Oleh :
Sandhi Wirya Andrayuga, S.Ked
K1B1 20 050
PEMBIMBING
dr. Munandar Marsuki, Sp.An
1
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepanitraan klinik pada
Bagian Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
Mengetahui,
Pembimbing
2
PENATALAKSANAAN SEPSIS ET CAUSA GANGREN ILEUM DI ICU
Sandhi Wirya Andrayuga, Munandar Marsuki
BAB I
PENDAHULUAN
respons tubuh terhadap infeksi.1 Sepsis memengaruhi 750.000 pasien setiap tahun
di Amerika Serikat dan merupakan penyebab utama kematian pada pasien sakit
kritis. Sebanyak 210.000 orang meninggal setiap tahun karena sepsis dan sekitar
15% pasien sepsis menjadi syok sepsis. Sekitar 10% akhirnya masuk ICU dengan
Syok septik adalah respon serius terhadap infeksi yang melibatkan sirkulasi
dan kelainan metabolik seluler, hal ini memiliki efek substansial pada morbiditas
penurunan kejadian sepsis, namun syok sepsis masih menyumbangkan 62% kasus
syok dengan angka kematian di rumah sakit lebih besar dari 40%. Intensive Care
Unit (ICU) bedah, infeksi intraabdominal adalah penyebab sepsis yang paling
umum dengan tingkat kematian 10,5% di seluruh dunia. Mortalitas terkait syok
Penyebab dari sepsis terbesar adalah bakteri gram (-) dengan prosentase
60% sampai 70% kasus, yang menghasilkan berbagai produk dapat menstimulasi
sel imun. Sel tersebut akan terpacu untuk melepaskan mediator inflamasi. Produk
yang berperan penting terhadap sepsis adalah lipopolisakarida (LPS). LPS atau
3
dari bakteri gram negative. LPS akan merangsang peradangan jaringan, demam,
dan syok pada penderita yang terinfeksi. Struktur lipid A dalam LPS bertanggung
dengan angka kejadian 20% sampai 40% dari keseluruhan kasus. Selain itu jamur
Kultur darah positif pada 20-40% kasus sepsis dan pada 40-70% kasus syok
septik. Dari kasus-kasus dengan kultur darah yang positif, terdapat hingga 70%
isolat yang ditumbuhi oleh satu spesies bakteri gram positif atau gram negatif
lain seperti sputum, urin, cairan serebrospinal, atau cairan pleura dapat
mengungkapkan etiologi spesifik, tetapi daerah infeksi lokal yang memicu proses
peritonium yang umumnya disebabkan oleh bakteri atau jamur, namun dapat juga
disebabkan oleh zat noninfeksi seperti kandungan gaster atau isi empedu.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
dari infeksi. Nilai SOFA dapat dianggap nol pada pasien yang tidak
dengan risiko kematian kurang lebih 10% pada populasi di rumah sakit
yang normal dan adaptif. Bahkan pasien dengan disfungsi organ ringan
cepat dan tepat. Dalam definisi terbaru ini, istilah “sepsis berat” telah
dihilangkan, hal ini bertujuan agar sepsis tidak dianggap ringan dan bisa
rumah sakit selain dengan menggunakan skor SOFA, dapat secara cepat
5
b. Tekanan darah sistolik <100 mmHg
mmHg dan kadar laktat serum >2 mmol/L (18 mg/dL) walaupun telah
di Amerika Serikat dan penyebab utama kematian pada pasien sakit kritis.
