Anda di halaman 1dari 49

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT THT-KL REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2022


UNIVERSITAS HALU OLEO

MENIERE DISEASE

PENYUSUN :
Sandhi Wirya Andrayuga (K1B1 20 050)
Muhammad Nur Rafiq Al Ashar (K1B1 20 073)

PEMBIMBING :
dr. Ied Rakhma, M.Kes., Sp. THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama / NIM : Sandhi Wirya Andrayuga (K1B1 20 050)

Muhammad Nur Rafiq Al Ashar (K1B1 20 073)

Judul : Meniere Disease

Bagian : Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher

Fakultas : Kedokteran

Telah menyelesaikan Referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
THT-KL, Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo pada Januari 2022.

Kendari, Januari 2022


Pembimbing

dr. Ied Rakhma,M.Kes., Sp.THT-KL

2
A. PENDAHULUAN

Penyakit meniere diyakini sebagai suatu gangguan akibat

pembengkakan rongga endolimfatik. Penderita penyakit Meniere yang

berasal dari koklea mengemukakan ketulian yang berubah-ubah dengan

suatu tinnitus nada rendah. Serangan dapat berlangsung beberapa menit

hingga beberapa jam. Ketulian biasanya sementara namun dapat menetap

setelah masa-masa ketulian yang lebih lama. 1

Penyakit Meniere adalah suatu sindroma yang terdiri dari tinnitus,

serangan vertigo, berkurangnya pendengaran yang bersifat fluktuatif dan

perasaan penuh di telinga. Penyakit ini ditemukan oleh Meniere pada tahun

1861, dan diyakini bahwa penyakit ini berada di dalam telinga. Namun para

ahli menduga penyakit itu berada pada otak. Pendapat Meniere kemudian

dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan ditemukannya

hidrops endolimfa, setelah memeriksa tulang temporal pasien Meniere. 3

Prevalensi penyakit Meniere juga dikenal sebagai penyakit telinga

hidropik sangat bervariasi tergantung pada geografis dan faktor etnis serta

lokasi dimana diagnosis tersebut dibuat. Prevalensi penyakit Meniere di

Inggris adalah 270 per 100.000. Sementara di Amerika Serikat, 190 per

100.000. Studi berbasis populasi dari Finlandia menemukan prevalensi

yang lebih tinggi yakni 513 per 100.000 penduduk. Gejala penyakit

Meniere sering dimulai pada dekade keempat dan kelima kehidupan.

Penyakit ini dapat bermanifestasi lebih awal namun sangat jarang

terjadi pada anak-anak. 2


B. EPIDEMIOLOGI

Penyakit Meniere merupakan suatu kumpulan gejala klinis yang

mempengaruhi sekitar 50 hingga 200 per 100,000 orang dewasa dan

sebagian besar dengan usia 40 hingga 60 tahun. Prevalensi mencapai 0,5-7,5

: 1000 di inggris dan swedia. Sebagian besar kasus bersifat unilateral

sedangkan 10-20% kasus bersifat bilateral. Kasus Meniere dapat timbul

pada laki-laki atau perempuan dewasa, dimana paling banyak ditemukan

pada usia 20-50 tahun. Komponen gentik diduga berperan dalam munculnya

penyakit Meniere dimana 21% pasien Meniere mempunyai riwayat keluarga

positif. Pasien dengan risiko besar menderita penyakit Meniere adalah

mereka dengan riwayat alergi, merokok, stress, kelelahan, konsumsi alcohol

dan aspirin. 3

C. ANATOMI

Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ

pendengaran yang berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar,

telinga tengah, telinga dalam.4

Gambar 1. Anatomi Telinga. 4


a. Telinga luar

Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari

membran timpani, terdiri dari aurikulum dan meatus akustikus eksternus

(MAE). Aurikulum merupakan tulang rawan fibro elastis yang dilapisi

kulit, berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang

temporal melalui otot-otot dan ligamen. Bagiannya terdiri heliks,

antiheliks, tragus, antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak

mengandung tulang rawan ialah lobulus.4

MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka

aurikula sampai pada membran timpani. MAE dibagi menjadi dua

bagian yaitu pars cartilage yang berada di sepertiga lateral dan pars

osseus yang berada di dua pertiganya. Pars cartilage berjalan ke arah

posterior superior, merupakan perluasan dari tulang rawan daun telinga,

tulang rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh kulit yang

merupakan perluasan kulit dari daun telinga , kulit tersebut mengandung

folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea. Kelenjar serumen

memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat merupakan

pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut

serumen atau kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke arah anteroinferior

dan menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian

ini sangat tipis dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan pada

tulang. Didapatkan glandula sebasea dan glandula seruminosa, tidak

didapatkan folikel rambut.4


Gambar 2. Anatomi Auricula. 4

b. Telinga tengah

Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani (KT) atau

tympanic cavity. Dilapisi oleh membran mukosa, topografinya di bagian

medial dibatasi oleh promontorium, lateral oleh MT, anterior oleh muara

tuba Eustachius, posterior oleh aditus ad antrum dari mastoid, superior

oleh tegmen timpani fossa kranii, inferior oleh bulbus vena jugularis.

Batas superior dan inferior MT membagi KT menjadi epitimpanium atau

atik, mesotimpanum dan hipotimpanum.4

Gambar 3. Skema hubungan membran timpani dan osikel. 4


Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar

ke dalam yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan

berhubungan membentuk artikulasi.. Prosesus longus maleus melekat

pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat

pada stapes. Stapes terletak tingkap lonjong atau foramen ovale yang

berhubungan dengan koklea. 4

Tuba Eustachius menghubungkan telinga tengah ke bagian

belakang mulut kita. Saluran ini berfungsi sebagai jalur drainase untuk

cairan yang dihasilkan di telinga tengah. Sewaktu terbuka sesaat, saluran

ini memungkinkan tekanan di telinga tengah menjadi sama dengan

tekanan atmosfer. Saluran ini hampir selalu dalam keadaan tertutup.

Apabila saluran tersebut menutup atau membuka terus-menerus selama

beberapa jam, akan dapat timbul masalah-masalah fisiologis. Penyamaan

tekanan dapat terjadi secara spontan tanpa gerakan rahang apabila

tekanan udara sekitar berkurang. Udara di telinga tengah biasanya secara

perlahan diserap ke dalam jaringan sehingga tekanan di bagian dalam

gendang telinga berkurang. Apabila karena suatu hal tuba Eustachius

tidak membuka, perbedaan tekanan akan menyebabkan gendang telinga

cekung ke dalam dan mengurangi kepekaan telinga. Perbedaan tekanan

sekitar 8kPa atau1/12 atmosfer di gendang telinga menyebabkan nyeri.

Penyebab umum gagalnya sistem untuk menyamakan tekanan ini adalah

tersumbatnya tuba Estachius oleh cairan kental akibat flu dan

pembengkakan jaringan di sekitar pintu masuk tuba. 4


c. Telinga dalam

Telinga dalam terdiri atas dua bagian yaitu koklea yang berperan

sebagai organ auditus atau indera pendengaran dan kanalis semisirkularis

sebagai alat keseimbangan. Kedua organ tersebut saling berhubungan

sehingga apabila salah satu organ tersebut mengalami gangguan maka

yang lain akan terganggu. 4

Gambar 4. Telinga Dalam15

Koklea adalah organ pendengaran berbentuk menyerupai rumah

siput dengan dua dan satu setengah putaran pada aksis memiliki panjang

lebih kurang 3,5 centimeter. Sentral aksis disebut sebagai modiolus

dengan tinggi lebih kurang 5 milimeter, berisi berkas saraf dan suplai

arteri dari arteri vertebralis. Struktur duktus koklea dan ruang periotik

sangat kompleks membentuk suatu sistem dengan tiga ruangan yaitu

skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala vestibuli dan skala

tympani berisi cairan perilim sedangkan skala media berisi endolimf.


