Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
FEBRUARI 2023
UNIVERSITAS HALU OLEO

FISIOLOGI PLASENTA

Sandhi Wirya Andrayuga, S.Ked


K1B1 20 050

Pembimbing:
dr. Mono Valentino Yohanis, M.Kes., Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Sandhi Wirya Andrayuga, S.Ked

Stambuk : K1B1 20 050

Judul Referat : Fisiologi Plasenta

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian

Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Februari 2023


Pembimbing

dr. Mono Valentino Yohanis, Sp.OG

FISIOLOGI PLASENTA

Mono Valentino Yohanis, Sandhi Wirya Andrayuga

2
A. PENDAHULUAN

Plasenta atau uri adalah alat yang paling penting bagi janin karena plasenta

merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak dan sebaliknya, juga sebagai

penghasil hormon.1 Selama keberadaannya yang sementara, plasenta

melakukan tindakan yang biasanya dilakukan oleh beragam organ terpisah,

seperti paru-paru, hati, usus, ginjal, dan kelenjar endokrin. 2 Plasenta merupakan

organ endokrin yang sempurna karena mengeluarkan banyak hormon peptida

yang aktif secara biologis pada berbagai waktu sepanjang kehamilan.3

Dewasa kini, telah diketahui secara luas bahwa plasenta memiliki 2

komponen yaitu komponen janin dan komponen ibu. Kedua komponen ini

harus berinteraksi dengan baik untuk mendapatkan kehamilan yang sehat.

komponen ibu dari plasenta manusia pastilah endometrium, yang mengalami

transisi untuk membentuk desidua pada awal kehamilan.4 Faktor plasenta juga

mempengaruhi pertumbuhan janin yaitu besar dan berat plasenta, tempat

melekat plasenta pada uterus, tempat insersi tali pusat, dan kelainan plasenta.5

Sehat tidaknya anak bergantung kepada baik buruknya faal plasenta. 1

Fungsi plasenta diantaranya adalah memberikan makanan kepada janin,

ekskresi hormon, respirasi janin, membentuk hormon estrogen, menyalurkan

berbagai antibodi dari ibu, sebagai barrier terhadap janin dari kemungkinan

masuknya mikroorganisme atau kuman.5 Pertumbuhan plasenta terjadi dengan

pesat pada triwulan pertama kehamilan dan kecepatan pertumbuhan mulai

melambat di bulan ke lima kehamilan, bahkan berhenti tumbuh saat telah

sempurna, tetapi adakalanya plasenta dapat terus tumbuh dan meningkat

3
ukurannya jika berhadapan dengan lingkungan maternal yang kurang

menguntungkan seperti terjadinya hipoksia intra uteri.6

B. ANATOMI

Plasenta adalah struktur yang berfungsi sebagai media penghubung antara

organ fetus dan jaringan maternal agar pertukaran fisiologi dapat terjadi. Pada

persalinan aterm, plasenta yang dilahirkan berbentuk cakram dengan

ukurannya dapat mencapai diameter 22 cm, tebal 2,5 cm, dan berat sekitar 450-

500 gram.7 Selama kehamilan pertumbuhan uterus lebih cepat daripada

pertumbuhan plasenta. Sampai kehamilan 20 minggu plasenta menempati

sekitar ¼ luas permukaan miometrium, dan ketebalannya tidak lebih dari 2-3

cm. menjelang kehamilan aterm, plasenta menempati sekitar 1/8 luas

permukaan miometrium, dan ketebalannya dapat mencapai 4-5 cm. Ketebalan

plasenta yang normal jarang melebihi 4 cm. Batasan tebal minimal plasenta

normal antara 1,5-2,5 cm.8

Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu bagian maternal dan fetal. Pada

bagian maternal, permukaan plasenta lebih kasar dan agak lunak, dan

mempunyai struktur poligonal yang disebut sebagai kotiledon. Setiap kotiledon

terbentuk berdasarkan penyebaran cabang dari pembuluh darah fetal yang akan

menvaskularisasi stem vili dan cabang-cabangnya. Permukaan plasenta bagian

maternal berwarna merah tua dan terdapat sisa dari desidua basalis yang ikut

tertempel keluar.9

4
Gambar 1. Makroskopik plasenta anak cukup bulan. (A) Tali pusat masuk
ke permukaan janin di mana arteri korionik berpotongan di atas vena korionik
(panah putih). (B) Permukaan ibu dari plasenta dikelompokkan ke dalam lobus
ibu (garis putus-putus), yang sesuai dengan lobulus janin, pohon vili dalam
parenkim plasenta.7

Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kearah kavum uteri disebut

desidua kapsularis, yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus

disebut desidua basalis di mana tempat plasenta akan dibentuk. Desidua yang

meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua parietalis. Hasil konsepsi

sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan vili korialis dan

berpangkal pada korion. Selain itu vili korialis yang berhubungan dengan

desidua basalis tumbuh bercabang-cabang dengan baik, di sini korion disebut

korion frondosum. Yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang

mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke arah kavum uteri

sehingga lambat laun menghilang. Korion yang gundul ini disebut korion

leave.8

5
Gambar 2. Embrio berusia seputar 6 minggu.8

Amnion merupakan lapisan membran yang tipis dan avaskuler yang

membungkus fetus, dapat dipisahkan dari korion setelah lahir. Di bawah

lapisan amnion, pembuluh darah korion bersambungan dengan pembuluh darah

fetus membentuk struktur yang dinamakan tali pusat. Biasanya panjang tali

pusat dapat mencapai 30-90 cm dan berinsersi pada tengah permukaan

plasenta, tetapi ada juga yang berinsersi di pinggir plasenta.8,9

C. PERKEMBANGAN PLASENTA

Plasentasi adalah proses pembentukan struktur plasenta. Setelah nidasi

embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi

berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.1 Terdapat beberapa

tahapan dalam plasentasi, antara lain:

