Anda di halaman 1dari 18

TELINGA

1. TELINGA LUAR

KONGENITAL MIKROTIA MAKROTIA ANOTIA FISTULA AURIKULAR AURICULAR ACCESORIUS


Definisi/Patofisiologi Daun telinga lebih kecil dri normal Daun telinga lebih besar dari Tidak memiliki daun telinga Terdapat lubang didepan daun telinga karena tuberkel Daun telinga terlihat seperti ada
Penyakit normalnya tdk bergabung scr sempurna saat usia di bulan ketiga tambahan
Epidemiologi - Lebih banyak pria
- Unilateral, jk didapat bilateral pikirkan
sind nager/ sind treacher Collins
Anamnesis - Daun telinga kecil Tdk ada ggn pendengaran hx masalah - daun telinga tdk ada - benjolan bulat/lonjong - Auricula Nampak tdk beraturan
- Kgd disertai tdk terdapat liang telinga psikis - Ggn pendengaran - keluar cairan/sekret dri kel sebasea
- Ggn pendengaran - Keterlambatan perkembangan - nyeri
- Keterlambatan perkembangan - kosmetik - - pasien dtg jk terjadi infeksi sekunder
- kosmetik

Pemfis 1. inspeksi : terlihat dengan jelas


2. tes fungsi pendengaran dan ct scan
os.temporal resolusi tinggi : u/ menilai
telinga dalam
Penunjang

Terapi 1. Konservatif : 1. Konservatif 1. Konservatif 1. Konservatif 3. Konservatif


- simtomatik - simtomatik - simtomatik - Causal : antibiotic - simtomatik
2. operatif 2. Operatif 2. Operatif - Simtomatik 4. Operatif
- Operasi rekonstruksi - Operasi rekonstruksi Operasi rekonstruksi 2. operatif - Operasi rekonstruksi
- Operasi ( fistula distutup)
Diagnosis Banding

Kpmplikasi

Prognosis
DIDAPAT HEMATOMA LASERASI KELOID PERIKONDRITIS KONDRITIS DERMATITIS AURICULAR PSEUDOKISTA / KISTA
Patofisiologi Terdapat penumpukan bekuan Luka/vulnus pada auricula dpt biasa terjadi post trauma/ Radang pada bungkusan Radang pd kartilago Radang pd kulit auricular Terdpt kumpulan cairan
Penyakit darah diantara perikondrium berupa : tindik kartilago/perikondrium kekuningan di aintara
dan kartilago ak. trauma - Vulnus ekskoriasi/lecet perikondrium dan kartilago
- Vulnus laserasi/robek dan tdk mempunyai
- Vulnus ictum/tusuk pembungkus (pseudokista)
- Vulnus
scolopetorum/tembak Terdpt kumpulan cairan
- Vulnus caninum/gigitan kekuningan di antara
perikondrium dan kartilago
dan mempunyai pembungkus
(kista)

Anamnesis - Benjolan, nyeri, hiperemis Terdapat luka kosmetik Tanda radang (5R+1F) Tanda radang Tanda radang (5R+1F) - Ada benjolan tdk
(Keluhan) (5R+1F) nyeri dan tdk
diketahui
penyebabnya
Pemfis 1. Inspeksi : benjolan, hiperemis 1. Inspeksi : terdapat luka
2. Palpasi : nyeri tekan

Penunjang

Terapi 1. Konservatif 1. Konservatif 1. konservatif 1. Konservatif 1. Konservatif 1.Konservatif 1. Konservatif


- Causal : antibiotic - Causal : antibiotic - causal : antibiotic - Causal : antibiotik - Causal : - Causal : antibiotik - Causal : antibotik
- simtomatik - simtomatik - simtomatik antibiotik - simtomatik
2. Penunjang 2. penunjang 2. operatif 2. Operatif
- Insisi dan drainase (bekuan - jahit - Eksisi keloid + inj KS (post - Insisi (keluakran cairan) +
darah dikeluarkan) eksisi) balut tekan slm 2 minggu
(agar perikondrium
melekat kembali ke
kartilago)
Diagnosis
Banding