Skala vestibuli dan skala media dipisahkan oleh membran reissner, skala

media dan skala timpani dipisahkan oleh membran basilar. 4

Kanalis Semisirkularis terdiri atas tiga bagian pada setiap aparatus

vestibular, yaitu kanalis semisirkularis anterior, posterior, dan lateral

(horizontal), tersusun saling tegak lurus satu sama lain, sehingga ketiga

kanalis ini merepresentasikan ketiga bidang dalam ruang. Bila kepala

tunduk kira-kira 30 derajat ke depan, kanalis semisirkularis lateral kira-

kira ada pada bidang horizontal sesuai dengan permukaan bumi;

kemudian kanalis anterior ada pada bidang vertikal yang arah

proyeksinya ke depan dan 45 derajat ke luar, dan kanalis posterior ada

pada bidang vertikal yang berproyeksi ke belakang dan 45 derajat ke

luar. Pada ujung akhir setiap kanalis semisirkularis terdapat pembesaran

yang disebut ampula, dan kanalis serta ampula ini terisi oleh cairan yang

disebut endolimfe. Aliran cairan di dalam kanalis dan ampulanya

merangsang organ sensorik ampula. Memperlihatkan pada setiap ampula

terdapat tonjolan kecil yang disebut krista ampularis. Pada puncak krista

ini terdapat jaringan longgar massa gelatinosa, yang disebut kupula. Bila

kepala seseorang mulai memutar ke suatu arah, inersia cairan di dalam

satu atau lebih kanalis semisirkularis akan mempertahankan cairan untuk

tetap tak bergerak sementara kanalis semisirkularis berputar searah

dengan kepala. Hal ini menyebabkan cairan mengalir dari kanalis

menuju ke ampula, membengkokkan kupula ke satu sisi, Putaran kepala


dalam arah yang berlawanan menyebabkan kupula membengkok ke sisi

yang berlawanan pula.4

d. Sistem hidrolimfatik telinga dalam

Ductus cochlearis, suatu bagian labirin membranosa yang

berhubungan dengan sacculus, sangat dikhususkan sebagai reseptor

suara. Panjangnya sekitar 35 mm, bergelung dua setengah kali dan

dikelilingi ruang perilimfatik khusus. Bila diamati pada sediaan, koklea

tampak memiliki tiga ruangan: skala vestibuli, ductus cochlearis tengah

(atau skala media), dan scala tympani. 13

Gambar 5. Koklea. 13

Duktus cochlearis mengandung endolimfe dan berakhir di apeks

koklea. Kedua ruang lairmya mengandung perilimfe dan sebenarnya

merupakan satu tabung panjang, yang berawal di fenestra ovalis dan

berakhir di fenestra rotunda. 13


Skala-skala ini berhubungan di apeks koklea melalui suatu muara

yang dikenal sebagai helicotrema. Di sepanjang permukaannya, ductus

cochlearis dipisahkan dari scala vestibuli oleh membrana vestibularis.

Struktur yang sangat tipis ini terdiri atas suatu membrane basal dengan

epitel skuamosa selapis di setiap sisinya, satu mesotel yang menghadap

skala vestibuli dan bagian lain lapisan ductus cochlearis. Sel-sel di kedua

lapisan memiliki taut erat yang luas yang membantu menjaga gradien

ion yang sangat besar pada kedua sisi membran di antara endolimfe dan

perilimfe. 13

Di dinding lateral ductus cochlearis terdapat stria vaskularis , suatu

epitel unik yang menghasilkan dan memelihara endolimfe untuk seluruh

labirin membranosa. Stria vaskularis menutup suatu jaringan kapiler dan

terdiri dari se1 yang mempunyai banyak lekukan basal yang dalam pada

membran plasmanya, dimembran ini terdapat banyak mitokondria.

Cairan dan pompa K. dari kapiler oleh se1 epitel tersebut dilepaskan

kedalam ductus cochlearis sebagai endo1imfe. 13

Semua region labirin tulang berisi perilimfe dengan komposisi ion

yang serupa dengan cairan serebrospinal dan cairan ekstrasel lain tapi

memiliki sedikit protein. Perilimfe dihasilkan oleh mikrovaskuler

periosteum dan dialirkan melalui suatu duktus perilimpatikus ke dalam

ruang subarachnoid berdekatan. Cairan ini akan menyangga dan

menahan labirin membranosa tertutup yang melindunginya dari dinding

keras labirin bertulang. Labirin membranosa berisi cairan endolimfe. 13


Endolimfe atau cairan Scarpa, adalah cairan bening yang dapat

ditemukan di labirin membran telinga bagian dalam. Cairan Ini unik

dalam komposisi dibandingkan dengan cairan ekstraseluler lain dalam

tubuh karena konsentrasi ion kalium yang tinggi (140 mEq/L) dan

konsentrasi ion natrium yang rendah (15 mEq/L). Banyak jaringan

memainkan peran kunci dalam produksi dan pemeliharaan komposisi

ionik endolimfe, termasuk membran Reissner, stria vaskularis, dan sel

gelap organ vestibular. Endolimfe dipisahkan dari perilimfe sekitarnya

oleh membran Reissner yang membentuk penghalang antara dua cairan.

Membran Reissner memungkinkan transpor ion selektif dan akhirnya

produksi endolimfe dari perilimfe. 14

Jaringan penting lainnya yang terlibat dalam produksi endolimfe

adalah stria vaskularis yang ditemukan melapisi dinding lateral duktus

koklearis. Sel-sel yang ditemukan dalam jaringan ini membantu

mempertahankan potensial membran yang tinggi dan konsentrasi ion

kalium endolimfe. 14

Sel-sel gelap yang ada di cristae ampullaris kanalis semisirkularis

menggunakan pompa natrium/kalium ATPase untuk secara aktif

memompa kalium ke dalam cairan endolimfatik. Konsentrasi ion yang

diciptakan dan dipertahankan oleh berbagai jaringan ini menghasilkan

endolimfe yang memiliki potensi positif yang tinggi relatif terhadap

perilimfe. Gradien potensial yang dibuat antara dua cairan

memungkinkan sensitivitas tinggi terhadap gelombang suara yang


menghasilkan depolarisasi dan transmisi saraf ke otak untuk

interpretasi.14

Gambar 6. Duktus Kokhlearis dan ganglion spirale. 13

Endolimfe dihasilkan terutama oleh kapiler strie vaskularis dan

mengalir dari vestibulum ke dalam sinus venosa dura mater oleh ductus

endolimpatikus yang kecil. Banyak jaringan berperan dalam regulasi dan

reabsorpsi endolimfe; namun, proses ini tidak sepenuhnya diketahui. 14

D. HISTOLOGI

Telinga dalam berada sepenuhnya di dalam os temporale, di mana

sederetan ruang yang saling berhubungan. labirin bertulang, menampung

serangkaian saluran kontinu berlapis epitel yang terisi cairan dan bilik

yang membentuk labirin membranosa yang tebih kecil. 5


Labirin
membranosa berasal dari vesikel ektodermal, otokista, yang melekuk ke

dalam jaringan ikat di bawahnya selama minggu keempat perkembangan

embrio, kehilangan kontak dengan ektoderm permukaary dan menjadi

terbenam pada rudiment bakal os temporale. Selama proses tersebut,

vesicula otica berubah bentuk, yang membentuk dua cabang utama di

labirin membranosa: 13

1. labirin vestibular, yang memperantarai sensasi keseimbangan dan

terdiri atas dua saccus yang berhubungan (utriculus dan sacculus) dan

tiga ductus semicircularis yang timbul dari utriculus, dan13

2. labirin koklear, yang berperan pada pendengaran dan memiliki ductus

cochlearis yang berhubungan dengan sacculus. 13

Gambar 7 Makula Vestibularis dan sel-selnya. 13

Pada setiap struktur tersebut lapisan epitel memiliki area luas

mekanoreseptor sensorik kolumnar yang disebut sel rambut di regio

khusus:

1. dua makula utriculus dan sacculus.


