk lengkap saat usia kehamilan 16 minggu (4 bulan), ketika ruang
amnion telah mengisi seluruh rongga rahim.
Bagian-bagian plasenta meliputi :
1) Bagian fetal : vili korialis, ruang intervili. Darah dari ibu di ruang intervili
berasal dari arteri spinalis yang berada di desidua basalis. Pada sistol darah
dipompa dengan tekanan 70-80 mmHg ke ruang intervili sampai pada pangkal
kotiledon, darah menbanjiri ke vili korialis dan kembali secara perlahan
melalui pembuluh balik (vena) dengan tekanan 8 mmHg.
2) Bagian permukaan janin : merupakan bagian permukaan janin, tepatnya di uri
yang dilapisi selaput amnion.
3) Bagian maternal : teridiri dari desidua kompakta yang terdiri dari beberapa
lobus dan kotiledon (15-20 lobus). Pertukaran uteroplasenta terjadi melalui
intervili tali pusat.
b. Letak Plasenta di Uterus

c. Tali Pusat (Funiculus Umbilicalis)


d. Sirkulasi Plasenta

Gambar 5. Plasenta dan embrio


Pada waktu berpenetrasi ke dalam endometrium uterus, villi korion
mencapai kapiler darah yang terdapat di dalamnya dan memecahkan dindingnya.
Akibatnya darah maternal mengumpul dalam ruang-ruang intervilli (lakuna).
Plasenta berhubungan dengan embrio melalui tali pusat (korda umbilikalis). Di
dalam tali pusat terdapat pembuluh darah (vena dan arteri umbilikalis yang dibentuk
dari mesoderm alantois) yang berhubungan dengan pembuluh-pembuluh darah
intra-embrio. Pada dinding villi korion terjadi pertukaran materi antara darah
maternal dan darah fetal. Zat-zat nutrisi dan O2 dari darah maternal memasuki
pembuluh-pembuluh darah plasenta lalu diangkut oleh vena umbilikalis memasuki
tubuh fetus, masuk ke dalam jantung dan diedarkan ke seluruh tubuh. Darah yang
miskin O2 dan mengandung zat-zat ekskresi dari tubuh fetus diangkut oleh arteri
umbilikalis menuju ke pembuluh darah plasenta dan dilepaskan ke dalam darah
maternal. Pada semua tipe plasenta tidak pernah terjadi percampuran antara darah
maternal dan darah fetal.
Kotiledon (ruang/sekat dalam plasenta) menerima darah dari 100-100 aa.
Spiral yang menembus lempeng desidua dan memasuki ruang-ruang intervili
dengan jarak yang cukup teratur. Lumen arteri spinalis sempit, sehingga
mengakibatkan tingginya tekanan darah sewaktu memasuki ruang antarvili.
Tekanan ini menyemburkan darah dalam-dalam ke ruang intervili dan membasahi
banyak vili kecil dari percabangan vili dengan arah yang kaya oksigen. Pada waktu
tekanan menurun, darah mengalir kembali dari lempeng korion ke desidua, dan
memasuki vena endometrium. Karena itu darah, yang berasal dari danau-danau
intervili mengalir kembali ke dalam peredaran darah ibu melalui vena
endometrium.
Secara keseluruhan, ruang intervili pada plasenta yang telah tumbuh
sempurna mengandung kira-kira 150 mL darah, yang diganti kira-kira 3 atau 4 kali
dalam semenit. Darah ini mengalir sepanjang vili korion, yang mempunyai luas
permukaan berkisar dari 4 hingga 14 meter persegi. Akan tetapi patut diingat bahwa
pertukaran di plasenta tidak berlangsung di semua vili, tetapi hanya pada vili yang
pembuluh janinya berhubungan erat dengan membrane sinsitium yang
membungkusnya. Pada vili ini, sinsitium kerap kali mempunyai brush border yang
terdiri atas banyak vili halus, sehingga sangat menambah luas permukaan, dan
akibatnya meningkatkan kecepatan pertukaran antara peredaran darah ibu dan
janin.
e. Transportasi Plasenta
Fungsi plasenta memasok segala sesuatu yang dibutuhkan oleh embrio dan
janin untuk tumbuh dan matang. Berbagai sistem yang kompleks terdapat di dalam
jaringan plasenta untuk memfasilitasi perpindahan nutrien ke janin dan kemudian
membuangnya. Di bawah kendali tekanan darah sistemik, darah arteri maternal
menyembur dari arteri spiralis ke dalam ruang intervili dan kemudian menyebar.
Terdapat empat jenis mekanisme transpor yang memindahkan molekul-
molekul penting dari darah ibu ke dalam plasent, kemudian sirkulasi ke janin.
1) Pertukaran gas respirasi terjadi melalui difusi pasif menuruni gradient
konsentrasi.
2) Glukosa, suatu bahan bakar metabolik utama untuk embrio dan janin, ditranfer
melalui difusi.
3) Kalsium memasuki plasenta melalui transpor kation aktif dimana berbagai
asam amino diangkut melawan gradient konsentrasi berpasangan dengan
transpor natrium.
4) Imunoglobulin dari kelas IgC memasuki plasenta melalui endositosis setelah
terjadi pengikatan ujung Fc molekul IgC ke reseptor membran Fc trofoblas.