1. Tahap Pre-Implantasi

Selama perkembangan manusia, antara tahap morula dan blastokista

(hari ke 4-5 pasca konsepsi), trofoblas adalah garis keturunan sel pertama

6
yang berdiferensiasi. Setelah pembentukan trofoblas, blastokista terdiri

dari massa inner sel yang dikelilingi oleh satu lapisan trofoblas berinti

tunggal. Lapisan luar ini tidak hanya mengelilingi embrioblas, tetapi juga

blastokel yaitu rongga blastokista. Kemudian selama kehamilan, trofoblas

membentuk sebagian besar plasenta dan membran janin, sedangkan massa

inner sel membentuk embrio dan tali pusat serta mesenkim plasenta. Yang

terakhir ini berasal dari mesoderm ekstraembrionik yang tumbuh dari

embrio awal. Sekitar hari ke 6 pasca pembuahan, blastokista menetas dari

zona pelusida dan menempel pada epitel uterus; pada tahap itu

pembentukan plasenta dimulai.7,9

Gambar 3. Implantasi blastokista. Selama implantasi normal, blastokista


berputar sedemikian rupa sehingga kutub trofoblas bersentuhan langsung
dengan epitel uterus. Kutub trofoblas selanjutnya berdiferensiasi menjadi
sinsitiotrofoblas invasif pertama, yang kemudian menembus epitel dan
dengan demikian menyebabkan melekatnya blastokista ke dalam stroma
desidua uterus.7
2. Tahap Pre-Lakunar

Pada hari ke-7-8 setelah konsepsi, blastosis tertanam sepenuhnya di

dalam endometrium. Embrio yang terbentuk telah dikelilingi oleh plasenta

yang sedang berkembang, dimana pada stadium ini terdiri atas dua subtipe

7
trofoblas, yaitu sinsiotrofoblas dengan warna lebih gelap di bagian luar

yang berhubungan langsung dengan jaringan ibu serta sitotrofoblas dengan

warna lebih muda di bagian dalam yang akan berkembang menjadi vili.7.10

Gambar 4. Vili korionik. Plasenta selama kehamilan awal.10

3. Tahap Lakunar

Pada hari ke 8-9 pasca-konsepsi, vakuola kecil berisi cairan muncul

dalam lapisan sinsitiotrofoblas, dan merupakan awal tahap lakunar.

Vakuola tumbuh dengan cepat dan bergabung membentuk satu lakuna,

yang merupakan prekursor pembentukan ruang intervillosa. Lakuna

dipisahkan oleh pita trabekula, dimana dari trabekula inilah nantinya villi

berkembang. Pembentukan lakuna membagi trofoblas kedalam 3 lapisan,

yaitu: (1) Plat korion primer (sebelah dalam); (2) sistem lakuna yang akan

membentuk ruang intervillosa bersama trabekula yang akan menjadi

anchoring villi serta perkembangan cabang yang akan membentuk floating

villi; dan (3) plasenta bagian maternal yang terdiri dari trofoblas yang akan

membentuk plat basal.7

8
Gambar 5. Perkembangan dari lakuna menjadi ruang intervili plasenta. Bagian
luar adalah lapisan sel sinsisiotrofoblas dan bagian dalam adalah sitotrofoblas.8

Aktifitas invasif lapisan sinsitiotrofoblas menyebabkan disintegrasi

pembuluh darah endometrium (kapiler, arteriol dan arteri spiralis). Kalau

invasi terus berlanjut maka pembuluh-pembuluh darah ini dilubangi,

sehingga lakuna segera dipenuhi oleh darah ibu. Pada perkembangan

selanjutnya lakuna yang baru terbentuk bergabung dengan lakuna yang

telah ada dan dengan demikian terjadi sirkulasi intervillosa primitif.

Peristiwa ini menandai terbentuknya “hemochorial” plasenta, dimana

darah ibu secara langsung meliputi trofoblas.9

4. Tahap Villous

Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas

invasif telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium.

Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-ruangan yang berisi

darah maternal dari pembuluh-pembuluh darah yang dilubangi.

