Hasil Penelitian
Oleh:
i
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : K1A116054
Fakultas : Kedokteran
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Irawaty, Sp. PK., M.Kes Sufiah Asri Mulyawati, S. Si., M. Kes
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Pendidikan Dokter FK UHO
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
NIM : K1A116054
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar – benar
merupakan hasil kaya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Demikian
pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, agar dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya.
Yang menyatakan,
iii
Sandhi Wirya Andrayuga
K1A1 16 054
iv
ABSTRAK
Oleh :
Hasil. Berdasarkan hasil uji Katalase dan pewarnaan Gram pada seluruh sampel
diperoleh 20 sampel positif memiliki kolonisasi S. aureus, lalu dilakukan uji sensitivitas
antibiotik cefoxitin dan diperoleh 2 sampel (10%) yang sensitif terhadap antibiotik dan 18
sampel (90%) yang resisten terhadap antibiotik atau merupakan Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA).
v
ABSTRACT
By :
Method. The research method used was descriptive observational. This study identified
the colonization of Staphylococcus aureus with Gram stainning, catalase test, and
mannitol fermentation ability bacteria and tested the sensitivity of bacteria to antibiotics
to determine the presence of MRSA bacteria, after that an analysis is carried out to
determine the prevalence of existing MRSA colonization carriers. This study used 29
samples from clinical clerkship students at Bahteramas Regional Hospital.
Result. Based on the results of the Catalase test, Gram staining, and mannitol
fermentation ability in all samples obtained 20 positive samples had S. aureus
colonization, then an cefoxitin antibiotic sensitivity test was obtained and 2 samples
(10%) were sensitive to cefoxitin antibiotics and 18 samples (90%) were resistant to
antibiotics or were Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).
Conclusion. There was a case of MRSA in clinical clerkship students at the Bahteramas
Provincial General Hospital with a percentage of incidence of 62%.
vi
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puja dan syukur kita haturkan atas kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena berkat asung kertha wara nugraha-Nya sehingga penyusunan skripsi yang
bimbingan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dengan bangga penulis
persembahkan kepada kedua Orang Tua tercinta Bapak Dr. Ir. I Made Guyasa,
M.P. dan ibu Prof. Dr. Ir. Gusti Ayu K. Sutariati, M.Si yang telah membesarkan,
mendoakan penulis hingga dapat menyelesaikan studi. Terima kasih yang sebesar-
besarnya penulis ucapkan kepada dr. Irawaty, Sp. PK., M.Kes selaku dosen
sehingga proposal penelitian ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga
Halu Oleo
vii
5. Ibu Rahmawati, S. Kep., M. Kes dan dr. Hilma Yuniar Tamrin, M. Kes., Sp.
6. Ibu Andi Noor Kholidha, S.Si., M. Biomed selaku penguji ujian, penasehat
Oleo
8. Seluruh dosen pengajar dan staf Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
selama ini.
10. Kakak-kakak angkatan 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015 serta
Dengan segala kekurangan yang ada penulis berharap skripsi ini dapat
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
ABSTRACT.............................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7
A. Tinjauan Umum Variabel.....................................................................7
B. Kerangka Teori...................................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................27
A. Rancangan Penelitian..........................................................................27
B. Waktu dan Lokasi Penellitian.............................................................27
C. Populasi dan Sample Penelitian..........................................................28
D. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian..................................30
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.........................................36
F. Analisis Data.......................................................................................37
G. Alur Penelitian....................................................................................38
H. Etika Penelitian...................................................................................38
ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................41
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................41
B. Hasil Penelitian...................................................................................42
C. Pembahasan.........................................................................................50
D. Keterbatasan Penelitian.......................................................................56
BAB V PENUTUP...............................................................................................57
A. Simpulan.............................................................................................57
B. Saran .............................................................................................................57
Daftar Pustaka........................................................................................................58
Lampiran ...............................................................................................................62
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
infeksi pada luka dan biasanya berupa abses. Infeksinya dapat menular
selama ada nanah yang keluar dari lesi atau hidung. Infeksi yang lebih serius
aurens) merupakan bakteri patogen bagi manusia dan hampir semua orang
Staphylocccus aureus adalah salah satu bakteri Gram positif yang hidup pada
Risiko infeksi menjadi lebih tinggi karena bakteri tersebut memiliki faktor
1
2
penyebab infeksi pada umumnya bagi komunitas dan rumah sakit. Pada
risiko mayor bagi infeksi invasif dan penularan strain antar pasien.