Serikat dan Eropa selama tahun 1990-an terjadi setelah pasien masuk untuk
penyebab yang tidak terkait. Kejadian sepsis meningkat hampir empat kali
lipat dari tahun 1979-2000, menjadi sekitar 660.000 kasus (240 kasus per
100.000 penduduk) sepsis atau syok septik per tahun di Amerika Serikat. 16
dengan rasio kematian 70.2%. Pada sebuah studi di salah satu rumah sakit
pendidikan di Yogyakarta, ada 631 kasus sepsis pada 2007, dengan rasio
6
Etiologi Sepsis
dapat menstimulasi sel imun. Sel tersebut akan terpacu untuk melepaskan
dengan angka kejadian 20% sampai 40% dari keseluruhan kasus. Selain itu
Kultur darah positif pada 20-40% kasus sepsis dan pada 40-70%
kasus syok septik. Dari kasus-kasus dengan kultur darah yang positif,
terdapat hingga 70% isolat yang ditumbuhi oleh satu spesies bakteri gram
tetapi daerah infeksi lokal yang memicu proses tersebut mungkin tidak
7
Insidensi sepsis yang lebih tinggi disebabkan oleh bertambah tuanya
bertahan hidup lebih lama, terdapat frekuensi sepsis yang relatif tinggi di
ventilasi mekanis.17
saluran kemih, perut, dan panggul. Jenis infeksi yang sering dihubungkan
b. Flu (influenza)
c. Appendiksitis
f. Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infus atau kateter
satu dari lima kasus, infeksi dan sumber sepsis tidak dapat terdeteksi.18
8
Efek yang menakutkan dari sindrom sepsis tampaknya disebabkan oleh
infeksi.19
komponen parasit.
9
meninggalkan sirkulasi dan memasuki tempat infeksi. Signal oleh
10
meningkatkan aliran di tingkat mikrosirkulasi, meskipun tentu saja
abses gigi. Hal ini sangat umum dan biasanya tidak memerlukan
3. Syok septik, terjadi pada kasus sepsis yang parah, ketika tekanan
kematian.
a. Usia
11
peningkatan kematian terkait sepsis di segala usia, tetapi risiko relatif
di masa kecil dan remaja, dan kurang mungkin selama masa dewasa
dan tua usia. Ras Hispanik sekitar 20% lebih mungkin dibandingkan
b. Jenis kelamin
terkait sepsis. Namun, risiko untuk pria Asia itu dua kali lebih besar,
12
sedangkan untuk laki-laki Amerika Indian / Alaska Pribumi
7%. 19
c. Ras
d. Penyakit komorbid
alkohol) lebih umum pada pasien sepsis non kulit putih, dan
lebih berat.23
e. Genetik
dan, lebih jauh lagi, mungkin berhubungan dengan hasil yang tidak
f. Terapi kortikosteroid
13
Pasien yang menerima steroid kronis memiliki peningkatan
Listeria, jamur, virus herpes, dan parasit tertentu. Gejala klinis yang
mengakibatkan sepsis.24,25
g. Kemoterapi
membedakan antara sel-sel kanker dan jenis sel lain yang tumbuh
putih mereka rendah. Sel darah putih adalah pertahanan utama tubuh
neutropenia. 26-27
h. Obesitas
14
tahap stabil kesehatan secara independen terkait dengan kejadian
di masa depan yang lebih baik daripada BMI. Namun pada penelitian
mortalitas sepsis rawat inap dalam studi kohort, tapi sifat protektif ini
diabetes. 28-29
(MODS).30
atau “hangat”, dengan muka kemerahan dan hangat yang menyeluruh serta
hipodinamik atau “dingin” dengan anggota gerak yang biru atau putih
15
Pada bayi dan orang tua, manifestasi awalnya kemungkinan adalah
dan pasien tidak dapat ditentukan skala takikardia yang dialaminya (seperti
pada pasien tua yang mendapatkan beta blocker atau antagonis kalsium)
penyebab yang lain (seperti pada bayi yang gelisah). Pada pasien dengan
tetapi mudah terlewatkan pada pasien tua, sangat muda, dan pasien dengan
16
didapatkan dan seharusnya digunakan sebagai tambahan pertimbangan
klinis.19
2.1.7. Diagnosis
apus gram dari buffy coat serum atau lesi petekia menunjukkan
sebagaimana eksudat lain, abses dan lesi kulit yang terlihat harus dikultur
profil ginjal dan hati, serta kalsium ion harus dilakukan. Anak yang
17
faktor pembekuan, dan reaktan fase akut mungkin mengindikasikan
sepsis.20
meningkat.20
18
Tabel 1. Indikator laboratorium untuk sepsis (dikutip dari kepustakaan 18)
19
Gambar 3 Tata cara pengelolaan pasien (dikutip dari kepustakaan 3)
strategi terapi sepsis berat mencakup 3 hal yakni resusitasi awal dan
20
b. Terapi vasopressor Bila cairan tidak dapat mengatasi cardiac output
2.1.11. Komplikasi
a. Cedera paru akut (acute lung injury) dan sindrom gangguan fungsi
sepsis atau sebagian besar kasus sepsis yang berat dan biasanya mudah
terlihat pada foto toraks, dalam bentuk opasitas paru bilateral yang
konsisten dengan edema paru. Pasien yang septik yang pada mulanya
21
memerlukannya jika pasien mengalami ALI/ ARDS setelah resusitasi
cairan.