Komplikasi perikondritis Pseukista Perikondritis


Kondritis cauliflower ear
(spt bunga kol)
Prognosis
CORPUS ALIENUM MAE SERUMEN OBTURANS/ OTITIS MAE
KERATOSIS OBTURANS/ (radang pd mae bersifat akut maupun kronis dpt disebabkn oleh virus, bakteri, jamur)
KOLESTEATOM OTITIS EKSTERNS SIRKUMSKRIPTA/ OTITIS EKSTERNA DIFUS OTITIS EKSTERNA MALIGNA OTOMIKOSIS HERPES ZOSTER OTIKUS
EKSTERNA FURUNKEL/ FOLIKULITIS/ BISUL/
TERLOKALISIR
Definisi/ Adanya benda asing masuk ke MAE/ SO adl seruman yg terkumpul Peradangan folikel rambut pd 1/3 MAE Peradangan hingga ke 2/3 MAE pars Infeksi difus pd MAE dan str lain di Infeksi pd MAE/ Jamur aspergillus, Infeksi pd MAE/ virus varicella
Etiologi/ benda hidup dan mati di MAE. KO atau KE adl epitel pars kartilagenous/ Bakteri staphylococcus osseus/ bakteri pseudomonas, sekitarnya / bakteri pseudomonas pityrosporum, candida albicans zoster
Patofisiolo yg terkelupas terkumpul di aureus, staphylococcus albus staphylococcus e coli aeruginosa
gi MAE
Epidemiol Semua umur tersering pd anak-anak KO : usia muda, sinusitis, Pada orang tua
ogi bronkiektasis Penderita DM
KE : usia tua
Anamnesi - gejala tergantung benda hidup/mati SO dan KO : - Terdapat furunkel/karbunkel -Predisposisi : cuaca panas dan -rasa gatal pd telinga -Predisposisi : tingkat kelembapan tinggi - Mengenai > 1 dermatom
s dan ukurannya - Telinga teras penuh - Px pencetus nyeri timbul : tragus ditekan, lembab, trauma kulit meatus+inf -nyeri hebat -Rasa gatalgarutimbul maserasi kranial
(Keluhan) - serangga hdup: ada pergerakan, - Telinga tersumbat aurikula ditarik, gerakan mandibula saat bakteri pathogen -keluar cairan pd telinga -Rasa penuh pd MAE - Lesi kulit vesicular pd kulit di
otalgia, suara gaduh dlm telinga, kdg - Dapat disertai tuli konduktif membuka mulut -Kulit MAE hiperemis+edema dgn -terkena n.vii terjd parese n.vii -rasa tersumbat daerah muka dan sekitar
keluar darah ak cakarannya, ggn - Post bersihkn dgn cutton bud - Nyeri hebat tdk sesuai dgn besar bisul batas tdk jelas -gej kondritis -otalgia telinga
pendengaran jk ukurannya besar telinga teras tambah - Tuli konduktif bila furunkel besar -Nyeri tekan tragus -gej osteitis -terasa bunyi - Otalgia
- Benda mati : tdk ada pergerakan, tersumbat - Trismus krn berdekatan dgn art -Liang telinga sempit -gej osteomyelitis -dpt trjd ggn pendengaran jk uk besar - Kdg disertai paralisis otot
otalgia, ggn pendengaran jk ukurannya - Kdg spt ada bunyi-bunyi temporomandibular -Kel getah bening regional membesar -Dpt jg tanpa keluhan wajah
besar (tinitus) - Rasa tersumbat + nyeri tekan - Keadaan berat trhd ggn
- tdk nyeri ( SO) - Keluar cairan nanah jika bisul pecah pendengaran berupa tuli
- otalgia (KO) - Nyeri dan pembesaran kel. Limfe sensorineural krn mengenai
KE : periauricular n.VIII
- Nyeri kornis/ tumpul
- Unilateral
- Erosi tulang terlokalisasi
- Otore
- Dpt terjadi osteonecrosis
Pemfis 1. Inspeksi : - SO 1. inspeksi : tanda radang + dan keluar 1. inspeksi : tanda radang +, edema, 1. inspeksi : edema MAE, tampak 1. ispeksi : tnd radang + 1. inspeksi :tampak vesikel
2. rinoskopi anterior : - 1. inspesksi : teradpat cairan jk bisul pecah hiperemi dgn batas tdk jelas sekret banyak, MAE tertutup o/ jar 2. palpasi : nyeri tekan 2. palpasi : nyeri tekan sesuai
3. otoskop : adanya benda asing, edema kumpulan serumen 2. palpasi : nyeri tekan dan nyeri tarik 2. palpasi : nyeri tekan dan nyeri tarik granulasi 3. ostoskop : dinilai jenis kotoran dan dermatom
liang telinga luar, sekret (+) 2. tes pendengaran: terganggu auricula auricula 2. ct scan : pd penderita DM tampak wrna/debris (aspnigrahitam gamb 3. tes pendengaran : tulis
3. Tes pendengaran : tuli konduktif jk 3. Tes pendengaran : tuli konduktif jk dekstruksi os temporal kanan spt koran basah/kain bludru/karpet; sensorineural
furunkel besar furunkel besar asp albusputih gamb spt endapan
susu basih; asp flavuskuning gamb
spt keju; ptyrosporum gamb spt paru;
candida mirip spt ketombe)
4. saat dibersihkn mdh berdarah
Penunjang Kultur : u/ mengetahui jenis jamurnya
Terapi Ekstraksi benda asing : 1. Nonfarmakologis 1. konservatif 1. Konservatif -Konservatif 1. Penanganan awal 1. Konservatif
SO dan KO - causal : Antibiotik - Causal : antibiotik - Causal : antibiotic dosis tinggi gol - Bersihkn MAE dgn larutan As Asetat - causal : antivirus
- Hidup : dimatikan terlebih dahulu dgn - Serumen lunak di ekstraksi 2. Operatif 2. Operatif aminoglikoside 2% +iodium providon 5%/ tetes - simtomatik
memasukkan tampon basah lalu - Serumen keras terlebih dahulu - Insisi dan drainase (jk furunkel matang) - memasukan tampon ke MAE yg - Simtomatik ; control dm telinga mengandung antibiotik dan
ditetesi rivanol/ anastesi local + 10 ditetesi dgn forumen tetes mengandung antibiotik - Operatif
steroid
menit lalu di ekstraksi dgn spulling/ teling atau karbogliserin tetes - Debridement scr radikal
2. Konservatif
pinset bengkok telinga 2x4 slm 2 hari lalu di
- Mati : konsistensi lunak gunakan ekstrasi - Causal :Anti jamur topical/sistemik
forsep ologator, keras gunakan (nistatin, klotrimazol)
serumen hook, gunakan pinset KE
bengkok - Uk besar : operasi
- Uk kecil : ekstraksi, antibiotik
topical, tetes telinga dgn
fserumen tetes telinga atau
karbogliserin 3x1/minggu