2. tiga crista ampullaris di pelebaran regio ampula pada setiap ductus

semicircularis, dan

3. organ Corti spiral panjang pada ductus cohlearis. 13

Labirin oseosa memiliki sebuah rongga sentral yang iregular,

vestibulum, tempat sacculus dan utriculus berada. Di belakang struktur ini,

tiga canalis semicircularis oseosa menyelubungi ductus semicircularis. Di

sisi lain vestibulum, cochlea (L. cochlea, siput, sekrup) memiliki ductus

cochlearis. Cochlea berukuran panjang sekitar 35 mm dan membentuk dua

setengah putaran di sekeliling inti tulang yang disebut modiolus. Modiolus

memiliki pembuluh darah dan mengelilingi badan sel dan processus

cabang akustik saraf kranial kedelapan di ganglion cochleare atau ganglion

spirale. 13 Semua regio labirin bertulang terisi perilimfe dengan komposisi

ion yang serupa dengan cairan serebrospinal dan cairan ekstrasel jaringan

lairy tetapi memiliki sedikit protein. 13

Perilimfe dihasilkan dari mikrovaskular periosteum dan dialirkan

melalui suatu ductus perilymphaticus ke dalam ruang subarakhnoid yang

berdekatan. Cairan ini menahan dan menyangga labirin membranosa

terfutup yang metindunginya dari dinding keras labirin bertulang. Labirin

membranosa terisi dengan endolimfe, yang juga mengandung sedikit

protein dan lebih lanjut ditandai oleh kadar kalium yang tinggi (150 mM)

dan natrium yang rendah (16 mM), yang serupa dengan kadarnya dalam

cairan intrasel. Endolimfe dihasilkin terutama oleh kapiler di stria


vascularis di dinding ductus cochlearis dan mengalir dari vestibulum ke

dalam sinus venosa dura mater oleh ductus endolymphaticus yang kecil. 13

Sacculus dan utrikulus terdiri atas suatu selubung tipis jaringan

ikat yang dilapisi epitel selapis gepeng. Labirin membranosa melekat pada

periosteum labirin oseosa melalui untaian jaringan ikat yang mengandung

mikrovaskular yang menyuplai jaringan labirin membranosa. Kedua

makula pada dinding sacculus dan utriculus adalah area kecil sel

neuroepitel kolumnar yang dipersarafi oleh cabang nervus vestibularis. 13

Makula sacculus terletak pada bidang yang tegak lurus terhadap makula

utriculus, tetapi keduanya serupa secara histologis. Masing masing terdiri

atas penebalan dinding yang memiliki beberapa ribu sel rambut

mekanosensitif beserta sel penyangga kolumnar dengan inti basa1, dan

ujung saraf. 13

Ujung apikal setiap sel rambut memiliki sebuah kinosilium dengan

sebuah badan basal dan suatu aksonema termodifikasi mikrotubulus ganda

dan seberkas stereosilia kaku panjang yang tidak bercabang dan berjumlah

60-100. Stereosilia muncul dari regio apikal yang banyak mengandung

aktin lempeng kutikula, yang berperan mengembalikan struktur kaku yang

menonjol ini ke posisi normalnya setelah menekuk. Stereosilia tersusun

dalam barisan yang semakin memanjang dengan stereosilia terpanjang-

sekitar 100 Fm -yang berada dekat dengan kinosilium Ujung stereosilia

dan kinosilia terbenam dalam suafu lapisan gelatinosa proteoglikan kental


yang disebut membran otolitik, dengan bagian luarnya yang terisi dengan

strukfur berkapur yang disebut otolit (atau otokonia). 13

Gambar 8 Ampula dan krista di duktus semisirkularis. 13

Di ujung basalnya, semua sel rambut memiliki sinaps dengan ujung

saraf aferen (ke otak) Sejumlah sel rambut (tipe I) memiliki ujung basal

bundar yang dikelilingi oleh suatu calyx terminalis aferen (L, calyx,

cangkir). Ujung basal sebagian besar sel rambut (tipe II) berbentuk silinder

dan memiliki lebih banyak ujung tonjolan yang khas dari saraf aferen.

Kedua tipe sel rambut, atau aferennya, juga memiliki hubungan sinaps

dengan serabut eferen (dari otak) yang memodulasi sensitivitas

mekanoreseptor ini. 13

Setiap sel rambut juga dikelilingi oleh sel penyangga, yang dapat

memiliki berbagai fungsi selain menyediakan penyangga fisis unfuk

mekanoreseptor. Ketiga ductus semicircularis merupakan bagian labirin


membianosa yang memiliki bentuk umum yang sama seperti canalis

semicircularis di labirin tulang. Masing-masing terjulur dari dan kembali

ke dinding utriculus. Duktus tersebut berada di bidang spasial yang

berbeda, dan kira-kira tegak lurus satu sama lain. 13

Pelebaran ujung ampula di setiap ducfus semicircularis memiliki

suatu area mekanoreseptor mirip-rabung memanjang yang disebut crista

ampullaris. Rabung di setiap crista ampuilaris tegak lurus terhadap aksis

panjang duktus. Crista secara histologis serupa dengan makula, dengan sel

rambut, sel penyokong, dan ujung saraf. Akan tetapi, lapisan proteoglikan

bernama cupula yang melekat pada berkas rambut sel sensoris lebih tebal

dan tidak memiliki otolit. Cupula terbentang sepenuhnya melalui ampula,

yang berkontak dengan dinding sensoris yang berhadapan. 13

Gambar 9. Potongan Koklea. 13

Sel-sel rambut crista ampullares mendeteksi pergerakan angular

atau rotasi kepala. Di setiap sisi kepala, sel-sel rambut ini tersusun dengan

polaritas yang berlawanan sehingga pemutaran kepala menyebabkan


depolarisasi sel rambut pada satu sisi dan hiperpolarisasi di sisi lainnya.

Neuron intivestibular di SSP menerima input dari sederetan canalis

semicircularis di setiap sisi secara simultan dan menginterpretasikan rotasi

kepala berdasarkan laju pelepasan muatan relatif di kedua sisi. 13

Sel-sel rambut di makula sacculus dan utriculus berespons terhadap

percepatan linea4, gravitasi, dan kemiringan kepala. Karena otolit lebih

berat daripada endolimfe, berkas stereosilia terdefleksi oleh gravitasi

ketika kepala tidak bergerak, ketika kepala terangguk karena gravitasi, dan

ketika individu bergerak dalam suatu garis lurus dan inersia menimbulkan

penarikan membran otolit. input dari semua regio labirin vestibular

berjalan di sepanjang saraf N.VIII ke inti vestibular di SSp. Di tempat

tersebut, input diinterpretasikan bersama-sama dengan input dari

mekanoreseptor' pada sistem muskuloskeletal unfuk memberikan dasar

persepsi pergerakan dan orientasi ruang dan pemeliharaan kesetimbangan

atau keseimbangan. 13

E. FISIOLOGI

a. Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh

daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau

tulang ke koklea, Proses mendengar melalui tiga tahapan yaitu tahap

pemindahan energi fisik berupa stimulus bunyi ke organ pendengaran,

tahap konversi atau tranduksi yaitu pengubahan energi fisik stimulasi


tersebut ke organ penerima dan tahap penghantaran impuls saraf ke

kortek pendengaran.7

1. Mekanisme Pendengaran Telinga Luar dan Tengah

Auricula berfungsi untuk mengetahui arah dan lokasi suara

dan membedakan tinggi rendah suara. MAE adalah tabung yang

terbuka pada satu sisi tertutup pada sisi yang lain. MAE

meresonansi ¼ gelombang. Hubungan membran timpani dan

sistem osikuler menghantarkan suara sepanjang telinga telinga

tengah ke koklea. Tangkai maleus terikat erat pada pusat membran

timpani, maleus berikatan dengan inkus, inkus berikatan dengan

stapes dan basis stapes berada pada foramen ovale. Sistem tersebut

menyebabkan penekanan sekitar 22 kali pada cairan koklea. Hal

ini diperlukan karena cairan memiliki inersia yang jauh lebih besar

dibandingkan udara, sehingga dibutuhkan tekanan besar untuk

menggetarkan cairan.4

Selain itu didapatkan mekanisme reflek penguatan, yaitu

sebuah reflek yang timbul apabila ada suara yang keras yang

ditransmisikan melalui sistem osikuler ke dalam sistem saraf

pusat, reflek ini menyebabkan konstraksi pada otot stapedius dan

otot tensor timpani. Otot tensor timpani menarik tangkai maleus ke

arah dalam sedangkan otot stapedius menarik stapes ke arah luar.