perubahan genetik yang disebabkan oleh paparan terapi antibiotik yang tidak
melalui alat medis yang tidak diperhatikan sterilitasnya. Transmisi dapat pula
melalui udara maupun fasilitas ruangan, misalnya selimut atau kain tempat
yang memiliki MRSA dalam tubuh mereka (Meta et al, 2014). Menurut
(tinggi) untuk diteliti dan diperdalam guna membuat antibiotik baru (World
bakterimia yang disebabkan oleh MRSA, 80% strain bakteri yang ditemukan
HAIs atau dikenal juga dengan infeksi dapatan rumah sakit kebanyakan
sehat. Infeksi MRSA menyebar ke seluruh dunia dengan jumlah yang terus
4
rumah sakit. Mahasiswa dianggap sebagai kelompok usia yang aktif, relatif
lebih sering melakukan aktivitas di luar rumah dan membaur bersama orang
asumsi bahwa frekuensi kontak dengan orang lain maupun kontak dengan
langsung dengan media maupun alat medis di rumah sakit baik itu dalam
skrining sejak dini potensi penyakit yang bisa berakibat patogen di rumah
sakit akan sangat bermanfaat mengingat adanya bahaya dari bakteri patogen
terutama MRSA yang bisa ditularkan oleh kepaniteraan klinik maupun dokter
5
itu sendiri dapat dicegah sebelum mereka masuk rumah sakit maupun
tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
di RSUP Bahteramas.
6
di RSUP Bahteramas.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi institusi
sakit.
b. Bagi masyarakat
sakit.
E. Manfaat Metodologis
7
yang merupakan flora normal utama pada kulit dan hidung manusia yang
atau lonjong, tidak bergerak, besarnya ±0,8 µm, dan bergerombolan seperti
terlihat koloni-koloni yang dari atas terlihat bundar dan dari sisi meninggi.
Koloni dapat berwarna putih (S. albus), kuning kehijau-hijauan (S. citreus)
dan kuning tua seperti emas (S. aureus). Dari berbagai klasifikasi
a) Staphylococcus aureus
8
9
tumbuh pada suhu 6,5-46 oC dan pada pH 4,2 -9,3 yang bersifat non-
keemasan timbul pada pertumbuhan selama 18-24 jam pada suhu 37 oC,
tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 oC).
tebal, yang terdiri atas 50% berat peptidoglikan, namun tidak memiliki
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
bawah kulit dan menimbulkan bisul yang bernanah lubang berisi nanah
koagulase.
Peptidoglikan dirusak oleh asam kuat atau lisozim. Hal tersebut penting
permukaannya dengan aksi protein Dlt dan MprF. Strategi lain untuk
nares anterior. Bakteri ini juga dapat berkolonisasi di luka yang kronik,
aureus dapat menyebabkan infeksi pada luka dan biasanya berupa abses
yang keluar dari lesi atau hidung. Infeksi yang lebih serius dapat
transmisi udara dan alat medis. Menurut Sherris John C dalam Lutpiatina
(hidung dan mulut) serta kulit dan pakaian petugas. Seorang karier pada
dokter, perawat, atau pegawai rumah sakit lainnya dapat juga dapat
d) Epidemiologi
sebesar 59,5% dari seluruh kasus infeksi oleh karena bakteri (Maclayton
dkk, 2006).