Diagnosis Keratosis obturans, koleostoma


Banding eksterna
Komplikas ruptur membran timpani, perdarahan
i liang telinga, otitis eksterna, tuli
konduktif
Prognos TRIAS KO : rasa
is/ khas tersumbat/penuh, otalgia,
saat dibersihkan telinga sakit,
unilateral, membran timpani
intak
Edukasi orag tua disarankan untuk menjaga tidak boleh melakukan
lingkungan anak dari benda-benda yg pembersihan telinga sendiri
berpotensi dimasukkan ke telinga atau dgn cutton bud, disarankan
hidung untuk pembersihan liang
telinga ke dokter setiap 6
bulan
2. TELINGA TENGAH

Perbedaan Perforasi dan Ruptur, cara membedakannya adalah :


Pntg diketahui untuk menangani kasus penganiayaan

Perbedaan Perforasi Ruptur


Penyebab Trauma Inflamasi
Bentuk Bulat Bermacam-macam spt garis, segitiga
Tepi Rata Tdk rata
Pinggiran Tdk dpt dipertautkan Bsa dipertautkan/pertemukn
Jembatan jar Tdk ada Ada
Jar Hilang Ada Tdk ada
Bekuan darah Tdk ada Ada

Letak perforasi :

- Sentral/ tengah pada par tensa. Pada OMSA dan OMSK tnp komplikasi
- Marginal/pinggir pada pars tensa. Pada OMSK dgn komplikasi
- Atik/ats bgn par flaccida. Pada OMSA dgn komplikasi

Batas Ukuran gangguan pada Membran Timpani :

Berdasarkan Kuadran Besar Perforasi (membandingkan besar perforasi dan uk. Membrane
timpani scr keseluruhan) N : pendek 8 mm, panj 9-10 mm

Kuadran 1 Kecil : diameter perforasi < ¼ membrane timpani (<2mm)

Kuadran 2 Sdg : diameter perforasi < ¼-1/2 membran timpani (2mm-4mm)

Kuadran 3 Bsr : diameter perforasi >1/2 membran timpani (>4mm)

Kuadran 4 Tambahan : subtotal=sisa pinggir yg tersedia, total=tertutup total


MYRINGITIS OTITIS MEDIA KOLESTEATOME
(perdangan pada mukosa telinga tengah sebagian/keseluruhan telinga tengah, tuba auditiva, antrum mastoid)

Non supuratif Supuratif


(alergi, trauma, virus) (bakteri)

Barotrauma/ aeronitis/ aeroritis Otitis media efusi kronik/ otitis media Omsa Omsk
serosa/ sekretori kornik/ glue ear

definisi/ Peradangan pd membran inflamasi pada telinga tengah ak. Terdpt etiologiterjdi sumbatan Radang mukosa telinga tengah, sebagian/seluruhx berlngsng <2 bln  krn ggn fungsi tuba Radang mukosa telinga tengah, sebagian/seluruhx Epitel kulit masuk ke telinga
patofisiolo timpani. perbedaan tek tbtb/ tek luar>tek tubaggn fx tubavol udara dan auditiva yg mana menyebabkan terjdnya sumbatanvol udara menurun dan tek menurun berlngsng >2 bln tenga h shg menduduki
gi
telinnga tengah yang mana tekanan berkurangterbentuknya pencegahan invasi kuman telinga tengah terganggu  shg kuman masuk ke dlm telingah mukosa telinga tengah,
penyakit
perbedaan tek > 90 mmHgtuba cairan di telinga tengah tanpa ada tengsh dan terjadi peradangan terdiri dri spt matriks dll
auditive tdk bsa terbukaggn fx tanda infeksi
fentilasivol berkurangtek
menurun(negatif)barotrauma

Pencetus Riw influenza riw penyelam dan orang yang 1. terganggu fx tuba - Riw infeksi saluran nafas atas (distandai dengan flu +, batuk +) spt tonsilitis, faringitis, rhinitis,
berada di pesawat 2. adenoid hipertrofi dll
3. adenoitis - Anak laki2 krna pd anak tuba auditiva lebih pendek leibh datar dan rata
4. sumbing palatum (celft palate) - Imunocomprimised
5. tumor nasofaring
6. barotrauma
7. rinosinusitis
def imunologik/metabolik

Etiologi Berd bentuk dibagi mnjd : Trauma trjd pd penyelam dan Alergi, virus Bakteri pyogenic ( steptokokus hemolitikus, staphylokokus aureus, pneumokokkus) Berd bentuk dibagi mnjd : Berd bentuk dibagi mnjd :
/bentuk
- bulosatrdpt bula krn penerbang - mukosa/benigna/aman/tanpa kolesteatomajenis - kongenital
peninggian dri epitel pd MT perforasi sentral; gej mirip oMSA perbedannya yaitu - didapat :
yg brisi cairan. Etiologi : perlangsungan > 2bln, besar perforasi dan secret primer/t.invaginasipros
didahului terjdinfeksi keluar terus menerus tapi memiliki waktu tenang es invaginasi(retraksi
influenza virus - tulang/maligna/tdk aman/koleostoma jenis masuk) pd MT pars
- granulosa : ada jar granulasi. perforasi marginal/atik/subtotal; sekret berbau flacida tp didahului otitis
Etiologi : trauma, infeksi amis, tidak memiliki waktu tenang, terdapat media sebelumnya;
bakteri komplikasi intratemporal (mastoiditis akut, paresis sekunder/t.imigrasiada
n.vii, labirinitis, petrositis) dan komplikasi nya perforasi yang
intracranial (abses otak, tromboflebitis, hidrosefalus didahului otitits
otikus, empyema subdural, abses subdural) mediasebelumnya