c. Gagal jantung
22
d. Gangguan fungsi hati
lama. 33
e. Gagal ginjal
23
BAB III
IDENTIFIKASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Fabius
Umur : 32 tahun
Berat Badan : 56 Kg
Agama : Khatolik
RM : 59 49 56
keluhan nyeri perut yang dirasakan terus-menerus sejak 5 hari yang lalu,
Batuk (-), Sesak (+), mual dan muntah > 5 kali, riwayat demam (+) sejak 5
hari yang lalu hingga kemarin. BAB belum pernah +/- seminggu dan BAK
24
Riwayat alergi makanan dan obat : tidak memiliki riwayat alergi
makanan dan obat
Riwayat penyakit penyerta : tidak memiliki penyakit penyerta
Status Generalis
Leher Kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid
(-)
Thoraks Inspeksi
Pergerakan hemithorax simetris kiri dan kanan. Retraksi sela
25
iga (+)
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), vokal fremitus dalam batas normal
Perkusi
Sonor kiri = kanan
Auskultasi
vesikular (+/+), Stridor (-/-), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung Inspeksi
Ictus kordis tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis teraba, thrill (-)
Perkusi
Batas jantung kanan pada linea parasternal dextra, batas
jantung kiri ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
BJ I dan II murni regular, murmur (-)
Abdomen Inspeksi
Datar, ikut gerak nafas
Auskultasi
Peristaltik usus (+) (5 kali dalam 1 menit) kesan kurang
Palpasi
Nyeri tekan (+), Pembesaran lien (-) Pembesaran hepar (-)
Ballotemen ginjal (-).
Perkusi
Tympani (+)
Ekstremitas -ekstremitas atas nyeri tekan (-/-), krepitasi (-/-), teraba hangat
-ekstremitas bawah nyeri tekan (-/-), krepitasi (-/-), teraba
dingin
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Kimia Darah dan Elektrolit (31-01-2022)
26
Parameter Nilai Rujukan Satuan
27
Gambar 4 USG Abdomen
Kesan :
E. RESUME
keluhan nyeri perut yang dirasakan terus-menerus sejak 5 hari yang lalu,
Batuk (-), Sesak (+), mual dan muntah > 5 kali, riwayat demam (+). BAB
retraksi sela iga (+), suara napas vesikuler (+/+) dan tidak terdapat suara
28
napas tambahan. Pemeriksaan foto USG abdomen didapatkan tanda-tanda
F. DIAGNOSIS
G. RENCANA PEMBEDAHAN
Laparatomi
H. ASSESMEN ANESTESI
ASA PS 3
I. RENCANA ANESTESI
J. PENANGANAN
Tanggal S O A P
29
KGB (-)
Thoraks : cor
BJ I-II reg
G (-) M (-)
Pulmo : Rh -/-
Wh -/-
Abdomen :
tampak
cembung, Bu
(+) kesan
menurun
Ekstermitas :
akral dingin
Hb : 16.7 gr%
Ht : 48.3%
Trombosit :
157 /mm3
Leukosit :
5.85 /mm3
SGOT : 26
SGPT : 17
Kreatinin : 0,9
Ureum : 19
GDS : 131
30
BAB IV
ANALISIS KASUS
dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan terus-menerus sejak 5 hari yang lalu,
Batuk (-), Sesak (+), mual dan muntah > 5 kali dalam sehari, riwayat demam (+).
