OLEH :
PEMBIMBING:
JURNAL TEORI
Strangulasi Jeratan adalah salah satu dari tiga jenis strangulasi;
contoh lain strangulasi adalah penggantungan dan cekikan.
Strangulasi adalah tindakan menekan leher yang
menyebabkan keadaan hipoksia otak, tersumbatnya jalan
napas, tersumbatnya aliran darah di leher, atau kombinasi
dua atau tiga hal di atas. Strangulasi yang fatal dapat terjadi
pada kasus kekerasan, kecelakaan, dan penggantungan
dengan keadaan leher tidak patah. Strangulasi tidak harus
menyebabkan kematian; strangulasi terbatas atau terputus
sering dipraktikkan pada asfiksia erotis, olah raga ekstrim,
dan sistem pertahanan diri.2
Waktu yang diperlukan untuk korban menjadi tidak
sadar dari awal strangulasi dilaporkan bervariasi antara 7-14
detik, bila dilakukan secara efektif sampai 1 menit pada
kasus lain, dengan kematian timbul beberapa menit setelah
korban tidak sadar. Refleks sinus karotikus dalam beberapa
kasus dianggap sebagai mekanisme kematian, namun hal itu
masih dalam perdebatan.2
Pada korban meninggal akibat strangulasi pada leher
sering ditemukan bintik pendarahan pada mata, dan bahkan
tanda tersebut dianggap sebagai tanda klasik kematian akibat
asfiksia, namun pada kasus ini bintik pendarahan pada mata
didapatkan pada korban yang masih hidup.2
Pada jurnal dijelaskan :
Kasus 1 : Korban duduk di sofa, dia diikat ke papan
kayu di belakang kepalanya menggunakan dua tali
sepatu yang saling terkait. Tali sepatu diikatkan ke
bagian belakang tutup kepala, ke kerah atau longgar
di bagian depan leher. Pemeriksaan luar tubuh, petekie
konjungtiva pada kedua mata, perubahan warna pucat
pada wajah dan leher, perubahan warna tipis,
melingkar, kemerahan di bagian depan dan kedua sisi
leher, horizontal di sisi kanan, sedikit naik di kiri sisi
dan abrasi kecil di skrotum ditemukan.
Kasus 2 : Menurut pria yang masih hidup, rekannya
memasang kerah di lehernya sendiri dan memasang
rantai penghubung dengan carabiner ke kerah di
bagian belakang lehernya. Dia kemudian mengamankan
ujung rantai yang lain ke kail di langit-langit sehingga
kakinya masih menyentuh tanah dan lututnya sedikit
ditekuk. Dia meminta orang lain untuk mencambuknya,
yang dengan enggan dia lakukan selama kira-kira. 15
sampai 20 menit sampai dia menyadari bahwa bibir
pasangannya telah membiru dan dia memiliki busa di
depan mulutnya. Setelah berjuang keras untuk
menjatuhkannya beberapa saat, akhirnya ia berhasil
memotong rantai tersebut dengan tang. Pada
pemeriksaan luar tubuh, terdapat kesan melingkar
paralel dan lecet di sekitar leher dengan celah di
tengkuk. Tanda pengikat sedikit condong ke belakang
di kedua sisi leher dan bentuknya cocok dengan
kerah. Perubahan warna pucat pada wajah dan leher
dan banyak petekie di konjungtiva kedua mata, kulit
di sekitar mata, dan mukosa vestibulum oral terlihat.
Kasus 3 : Dia mengenakan topeng pengontrol napas
kulit di atas kepalanya dan kertas yang dibasahi
dengan "popper" di depan mulutnya. Setelah itu, dia
mengikatnya ke tiang dalam posisi berdiri dengan
lengan melingkari tiang di belakang punggungnya dan
memborgol pergelangan tangannya. Dia juga
menggunakan tali plastik untuk mengikat kakinya ke
tiang. Dia kemudian meletakkan rantai penghubung
longgar di lehernya, setidaknya sekali di sekitar kolom
dan menempelkannya ke sebuah cincin di ujung atas
kolom dengan carabiner. Dia menyelipkan dildo
melalui lubang di topeng ke dalam mulutnya, setelah
itu dia masih bisa bernapas dan berkomunikasi.
Kemudian menyalakan impuls listrik melalui elektroda
perekat ke penis, skrotum, dan puting menggunakan
perangkat stimulasi listrik bertenaga baterai. Tak lama
setelah itu, kira-kira. 10 menit setelah memulai sesi,
dia "merosot" dan jatuh ke depan. Selama 10 sampai
20 menit, dia gagal mencoba untuk melonggarkan
rantai, mengangkatnya dan meletakkan balok di bawah
kakinya. Pemeriksaan tubuh menunjukkan beberapa
petechiae konjungtiva di kedua mata dan perubahan
warna pucat pada wajah. Pada bagian depan dan
kedua sisi leher terdapat kesan melingkar pada kedua
sisinya sedikit menanjak dengan warna ungu dan
beberapa lecet.
Intoksikasi Keracunan merupakan masuknya suatu zat ke dalam
tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan serta
kematian. Racun masuk ke dalam tubuh melalui berbagai
cara yaitu; 3
1. Ditelan (per oral; ingesti)
Portal entri ini sering dan mudah terjadi namun
bahan asing yang masuk tidak akan mudah mencapai
peredaran darah karena beberapa hal penting yang
terkait pada fungsi saluran gastro intestinal. Di mulut
xenobiotik bercampur dengan ludah yang mengandung
enzim, di dalam lambung xenobiotik yang tidak tahan
asam akan dihancurkan oleh asam lambung, di usus
halus akan bertemu dengan enzim usus halus yang
bersifat basa sehingga xenobiotik asam akan
ternetralisir, dan seterusnya hingga terbuang melalui
usus besar. Proses absorpsi terjadi melalui mukosa
usus, yang selanjutnya mengalir melalui system
sirkulasi darah
2. Terhisap bersama udara pernafasan (inhalasi).