Asia, seperti Taiwan mencapai 60%, Cina 20%, Hong Kong 70%,
dkk,2008).
dan dilanjutkan penanaman koloni pada Mannitol Salt Agar (MSA). Uji
dikultur pada media MSA, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama
2013).
2. Antibiotik Beta-Laktam
a) Definisi
2011).
1) Penisilin
2) Sefalosporin
4) Karbapenem
5) Inhibitor beta-laktamase
c) Antibiotik Cefoxitin
kini bisa mencakup bakteri Gram positif dan tahan terhadap kerusakan
(2008) dalam Kemalaputri dkk, (2017) resistensi terjadi akibat ekspresi jenis
rawat pasien di rumah sakit dan biaya perawatan akan menjadi lebih mahal.
Risiko kematian pada bakterimia yang disebabkan oleh MRSA bernilai dua
70% dengan angka rata-rata 20%. Oleh karena penyebaran MRSA terjadi antar
rumah sakit dan menimbulkan masalah infeksi di rumah sakit maka MRSA
prevalensi MRSA dari tahun 1996 sampai 2000 meningkat pada pasien rawat
inap dari 30.1% menjadi 45.7% dan pada pasien rawat jalan sebesar 17.3%
di Pakistan prevalensi MRSA meningkat dari 23% pada tahun 1999 menjadi
38.5% pada tahun 2001 dan meningkat lagi menjadi 43% pada tahun 2005
(Liana, 2014).
pada lingkungan tersebut. Faktor lain yang menjadi faktor risiko kejadian
oleh infeksi terkait perawatan kesehatan. Lebih dari setengah dari infeksi
tindakan penting dalam tata laksana pasien kritis yang dirawat di unit
perawatan intensif (intensive care unit / ICU). Pasien kritis yang dirawat di
ICU umumnya rentan terhadap infeksi nasokomial akibat daya tahan tubuh
rendah dan pemasangan kateter invasive multiple. Salah satu tolok ukur
kebersihan.
1) Penyebaran endogen
ke bagian tubuh yang lain. Ajarkan pasien untuk mencuci tangan dan
jangan menyentuh luka, kulit yang rusak, atau alat-alat yang invasif.
2) Penyebaran eksogen
sekitarnya.
23
Laboratory Standards Institute (CLSI) 2018 yang dapat dilihat pada tabel
tahap, yaitu tahap sarjana kedokteran dan tahap profesi dokter (Konsil
Sakit. Pertemuan dengan pasien dapat membantu mahasiswa fase klinik untuk
aktif, relatif lebih sering melakukan aktivitas di luar rumah dan membaur
bersama orang lain, terlebih lagi mahasiswa kepaniteraan klinik yang sering
kontak dengan suatu objek di lingkungan karier S. aureus maupun MRSA lebih
saat ini adalah Rumah Sakit dengan Akreditasi Paripurna (Bintang 5) oleh
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan juga sebagai Rumah Sakit
Prov Sultra pindah lokasi dari di Jalan Dr. Ratulangi No. 151 Kelurahan
26
Baruga, dan bernama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas Prov.
mahasiswa kedokteran yang telah melalui tahap pendidikan formal dan latihan,
kulit dan hidung lalu menularkan bagi banyak orang. Sebagian besar orang
B. Kerangka Teori
Koloni berwarna Staphylococcus sp
keemasan Healthcare Associated
Infections (HAIs)
Berbentuk coccus
Staphylococcus aureus
Bergerombol Suhu 6,5 – 46oC
Diameter 0,7 – 1 µm
pH 4,2 – 9,3
MRSA
Mahasiswa FK UHO
(Carrier MRSA)
Keterangan:
: Spesies
: Menyebabkan
: Karakteristik
: Faktor Penyebab
: Menginfeksi
Gambar 3. Kerangka Teori
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
aureus yang diambil dari swab kulit lipatan lengan mahasiswa kepaniteraan
Staphylococcus aureus yang telah diketahui dengan uji pewarnaan Gram, uji
1. Waktu Penelitian
2. Lokasi Penelitian
Halu Oleo.