BAB belum pernah +/- seminggu. Pasien dikonsulkan ke poli bedah digestiv
dimulai dari penilaian praoperasi. Status kesehatan umum setiap pasien harus
1. ASA PS 1 : Pasien normal sehat, tidak merokok, tidak ada atau penggunaan
alkohol minimal
dengan tanpa batasan fungsional. Contohnya perokok hingga saat ini, pengguna
alkohol, kehamilan, obesitas (30 < BMI < 40), Diabetes Melitus, Hipertensi
fungsional, satu atau lebih penyakit sedang hingga berat. Contohnya Diabetes
Melitus atau Hipertensi yang tidak terkontrol, PPOK, obesitas (BMI ≥ 40),
implan alat pacu jantung implan, pengurangan fraksi ejeksi sedang, End Stage
31
Renal Disease yang menjalani dialysis secara rutin, Post Conceptual Age bayi
akan bertahan hidup tanpa operasi. Contohnya ruptur aneurisma perut / toraks,
disfungi sistem.
6. ASA PS 6 : Seorang pasien yang dinyatakan mati batang otak dan organnya
peningkatan yang signifikan pada ancaman terhadap kehidupan atau bagian tubuh.
Pada kasus ini pasien dikategorikan dalam kategori status fisik ASA PS 3
yaitu pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat. Status fisik
ini dapat dilihat dari diagnosis pasien yaitu peritonitis generalisata. Berdasarkan
32
anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien terdapat distress napas berupa retraksi
sela iga (+), takipneu dengan RR 32 kali/menit, dan nyeri perut (+). Hasil foto
peritonium yang umumnya disebabkan oleh bakteri atau jamur, namun dapat juga
disebabkan oleh zat noninfeksi seperti kandungan gaster atau isi empedu.
alasan dilakukan resusitasi sebelum tindakan apapun seperti pada kasus ini.
ileum yang kemudian direseksi dan dilakukan anastomosis dan ileostomy selama
3 jam. Pascaoperasi pasien ditransfer ke ICU dan dirawat di ICU selama 1 hari
yang sering ditemukan pada peritonitis generalisata dengan akibat gagal organ
Umumnya klinis pada sepsis tidak spesifik, biasanya hanya didahului oleh
leukositosis) dan gejala konstitutif seperti lelah, malaise, gelisah dan tampak
kebingungan. Pada Tn. F terdapat takikardi dengan denyut nadi 120 kali/menit
dan takipneu dengan frekuensi napas 32 kali/menit. Tempat infeksi yang paling
33
sering adalah paru-paru, traktus digestifus, traktus urinarius, kulit, jaringan lunak
dan sistem saraf pusat, sedangkan pada Tn. F tempat infeksinya adalah pada
traktus digestivus, Gejala sepsis Tn. tidak terlalu diperberat oleh berbagai faktor
seperti usia lanjut, diabetes, kanker, dan gagal organ utama yang sering diikuti
dengan syok.1
dalam diagnosis diferensial, yaitu demam atau hipotermia, takikardi yang tidak
jelas, takipnea yang tidak jelas, tanda-tanda vasodilatasi perifer, shock dan
yang menunjukkan syok septik, yaitu curah jantung meningkat, dengan resistensi
vaskuler sistemik yang rendah. Abnormalitas hitung darah lengkap, hasil uji
sepsis. 20
perawatan di ICU dalam jangka waktu lama atau diprediksi meninggal di rumah
sakit selain dengan menggunakan skor SOFA, dapat secara cepat diidentifikasi
34
kali/menit, sehingga di dapatkan skor qSOFA yaitu 2 yang selanjutnya akan
dilakukan penilaian skor SOFA untuk menegakan diagnosis sepsis pada pasien
ini.