f. Produksi Hormon Protein pada Plasenta


Plasenta kaya akan sumber hormon-hormon protein dan steroid, namun hanya
beberapa hormone yang khas dalam kehamilan. Hormon plasenta ini bertanggung
jawab pada hampir semua adaptasi ibu dan beberapa adaptasi janin terhadap
kehamilan.
1) Gonadotropin korionik manusia
Gonadotropin korionik manusia (human chorionic gonadotropin, hCG)
merupakan hormon protein dimer yang strukturnya sangat berhubungan
dengan LH (luteinizing hormone). Hormon ini merupakan salah satu produk
pertama sel trofoblas embrio yang penting dalam menginformasikan kepada
ibu bahwa telah terjadi konsepsi. Sekresi hCG berhubungan secara kuantitatif
terhadap massa sel sitotrofoblas total di dalam plasenta. Konsentrasinya dalam
serum ibu bertambah dua kali lipat setiap 2-3 hari pada awal kehamilan; ini
dapat digunakan sebagai skrining untuk membedakan kehamilan normal
dengan abnormal. Kegagalan peningkatan yang sesuai pada konsentrasi hCG
merupakan indikasi adanya implantasi abnormal kehamilan ektopik (tuba) atau
kehamilan intrauterin yang tidak dapa hidup. Kadar hCG yang lebih tinggi
daripada yang diharapkan terlihat pada kehamilan kembar dan kehamilan mola.
Peran biologism utama Hcg adalah untuk menyelamatkan korpus luteum
ovarium dari kematian yang telah diprogram saat 12-14 hari setelah ovulasi.
Karena adanya hubungan struktural yang dekat antara hCG dan LH, maka hCG
dapat berikatan dengan reseptor LH pada sel luteal. hCG kemudian dapat
menggantikan LH, menunjang korpus luteum saat terjadi kehamilan.
Pemeliharaan korpus luteum memungkinkan sekresi progesteron ovarium yang
terus menerus setelah hari ke- 14 pascaovulasi dan pemeliharaan kehamilan
awal. Pengangkatan korpus luteum dengan pembedahan tanpa pemberian
suplemen progesteron atau sebelum kehamilan minggu ke-9 siklus menstruasi
akan menyebabkan keguguran.
2) Laktogen plasenta manusia
Laktogen plasenta manusia (human placental lactogen,hPL) merupakan
hormon protein yang diproduksi secara eksklusif oleh plasenta. Secara
struktural hormon ini berhubungan dengan prolaktin maupun GH. Selama
kehamilan, glukosa darah menurun, sekresi insulin meningkat, dan resistensi
perifer insulin meningkat. Nama lain untuk hPL adalah somatomamotropin
korionik manusia (human chorionik somatomammotropin, hCS).
Pada teorinya, penurunan penggunaan glukosa ibu yang diinduksi oleh hPL
memastikan bahwa terdapat pasokan glukosa yang cukup untuk kebutuhan
janin. Terdapat bukti yang berkembang bahwa hPL terlibat dalam regulasi
homeostatis glukosa ibu sehingga ibu dapat memenuhi kebutuhan nutrisi janin;
walaupun keberhasilan kehamilan juga dapat terjadi pada keadaan tidak adanya
produksi hPL oleh plasenta. Pada kehamilan yang normal, produksi hPL
proporsional terhadap massa plasenta dan kemudian meningkat terus selama
kehamilan.