28
29
30
1. Populasi Penelitian
2. Sampel Penelitian
tingkatan yang ada dalam populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini
tersebut.
penelitian maka dapat dinilai apa yang ingin dicapai atau bentuk estimasi
apa yang akan dilaksanakan, jika bentuk estimasi yang ingin dicapai
31
Zα 2 × p (1−p ) N
n=
d 2 ( N−1 ) + Zα 2 × p(1− p)
Keterangan:
n : jumlah sampel
Zα : nilai derajat kepercayaan (ditetapkan 90% atau 1,64)
p : proporsi hal yang diteliti (berdasarkan pustaka)
d : presisi atau tingkat kesalahan (ditetapkan 13%)
N : jumlah populasi
yaitu sebesar 0,35 (78 dari 223 sampel memiliki MRSA). Jumlah sampel
2,6896 × 34,58
n=
0,0169 ( 151 ) +0,6119
93,01
n=
2,5519+ 0,6119
93,01
n=
3,1638
n=29,4
3. Kriteria Sampel
a) Kriteria Inklusi
b) Kriteria Eksklusi
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah swab lidi kapas,
tabung reaksi, lampu spiritus, cawan petri, kaca objek, ose, gelas
Nutrient Agar (NA), Brain Hearth Infusion Broth (BHIB), infuse NaCl
0,9%, Manitol Salt Agar (MSA), Agar Mueller Hinton, larutan Kristal
Cefoxitin, isolat bakteri yang diambil dari swab kulit dalam lipatan
33
dan Aquades.
2. Cara Kerja
menit.
b. Pengambilan Spesimen
d. Pewarnaan Gram
dilewatkan di atas api, setelah itu diberi label pada pinggir kaca
harus dilakukan di dekat lampu spiritus. Koloni yang sudah ada pada
ose bulat selanjutnya diapuskan pada NaCl 0,9% tadi hingga bakteri
pada ose tercampur rata dengan NaCl 0.9%. Panaskan kembali ose
yang sudah selesai dipakai. Kaca objek yang sudah terdapat apusan
detik, kemudian bilas kaca objek dengan air mengalir selama 5 detik.
alkohol 95% selama 15-30 detik dengan cara diteteskan sedikit demi
minyak emersi.
f. Uji Katalase
36
tersebut. Koloni pada media tumbuh diambil dengan ose steril dan
terdapat gelembung udara pada kaca objek setelah bakteri dan H 2O2
aureus yang terpisah dan murni diambil dengan ose steril kemudian
Staphylococcus aureus ≥ 22 mm ≤ 21 mm
Sumber : Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) 2018
39
a) Definisi Operasional
b) Kriteria Objektif
MSA)
a. Definisi Operasional
Provinsi Bahteramas.
b. Kriteria Objektif
dalam penelitian.
F. Analisis Data
Data yang didapat pada penelitian ini akan diolah dengan menghitung
jumlah persentase dari kolonisasi S. aureus dan MRSA dari seluruh sampel
G. Alur Penelitian
Pewarnaan Gram
Staphylococcus sp
Uji Katalase untuk memastikan
bakteri Staphylococcus aureus
H. Etika Penelitian
tersebut penelitian ini harus melewati tahapan perizinan melalui Komisi Etik
1. Self determinan
2. Anonymity
3. Confidentially
dilakukan responden.
Kapt. Pierre Tendean No. 50 Baruga, dan bernama Rumah Sakit Umum
Bahteramas).
45
46
B. Hasil Penelitian
prosedur lainnya.