Kondisi yang berlawanan ini mengurangi konduksi osikular dari

suara berfrekuensi rendah dibawah 1000 Hz. Fungsi dari


mekanisme ini adalah untuk melindungi koklea dari getaran

merusak disebabkan oleh suara yang sangat keras , menutupi suara

berfrekuensi rendah pada lingkungan suara keras dan menurunkan

sensivitas pendengaran pada suara orang itu sendiri.4

2. Mekanisme Pendengaran Telinga Dalam

Koklea mempunyai dua fungsi yaitu menerjemahkan energi

suara ke suatu bentuk yang sesuai untuk merangsang ujung saraf

auditorius yang dapat memberikan kode parameter akustik

sehingga otak dapat memproses informasi dalam stimulus suara.7

Koklea di dalamnya terdapat proses transmisi hidrodinamik

yaitu perpindahan energi bunyi dari foramen ovale ke sel-sel

bersilia dan proses transduksi yaitu pengubahan pola energi bunyi

pada OC menjadi potensial aksi dalam nervus auditorius.

Mekanisme transmisi terjadi karena stimuli bunyi menggetarkan

perilimfe dalam skala vestibuli dan endolimfe dalam skala media

sehingga menggetarkan membrana basilaris. Membrana basilaris

merupakan suatu kesatuan yang berbentuk lempeng-lempeng getar

sehingga bila mendapat stimuli bunyi akan bergetar seperti

gelombang di sebut traveling wave. Proses transduksi terjadi

karena perubahan bentuk membrane basilaris. Perubahan tersebut

karena bergesernya membrana retikularis dan membrana tektorial

akibat stimulus bunyi. Amplitudo maksimum pergeseran tersebut

akan mempengaruhi sel rambut dalam dan sel rambut luar


sehingga terjadi loncatan potensial listrik. Potensial listrik ini akan

diteruskan oleh serabut saraf eferen yang berhubungan dengan sel

rambut sebagai impuls saraf ke otak untuk di sadari sebagai sensasi

mendengar.4

Gambar 10. Penekukan rambut akibat defleksi membran basalis16

Sel rambut dalam dan luar memiliki fungsi berbeda. Sel

rambut dalam adalah sel yang "mendengar". Sel ini mengubah

gaya mekanis suara (getaran cairan koklea) menjadi impuls listrik

pendengaran (potensial aksi yang menyampaikan pesan

pendengaran ke korteks serebrum). Karena stereosilia sel-sel

reseptor ini berkontak dengan membran tektorium yang kaku dan

stasioner, mereka tertekuk maju-mundur ketika membran basilar

yang berosilasi menggeser posisinya dalam hubungannya dengan

membrane tektorium. Deformasi mekanis maju-mundur rambut-

rambut ini secara bergantian membuka dan menutup kanal kation

berpintu mekanis. di sel rambut sehingga terjadi perubahan


potensial pendepolarisasi dan penghiperpolarisasi secara

bergantian-potensial reseptordengan frekuensi yang sama seperti

frekuensi rangsangan suara semula. 16

Stereosilia setiap sel rambut tersusun dalam barisan dengan

tinggi yang berjenjang berkisar dari rendah ke tinggi dalam pola

kurat yang menyerupai pipa organ. Tip links, yang merupakan

molekul adhesi sel, menghubungkan ujung-ujung stereosilia dalam

barisan-barisan berdekatan. Ketika membran basilaris bergerak ke

atas, berkas stereosilia menekuk ke arah membran tertingginya,

meregangkan tip links. Tip links yang teregang membuka kanal

kation yang dilekatinya. Pergerakan ion yang dihasilkan ini tidak

biasa karena keunikan komposisi endolimfe yang merendam

stereosilia. Sangat berbeda dengan CES di tempat apapun,

endolimfe memiliki konsentrasi K+ yang lebih tinggi daripada di

dalam sel rambut. 16

Beberapa kanal kation terbuka pada sel rambut yang

beristirahat, mengizinkan K+ berkadar rendah masuk menuruni

gradien konsentrasinya. Ketika lebih banyak kanal kation yang

terbuka, lebih banyak K+ yang masuk ke sel rambut. Masuknya

K+ tambahan ini mendepolarisasi (mengeksitasi) sel rambut. 16

Ketika membran basilaris bergerak dalam arah yang

berlawanan, kumpulan rambut tertekuk menjauhi stereosilia yang

tertinggi, membuat tip links menjadi kendur dan menutup semua


kanal. Akibatnya, pemasukan K+ terhenti sehingga sel rambut

terhiperpolarisasi. Seperti fotoreseptor, sel rambut tidak mengalami

potensial aksi. Sel rambut dalam berhubungan melalui suatu sinaps

kimiawi dengan ujung serat-serat saraf aferen yang membentuk

saraf auditorius (koidearis). 16

Karena rendahnya pemasukan K+, sel rambut dalam secara

spontan melepaskan beberapa neurotransmiter (glutamat) melalui

eksositosis yang terinduksi oleh Ca2+ tanpa adanya stimulasi.

Depolarisasi sel rambut ini membuka lebih banyak kanal Ca2+

berpintu listrik. Masuknya Ca2+ tambahan yang terjadi

meningkatkan laju pelepasan neurotransmiternya, yang

meningkatkan frekuensi lepas muatan di serat aferen tempat sel

rambut dalam bersinaps. Sebaliknya, laju lepas-muatan berkurang

hingga di bawah kadar istirahat sewaktu sel-sel rambut ini

mengeluarkan lebih sedikit neurotransmiter ketika mengalami

hiperpolarisasi akibat pergeseran ke arah yang berlawanan. 16

Gambar 11. Tiplink kanal berpintu mekanis.16


Sementara sel-sel rambut dalam mengirim sinyal auditorik ke

otak melalui serat aferen, sel rambut luar tidak memberi sinyal ke

otak tentang suara yang datang. Sel-sel rambut luar secara aktif

dan cepat berubah panjang sebagai respons terhadap perubahan

potensial membran, suatu perilaku yang dikenal sebagai

elektromotilitas. Sel rambut luar memendek pada depolarisasi dan

memanjang pada hiperpolarisasi. Perubahan panjang ini

memperkuat atau menegaskan gerakan membran basilaris.

Analoginya adalah seseorang dengan sengaja mendorong

pendulum jam antik sesuai ayunannya untuk memperkuat gerakan

pendulum tersebut. Modifikasi pergerakan membrane basilaris

seperti ini meningkatkan atau menyetel stimulasi pada sel rambut

dalam. Karena itu, sel rambut luar meningkatkan respons sel

rambut dalam, reseptor sensorik pendengaran yang sebenarnya,

menyebabkan mereka sangat peka terhadap intensitas suara dan

dapat sangat membedakan berbagai nada suara. 16

b. Fisiologi keseimbangan

Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi

rotasional atau angular kepala, misalnya ketika menengok, mulai atau

berhenti berputar, jungkir-balik. Masing-masing telinga mengandung

tiga kanalis semisirkularis yang tersusun dalam bidang tiga dimensi

yang tegak lurus satu sama lain. Sel-sel rambut reseptor masing-masing
kanalis semisirkularis terletak di atas suatu bubungan berbentuk pelana

kuda yang terletak di ampula, suatu pembesaran di dasar kanalis.7

Akselerasi atau deselerasi sewaktu rotasi kepala dalam arah apapun

menyebabkan gerakan endolimfe paling tidak pada salah satu kanalis

semisirkularis karena susunan tiga dimensinya. Sewaktu anda mulai

menggerakkan kepala anda, kanal tulang dan sel-sel rambut yang

terbenam di dalam kupula bergerak bersama kepala Anda. Namun, pada

awalnya cairan di dalam kanalis, karena tidak melekat ke tengkorak

anda, tidak bergerak searah dengan rotasi tetapi tertinggal di belakang

akibat adanya inersia. Ketika endolimfe tertinggal di belakang sewaktu

Anda mulai memutar kepala anda, cairan dalam bidang yang sama

dengan arah gerakan pada hakikatnya bergeser dalam arah berlawanan

dengan gerakan. Gerakan cairan ini menyebabkan kupula miring dalam

arah berlawanan dengan gerakan kepala anda, menekuk rambut-rambut

sensorik yang terbenam di dalamnya. Jika gerakan kepala anda

berlanjut dengan kecepatan dan arah yang sama, endolimfe akan

menyusul dan bergerak bersama dengan kepala anda sehingga rambut-

rambut tersebut kembali ke posisinya yang tidak melengkung. Ketika

kepala Anda melambat dan berhenti, terjadi situasi yang sebaliknya.