9
Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul ruangan-ruangan intervili

di mana vili korialis seolah terapung di antara ruangan tersebut sampai

terbentuknya plasenta. Sel trofoblas awal kehamilan disebut sebagai vili

primer, kemudain berkembang menjadi sekunder dan tersier pada trimester

akhir. Tiga minggu pasca fertilisasi, sirkulasi darah janin dini dapat

diidentifikasi dan dimulailah pembentukan vili korialis.7,10

Gambar 6. Plasentasi Normal.11

Sirkulasi darah janin ini berakhir di lengkung kapiler di dalam vili

korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal yang

dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Vili akan

berkembang seperti akar pohon dengan bagian tengah akan mengandung

pembuluh darah janin. Vili korialis ini akan bertumbuh menjadi suatu

massa jaringan yaitu plasenta.10

10
Gambar 7. Tahap awal perkembangan plasenta manusia. Langkah awal
pembentukan plasenta setelah implantasi blastokista. (A,B) Tahap pra-lacunar. (C)
Tahap lakunar. (D) Tahap vili primer. (Keterangan: ys, primary yolk sac; ac,
amniotic cavity; cs, cytotrophoblastic shell; eec, extra-embryonic coelom; exm,
extra-embryonic mesoderm; GE, glandular epithelium; ICM, inner cell mass; lac,
lacunae; LE, luminal epithelium; mn. tr, mononuclear trophoblast; pr. syn,
primary syncytium; TE, trophectoderm; vs, blood vessels).12

D. ALIRAN DARAH UTERO-PLASENTA

1. Sirkulasi Janin

Janin dan plasenta dihubungkan dengan tali pusat yang berisi dua arteri

dan satu vena, vena berisi darah penuh oksigen, sedangkan arteri yang kembali

dari janin berisi darah terdeoksigenasi. Bila terdapat hanya satu arteri ada risiko

15% kelainan kardiovaskular. Tali pusat berisi massa mukopolisakarida yang

disebut jeli Wharton dan bagian luar adalah epitel amnion. Panjang tali pusat

11
bervariasi yaitu 30-90 cm. Pembuluh darah tali pusat berkembang dan

berbentuk seperti heliks, agar terdapat fleksibilitas dan terhindar dari torsi.

Tekanan darah arteri pada akhir kehamilan diperkirakan 70/60 mmHg,

sedangkan tekanan vena diperkirakan 25 mmHg. Tekanan darah yang relatif

tinggi pada kapilar, termasuk pada vili, bertujuan agar darah ibu tidak masuk

ke janin seandainya terjadi kebocoran.8

Cabang-cabang pembuluh umbilikalis yang melintas di sepanjang

permukaan janin plasenta dalam lempeng korionik dinamakan permukaan

plasental atau pembuluh korionik. Pembuluh ini responsif terhadap substansi

vasoaktif. Sebelum kehamilan 10 minggu, tidak terdapat pola aliran diastolik-

akhir di dalam arteri umbilikalis pada akhir siklus jantung janin. Setelah

kehamilan 10 minggu, timbul aliran diastolik-akhir yang dipertahnkan

sepanjang kehamilan normal.9

Gambar 8. Potongan plasenta yang telah lengkap. Sirkulasi darah ibu, yang
terpisah dari vili (hemokorialis).8

Sistem peredaran darah pada janin dicirikan oleh empat pirau, duktus

venosus, foramen ovale, duktus arteriosus, dan plasenta. Selama transisi dari

janin ke neonatus, pirau ini mulai menutup, dan dalam kondisi normal secara

12
anatomis tertutup dalam beberapa minggu. Masing-masing pirau ini secara

fisiologis unik, baik dalam kepentingannya dalam sirkulasi janin, tetapi juga

dalam pengaturan penutupannya saat lahir. Sirkulasi umbilikalis merupakan

jalur untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi bagi janin yang sedang

berkembang. Fitur khusus dari sirkulasi plasenta janin memastikan aliran darah

oksigen yang tidak terputus selama kehidupan janin dan penghentian aliran

yang aman setelah lahir untuk mencegah perdarahan pasca melahirkan. Aliran

darah umbilikus meningkat untuk mengimbangi pertumbuhan janin.13

2. Sirkulasi Maternal

Sekitar satu bulan pascakonsepsi, aliran darah maternal memasuki ruang

intervilus dalam bentuk semburan seperti air mancur dari arteri spiralis. Darah

didorong keluar dari pembuluh darah ibu, kemudian mengalir di atas dan

membasahi sinsisiotrofoblas secara langsung. Darah maternal masuk melalui

lamina basalis dan didorong ke atas menuju lempeng korionik oleh tekanan

arteri, sebelum menyebar ke lateral. Setelah merendam permukaan mikrovilus

eksternal milik vili korionik, darah maternal dialirkan Kembali melalui

orifisium vena dalam lamina basalis, kemudian memasuki vena-vena uterus.

Dengan demikian, darah maternal melintasi plasenta secara acak tanpa melalui

saluran yang terbentuk.9

Invasi trofoblas terhadap ateri spiralis, menciptakan pembuluh darah

bertahanan rendah yang dapat mengakomodasi peningkatan perfusi uterus yang

massif selama kehamilan. Secara umum, arteri spiralis berjalan tegak lurus

terhadap, tetapi vena berjalan sejajar dengan dinding uterus. Susunan ini

13
memungkinkan penutupan vena sewaktu kontraksi uterus dan mencegah

masuknya darah maternal dari ruang intervilus.9

E. FUNGSI PLASENTA

Plasenta harus memasok segala sesuatu yang dibutuhkan oleh embrio dan

janin untuk tumbuh dan matang. Berbagai sistem yang kompleks terdapat di

dalam jaringan plasenta untuk memfasilitasi perpindahan nutrien ke janin dan

kemudian membuangnya. Di bawah kendali tekanan darah sistemik, darah

arteri maternal menyembur dari arteri spiralis ke dalam ruang intervili dan

kemudian menyebar. Darah yang paling dekat dengan desidua maternal adalah

yang memiliki tekanan terendah dan kemudian dialirkan kembali ke sirkulasi

maternal. Hanya sedikit pembuluh darah ibu yang menyembur dalam waktu

yang bersamaan. Ini menunjukkan bahwa perfusi plasenta tidak melibatkan

seluruh plasenta pada waktu yang bersamaan dan terdapat kapasitas cadangan

jika terdapat pemisahan kecil dari dinding uterus.11 Secara garis besar, faal

plasenta dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu plasenta sebagai organ transfer