47
1. Karakteristik Sampel
Jumlah
Karakteristik Sampel Persentase
Sampel (30)
Jenis Kelamin 30
Perempuan 8 26.67%
Laki-laki 22 73.33%
Usia
22 tahun 3 10.00%
23 tahun 13 43.33%
24 tahun 13 43.33%
25 tahun 1 3.33%
Lama Kepaniteraan
< 1 Tahun 1 3.33%
1 - 2 Tahun 16 53.33%
2 > Tahun 13 43.33%
Riwayat penggunaan antibiotik
Tidak pernah 6 20.00%
Pernah menggunakan 24 80%
Kebiasaan berbagi pakai barang
pribadi
Ya 3 10.00%
Tidak 27 90.00%
Sumber : Data Primer, 2020
yang melihat karakteristik sampel dari faktor jenis kelamin, usia, lama
dimasukkan dalam medium transport (BHIB) dan ditutup rapat lalu dibawa
pada medium Nutrient Agar (NA) dan diinkubasi selama 24 jam dengan
yang dilihat secara nyata atau kasat mata adanya koloni yang tumbuh
mengikuti bentuk garis apusan swab pada media NA. Gambar garis apusan
yang ditumbuhi bakteri dapat dilihat pada Gambar 7. Hasil positif pada
Gambar 7. Apusan streak pada media Nutrient Agar (Data Primer, 2020)
kemampuan fermentasi manitol pada MSA (Quinn et al., 2002). Salah satu
49
hasil uji pewarnaan Gram, uji katalase, uji fermentasi manitol untuk
S13
(a) (b)
(c)
Gambar 8. Hasil uji pewarnaan Gram positif (a), uji katalase positif (b),
bakteri. Bakteri Gram positif akan berwarna biru keunguan pada saat
terdapat gelembung udara pada kaca objek setelah bakteri dan H 2O2
50
dikatakan negatif apabila tidak terdapat gelembung udara pada kaca objek
dengan adanya perubahan warna media MSA yang semula merah menjadi
kuning.
Zona
Kode
No. MSA PG UKt Interpretasi hambat Kriteria*
Sampel
(mm)
1 S1 + + + S. aureus 18 Resisten
2 S2 + + + S. aureus 2 Resisten
3 S3 + + + S. aureus 12 Resisten
4 S4 + + + S. aureus 3 Resisten
5 S5 + + + S. aureus 12 Resisten
6 S6 + + + S. aureus 5 Resisten
non S.
7 S7 - + -
aureus
non S.
8 S8 - + -
aureus
9 S9 + + + S. aureus 13 Resisten
10 S10 + + + S. aureus 4 Resisten
11 S11 + + + S. aureus 7 Resisten
non S.
12 S12 - + +
aureus
13 S13 + + + S. aureus 13 Resisten
14 S14 + + + S. aureus 23 Sensitif
15 S15 + + + S. aureus 23 Sensitif
16 S16 + + + S. aureus 12 Resisten
17 S17 + + + S. aureus 0 Resisten
non S.
18 S18 - + +
aureus
19 S19 + + + S. aureus 2 Resisten
20 S20 + + + S. aureus 9 Resisten
21 S21 + + + S. aureus 17 Resisten
22 S22 + + + S. aureus 16 Resisten
23 S23 + + + S. aureus 1 Resisten
24 S24 + + + S. aureus 10 Resisten
non S.
25 S25 - + +
aureus
non S.
26 S26 - + +
aureus
non S.
27 S27 - + +
aureus
non S.
28 S28 - + +
aureus
non S.
29 S29 - + +
aureus
52
Staphylococcus aureus diketahui dengan hasil positif pada ketiga uji yang
(MRSA).