Anamnesi - gej bulosa : riw sakit ak - otalgia - otalgia 1. std oklusi Keluar cairan terus menerus
s - rasa tersumbat di telinga - rasa tersumbat
influenza virus, tbtb nyeri di - otore
telinga spt digigit semut dan - rasa penuh ditelinga - ggn pendengaran
- rasa penuh di telinga - autofonia - otalgia
memberat mlm hri
- Autofoni (suara terdengar lebih - tinitus - cairan blm terbentuk
- gej granulosa : jaringan
keras) - telinga terasa ada cairan (yg bergerak 2. std hiperemis
menebal/menonjol berwrn
kemerahan, pendengaran - kdg ada tinitus dan vertigo ketika posisi kepala berubah) - gejala bertmbah berat spt demam dan otalgia nya meningkat dan ggn pendengaran
- ggn pendengaran - cairan blm terbentuk
dpt normal/menurun, kdg
3. std supurasi
keluar cairan
- gej semakin meningkat dri std hiperemis demam, otalgia hebat, gn pendengaran
- terasa spt ada cairan di telinga tp blm keluar (krn sdh terbentuk cairan tp blm keluar)
4. std perforasi
- keluar cairan dari telinga yaitu mukopurulent
- biasanya saat dtg demam dan otalginya tidak ada ( saat ditanya dia pernah demam dan
otalgia beberapa hari lalu)
5. std resolusi
- sembuh resolusi
- tdk sembuhomsk

MIRINGITIS BAROTRAUMA OTITIS MEDIA EFUSI KRONIK OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK KOLESTEATOMA

pemfis 1. inspeksi : 1. otoskop : tanda retraksi 1. otoskop : Berd stadium : Otoskop :


2. otoskop : hiperemis + membrane timpani (manubrium - Membran timpani intak 6. std oklusi - Tanpa kolesteatoma : MT tampak perforasi letaknya
ada bula bentuk spt mallei lebi hdatar, pantulan - tanda infeksi negatif Tp terdapat - membrane timpani intak namun ada tanda retraksi MT di sentral, sekret tdk berbau
anggur, berwarna cahaya lebih pendek, proc brave sekret serosa/mukoid di telinga 7. std hiperemis - Dengan kolestatoma : MT tampak perforasi
merah, jumlah >1 dan mallei lebih menonjol, proc ant tengah - MT tampak hiperemis akibat pelebaran PD marginal/atik, sekret berbau amis
bergerombol, mudah tertutup, proc post terlihat lebih 8. std supurasi
pecahkeluar cairan jelas, warn MT lebih suram) - edema hebat mukosa MT
disebut serous aminolen hingga dpt terjadi perforasi - MT tampak menonjol ke depan/ bulging ak banyaknya akumulasi cairan shg vol meningkat
9. std perforasi
- MT tertekan ak akumulasu cairan/nanahggn vaskularisasinekrosisperforasi letak di
sentralMT perforasi
10. std resolusi
- sembuh resolusi
tdk sembuhomsk

penunjan Radiologi : ada batas cairan dan udara Ct Scan


g (air fluid level) di telinga tengah

terapi 1. konservatif 1. penanganan awal 1. konservatif 1. konservatif dan opertif 1. Konservatif Pembedahan :
- simtomatik : antibiotik - maneuver valsava (infeksi sl - causal : tergantung penyebab - Std 1 dan 2 : causal : antibiotic; simtomatik : mengembalikan fx tuba diberi dekongestan - prinsipnya diobati 3 bln tdk adaperubahan harus - Mastoidektomi Sederhana
2. operatif nafas atas spt ispa dan dll dioperasi
- simtomatik : mengembalikan fx - Mastoidektomi Radikal
- jar granulasi di clauter influenza) - Std 3 : causal : antibiotic; simtomatik : mengembalikan fx tuba diberi dekongestan dll,
- simtomatik : KS, antibiotik, dekongestan
tuba diberi dekongestan - Mastoidektomi Radikal Dgn
dgn argentamin nitrat 2. konservatif 2. operatif
(AgNO3) 2. operatif operatif : miringotomi : keuntungan dilakukan miringotomi std 3 yaitu cairan lebih cpt Modifikasi
-
antihistamin, dekongestan,
- tympanoplastytipe 1: MT dtambal dgn
- miringotomi dikeluarkn shg gej berkurang dan proses penyembuhan cpt trjd
kartilago di tempat lain; tipe 2 : semua yang - Miringoplaasti
ks - Std 4 : penanganan awl dilakukan pencucian telinga H2O3 3%/ larutan gurowi (asam cuka/ rusak dikelaurkan shg tdk membpertahankn fx
- pipa grommet (kronik) - Timpanoplasti
3. operatif aluminium asetat), causal : antibiotic; simtomatik : mengembalikan fx tuba diberi pendengaran; tipe 3 incus rusak; tipe 4: stapes
- miringotomi/parasintesis jk dekongestan dll rusak
gagal ditandai dengan gejala -
otore yg kdg bercampur darah
dan bertahan beberapa
minggu
- pipa ventilasi/grommet