Pada pasien ini di dapatkan GCS = 12 (E4V2M6) sehingga skor SOFA yang di
dapatkan adalah 2.
infeksi dan resusitasi serta terapi suportif apabila telah terjadi disfungsi organ.1
circulation.
a. Terapi cairan
35
• inadequate preload sehingga terapi cairan merupakan tindakan
utama
b. Terapi vasopresor
c. Terapi inotropik
2. Ventilasi Mekanik
per menit per nasal kanul pada Tn. F bertujuan untuk memperbaiki
3. Antibiotik
36
Hilangkan benda asing yang menjadi sumber infeksi. Angkat organ
37
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
memiliki indikasi untuk dirawat di ICU dengan severe sepsis/ syok sepsis.
pasien syok sepsis Hal yang sangat penting adalah meminimalkan trauma
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Marik PE,Taeb AM. SIRS, qSOFA and new sepsis definition. J Thorac
Dis. 2017;9(4):943-5. Doi:10.21037/td.2017.03.125
2019;41(1):150–8.
admission to the ICU predict acute kidney injury and mortality in patients
2019;12:2755–64.Singh, R. K., Saini, A. M., Goel, N., Bisht, D., & Seth,
126-131
4. Hurwitz, E., Simon, M., Vinta, S.R. 2017. Adding Examples to the ASA-
5. Donmez, T., Erdem, V. M., Uzman, S., Yildirim, D., Avaroglu, H.,
142
39
6. Zeng Z, Tay WC, Saito T, Thinn KK, Liu EH.2018. Difficult Airway
Sciences, 5(36), 2163-2169.
9. Lafferty KA. What is the LEMON law for airway assessment prior to
https://www.medscape.com/answers/80222- 155654/what-is-the-lemon-
law-for-airway-assessment-prior-to-rapidsequence-intubation-rsi
K493199_pubdet_
40
13. Arvianti, Oktaliansah E, Surahman E. 2017. Perbadingan Antara
5(1):24–31.
reinforced endotracheal tube compared with Parker Flex-Tip tube for oral
anestesiologica, 80(3), 324-329.
Semarang. Semarang.
16. Runge MS, Greganti MA. Netter’s Internal Medicine. 2nd ed.
17. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Loscalzo J, et al. Harrison Manual
18. National health service United Kingdom. Sepsis [Internet]. [cited 2014 feb
http://www.nhs.uk/Conditions/Bloodpoisoning/Pages/Causes.aspx
41
19. Melamed A, Sorvillo FJ. The burden of sepsis-associated mortality in the
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/
infectious-disease/sepsis/
22. Esper AM, Moss M, Lewish CA, Nisbet R, Mannino DM, Martin GS.
2001, 29:557-61
24. Klein NC, Go CH, Cunha BA. Infections associated with steroid use.
25. Poll TVD. Immunotherapy of sepsis. The Lancet Infectious Diseases. 2001
Oct;1(3):165-74
42
26. National health service United Kingdom. Chemotherapy [Internet]. [cited
http://www.nhs.uk/conditions/chemotherapy/Pages/Definition.aspx
28. Henry W, Russell G, Suzanne J, et al. Obesity and risk of sepsis. Society
Available from:
http://journals.lww.com/ccmjournal/Abstract/2012/12001/735___Obesity_
and_Risk_of_Sepsis.697.aspx
29. Kuperman EF, Showalter JW, Lehman EB, et al. The impact of obesity
2334/13/377
30. Prayogo et al. : Hubungan antara Faktor Risiko Sepsis Obstetri dengan
Kejadian Sepsis Berat dan Syok Sepsis. Journal Unair [internet]. 2011
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/1109%20Budhy%20%28P
%29%20%20Format%20MOG.pdf
31. Garna HH. Buku ajar divisi infeksi dan penyakit tropis Universitas
43
32. Leksana E. SIRS, sepsis, keseimbangan asam-basa, shock, dan terapi
35. Fitch SJ, Gossage JR. Optimal management of septic shock: rapid
recognition and institution of therapy are crucial. Postgraduate Med.
2002;3:50-9.
44