MRSA
Karakteristik Sampel
Positif Persentase Negatif Persentase
Jenis Kelamin
Perempuan 7 87.50% 1 12.50%
Laki-laki 12 54.55% 10 45.45%
Usia
22 tahun 2 66.67% 1 33.33%
23 tahun 8 61.54% 5 38.46%
24 tahun 8 61.54% 5 38.46%
25 tahun 1 100.00% 0 0.00%
Lama Kepaniteraan
< 1 Tahun 1 100.00% 0 0.00%
1 - 2 Tahun 10 62.50% 6 37.50%
2 > Tahun 8 61.54% 5 38.46%
Riwayat penggunaan antibiotik
Tidak pernah 3 50.00% 3 50.00%
Pernah menggunakan 16 66.67% 8 33.33%
Kebiasaan berbagi pakai barang
pribadi
Ya 2 66.67% 1 33.33%
Tidak 17 62.96% 10 37.04%
Sumber : Data Primer, 2020
(kasus baru dan lama) dari populasi yang beresiko menderita penyakit
19
P= ×100 %
30
P = 0,63 ×100%
P =6 3 %
Provinsi Bahteramas adalah 63 kasus per 100 orang populasi yang ada.
C. Pembahasan
berbagai macam penyakit dari yang ringan seperti bisul dan jerawat, sampai
dari 22 orang berjenis kelamin laki-laki positif memiliki koloni MRSA. Hasil
ini menunjukkan bahwa risiko pada perempuan untuk memiliki koloni MRSA
lebih tinggi dibanding laki-laki. Hasil yang serupa ditemukan pada penelitian
Chen dkk (2015) yaitu faktor jenis kelamin mempunyai pengaruh yang
55
dkk (2015) pada petugas pelayanan kesehatan diperoleh hasil bahwa faktor
MRSA, yaitu risiko jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan
(66.67%) dari 3 orang yang berusia 22 tahun, 8 orang (61.54%) dari 13 orang
yang berusia 23 tahun, 8 orang (61.54%) dari 13 orang yang berusia 24 tahun,
sehingga diperoleh sampel dengan range umur yang sama yaitu usia muda.
Hasil penelitian ini menunjukkan untuk faktor umur tidak dapat memberikan
yang dilakukan Choel-In Kang dkk (2011) dalam Danupratama (2017) yang
MRSA. Hasil penelitian tersebut adalah infeksi MRSA lebih sering terjadi
56
pada pasien usia lanjut, sedangkan infeksi dari komunitas lebih sering terjadi
pada usia muda. Infeksi komunitas dapat terjadi pada individu dalam
komunitas yang belum pernah dirawat inap di rumah sakit, tinggal di rumah
jompo, atau menjalani prosedur medis. Infeksi MRSA lebih sering terjadi
pada lansia dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya riwayat
mekanisme pertahanan tubuh yang menurun, atau kulit yang menipis dan
orang (100.00%) dari sampel yang lama kepaniteraannya < 1 tahun, 10 orang
(61.54%) dari 13 orang dengan lama kepaniteraan > 2 tahun positif memiliki
koloni MRSA. Hal ini tidak dapat memberi gambaran umum mengenai
yang bermakna sehingga lama kerja < 1 tahun lebih memiliki kemungkinan
dengan lama kerja ≥ 1 tahun. Penelitian lain Ohoud S dkk (2015) juga
57
mendapatkan hasil bahwa faktor lama kerja juga mempunyai pengaruh yang
terhadap kolonisasi S. aureus, hasil penelitian tersebut lama kerja yang lebih
Hasil lain yang didapatkan dari Tabel 5 adalah 3 orang (50.00%) dari
MRSA adalah penggunaan antibiotik yang tidak tepat indikasi, dosis, durasi
tersebut. Faktor lain yang menjadi faktor risiko kejadian terjadinya infeksi
58
MRSA adalah adanya perawatan yang lama dirumah sakit, adanya riwayat
immunocompromised.
yaitu secara genetik dan biochemical. Dzidic (2008) dalam Kurniawati dkk
(2015) menyatakan mekanisme secara genetik terdiri dari mutasi dan transfer
gen lateral. Mutasi adalah peristiwa yang terjadi sebagai kesalahan pada saat
replikasi DNA. Resistensi antibiotik terjadi oleh mutasi titik nukleotida yang
obat adalah batasan waktu pemberian antibiotik yang sesuai. Hal ini sangat
berpengaruh pada efek terapi obat terutama pada obat-obat yang time
bakteri akibat pemakaian antibiotik dengan durasi yang tidak tepat (Nuryah
dkk, 2019).