diagnosis
banding
komplikas abses subperiosteal, meningitis, abses otak
i

prognosis

edukasi
3. TELINGA DALAM

LABIRINITIS SIND MANIERE/ MANIERE DISEASE/ HIDROENDOLYMPATIK BPPV

Definisi/Patofisiologi Penyakit Peradangan pada labirin Suatu kelainan pd telinga tengah dlm dmnsystem endolimfatik mengalami distensi/ Vertigo muncul akibat perubahan posisi kepala secara
mek adlah distensi dri endolimfatik yg disesbbkn oleh peningkatan vol endolimfatik, mendadak dan singkat yaitu < 1 menit (+ 20-30 dtk) akibat batu
hal ini trjd ak peningkatan prod endolimfe/ ggn abs/ keduanya.cnormalnya endolimfa menyumbat kanalis semisirkularis yang berasal dari utriculus
dihasilkan oleh stria vaskularis mengisi membrane labirin dan diabsorbsi melalaui dan saculus
sacus endolimfatik
Epidemiologi Pr>, Usia 35-60 thn, unilateral
Etiologi bakteri, virus Alergi, autoimun, virus, ggn vasomotor, retensi air garam dan endokrin (hipotiroid) Perubahan posisi kepala
Anamnesis - Nyeri kapala - Trias : vertigo, tinitis, tulis sensorineural - vertigo mendadak dan singkat < 1 mnit
- Demam - Seranga pertam berat : vertigo diseraimuntah - mual muntah
- Ggn verstibular (mual, muntah, - Vertigo bersifat periodic yg makin mereda pd serangan berikutx - tdk ada ggn pendegaran
vertigo) - pd serangan terjd ggn pendengaran, jk tdk ada serangan pendengaran kembali -
- Koklea (ggn pendengaran yaitu tulis normal
sensorineural) - tinnitus menetap walauapun dluar serang
- - perasaan penuh pd telinga
Pemfis

Penunjang

Terapi 1. konservatif 1. pengananan awal


- causal : diuretikuntuk menurunkn tek ; antivertigo - reposisi canalith terapi
- simtomatik 2. konservatif
3. operatif
- Teknik oklusi
- Neurotomi

Diagnosis banding

Komplikasi
Catatan
1. Penyebab secara umum (Trauma, Radang, Tumor)

2. Auricular = daun telinga

3. Kista = terdpat massa dan bungkusan. Pseudokista = terdapat massa tp tdk ada bungkusan

4. Pada membran timpani terjadi Perforasi dan Ruptur, cara membedakannya adalah :
HIDUNG
EPISTAKSIS
1. Definisi
Perdarahan yang terjadi pada hidung

2. Etiologi
Secara umum dibagi menjadi 2 yaitu :
Faktor Lokal Faktor Sistemik
1. Trauma (Terbanyk) 1. Aterosklerosis, HT, alcohol (aterosklerosis dan HT  epistaksis post, alcohol  epistaksis ant)
2. Obat semprot hidung (nasal spray) 2. Kegagalan fx organ : uremia, sirosis hepatis
3. Kelainan anatomi spt addax spina, krista dan deviasi septum 3. Kelainan hormonal
4. Tumor : intranasal/supranasal 4. Efek sistemik obat : gol anti koagulan spt warfarin, heparin dan gol antiplatelet spt aspirin, klopidegrol
5. Iritasi zat kimia, obat-obatan/narkoba spt dekongetan topical dan kokain 5. Sind rendu osler weber
6. Iritasi krn pemakaian oksigen : CPAP
7. Kelainan vaskuler spt wagener’s granulomatosis
Tambahan : Berdasarkan Usia
1. Anak : benda asing dihidung, luka tusuk
2. Dewasa : trauma nasal, trauma maxilofacoal, idiopatik
3. Usia pertengan : tumor
4. Usia lanjut : hipertensi (plg sering HT emergenci 200/130)

6. Klasifikasi

Epistaksis Anterior Epistaksis Posterior


1. sumber : plexus kisselbach (a. spenopalatina, a. ethmoidalis ant, a. labialis sup, a. palatine mayor) 1. sumber : plexus woodruff ( a. etmoidalis post, a. sphenopalatina
2. letak : + ½ inchi dri tepi caudal septum diantero inf 2. letak : 1/3 antero inferior (konka media tersering)

7. Pemeriksaan

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Penunjang


1. sejak kapan 1. speculum hidung 1. Lab : DR (Hb, wbc, rbc, hgb, plt), CT, BT kimia darah (gds)
2. frekwensi 2. lampu 2. Radiologi : angiografi
3. jumlah perdarahan 3. alat penghisap
4. riwayat epistaksis sebelumx 4. rinoskopi ant/ endoskopi, faringoskopi
5. riwayat trauma
6. riwayat kelainan pembekuan darah
7. faktor predisposisi terjadinya epistaksis