dan sebagai organ sintesis. Oleh karena itu, faal plasenta dapat dinilai dari

fungsi pertukaran zatnya dan dari fungsi produksi hormon serta enzimnya.1

Setidaknya terdapat empat jenis mekanisme transpor yang memindahkan

molekul-molekul penting dari darah ibu ke dalam plasenta, kemudian ke

sirkulasi janin. Pertukaran gas respirasi terjadi melalui difusi pasif menuruni

gradien konsentrasi dengan kecepatan difusi proporsional terhadap luas daerah

pertukaran, permeabilitas difusi, dan aliran darah ibu dan janin. Walaupun

kandungan oksigen pada darah tali pusat yang datang langsung dari plasenta

14
rendah (PO2 = 28-32 torr), afinitas yang tinggi terhadap oksigen pada

hemoglobin janin memastikan sel darah merah janin memiliki saturasi oksigen

yang tinggi.11

Pertukaran gas yang terpenting ialah transfer oksigen dan karbondioksida.

Saturasi oksigen pada ruang intervili plasenta ialah 90 %, sedangkan tekanan

parsial ialah 90 mmHg. Sekalipun tekanan pO2 janin hanya 25 mmHg,

tingginya hemoglobin F janin memungkinkan penyerapan oksigen dari

plasenta. Di samping itu, perbedaan kadar ion H + dan tingginya kadar

karbondioksida dari sirkulasi janin memungkinkan pertukaran dengan oksigen

(efek Bohr).8

Gambar 9. Saturasi oksigen janin. Lebih tinggi daripada ibu pada tekanan
oksigen yang sama (efek Bohr).8

Perbedaan tekanan 5 mmHg antara. ibu dan janin memungkinkan

pertukaran CO2 (dalam bentuk asam kabonat, karbamino Hb, atau bikarbonat)

pada plasenta. Ikatan CO2 dengan Hb bergantung pada faktor yang

mempengaruhi pelepasan oksigen. Jadi karbamino Hb meningkat bila oksigen

15
dilepas yang disebut sebagai efek Haldane. Keseimbangan asam basa

bergantung pada kadar H+, asam laktat, dan bikarbonat pada sirkulasi janin-

plasenta. Pada umumnya asidosis terjadi akibat kekurangan oksigen.8

Metabolisme karbohidrat terutama ditentukan oleh kadar glukosa yang

dipasok oleh ibu. Sebanyak 90 % dari kebutuhan energi berasal dari glukosa.

Kelebihan glukosa akan disimpan sebagai glikogen dan lemak. Glikogen

disimpan di hati, otot, dan plasenta, sedangkan lemak di sekitar jantung dan

belakang skapula. Glukosa dan monosakarida dapat langsung melewati

plasenta, tetapi disakarida tidak dapat. Kadar glukosa janin berkaitan dengan

kadar ibu dan tidak dipengaruhi oleh hormon karena mereka tidak melewati

plasenta. Plasenta mengatur utilisasi glukosa dan mampu membuat cadangan

separuh dari kebutuhan. Pada pertengahan kehamilan, 70% glukosa akan

mengalami metabolisme dengan cara glikolisis, 10% melalui jalur

pentosafosfat, dan sisanya disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Pada

kehamilan aterm utilisasi glukosa menurun 30%.8

Asam lemak bebas yang berikatan dengan albumin atau lipoprotein seperti

trigliserida akan dipasok melalui sirkulasi darah dalam bentuk silomikra. Asam

lemak bebas dapat melalui plasenta, dan ternyata janin mampu mengubah asam

linoleat menjadi arakidonat. Bila ibu puasa, janin akan menggunakan cadangan

trigliserida. Janin mampu menyintesis protein dari asam amino yang dipasok

lewat plasenta. Asam amino masuk melalui plasenta, dan ternyata kadarnya

lebih tinggi daripada ibunya. Plasenta tidak berperan dalam membentuk protein

16
yang diekskresi ke sirkulasi ibu, seperti korionik gonadotropin dan human

plasental laktogen.8

Uji Faal Plasenta

Kesan mengenai faal plasenta dapat kita peroleh dari:

1. Pertumbuhan janin.

2. Pemeriksaan air tuban dengan amnioskopi atau amniosentesis.

3. Pemeriksaan urin ibu; banyaknya estrogen dan pregnandiol dalam urin 24

jam dapat menentukan faal plasenta.

4. Pemeriksaan serum oksitosinase dari darah ibu; serum oksitosinase ini

dibuat dalam sinsisiotrofoblas.