27 orang yang tidak berbagi pakai barang pribadi pun juga dinyatakan positif
memiliki koloni bakteri MRSA. Hal ini tidak dapat memberi gambaran umum
cukup tinggi. Angka tersebut sudah dalam batas yang tidak wajar dari
60
Klaten yang tidak pernah mencapai angka lebih dari 20%, menunjukkan dari
pada tahun 2015 diketahui sebesar 7,69%; dan menurun di tahun berikutnya
akan tetapi pada tahun 2017 prevalensi MRSA kembali meningkat hingga
mencapai 10,81% dan kembali meningkat pada tahun 2018 yaitu sebesar
penting untuk mengontrol penyebaran infeksi di rumah sakit. Oleh karena itu
salah satu langkah untuk mencegah penularan penyakit infeksi tersebut adalah
D. Keterbatasan Penelitian
pada saat penelitian ini dilakukan ditengah pandemi Covid-19 yang membuat
mahasiswa kepaniteraan klinik tidak masuk kuliah. Hal ini tentu membuat
kontak antar kepaniteraan klinik dan pasien maupun sesama rekan tenaga
mengecil.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
63%.
B. Saran
dengan daya hambat bakteri yang tidak terlalu besar, sehingga bakteri
MRSA sudah mulai resisten terhadap antibiotik poten bisa dilihat dari
penelitian ini, oleh karenanya penggunaan antibiotik yang lebih poten lagi
lainnya.
62
Daftar Pustaka
Chang CJ, Chen NC, Lao CK, Huang YC. 2015. Nasal Staphylococcus aureus
and MethicillinResistant S. aureus Carriage among Janitors Working in
Hospitals in Northern Taiwan. PLoS One.
Chen BJ, Xie XY, Ni LJ, Dai XL, Lu Y, Wu XQ, Li HY, Yao YD, dan Huang
SY. 2017. Factors associated with Staphylococcus aureus nasal carriage
and molecular characteristics among the general population at a Medical
College Campus in Guangzhou, South China. Ann Clin Microbiol
Antimicrob.16 (28) :16-28.
Ohoud S. Al-Humaidan, BSc, MSc, Talat A. El-Kersh, MSc, PhD, Raid A. Al-
Akeel, MSc, PhD. 2015. Risk factors of nasal carriage of Staphylococcus
aureus and methicillin-resistant Staphylococcus aureus among health care
staff in a teaching hospital in central Saudi Arabia. Saudi medical journal.
36(9):1084-1090
Dewi AK. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE)
Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. JSV
31 (2): 138- 150.
63
64
Dwiyanti RD, Muhlisin A, dan Muntaha A. 2015. MRSA dan VRSA pada
Paramedis RSUD Ratu Zalecha Martapura. Medical Laboratory
Technology Journal. 1(1):27-33
Nursalam dan Ninuk. 2007. Asuhan Keperawatn Pada Pasien Terinfeksi. Jakarta.
Salemba Medika
65
Quinn, P.J., B.K. Markey, M.E. Carter, W.J. Donnelly, and F.C. Leonard. 2002.
Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Blackwell Publishing,
USA.
Sayed-Hassan RM, Bashour HN, Koudsi AY. 2012. Patient Attitudes Towards
Medical Students At Damascus University Teaching Hospitals. BMC
Medical Education : 12-13.
Toelle dan Lenda. 2014. Identifikasi dan Karakteristik Staphylococcus Sp. dan
Streptococcus Sp. dari Infeksi Ovarium Pada Ayam Petelur Komersial.
Jurnal Ternak. 1(7): 32-37.
Tong SYC, Davis JS, Eichenberger E, Holland TL, and Fowler VG. 2015.