8. Tata laksana
Prinsip Perbaiki keadaan umum, cari sumber perdarahan, hentikan perd, cari fx penyebab untuk mendhindri kekambuhan
Manajement 1. Perbaiki keadaan umumA BC (atasi jk ada kelainan)
Awal 2. Atur posisi pasien  sebaikx dlm keadaan duduk klu pasien lemah dgn posisi setengah duduk/ berbaring dgn kepala ditinggikan, klu anak dipangku dgn badan dan ekt sup dan inf
dipeluk serta kepala dipegang mengarah keatas
3. cari sumber perdarahan (pemfis menggunakan alat rinoskopi ant/ endoskopi, faringoskopi)
4. hentikan perdarahan anteror : Hentikan perdarahan posterior :
- dapat berhenti spontan - tampon balloq
- melakukan pijat hidung slm 10 menit, jk masih berdarah coba lagi jik masih berdarah - tampon ballooning kateter
- pasang tampon anterior (kapas dgn lidokain 2% + epineprin 1:400.000 / antibiotik) slm 10-15 menit setelah vasokontriksi - ligase PD (a. maxilla interna)
dpt ditentukan dri ant / post perdarahnnya (jika sumber perd tdk jelas) - embolisasi PD
- kauterisasi dgn bahan kimia spt perat nitrat (AgNO3) 30-50% atau albothyl bila tersedia kauterisasi elektrik lalu setelah itu
diberi krim antibiotik (jika sumber perd jelas)
5. Cari fx penyebab u/ menghindari kekambuhan pemeriksaan laboratorium
Terpi konservatif 1. vitamin C. Cabazochrome u/ PD
2. Platelet : ethamsylate, cabazochrome
3. koagulasi : vit K, prothrombin complex
4. Fibrinolisis : Tranexamic Acid
RINITIS

R. ALERGI R. VASOMOTOR R. MEDIKAMENTOSA R. SIMPLEKS R. HIPERTROFI R. ATROFI


Definisi Inflamasi/ peradangan pd kavum nasi yang dipicu oleh paparan allergen berulang yang bersifat Ggn fisiologik lap mukosa ak bertambahnya akt parasimpatis Ggn respon normal vasomotor ak pemakaian vasokonstriktor Penyakit ak virus. Nama lain common cold, flu inflamasi kronis ak infeksi bakteri/ non Infeksi kronis pada hidung akibat (IDSKP)  Perubahan
ireversibel baik dgn pengobatan/ tanpa pengobatan topical dlm waktu lama dan berlebihan shg terjd sumbatan bakteri misalnya kelanjutan dari rhinitis alergi mukosa dan tulang hidung scr progresif yg mengalami atrofi
hidung menetap dan vasomotorperubahan mukosa menjadi
hipertrofi
Patofisiologi Tahap sensitisasitahap provokasi/reaksi alergi - Neurogenik/disfx saraf otonom : saraf parasimpatis brsal dri nucleus Obat vasokonstriktor merupakan gol simpatomimetik
salivatori sup menuju ganglion sfenopalatinamembentuk n.vidianus pemakaian lamaggn siklus nasal : kongesti berulang, ph hdg
Rx alergi ada 2 fase yaitu : RAFC (fase cpt) berlangsung sjk kontak hingga 1 jam setelahnya; menginervasi saraf otonom, pada saraf parasimpatis terjadi dilatasi PD, berubah, akt silia trganggu, sel goblet uk berubah, membrane
RAFL (fase lambat) berlngsung 2-4 jam hinggu b24-48 jam setelahx. permeabilitas kapiler meningkat, sekresi kel meningkat, dan bersin2. basal menebal, pd melebar, stroma tampak edema, hipersekresi
- Neuropeptida kel mucus, lap submukosa dan periosteum menebal
(PROSES LIHAT PADA GAMBAR 2) - Nitrik oksida
- Trauma