5. Penentuan kadar HPL (Human Plasental Lactogen).

6. Uji tantangan oksitosin.1

F. PLASENTA SEBAGAI BARIER

Barier plasenta terbagi atas mekanis fisik dan kimiawis. Sebagai barier

fisik, plasenta menghalangi masuknya kuman yang terdapat dalam darah ibu ke

dalam janin, tetapi virus sedemikian kecilnya hingga tidak dapat terhalang oleh

plasenta. Sedangkan barrier kimiawi dengan beberapa zat yang masuk ke

dalam sinsisium diubah, seperti insulin yang berasal dari ibu.1

Janin membutuhkan lingkungan mikronya sendiri yang unik, terlepas dari

hormon stres dan polutan lingkungan, sehingga perkembangan sistem

neuroendokrin dan gonadnya tidak terganggu. Oleh karena itu, sinsitiotrofoblas

dilengkapi dengan berbagai enzim dan pengangkut yang memastikan

detoksifikasi dan penghabisan xenobiotik, memainkan peran yang setara

17
dengan sel hati pada orang dewasa. Salah satu contoh adalah enzim 11-b-

hidroksisteroid dehidrogenase 2 (11-bHSD2), yang mengoksidasi kortisol ibu

menjadi metabolit kortison yang tidak aktif. Dengan cara ini, plasenta

membatasi paparan terhadap potensi efek berbahaya dari hormon stres ibu,

yang bila diberikan langsung ke janin menyebabkan penurunan proliferasi sel

dan hambatan pertumbuhan.2

G. HORMON PLASENTA

Plasenta adalah organ endokrin terbesar pada manusia yang menghasilkan

berbagai macam hormon steroid, peptida, faktor-faktor pertumbuhan dan

sitokin. Pada trimester pertama, plasenta berkembang sangat cepat akibat

multiplikasi sel-sel sitotrofoblas yang proliferatif di lapisan dalam dan sel-sel

sinsisiotrofoblas di lapisan luar. Sinsisiotrofoblas umumnya berperan dalam

pembentukan hormon steroid, neurohormon/neuropeptida, sitokin, factor

pertumbuhan, dan “pituitary-like hormone”, sedangkan sitotrofoblas lebih

berperan dalam sekresi faktor-faktor pertumbuhan. Plasenta menghasilkan

hormon-hormon berikut.

1. Sintesis hormon polipeptida: Human chorionic gonadotropin (hCG),

Human placental lactogen (hPL).

2. Hormon-hormon protein: Chorionic Adrenocorticotropin (CACTH).

Chorionic thyrotropin (CT), Relaksin, Parathyroid hormone related

protein (PTHrP), Growth hormone variant (hGH-V).

3. Hormon-hormon peptida: Neuropeptida-Y (NPY), Inhibin, dan Aktivin.

18
4. Hypothalamus-like Releasing hormone: Gonadotropin-releasing hormone

(GnRH), Corticotropin releasing hormone (CRH), Thyrotropin releasing

hormone (cTRH), dan Growth hormone-relasing hormone (GHRH).

5. Hormon steroid: Progesteron, Estrogen.8

Human Chorionic Gonadotropin (hCG)

Hormon hCG mulai dapat dideteksi 1 hari setelah implantasi, Sekresi

hormon ini akan memperpanjang hidup korpus luteum dan menstimulasi

produksi progesteron melalui sistesis adenilatsiklase, Keadaan ini terus

dipertahankan sampai usia kehamilan kurang lebih 11 minggu saat plasenta

sudah mampu menyintesis progesteron. Fungsi HCG yang lain adalah

merangsang proses diferensiasi sitotrofoblas, stimulas produksi testoreron testis

janin dan diduga mempunyai efek imunosupresif selama kehamilan.8

Secara klinik, pengukuran kadar hCG umumnya digunakan untuk

menunjang diagnosis kehamilan, evaluasi setelah terapi penyakit trofoblas, dan

evaluasi abnormalitas kehamilan (misalnya: kehamilan ektopik). Kadar hCG

yang lebih tinggi daripada kadar normal pada trimester kedua seringkali

dihubungkan dengan trisomi 21, trisomi 13, trisomi 20, sindroma Turner dan

Klinefelter, sebaliknya kadar yang lebih rendah sering ditemukan pada janin

dengan trisomi 18. Pelepasan hCG dipacu oleh estradiol, faktor-faktor

pertumbuhan (growth factor) seperti: FGF (fibroblast growth factor), EGF

(epidermal growth factor), IGF-1 (insulin-like growth factor-1), IGF-2, dan

interleukin-1, sedangkan pelepasan hCG dihambat oleh GnRH antagonis,

progesteron, serta opioid.8

19
Kadar puncak hCG dalam plasma ibu tercapai antara hari ke-60 dan 80

setelah menstruasi, yaitu sebesar 100.000 mIU/Ml. Pada minggu ke-10 hingga

ke-12, kadar plasma mulai menurun, dan nilai terendah tercapai pada sekitar

minggu ke-16. Kadar plasma dipertahankan pada tingkat yang lebih rendah ini

sepanjang kehamilan. Sementara itu, urin ibu mengandung produk hCG yang

sama jenisnya dengan yang ditemukan dalam plasma ibu. Kadar hCG dalam

urin mengikuti pola umum yang sama dengan pola dalam plasma ibu,

mencapai puncaknya pada minggu ke-10.9

Human Placental Lactogen (hPL)