Endolimfe sesaat melanjutkan gerakan ke arah rotasi sementara kepala

Anda melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambut-

rambutnya secara transien melengkung ke arah putaran sebelumnya,

yaitu berlawanan dengan arah lengkung mereka sewaktu akselerasi. 7


Gambar 12. Kanalis Semisirkularis

Ketika stereosilia terdefleksi oleh gerakan endolimfe, tegangan

yang terjadi di tip link menarik kanal ion berpintu mekanis di sel

rambut. Sel rambut mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi,

bergantung pada apakah kanal ion terbuka atau tertutup secara mekanis

oleh pergeseran berkas rambut. Setiap sel rambut memiliki orientasi

sedemikian rupa sehingga sel tersebut mengalami depolarisasi ketika

stereosilia menekuk ke arah kinosilium dan mengalami hiperpolarisasi

ketika stereosilia tertekuk menjauh dari kinosilium.7

Sel-sel rambut membentuk sinaps kimiawi dengan ujung terminal

neuron aferen yang aksonnya menyatu dengan akson struktur

vestibularis lain untuk membentuk saraf vestibularis. Saraf ini menyatu

dengan saraf auditorius dari koklea untuk membentuk saraf

vestibulokoklearis. Depolarisasi meningkatkan pelepasan

neurotransmiter dari sel rambut, menyebabkan peningkatan frekuensi


lepas-muatan serat aferen; sebaliknya, hiperpolarisasi mengurangi

pelepasan neurotransmiter dari sel rambut, pada gilirannya mengurangi

frekuensi potensial aksi di serat aferen. Ketika cairan secara perlahan

berhenti, rambut-rambut menjadi lurus kembali. Dengan demikian,

kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan kecepatan gerakan

rotasional (akselerasi atau deselerasi rotasional) kepala anda.7

Organ otolit memberi informasi tentang posisi kepala relatif

terhadap gravitasi (yaitu, kepala miring statik) dan juga mendeteksi

perubahan kecepatan gerakan lurus (bergerak dalam garis lurus ke

manapun arahnya). Rambut (kinosilium dan stereosilia) sel-sel rambut

reseptor di organ indera ini juga menonjol ke dalam suatu lembaran

gelatinosa di atasnya, yang gerakannya menggeser rambut dan

menyebabkan perubahan potensial sel rambut. Di dalam lapisan

gelatinosa terbenam banyak kristal kecil kalsium karbonat-otolit ("batu

telinga") sehingga menyebabkan lapisan ini lebih berat dan

meningkatkan inersianya dibandingkan cairan sekitar.7

Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut di

dalam utrikulus berorientasi vertikal dan rambut sakulus berjajar

horizontal. Marilah kita lihat utrikulus sebagai contoh. Massa gela-

tinosanya yang mengandung otolit berubah posisi dan menekuk rambut

melalui dua cara. Ketika Anda memiringkan kepala Anda ke suatu arah

selain vertikal (yaitu, selain lurus naik-turun), rambut-rambut akan

menekuk sesuai arah kemiringan karena gaya gravitasi yang mengenai


lapisan gelatinosa di atasnya. Penekukan ini menimbulkan depolarisasi

atau hiperpolarisasi potensial reseptor bergantung pada miringnya

kepala anda. Karena itu SSP menerima berbagai pola aktivitas saraf

bergantung pada posisi kepala dalam kaitannya dengan gravitasi.

Rambut utrikulus juga bergerak oleh setiap perubahan pada gerakan

linier horizontal (misalnya, bergerak lurus ke depan, ke belakang, atau

ke samping).7

Sewaktu Anda mulai berjalan maju, membran otolit mula-mula

tertinggal di belakang endolimfe dan sel rambut karena inersianya yang

lebih besar. Karena itu, rambut menekuk ke belakang, dalam arah

berlawanan dengan gerakan maju kepala anda. Jika anda

mempertahankan kecepatan langkah Anda, lapisan gelatinosa tersebut

segera menyamai dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan

kepala Anda sehingga rambut tidak lagi tertekuk. Ketika Anda berhenti

berjalan, lembar otolit tetap bergerak maju sesaat sewaktu kepala Anda

melambat dan berhenti, menekuk rambut ke depan. Karena itu, sel-sel

rambut utrikulus mendeteksi akselerasi dan deselerasi linier arah

horizontal, tetapi tidak memberi informasi mengenai gerakan dalam

arah lurus dengan kecepatan tetap. Sakulus berfungsi serupa dengan

utrikulus, kecuali bahwa bagian ini berespons secara selektif terhadap

gerakan miring kepala menjauhi posisi horizontal (misalnya, bangun

dari tempat tidur) dan terhadap akselerasi dan deselerasi linier vertikal

(misalnya, meloncat naik-turun atau naik tangga jalan). Bersama-sama,


organ otolit membuat Anda mengetahui arah mana yang menaik dan ke

arah mana anda berjalan.7

Telinga melakukan dua fungsi yang tidak berkaitan : (1)

pendengaran yang melibatkan telinga luar, telinga tengah dan koklea

telinga dalam; dan (2) sensasi keseimbangan yang melibatkan apparatus

vestibularis telinga dalam. Sel reseptor telinga yang di telinga dalam sel

rambut di koklea dan apparatus vestibularis adalah mekanoreseptor.7

Pendengaran bergantung pada kemampuan telinga mengubah

gelombang suara di udara menjadi deformasi mekanis sel-sel rambut

auditorius sehingga memicu sinyal saraf. Gelombang suara disalurkan

melalui saluran telinga luar ke membran timpani, yang bergetar sinkron

dengan gelombang tersebut. Tulang-tulang telinga tengah yang

menjembatani celah antara membran timpani dan telinga dalam

memperkuat getaran membran timpani dan menyalurkan ke jendela

oval, yang getarannya menimbulkan perambatan gelombang ke koklea.7

Gelombang ini, yang frekuensinya sama dengan gelombang suara

semula, menyebabkan membran basilaris bergerak. Berbagai bagian

membrane ini secara selektif bergetar lebih kuat sebagai respon

terhadap frekuensi suara.Ujungnya yang kaku dan sempit di dekat

jendela oval bergetar paling baik dengan nada berfrekuensi tinggi, dan

ujung yang lebar dan fleksibel di dekat helikotrema bergetar paling baik

dengan nada berfrekuensi rendah. Di atas membran basilaris terdapat

sel rambut dalam organ corti yang stereosilianya menekuk ketika


membran basilaris bergerak naik turun relatif terhadap membran

tektorium stationer di atasnya, yang terhadap rambut berkontak.7

Diskriminasi nada bergantung pada bagian membran basilaris yang

bergetar maksimal secara alami pada frekuensi tertentu. Diskriminasi

kekuatan bergantung pada amplitudo getaran.Penekukan rambut di

daerah membran basilaris yang bergetar maksimal ini diubah menjadi

sinyal saraf yang dtranmisikan ke korteks pendengaran di lobus

temporalis otak untuk persepsi suara.7

F. DEFINISI

Penyakit Meniere adalah kelainan telinga bagian dalam yang

menyebabkan timbulnya episode vertigo (pusing berputar), tinnitus (telinga

berdenging), perasaan penuh dalam telinga dan gangguan pendengaran yang

bersifat fluktuatif. 3

G. ETIOLOGI

Penyebab pasti penyakit Meniere belum diketahui. Penambahan volume

endolimfa di perkirakan oleh adanya biokimia cairan endolimfa dan

gangguan klinik pada membrane labirin. 2

H. PATOFISIOLOGI

Penyebab gejala dari Meniere Disease dimulai dengan terjadinya

distorsi membran labirin akibat hidrops endolimfe pada koklea dan

vestibulum7. Endolimfe dan perilimfe dipisahkan dengan membrane tipis

yang memiliki banyak saraf yang berfungsi sebagai saraf pendengaran dan

keseimbangan. Fluktuasi yang terjadi akibat penekanan pada membrane


akan menyebabkan gangguan pendengaran, tinnitus, vertigo,

ketidakseimbangan, dan sensasi tertekan pada telinga. 3,8

Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul disebabkan oleh :