3) Progesteron
Hormon ini berfungsi untuk memelihara agar endometrium uterus tetap
tebal (tidak luruh) dan kaya pembuluh darah. Pada manusia, progesteron mulai
disintesis oleh plasenta pada minggu ke empat setelah implantasi. Menjelang
kelahiran, produksi hormon ini menurun.
4) Estrogen
Pada manusia, hormon ini mulai dihasilkan oleh plasenta pada minggu ke-
4 setelah implantasi, selain itu juga dihasilkan oleh kelenjar adrenal fetus.
Estrogen berperan untuk memelihara kehamilan. Produksi estrogen terus
meningkat sampai menjelang kelahiran bayi.
5) Hormon-hormon lainnya
Hormon pertumbuhan hipofisis baik yang berasal dari ibu maupun janin
tidak dipelukan untuk pertumbuhan janin yang normal. Kenyataannya, janin
anensefalik yang tidak memiliki kelenjar hipofisis dan merupakan keturunan
dari wanita yang mengalami defisiensi hormon pertumbuhan akan tumbuh
normal di dalam kandungan. Plasenta menghasilkan jenis protein hormon
pertumbuhannya sendiri, yang dikenal sebagai hormon pertumbuhan plasenta
(placental growth hormone, PGH). PGH merupakan hormon kandidat untuk
mengatur pertumbuhan janin.
Baik sel sitotrofoblas sinsitiotrofoblas mengeluarkan hormon pelepas
kortikotropin (corticotropin releasing hormone, CRH) dan pro-
opiomelanokortin (POM-C), suatu prekursor untuk hormon
adrenokortikotropik (adrenocorticotripoc hormone, ACTH). Kadar CRH
maternal dan CRH plasenta meningkat pada kehamilan bulan terakhir.
g. Fungsi Plasenta
Plasenta harus memasok segala sesuatu yang dibutuhkan oleh janin untuk
tumbuh dan matang. Berbagai sistem yang kompleks terdapat di dalam jaringan
plasenta untuk memfasilitasi perpindahan nutrien ke janin dan kemudian
membuangnya.
Fungsi utama plasenta adalah sebagai berikut.
1) Pertukaran gas
Pertukaran gas seperti oksigen, karbon dioksida, dan karbon monoksida
berlangsung melalui difusi primitif. Pada saat cukup bulan, janin menyaring
20-30 mL oksigen dalam semenit dari peredaran darah ibu, dengan demikian
dapatlah dimengerti bahwa penyaluran oksigen sebentar saja pun akan fatal
akibatnya bagi bayi.
2) Pertukaran nutrien dan elektrolit
Pertukaran nutrien dan elektrolit, seperti asam amino, asam lemak bebas,
karbohidrat dan vitamin berjalan cepat dan meningkat bersamaan
dengan meningkatnya usia kehamilan.
3) Pemindahan antibodi ibu
Antibodi ibu diambil oleh sinsitiotrofoblas dengan cara pinositosis dan
selanjutnya diangkut ke pembuluh kapiler janin. Dengan cara ini, janin
memperoleh antobodi ibu, yaitu immunoglobulin G (IgG) kelas (7S). Antobodi
ini membantu melawan berbagai penyakit infeksi dan memperoleh kekebalan
pasif terhadap difteri, cacar, campak, dan lain-lainnya, tetapi bukan terhadap
cacar air dan batuk rejan (pertusis). Imunisasi pasif penting karena janin hanya
mempunyai sedikit kemampuan untuk menghasilkan antibodi sendiri sampai
sesudah lahir.