hPL disintesis di sinsitiotrofoblas dan dapat dideteksi mulai hari ke-12

setelah fertilisasi atau segera setelah implantasi. Peningkatan ini mulai tampak

sejak usia kehamilan 5 minggu dan mencapai puncaknya pada 4 minggu

terakhir kehamilan (35 minggu) yaitu dari 0,3 µg/ml pada trimester pertama

sampai 5,4 µg /ml pada trimester ketiga. Pengukuran kadar hPL sangat jarang

digunakan untuk kepentingan evaluasi abnormalitas kehamilan. Umumnya

disepakati bahwa kadar hPL <4 µg/ml pada usia kehamilan 30 minggu

merupakan batas bahwa janin dalam keadaan bahaya (fetal danger zone). Pada

plasenta yang besar seperti pada kehamilan ganda dan kehamilan dengan

diabetes mellitus, akan didapatkan kadar hPL yang lebih tinggi. Sebaliknya

kadar hPL yang rendah ditemukan pada pertumbuhan janin terhambat,

preeklampsia, dan neoplasma trofoblas.8

Peran hPL dalam sejumlah proses metabolik penting yaitu antara lain:

20
1. Lipolisis pada ibu yang diikuti peningkatan asam lemak bebas dalam

sirkulasi. Lipolisis akan menyediakan sumber energi untuk metabolism ibu

dan nutrisi janin. hPL akan menghambat sekresi leptin oleh trofoblas aterm.

2. Efek anti insulin atau “diabetogenik” yang menyebabkan peningkatan kadar

insulin ibu. Peningkatan kadar insulin ibu akan memacu sintesis protein dan

menyediakan sumber asam amino yang mudah digunakan janin.

3. Hormon angiogenik poten yang berperan penting dalam pembentukan

sistem vaskular janin.9

Adrenokortikotropin Korionik (CACTH)

Protein yang mirip dengan ACTH berhasil diidentifikasi pada plasenta

yang kemudian disebut Chorionic adrenocorticotropin (CACTH). Peranan

fisiologis dari CACT sampai sekarang belum jelas. Plasenta menghasilkan

ACTH yang kemudian diekskresikan ke dalam sirkulasi maternal dan janin,

tetapi ACTH maternal tidak masuk kedalam sirkulasi janin. Placental

corticotropin-releasing hormone (CRH) merangsang sintesis dan pengeluaran

CACTH. Produksi CRH oleh plasenta ditingkatkan oleh kortisol sehingga

menghasilkan umpan balik positif. Sistem ini mungkin penting untuk mengatur

maturasi paru janin dan waktu pelahiran.9

Relaksin

Ekspresi relaksin dalam korpus luteum, desidua, dan plasenta telah lama

diketahui. Relaksin mempunyai struktur kimia yang mirip dengan insulin dan

nerve growth factor. Hormon ini bekerja pada miometrium untuk merangsang

adenyl cyclase dan juga menyebabkan relaksasi uterus pada kehamilan dini.

21
Mekanisme sintesis dan kerjanya sampai sekarang belum jelas dan masih

diteliti.8

Parathyroid Hormone Related Protein (PTH rP)

Parathyroid hormone related protein (PTH rP) telah dapat diidentifikasi

pada jaringan normal orang dewasa khususnya pada organ reproduksi laki-laki

dan perempuan (uterus, korpus luteum dan payudara). Hal ini menunjukkan

bahwa pada orang dewasa PTH rP tidak dihasilkan oleh kelenjar tiroid.

Beberapa organ janin juga menghasilkan PTH rP di antaranya kelenjar

paratiroid, ginjal, dan plasenta. Sekresi hormon paratiroid pada orang dewasa

dipengaruhi oleh kadar kalsium, kecuali pada plasenta.8

Growth Hormone Variant (hGH-V)

Plasenta mengekspresikan suatu varian hormon pertumbuhan yang tidak

diekspresikan dalam hipofisis. Growth hormone variant (hGH-V) disintesis

oleh plasenta, kemungkinan dalam sinsisium. hGH-V dapat diukur kadarnya

dalam sirkulasi maternal mulai pada usia kehamilan 21-26 minggu, kadarnya

terus meningkat sampai usia kehamilan 36 minggu. Sekresi hGH-V oleh

trofoblas dipengaruhi oleh glukosa, sedangkan aktivitas biologisnya sama

dengan hPL.8

Neuropeptida-Y (NPY)