1. Meningkatnya tekan hidrostatik pada ujung arteri

2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler

3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler

4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat sehingga terjadi

penimbunan cairan endolimfa

Pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan

perubahan morfologi dan membrane Reissner. Terdapat penojolan ke dalam

skala vestibuler, terutama di daerah apeks koklea helikotrema. Sakulus juga

mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Awalnya pelebaran

skala media dimulai dari daerah apeks koklea, kemudian meluas mengenai

bagian tengah dan basal koklea. Hal ini menyebabkan terjadinya tuli saraf

nada rendah pada penyakit Meniere. 8

Hidrops endolimfe menyebabkan terpisahnya membrane perilimfe dari

endolimfe sehingga terjadi blockade depolarisasi dan hilangnya fungsi

secara mendadak. Hal ini akan menyebabkan ketidakseimbangan vestibular

akut (contoh : vertigo). Peningkatan tekanan endolimfe juga menyebabkan

terganggunya meknisme organ pendengaran dan otolith. Utrikula dan

sakulus berperan dalam mendeteksi perpindahan linear dan translasional,

gangguan dari organ ini menyebabkan terjadinya gejala vestibular dan


nonrational. Distorsi dari membrane basilar dan sel rambut luar dan rambut

dalam menyebabkan penurunan kesadaran dan atau tinnitus. 7,8

Mekanisme ekstrinsik dapat menyebabkan terjadinya hidrops endolimfe

termasuk infeksi, trauma, dan allergen. 7

I. GEJALA KLINIS MENIERE DISEASE

Terdapat trias atau Sindrom Meniere yaitu vertigo, tinnitus, dan tuli

sensorineural terutama nada rendah7. Serangan pertama sangat berat, yaitu

vertigo dan muntah. Setiap kali ver-usaha untuk berdiri dia merasa berputar,

mualdan terus muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai

beberapa minggu, meski keadaannya berangsur baik. Penyakit ini bisa

sembuh tanpa obat dan gejala penyakitbisa hilang sama sekali. Pada

serangan ke duakalinya dan selanjutnya dirasakan lebih ringan,tidak seperti

serangan yang pertama kali. Pada penyakit Meniere vertigonya periodik

yang makin mereda pada serangan-serangan berikutnya. 3

Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran

dan dalam keadaan tidak ada serangan, pendengaran dirasakan baik

kembali. Gejala lain yang menyertai serangan adalah tinitus, yang kadang-

kadang menetap, meskipun di luar serangan. Gejala yang lain menjadi tanda

khusus adalah perasaan penuh di dalam telinga. 7

Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit

yang lainnya yang juga mempunyai gejala vertigo, seperti penyakit Meniere,

tumor N.Vlll, sklerosis multipel, neuritis vestibuler atau Vertigo posisi

paroksismal jinak (VPPJ). Pada tumor N.Vlll serangan vertigo periodik,


mula-mula lemah dan makin lama makin kuat. Pada sklerosis multipel,

vertigo periodik, tetapi intensitas serangan sama pada tiap serangan. Pada

neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik dan makin lama makin

menghilang. Penyakit ini diduga disebabkan virus. Biasanya penyakit ini

timbul setelah menderita influenza. Vertigo hanya didapatkan pada

permulaan penyakit. Penyakit ini akan sembuh total bila tidak disertai

dengan komplikasi. Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ),keluhan vertigo

datang secara tiba-tiba terutama pada perubahan posisi kepala dan keluhan

vertigonya terasa sangat berat, kadang-kadang disertai rasa mual sampai

muntah,berlangsung tidak lama. 3,7

J. DIAGNOSIS

a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Jika dicurigai penyakit Meniere, pasien harus ditanyai tentang

karakter vertigo, gangguan pendengaran, dan episode sebelumnya.

Riwayat otologi lengkap adalah bagian dari pemeriksaan klinis.

Diagnosis penyakit Meniere dapat ditegakkan dengan ditemukannya

gejala khas, yaitu3 :

1. Vertigo hilang timbul,

2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf,

3. Menyingkirkan kemung-kinan penyebab dari sentral, misalnya

tumor NVlll.
Terdapat 4 klasifikasi dalam diagnosis penyakit Meniere menurut

American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery

(AAOHNS), yaitu certain, definite, probable dan possible berdasarkan

hasil pemeriksaan fisik. AAOHNS juga membagi penyakit Meniere

dengan derajat penurunan pendengaran menjadi 4 bagian berdasarkan

rata-rata ambang batas pendengaran 0.5, 1, 2, dan 3 kHz menggunakan

audiogram terburuk dari 6 bulan terakhir sebelum pengobatan. 9

Tabel 1. Pembagian klasifikasi Penyakit Meniere9


Tanda dan
Certain Definite Probable Possible
Gejala
Histopatologi + - - -
Frekuensi
++ ++ + +/-
Vertigo
Penurunan
++ ++ + -/+
pendengaran
Tinnitus ++ ++ + -
Rasa Penuh
+/- +/- +/- -
di telinga

Tabel 2. Klasifikasi Penyakit Meniere berdasarkan derajat ketulian9


Stage 1 Derajat ketulian < 26 dB

Stage 2 Derajat ketulian 26-40 dB

Stage 3 Derajat ketulian 41-70 dB

Stage 4 Derajat ketulian >70 Db

Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk menguatkan diagnosis

penyakit ini. Bila dalam anamnesis terdapat riwayat fluktuasi

pendengaran, sedangkan pada pemeriksaan ternyata terdapat tuli


sensorineural, maka sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere, sebab

tidak ada penyakit lain yang bisa menyebabkan adanya perbaikan dalam

tuli sensorineural, kecuali pada penyakit Meniere. Dalam hal yang

meragukan kita dapat membuktikan adanya hidrops dengan tes gliserin.

Selain itu tes gliserin ini berguna untuk menentukan prognosis tindakan

operatif pada pembuatan "shunt". Bila terdapat hidrops, maka operasi

didugaakan berhasil dengan baik.Pengobatan. Pada saat datang

biasanya diberikan obat-obat simtomatik, seperti sedatif, dan bila

diperlukan dapat diberikan anti muntah. 3

b. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes garputala Rinne, Weber, Swabach,

Menunjukan jenis ketulian yang dialami pasien. Pada pasien

penyakit Meniere akut didapatkan tuli sensorineural.10

Gambar 13. Interpretasi Tes Garputala3


2. Frenzel goggles

Dapat menunjukkan nistagmus horizontal dengan

komponen yang berdenyut cepat menjauh dari organ vestibular

yang terkena pada keadaan akut. 10

3. Audiometri

Penyakit Meniere yang biasanya terdapat penurunan

ambang pendengaran pada frekuensirendah. Hal ini disebabkan

kondisi kurang pendengaran pada pasien ini sudah dalam tahap

yang sangat berat. 11

4. Tes Dehidrasi Gliserol

Tes dehidrasi gliserol dilakukan dengan pengukuran ambang batas

nada murni serial dan skor diskriminasi selama diuresis untuk

membuktikan adanya hidrops endolimfe. Kombinasi dari tes

dehidrasi gliserol dan audiometri memiliki sensivitas yang tinggi

dalam diagnosis penyakit Meniere.