Etiologi 1. Allergen inhalan : Debu rumah, tungau, kecoa, bulu hewan, sari pati tumbuhan, jamur - Obat-obat yg menghambat saraf simpatik (simpatolitik) : ergotamine, Pemakaian vasokonstriktor topical berlebihan Rhinovirus, myxovirus, coxsachie, virus ECHO Bakteri / Kelanjutan dari rhinitis alergi dan - Inf kuman spesifik : klebsiella azaena, stapilococcus,
2. Allergen ingestan : susu, sapi, telur, coklat, ikan laut, udang kepiting, kacang-kacangan methyldopa, chlorpromazine vasomotor streptococcus, pseudomonas aeruginosa
3. Alergi injektan : penisilin, sengatan lebah - Fx fisik : iritasiasap rokok, udra dingin yg ekstrim, kelembapan tinggi, bau Syarat pemakaian vasokontriktor topical : ph 6.3-6.5; pemakaian - Def FE, vit A
menyengat tdk blh lebih dri seminggu; harus isotonic - Sinusitis kronk
- Fx endokrin : kehamilan, hipotiroid - Kelainan hormonal
- Fx psikis : cemas/neurosis, stres/tegang, excitement (sexual/emotional) - Penyekit kolagen
Klasifikasi 1. sifat berlangsungnya:
- intermiten  gej < 4 hr/mggu atau < 4 mnggu,
- persisten/menetap : gej > 4 hr/mnggu dan > 4 mnggu
2. berat ringan gej :
- rgn tdk ada ggn tidur, ggn akt harian, bersantai, olahraga, bljr, bekerja dll
- sdg-brt : terdpt > 1 ggn diatas
Anamnesis 1. gejala sistemik : 3. gejala sistemik : 1. Gejala sistemik : - - Mudah menular dan terkena jk memiliki system imun rendah 1. Gejala sistemik : - 1. gejala sistemik : -
2. gejala local : 4. gejala local : 2. Gejala local : - Std prodromal : berlangsng beberapa jam, rasa panas kering 2. Gejala local : 2. gejala local :
- hidung : Serangan bersin berulang >5x (serial bersin), Rinone encer dan bxk, Hdg tersumbat/obs - hidung : Gejala spt rhinitis alergi, Gej domonan hdg tersumbat yg - Riw minum penggunaan vasokonstriktor topical dan gatal dlm hidung, hdg tersumbat, rinore encer, dpt - Hidung : Sumbatan hdg/ obs nasi, rinore - Hidung : hdg tersumbat, rinore mukopurulent dan
nasi membaik dgn perubahan posisi, hiposmia/anosmia, hdg gatal, Post nasal drip dipengaruhi posisi, Rinore mukoid, bersin lebih jrg dari rhinitis alergi - Hidung : Hdg tersumbat terus menerus dan rinore disertai demam dan nyeri kepala, purulent hingga mukopurulendan banyak banyak dan cepat mengering shg terbentuk krusta
- mata : Mata gatal, hipersekresi, Mata hiperemis - Mata : Jrg disertai dgn gej mata - Mulut : mulut kering berbau busuk, ggn penghidu
- telinga : Telinga gatal - Mulut : jarang - Telinga : - - Mulut : Nafas berbau
- Mulut : Langit2 gatal - Gejala memberat saat bgn pagi hari dan muncul jk - kepala : nyeri kepala - Kepala : Sakit kepala
- gsnggusn tidur
Pemfis 1. Inspeksi : bayangan gelap dibawah mata, krn stasi vena sekunder ak obs hidung disebut 1. otoskop : - Rinoskopi anterior : hipertrofi konka + sekret berlebih Rinoskopi ant : Mukosa tampak merah dan edem 1. Otoskop : - 1. otoskop
allergic shiner, menggosok hidung krn gatal dgn punggung tgn disebut allergic salute, timbul 2. Rinoskopi ant : 2. Rinoskopi anterior : 2. rinoskopi ant : konka atrofi , sekret (+)
gris melintang di dorsum nasi 1/3 bawah disbut allergic crease, dind faring tampak granular - Mukosa konka hiperemis dan kongesti dan sekret - Konka hipertrofi terutama konka inf 3. faringoskop :
dan edemacobblestone appearance, dind lat faring menebal, lidah tampak gambaran 3. 3. faringoskop : - bilateral 4. Histopatologi : tampak metaplasia ep torak bersilia mnjd ep
betageograpic tongue - Terdapat sekret kubik/ ep gepeng berlapis, silia hlg, lap submukosa mnjd
2. Rinoskopi ant : konka hipertrofi, mukosa pucat/livide/hiperemis, sekret banyak 3. faringoskop : - tipis, kle berdegenerasi atauatropi
3. Nasoendoskopi : u/ menilai kavum nasi dan KOM
Penunjang 1. Uji kulit prick test : mudah, toleransi baik dan sensitivitas serta spesivitas tinggi thd igE - IgE : N 1. Tes dgn adrenalin : diberi tampon
2. IgE serum total - Skin test : - adrenalin/epineprinkongesti konka tdk berkurang
3. IgE serum spesifik - Eosinofil : -
4. Peme sitologi/histopatologi : menentkan RA/non RA/infeksi.
Pada RA didapatkn (jk serangan diluar serangan kembali normal) spt dilatasi PD (vascular
bad), pembesaran sel goblet dan sel yg prod mucus, pembesaran ruang interseluler,
penebalan membrane basal, infiltrasi sel2 eosinofil
5. Tes provokasi : rhinitis okupasional
6. Foto polos Sp/ ct scan : jk ada indikasi
Tatalaksana 1. non farmakologis 1. nonfarmakologis 1. nonfarmakologis 1. nonfarmakologis 1. nonfarmakologis 1. nonfarmakologis
- eliminasi : hindari faktor alergen - hindari faktor risiko - hentikan pemakaian vasokonstriktor tetes/semprot - istrahat - hindari faktor faktor terjadinya rihinitis - cuci hdg
- edukasi 2. konservatif 2. konservatif 2. konservatif hipertrofi 2. konservatif