Peptida kecil yang mengandung 36 asam amino ini berdistribusi luas di

otak. Peptida ini juga ditemukan di neuron-neuron simpatik yang menginervasi

sistem kardiovaskular, respirasi, gastrointestinal, dan genitourinarius. NPY

juga dapat ditemukan pada plasenta, khususnya sitotrofoblas. Beberapa

22
percobaan menunjukkan bahwa pemberian NPY pada sel-sel plasenta akan

menyebabkan pengeluaran corticotropin releasing hormone (CRH).9

Inhibin dan Aktivin

Inhibin diproduksi oleh testis manusia dan sel-sel granulosa ovarium,

termasuk korpus luteum. Produksi inhibin plasenta selama kehamilan, untuk

menghambat sekresi FSH dan karena itu menghilangkan ovulasi selama

kehamilan. Aktivin berhubungan erat dengan inhibin dan dibentuk oleh

kombinasi dua subunit β. Aktivin tidak terdeteksi dalam darah tali pusat setelah

persalinan dimulai.8

Progesteron

Produksi steroid selama kehamilan merupakan hasil dari kerja sama antara

maternal, plasenta dan janin. Saat tidak terjadi konsepsi, korpus luteum

menghasilkan progesteron dalam kurun waktu kurang lebih 14 hari sebelum

akhirnya mengalami regresi. Jika terjadi konsepsi, umur korpus luteum

diperpanjang akibat pengaruh hormon hCG sehingga tetap mampu

menghasilkan progesteron sampai usia 10 minggu. Pada masa awal kehamilan

(6-7 minggu) progesteron dari korpus luteum ini sangat diperlukan untuk

mempertahankan kehamilan. Setelah masa transisi (antara minggu ke-7 dan

11), plasenta mengambil alih peran korpus luteum dalam menghasilkan

progesteron. Sumber utama sintesis adalah kolesterol LDL (low density

lipoprotein).8

Kolesterol LDL ini masuk ke dalam sitoplasma sel-sel trofoblas dengan

cara endositosis setelah sebelumnya berikatan dengan reseptor membran sel

23
yang spesifik. Vesikel yang mengandung kompleks kolesterol LDL-reseptor ini

kemudian bergabung dengan lisosom dan mengalami hidrolisis sehingga

kolesterol dilepaskan dan reseptor kembali menjalankan fungsinya lagi. Di

dalam mitokondria, kolesterol dipecah dengan cara hidroksilasi oleh enzim

P450 sitokrom (P450cc) menjadi pregnenolon yang kemudian dibentuk

menjadi progesteron oleh 3β-hidroksisteroid dehidrogenase. Saat usia

kehamilan aterm, plasenta menghasilkan progesteron ±210 mg/hari. Kadar

progesteron plasma maternal meningkat secara linear dari 40 ug/ml (trimester

I) sampai lebih dari 175 ug/ml (trimester III).8

Progesteron mempunyai beberapa fungsi fisiologis selama kehamilan.

Fungsi utama adalah mempersiapkan endometrium untuk implantasi dan

mempertahankan kehamilan. Mekanisme kerja progesteron adalah berikatan

dengan reseptor spesifik yang kemudian berinteraksi dengan DNA genom.

Progesteron juga meningkatkan produksi faktor-faktor uterus yang

menghambat blastogenesis limfosit dan produksi sitokin, mengatur populasi

limfosit fetoplasental, dan meningkatkan prekusor limfosit B sumsum tulang

yang mengalami pengurangan akibat pengaruh estrogen.8

Fungsi progesteron yang lain adalah terhadap otot polos yaitu terutama

mempertahankan keadaan tenang uterus dengan cara mempertahankan keadaan

afinitas yang tinggi dari reseptor β2-adrenergik miometrium sehingga produksi

cAMP meningkat dan menghambat fosforilase miosin. Progesteron juga

berpengaruh pada muskular tuba seperti halnya berpengaruh pada motilitas

24
gastrointestinal, di samping berpengaruh juga terhadap otot polos arteriol

sehingga kapasitas vaskular meningkat dan tahanan perifer menurun.8

Estrogen

Janin dan plasenta terlibat dalam sintesis estron, estradiol, dan estriol.

Estrogen yang dihasilkan oleh plasenta sebagian besar berasal dari konversi

prekusor androgen maternal dan adrenal janin. Dalam plasenta, kolesterol

dikonversi menjadi pregnenolon sulfat yang kemudian dikonversi lagi menjadi

dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S). DHEA-S kemudian mengalami