5. Elektrokokleografi (EcoChG)

ECochG banyak digunakan dalam diagnosis penyakit

Meniere. Selama EcoChG, elektroda jarum ditempatkan melalui

membran timpani atau di liang telinga. Komponen yang diukur

adalah: mikroponik koklea, jumlah potensial dan potensial aksi.

Mikrofonik koklea dan jumlah potensial memperlihatkan aktivitas

bioelektrik koklea, sedangkan potensial aksi mencerminkan

aktivitas serat aferen distal saraf ke-8. Dalam ECoChG, dapat


menentukan amplitudo jumlah potensial dan aksi potensial dari

garis dasar umum. Kriteria batas untuk rasio amplitudo jumlah

potensial/aksi potensial normal adalah 50% (0,5) untuk jenis

elektroda liang telinga, 40% (0,4) untuk elektroda membran

timpani, dan 30% (0,3) untuk jenis elektroda transtimpani.

Peningkatan rasio amplitudo amplitudo jumlah potensial/aksi

potensial menunjukkan diagnosis penyakit Meniere. 9

6. Vestibulometri

Pemeriksaan vestibulometri menunjukkan nistagmus ke arah yang

sakit saat dilakukan head shake dan dix hallpike. Hal ini

menandakan bahwa kelainan terdapat pada kanalis semisirkularis

posterior. Pada tes Romberg yang dipertajam pasien jatuh ke sisi

yang sakit dan pada stepping test posisi akhir pasien miring 45

derajat ke yang sakit yang menandakan bahwa kelainan terdapat

pada sisi sakit. 11

7. CT Scan atau MRI

Dilakukan pemeriksaan CT-Scan atau MRI untuk

menyingkirkan adanya kelainan pada retrokoklea. Pada MRI

dengan resolusi tinggi, didapatkan secara langsung hidrops

endolimfatik pada organ yang terkena. 10

K. DIAGNOSIS BANDING

1. Otosklerosis

2. Labyrinthitis
3. Neuronitis Vestibular

L. PENATALAKSANAAN

a. Farmakologis

Bila diagnosis telah ditemukan, pengobatan yang paling baik adalah

sesuai dengan penyebabnya seperti diuretik dan betahistine, atau untuk

menghilangkan gejala dari episode pusing akut, seperti dengan

benzodiazepin12. Khusus untuk penyakit Meniere, diberikan obat-obat

vasodilator perifer untuk mengurangi tekanan hidrops endolimfa. Dapat

pula tekanan endolimfa ini disalurkan ke tempat lain denganjalan

operasi, yaitu membuat "shunt". Obat-obat antiskemia, dapat pula

diberikan sebagai obat alternatif dan juga diberikan obat neurotonik

untuk menguatkan sarafnya. 7

Pengobatan yang khusus untuk nistagmus posisi paroksismal tipe jinak

(VPPJ) yang diduga penyebabnya adalah kotoran (debris). Caranya ialah

dengan menempelkan vibrator yang dapat menggetarkan kepala dan

menyebabkan kotoran itu terlepas dan hancur, sehingga tidak

mengganggu lagi. 7

1. Konservatif

a) Diuretik

Diuretik dianggap dapat mengubah konsentrasi elektrolit

endolimfatik, yang menyebabkan penurunan volume dan tekanan.

Penelitian lain menemukan bahwa diuretic bermanfaat dalam

pengurangan durasi episode vertigo. Diuretik tiazid, dengan atau


tanpa kalium, paling sering digunakan untuk tatalaksana ini. Dosis

diberikan pada hydrolorothiazide sebanyak 25 mg dengan 37,5 mg

triamterene per hari. Namun, banyak diuretik lain telah dicoba,

seperti acetazolamide, furosemide, dan spironolactone, yang

berguna pada pasien dengan alergi sulfa. 12

b) Betahistine

Betahisitine banyak digunakan di Eropa sebagai lini

pertama bagi penyakit Meniere. Betahistine berperan sebagai H1

agonist dan H3 agonist yang berfungsi untuk meningkatkan aliran

darah melalui stria vaskularis ke dalam koklea tergantung dosis

yang diberikan. Selain itu, betahistine dapat mengurangi aktivitas

di nukleus vestibular melalui pelepasan neurotransmitter.

Penelitian terbaru menunjukkan dalam pemberian 3 kali sehari

dengan dosis 48 mg hari lebih efektif dibandingkan 16 mg.

Penelitian lain mengatakan bahwa efisiensi betahistine meningkat

dengan dosis 480 mg/hari. 12

c) Benzodiazepine

Benzodiazepin digunakan sebagai vestibular supresan

sebagai kontrol gejala selama serangan vertigo akut. Dapat

diberikan dengan dosis 2-5 mg 3 kali sehari ataupun apabila

terdapat gejala mual. 12

2. Pembedahan

a) Dekompresi sakus endolimfatikus


Prosedur operasi ini dapat mengurangi cairan berlebih di

telinga dalam dan menyebabkan tekanan terhadap ujung saraf

vestibulekokhlearis kembali normal. Insisi dilakukan di belakang

telinga yang terinfeksi dan air cell mastoid diangkat untuk

melihat telinga dalam. Insisi kecil dilakukan pada sakus

endolimfatikus untuk mengalirkan cairan ke rongga mastoid.

Prosedur ini dapat mengontrol vertigo pada sekitar 60% pasien,

sedangkan 20% pasien justru mengalami serangan yang lebih

buruk. Fungsi pendengaran tetap stabil namun jarang yang

membaik, tinnitus tetap ada, 2% mengalami tuli total dan vertigo

tetap ada. 11

b) Labirinektomi

Pada prosedur labirinektomi kanalis semisirkularis dan saraf

vestibulokokhlearis diangkat. Telinga yang masih normal

mengambil alih seluruh fungsi keseimbangan. Operasi ini

menghilangkan fungsi pendengaran telinga. 11

c) Neurektomi vestibuler

Prosedur pilihan pada pasien yang masih dapat mendengar

untuk menyembuhkan vertigo dan pendengaran yang tersisa.

Pemilihan prosedur ini mirip labirinektomi. Pengawasan ketat

paskaoperasi harus dilakukan karena prosedur ini melibatkan

daerah intrakranial. Operasi ini diindikasikan pada pasien di

bawah 60 tahun yang sehat. Outcome menunjukkan sekitar 5%


pasien mengalami tuli total pada telinga yang terinfeksi, paralisis

wajah sementara dapat terjadi selama beberapa hari hingga bulan,

dan sekitar 85% vertigo dapat terkontrol. 11

d) Endolimfe shunt

Terdiri dari endolimfe subaraknoid shunt, yaitu dengan

mempertahankan tuba diantara endolimfe dan cranium, dan

endolimfemastoid shunt, yaitu dengan menempatkan tuba antara

sakus endolimfatikus dan rongga mastoid. 11

e) Terapi Tekanan Denyut

Metode non–invasive dan non–destruktif untuk pengobatan

vertigo berat pada pasien dengan penyakit Meniere dilakukan

dengan memberikan tekanan positif melalui generator pulsa

kedalam kanal telinga. Beberapa penelitian mencatat penurunan

signifikan frekuensi dan intesitas vertigo, tinitus dan aural pada

pasien yang menggunakan perangkat Meniett. Namun untuk

penggunaan perangkat Meniett jangka panjang dikatakan

memiliki efikasi yang buruk. 11

b. Non Farmakologis

1. Rehabilitasi

Pengobatan khusus untuk pasien yang menderita vertigo

yang disebabkan oleh rangsangan dari perputaran leher (vertigo

servikal), ialah dengan traksi leher dan fisioterapi, disamping

latihan-latihan lain dalam rangka rehabilitasi. 7


Dapat dilakukan vestibuler rehabilitation treatment (VRT)

dengan intensif sehingga gejala yang timbul tidak lagi mengganggu

pekerjaan sehari-hari. Latihan rehabilitasi dilakukan dengan prinsip

adaptasi dan substitusi. Latihan adaptasi dilakukan dengan gerakan

mulai dari mudah-statis hingga gerakan lebih sulit-dinamis.