h. Jenis Kehamilan Kembar


Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin atau lebih. Kehamilan
kembar lebih banyak terjadi pada kehamilan yang berasal dari fertilisasi in vitro
(bayi tabung) daripada kehamilan spontan.
Dilihat dari asal usul zigot, dikenal dua jenis persalinan kembar: fraternal
(dizigotik) dan identik (monozigotik). Kembar dizigotik adalah hal yang umum
terjadi pada vertebrata, sementara kembar monozigotik merupakan hal yang jarang
dijumpai.
1) Kehamilan Kembar Monozigotik (Indentik)
Kehamilan kembar monozigotik atau disebut juga identik adalah kehamilan
kembar yang terjadi dari 1 telur yang dibuahi oleh 1 sperma. Mempunyai gen
yang sama, jenis kelamin yang sama, muka yang serupa, sidik jari dan telapak
sama. Jika pembelahan zigot ini terjadi saat awal pembuahan (1-3 hari setelah
pembuahan) maka setiap embrio biasanya akan memiliki kantong ketuban yang
berbeda, dan satu plasenta. Tetapi bila pembelahan terjadi setelah 14 hari maka
kemungkinan kembar akan terjadi join / menempel bersama pada bagian dari
tubuhnya atau pembelahan yang tidak sempurna yang disebut sebagai kembar
siam lebih tinggi.Kehamilan ini jarang terjadi.
Kembar MZ selalu berkelamin sama dan secara genetik adalah sama (klon)
kecuali bila terjadi mutasi pada perkembangan salah satu individu. Tingkat
kemiripan kembar ini sangat tinggi, dengan perbedaan kadang-kadang terjadi
berupa keserupaan cerminan. Perbedaan terjadi pada hal detail, seperti sidik jari.
Bila individu beranjak dewasa, tingkat kemiripan biasanya berkurang karena
pengalaman pribadi atau gaya hidup yang berbeda.
2) Kehamilan Kembar Fraternal (Dizigotik)
Kembar dizigotik (dikenal sebagai kembar non-identik) terjadi karena
zigot-zigot yang terbentuk berasal dari sel telur yang berbeda. Terdapat lebih
dari satu sel telur yang melekat pada dinding rahim yang terbuahi oleh sel-sel
sperma pada saat yang bersamaan. Pada manusia, proses ovulasi kadang-kadang
melepaskan lebih dari satu sel telur matang ke tuba fallopi yang apabila mereka
terbuahi akan memunculkan lebih dari satu zigot. Mereka biasanya tidak terlalu
mirip atau seperti kakak adik saja. Karena berasal dari dua telur dan sperma
yang berbeda maka masing- masing mempunyai kantung ketuban dan plasenta
sendiri. Jadi kembar fraternal, adalah terjadinya 2 proses pembuahan dalam satu
kehamilan. Tidak selalu memiliki jenis kelamin yang sama dimana : 1/2 bagian
dari kembar fraternal adalah anak laki anak perempuan; 1/4 bagian adalah
anak laki anak laki dan ; 1/4 bagian lagi anak perempuan anak perempuan.
DAFTAR RUJUKAN
Anggraini. 2014. Perkembangan embrio. http://blog.uin-
malang.ac.id/bettie/2011/03/10/perkembangan-embrio/. Diakses tanggal
28 September 2014
Campbell, Neil A. 2004. Biology edisi ke-5 jilid 3 Alih Bahasa Prof.Dr.Ir. Wasmen
Manalu. Jakarta : Erlangga.
Gilbert, S.F.Developmental Biology. Ed. 8, Sunderland: Sinauer
Majumdar, N.N. 1985. Textbook of Vertebrates Embryology. Ed. 5. New Delhi:
Tata McGraw Hill
Moore, Keith L. 1988. The Developing Human. Philadelpia : W.B Saunders
Company.
Ramadhy, Asep S. 2011. Biologi Reproduksi. Bandung : PT. Refika Aditama
Setyawan, Kharis. 2012. Implantasi / Nidasi dan Plasentasi. http://goth-
id.blogspot.com/2012/04/implantasi-nidasi-dan-plasentasi.html.Diakses
tanggal 28 September 2014.

Anda mungkin juga menyukai