metabolisme lebih lanjut menjadi estron (E1) dan melalui testosteron menjadi

estradiol (E2), Estriol (E3), bentuk terbesar estrogen yang diproduksi oleh

hepar janin dari DHEA-S adrenal, Plasenta pada kehamilan aterm menyekresi

baik estron, estradiol, maupun estriol ke dalam sirkulasi maternal dan janin.8

Total blood production rate estradiol ±10 sampai 25 mg/hari, sedangkan

estriol 40-50 mg/hari. Estron sebagian besar dalam bentuk sulfat dan

mempunyai MCR yang rendah. Kadar estron dalam serum berkisar antara 2-30

µg/ml pada kehamilan aterm. Kadar estradiol meningkat sampai 6-40 µg/ml

pada usia kehamilan 36 minggu dan terus meningkat sampai aterm. Estrogen

dimetabolisasi oleh hepar dan kemudian diekskresikan lewat urin. Berdasarkan

pada konsep tersebut, dapa diketahui bahwa pada disfungsi atau tidak

berfungsinya adrenal janin menyebabkan pembentukan estriol akan terganggu.9

Dalam hubungan dengan kehamilan, estrogen berfungsi untuk

meningkatkan sintess progesteron melalui peningkatan uptake LDL dan

aktivitas P450cc sinsisiotrofoblas. Estrogen juga berpengaruh terhadap sistem

25
kardiovaskular maternal yaitu menyebabkan vasodilatasi sirkulasi

uteroplasenta, stimulasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan

neovaskularisasi plasenta. Estrogen juga meningkatkan kontraktilitas uterus

dan mempunyai efek mitogenik terhadap pertumbuhan dan perkembangan

glandula mammae.8,9

H. TRANSFER PLASENTA

Plasenta merupakan organ yang berfungsi respirasi, nutrisi, ekskresi, dan

produksi hormon. Transfer zat melalui vili terjadi melalui mekanisme difusi

sederhana, difusi terfasilitasi, aktif dan pinositosis. Faktor faktor yang

mempengaruhi transfer tersebut ialah berat molekul, solubilitas, dan muatan

ion. Difusi sederhana juga diatur oleh epitel trofoblas, tetapi dapat terjadi

seperti pada membran semipermeabel, misalnya oksigen, akan terjadi

pertukaran akibat perbedaan kadar pada janin dengan ibu. Difusi terfasilitasi

terjadi akibat perbedaan (gradien) kadar zat dan juga dapat terjadi akselerasi

akibat peran enzim dan reseptor, misalnya perbedaan kadar glukosa antara ibu

dan janin.1

Transport aktif terjadi dengan melibatkan penggunaan energi, misalnya

pada asam amino dan vitamin. Pinositosis terjadi pada transfer zat bermolekul

besar, yaitu molekul ditelan ke dalam sel dan kemudian diterskan ke dalam

sirkulasi janin, misalnya zat IgG, Fosfolipid, dan lipoprotein. Sel janin seperti

eritrosit dan limfosit dalam jumlah sangat sedikit mungkin dapat ditemukan

pada sirkulasi perifer ibu. Ini menandakan bahwa tidak sepenuhnya terisolasi.

26
Hal ini memungkinkan deteksi kelainan bawaan janin setelah seleksi sel darah

dari ibu.1

I. FAKTOR MEMPENGARUHI KUALITAS PLASENTA

1. Inflamasi Plasenta

Peradangan plasenta dapat timbul dari beberapa penyebab sebagai

respons terhadap agen infeksi yang menyerang. Selain itu, status

metabolisme ibu yang abnormal dapat merangsang proses inflamasi di

plasenta tanpa adanya agen infeksi. Wanita dengan massa otot rendah,

yang sering memiliki berat badan lahir rendah, memiliki tingkat pergantian

protein yang rendah dan abnormal. Selain itu, wanita hamil yang kurus

dikaitkan dengan pola ekspresi gen pro-inflamasi dengan peningkatan

kadar interferon gamma.14

2. Insufisiensi Plasenta

Insufisiensi vaskular plasenta dapat berasal dari plasenta yang secara

anatomis tidak memadai, perkembangan vaskular yang buruk, atau

penurunan aliran darah uterus atau umbilikal secara kronis, yang semuanya

menyebabkan oksigen dan aliran substrat yang tidak memadai ke janin.

Konsekuensi negatif dari insufisiensi plasenta bersifat multifaktorial dan

termasuk berkurangnya pengiriman substrat yang menyebabkan hambatan

pertumbuhan janin.14

3. Fenotipe Maternal

Fitur fenotipik yang mencerminkan komposisi tubuh ibu dalam

kombinasi dengan fitur fenotipik plasenta, sekarang diketahui sebagai

27
prediktor penting risiko penyakit jangka panjang. Ini terutama berlaku

untuk penyakit kardiovaskular. Penyebab utama kematian jantung

termasuk oklusi arteri koroner (infark miokard), gagal jantung dan

kematian jantung mendadak (fibrilasi ventrikel).14

DAFTAR PUSTAKA

1. Wirakusumah, F.F., Mose, J.C., Handono, B. 2014. Obstetri Fisiologi : Ilmu


Kesehatan Reproduksi Edisi 2. EGC. Jakarta

2. Burton, G.J., Fowden, A.L. 2015. The Placenta: A Multifaceted, Transient


Organ. Journal Philosophical Transactions of The Royal Society, 370:1-8.

3. Lowry, P., Woods, R. 2018. The Placenta Controls The Physiology Of


Pregnancy By Increasing The Half-Life In Blood And Receptor Activity Of
Its Secreted Peptide Hormones. Journal Of Molecular Endocrinology, 60(1):
23-30

4. Burton, G.J., Jauniaux, E. 2015. What is The Placenta?. American Journal of


Obstetrics & Gynecology, 6-9.

5. Rahmi, L., Saintika, S. 2016. Gambaran Berat Plasenta Terhadap Berat Lahir
Bayi. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 7(1): 12-20.

6. Fitri Y., Daiyah I. 2017. Hubungan Diameter Dan Berat Plasenta Dengan
Berat Badan Lahir Bayi Di Klinik Swasta Pekanbaru. Jurnal Proteksi
Kesehatan, 6(1):74-81.

28
7. Huppertz, B. 2008. The Anatomy of The Normal Placenta. Journal Clinical
Pathology, 61(1):1296–1302

8. Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

9. Gunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L. et al. 2018. Obstetri Williams
Edisi 25. McGrew Hill. United States.

10. Eroschenko, V.P. 2008. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional
Edisi 11. EGC. Jakarta.

11. Heffner, L.J., Schust, D.J. 2008. At a Glance Sistem Reproduksi. Penerbit
Erlangga. Jakarta.

12. Turco, M.Y., Moffett, A. 2019. Development of The Human Placenta.


Journal Development, 146: 1-14.
13. Thornburg, K.L., Louey, S. 2013. Uteroplacental Circulation and Fetal
Vascular Function and Development. Journal Current Vascular
Pharmacology, 11(5): 748–757.

14. Thornburg, K.L., Kolahi, K., Pierce, M., et al. 2016. Biological Features Of
Placental Programming. Journal Placenta, 48(1):47-53.

29

Anda mungkin juga menyukai