Substitusi dilakukan dengan tujuan memberikan rangsangan

berulang untuk meningkatkan sistem keseimbangan. 11

Gambar 14. VRT dengan prinsip adaptasi dari mudah-statis hingga

sulit-dinamis.11

Rehabilitasi penting diberikan, sebab dengan melatih sistem

vestibuler ini sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo

dapat diatasi dengan latihan yang teratur dan baik. Orang-orang

yang karena profesinya menderita vertigo servikal dapat diatasi

dengan latihan yang intensif, sehingga gejala yangtimbul tidak lagi

mengganggu pekerjaannya sehari-hari, misalnya pilot, pemain

sirkus dan olahragawan. 11


2. Diet dan Gaya Hidup

Diet rendah garam memiliki efek yang kecil terhadap

konsentrasi sodium pada plasma, karena tubuh telah memiliki

sistem regulasi dalam ginjal untuk mempertahankan level sodium

dalam plasma. Untuk mempertahankan keseimbangan konsentrasi

sodium, ginjal menyesuaikan kapasitas untuk kemampuan

transport ion berdasarkan intake sodium. Penyesuaian ini

diperankan oleh hormon aldosteron yang berfungsi mengontrol

jumlah transport ion di ginjal sehingga memengaruhi regulasi

sodium di endolimfe dan mengurangi serangan penyakit Meniere.

Beberapa pasien dapat mengontrol gejala hanya dengan diet rendah

garam (2000 mg/hari). 11

Jumlah sodium merupakan salah satu faktor yang mengatur

keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan cairan

dalam tubuh dapat merusak keseimbangan antara endolimfe dan

perilimfe di dalam telinga. Konsumsi alkohol, rokok dan coklat

harus dihentikan. Kafein dan nikotin juga merupakan stimulan

vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi dan penurunan aliran

darah arteri kecil yang berperan penting dalam memberikan asupan

nutrisi saraf di telinga tengah. Gejala dapat dikurangi dengan

menghindari zat tersebut. Olahraga rutin sangat dianjurkan karena

dapat menstimulasi sirkulasi aliran darah. Pasien juga harus

menghindari penggunaan obat yang bersifat ototoksik seperti


aspirin karena dapat memperberat tinnitus. Selama serangan akut,

pasien dianjurkan berbaring di tempat yang keras, berusaha tidak

bergerak dan pandangan difiksasi pada satu objek tidak bergerak.

Pasien diminta bangun perlahan setelah vertigo hilang karena

pasien dapat mengalami kelelahan setelah serangan dan sebaiknya

mencari tempat yang nyaman untuk tidur selama beberapa jam

untuk memulihkan keseimbangan. 11

Gambar 15. Alur penatalaksanaan Penyakit Meniere12

M. KOMPLIKASI

Pada pasien stadium lanjut penyakit Meniere dapat mengalami

Tumarkin attacks atau Turmakin’s otholitic crisis yaitu jatuhnya pasien

tanpa terjadinya kehilangan kesadaran. Pada pasien dengan penyakit

Meniere dalam 20 tahun didapatkan terjadi gangguan pada bilateral di organ

vestibular. 10
N. PENCEGAHAAN

Cairan telinga bagian dalam dipengaruhi oleh zat tertentu dalam darah

dan cairan tubuh lainnya. Misalnya, ketika makan makanan yang tinggi

garam atau gula, konsentrasi tingkat darah dari garam atau gula meningkat,

dan ini, pada gilirannya, akan mempengaruhi konsentrasi zat dalam telinga

bagian dalam. 11

Orang dengan gangguan keseimbangan tertentu harus mengontrol

jumlah garam dan gula yang ditambahkan ke makanan. Membatasi atau

menghilangkan penggunaan kafein dan alkohol juga akan membantu untuk

mengurangi gejala pusing dan telinga berdenging. 12

O. PROGNOSIS

Prognosis dari pasien dengan Penyakit Meniere mempengaruhi orang

dapat sangat bervariasi. Pada awal penyakit, tidak mungkin untuk

memprediksi seberapa parah itu akan mempengaruhi individu dalam tahun-

tahun mendatang. Pasien dengan penyakit ini juga mengalami penurunan

kualitas hidup yang signifikan. Serangan episode vertigo lebih tinggi pada

tahun pertama penyakit Meniere dan menurun sesuai dengan tatalaksana

yang diberikan. Banyak pasien mencapai “steady-state phase free of

vertigo.” Penurunan pendengaran juga mengalami peningkatan pada tahun

pertama dalam perjalanan penyakit Meniere dan stabil beberapa tahun

kemudian. Pada penurunan pendengaran biasanya tidak mengalami

perbaikan. 10
PENUTUP
A. Kesimpulan

Penyakit Meniere merupakan suatu sindrom yang terdiri dari

tinnitus, serangan vertigo, berkurangnya pendengaran yang bersifat

fluktuatif dan perasaan penuh di telinga. Penyakit ini merupakan salah satu

penyakit yang menyebabkan manusia tidak mampu mempertahankan posisi

dalam berdiri tegak. Hal ini sebab adanya hidrops (pembengkakan) rongga

endolimfa pada kokhlea dan vestibulum.

Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada

telinga dalam. Sebagian besar kasus bersifat unilateral sedangkan 10-20%

kasus bersifat bilateral. Kasus Meniere dapat timbul pada laki-laki atau

perempuan dewasa, dimana paling banyak ditemukan pada usia 20-50

tahun.

B. Saran

Diharapkan dengan adanya referat penyakit meniere ini diharapkan

kepada para klinisi untuk lebih memahami tentang penyakit ini dan dapat

memberikan penatalaksanaan yang tepat sehingga perjalanan penyakit ini

tidak sampai kepada tahap yang lebih berat dan menimbulkan komplikasi

yang berujung kepada kematian.


DAFTAR PUSTAKA

1. Adams, GL, Boies, LR, Higler, PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi

VI. Jakarta : EGC. 2012.

2. Kutlubaev, MA., Pykko I, Hardy, TA., Gurkov R. Meniere Disease. Pract

Neurol. 2020

3. Soepardi EA., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti RD., Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI; 2012. 102-103

4. Nugroho PS., Wiyadi HMS. 2009. Anatomi dan Fisiologi Pendengaran


Perifer.Jurnal THT-KL. 2(2) : 76-85.
5. Sherwood L. Introduction to Human physiology edisi Internasional. EGC.

2016.p.237-239

6. Sabig L, Muyassaroh. Tatalaksana Non Intervensional Pasien dengan

Penyakit Meniere. Medica Hospitalia. 5(1) : 47-53

7. Li, J. C. 2020. Meniere Disease (Idiopathic Endolymphatic Hydrops).

https://emedicine.medscape.com/article/1159069-print. Diakses pada

tanggal 21 Juni 2021.

8. Mirza, S., Gokhale, S. 2017. Pathophysiology of Meniere's Disease. Intech

: Up To Date on Meniere’s Disease http://dx.doi.org/10.5772/66388


9. Vassiliou, A., dkk. 2011. Meniere’s disease: Still a mystery disease with

difficult differential diagnosis. Annals of Indian Academy of Neurology

2011 Jan-Mar; 14(1): 12–18. doi: 10.4103/0972-2327.78043

10. Koenen, L., Andaloro, C. 2021. Meniere Disease. Treasure Island (FL):

StatPearls Publishing; 2021 Jan. Bookshelf ID: NBK536955 PMID:

30725640

11. Sabig, L., Muyassaroh. 2018. Tatalaksana Non Intervensional Pasien

dengan Penyakit Meniere.M ed Hosp 2018; vol 5 (1) : 47–53

12. Sharon JD, Trevino C, Schubert MC, Carey JP. Treatment of Meniere's

Disease.2015. 3–13.

13. Mescher, AL. Histologi Dasar Junqueira edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. 2012. Jakarta

14. Casale J, Agarwal A. Anatomy, Head and Neck, Ear Endolymph. [Updated

2021 Jan 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls

Publishing; 2021 Jan-.

15. Drake R, Vogl W, Mitchell A. Gray’s Basic Anatomy. 1st ed. Singapore :

Elsevier Churcill Livingstone : 2012.

Anda mungkin juga menyukai