- kebugaran
- ks - ks sistemik (tapering off) - simtomatik - istrahat - antibiotik spectrum luas
2. konservatif
2. konservatif - antikolinergik topikal ipratropium bromide - dekongestan oralpseudoefedrin - dekongestan
- antihistamin - dekongestan * jk 3 mggu tdk ada perbaikanrujuk ke tht - dekongestan
- ks
- dekongestan 3. operatif - ks 3. operatif
- implantasi/ jabir osteoperiostal
- KS
- antihistamin
- bedah sinus endoskopi fungsional
3. operatif : -
3. operatif
- konkotapi parsial
- konkoplasti
4. imunoterapi
Komplikasi Polip hidung
Otitis media efusi
Rinosinusitis
POLIP HIDUNG SINUSITIS SELULITIS VESTIBULITIS
Definisi/ Inflamasi/ terjadi proses rx alergi pd mukosaTerjadi rupture di meatus mediaterbentuknya kantong Inflamasi mukosa sinus paranasal Infeksi pada puncak hdg dan Infeksi pd kulit
patofisiologi yang berisi cairanterbentuk Massa lunak mengandung bxk cairan di dlm rongga hidung, berwarna putih batang hdg. Perluasan vestibulum
penyakit keabu-abuan
furunkel pd vestibulum
Etiologi Idiopatik Ispa akibat virus, Rhinitis terutama alergi, hormonal pd wanita hamil, Polip hdg, Kelainan anatomi spt Streptococcus dan - Iritasi dri rinore ak
deviasi sptum/hipertrofi konka, Sumbatan KOM, Infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesi stafilococcus inflamasi mukosa yg
silia, sinusitis dentogen
menyebabkn
hipersekresi sel goblet
dan kel seromusinosa
- Trauma ak dikorek
Klasifikasi/Std Berdasarkan stadium Lund mackay : Klasifikasi :
-Std 1 : polip msh terbatas di meatus medius Akut dan kronik
-Std 2 : polip sdh keluar dri meatus medius, tampak di rongga hdg tp blm memenuhi rongga hdg
-Std 3 : polip massif
Anamnesis 1. Gejala sistemik : - - Hdg tersumbat Terdapat furunkel di
2. Gejala local : - nyeri/rasa tek pd muka dan daerah sinus yg terkena (masila=nyeri pipi; etmoid=nyeri diantar atau diblkg vestibulum nasi
- Hidung : Hdg tersumbat dri rgn sampai berat (tdk dipengaruhi oleh posisi, rinore jernih sampai purulent, kedua bola mata, frontal=nyeri didahu atau seluruh kepala; sfenoid=nyeri di vertex, oksipital blkg bola
hiposmia/ anosmia, bersin, nyeri pd hdg disertai sakit kepala daerah frontal mata, mastoid) dan jg terjd nyeri di tempat lain (referred pain)
- Bila disertai inf sekunderpost nasal drip, rinore purulent, bernafas melalui mulut, suara sungau, halitosis, - sakit kepala
ggn tidur, penururnan kwalitas hidup - Rinore purulent
- Trdpt gej sal.nafas bawahbatuk kronik dan mengi - Post nasal drip
Riw rhinitis alrgi, asma, intoleransi thd aspirin, alergi obat, alergi makanan - Gej sistemik spt demam dan lesu
- Ggn penghidu spt hiposmia, anosmia
- Halolitis
Pemfis 1. Inspeksi : Trdpt deformitaspolip massif -Transiluminasi sinus : suram/gelap Tampak hdg berwarna
2. Rinoskopi ant : massa warna pucat berasal dri meatus media dan mudah digerakkan dan tidak nyeri -Rinoskopi ant, post dan nasoendoskopi : kemerahan dan sangat nyeri
3. nasoendoskopi  ada pus di meatus medius (sinusitis maxilla, etmoid ant dan frontal) atau di meatus sup (sinusitis
etmoid post dan sfenoid)
 akut : mukosa edem dan hiperemis
- Foto polos posisi waters, PA dan Lat : perselubungan, batas udara cairan (air fluid level) atau penebalan
mukosa
- Ct Scan : gold standar. Menilai anatomi hdg dan sinus, ada penyakit di hdg dan sinus scr keseluruhan
Penunjang 1. Pemeriksaan PA :
- eosinofilakibat alergenmemiliki angka rekurensi tinggi
- neutrofilinflamasiangka rekurensi rendah
2. Foto polos sinus paranasal posisi waters, AP, Caldwell, lat : penebalan mukosa dan addax batas udara cairan
di dlm sinus. Kurang bermakna
3. Tomografi : melihat jelas keadaan hdg dan sinus paranasal
Tatalaksana 1. polipektomi medikamentosa 1. Konservatif : 1. konservatif 1. konservatif
- Local : spray intranasal {kekurangan mahal} - KS - ks sistemik dosis tnggi - Antibiotik dosis
- Sistemik : Kortikosteroid (ks dosis tinggi lalu di tapering off. Mulai dari dosis 32 mg) dan dekongestan - Dekongestan
tinggi
2. Operatif :
{kekuarangan KS : Gastritis krn menyebabkan penipisan dari gelatin gaster shg sebelum pemberian KS - bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF) 2. operatif
tanyakan apakah aga gastritis/tdk. Dan edukasi pasien pd penderita gastritis yaitu minum 1 jam setelah
makan)

2. polipektomi Operatif
- Polipektomi nasal ( tdk gunakan endoskopi ) : mengangkat polip hanya pd kavum nasi prinsipnya hx
membuat plong pd kavum nasi
- BSEF (gunakan endoskopi) : mengangkat polip dari akarnya yaitu pd sinus-sinus

Berd Stadium :
- Stadium 1 : polipektomi medikamentosa slm 2 bln
- Stadium 2 : polipektomi operatif
- Stadium 3 : polipektomi operatif

Komplikasi - orbita : adema palpebral, selulitis orbita, abses subperiosteal, abses orbita, thrombosis sinus kavernosus
- Intrakranial : Meningitis, abses ekstradural atau subdural
- Sinusitis kronik : osteomyelitis dan abses subperiosteal
- Kelainan paru : bronchitis kronik dan bronkiektasis
Edukasi Alergi tidak dpt sembuh namun dapat menurun sesuai bertambahnya usia karena alergi akan berkurang -
MULUT

Anda mungkin juga menyukai