Staphylococcus aureus Infections: Epidemiology, Pathophysiology,
Clinical Manifestations, and Management. Clinical Microbiology Reviews.
28(3): 603-661.
66
Kendari pada tanggal 14 Oktober 1998, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan
Prof. Dr. Gusti Ayu Kade Sutariati, M.Si dan Dr. I Made Guyasa, M.P Penulis
pertama Lomba Dharma Wacana Bahasa Inggris Tingkat Kota Kendari mewakili
67
68
68
69
69
70
70
71
E. Manfaat
Keuntungan langsung yang didapatkan adalah mengetahui potensial
ditemukannya Staphylococcus aureus dan Methicillin-Resistant Staphylococcus
aureus (MRSA) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti.
G. Pembiayaan
Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
H. Informasi Tambahan
Saudara/i diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum
jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu membutuhkan
penjelasan lebih lanjut, saudara/i dapat menghubungi peneliti yang tersebut
diatas.
71
72
Alamat : ......................................................
72
73
KUESIONER
Nama Responden :
Umur :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (Coret yang tidak perlu)
Lama Kepaniteraan :
No. Hp :
1. Apakah Anda sedang dalam keadaan sehat pada saat proses pengambilan
swab pada penelitian ini?
Ya Tidak
2. Kapan terakhir kali Anda menggunakan obat antibiotik?
Jawaban : …………………………………………………………………
3. Jenis antibiotik apa yang Anda gunakan?
Jawaban : …………………………………………………………………
4. Apakah penggunaan antibiotik tersebut digunakan secara teratur dan
sesuai anjuran?
Jawaban : …………………………………………………………………
5. Seberapa sering Anda mencuci tangan dalam sehari?
Jawaban : …………………………………………………………………
6. Apakah Anda berbagi pakai barang pribadi (seperti: handuk, pisau cukur,
selimut, dan peralatan olahraga)?
Ya Tidak
7. Dengan siapa Anda berbagi pakai barang pribadi (seperti: handuk, pisau
cukur, selimut, dan peralatan olahraga)?
Keluarga Pasien
Rekan tenaga medis Lainnya
73
Lampiran 7. Data Responden
Kebiasaa
JENIS LAMA Pernah n berbagi Zona
No Kode Pewarnaa Uji
UMUR KELAMI KEPANITERAA menggunakan pakai MSA Interpretasi hambat Kriteria
. Sampel n Gram Katalase
N N antibiotik barang (mm)
pribadi
1 S1 23 P 2 tahun Ya Tidak + + + S. aureus 18 Resisten
2 S2 24 P 2 Tahun Ya tidak + + + S. aureus 2 Resisten
3 S3 23 P 1 tahun 6 bulan Ya Tidak + + + S. aureus 12 Resisten
4 S4 24 L 2 tahun Tidak Ya + + + S. aureus 3 Resisten
5 S5 23 P 2 tahun Tidak Tidak + + + S. aureus 12 Resisten
6 S6 24 L 1 tahun 3 bulan Ya Ya + + + S. aureus 5 Resisten
non S.
7 S7 23 L 2 tahun Ya Tidak - + -
aureus
non S.
8 S8 24 P 2 tahun Ya Tidak - + -
aureus
9 S9 24 P 2 tahun Ya Tidak + + + S. aureus 13 Resisten
10 S10 24 P 2 tahun Ya Tidak + + + S. aureus 4 Resisten
11 S11 24 L 2 tahun Ya Tidak + + + S. aureus 7 Resisten
non S.
12 S12 24 L 2 tahun Ya Tidak - + +
aureus
13 S13 24 L 1 tahun 8 bulan Ya Tidak + + + S. aureus 13 Resisten
14 S14 24 L 2 tahun 5 bulan Ya Ya + + + S. aureus 23 Sensitif
15 S15 23 L 1 tahun 2 bulan Ya Tidak + + + S. aureus 23 Sensitif
74
Kebiasaa
JENIS LAMA Pernah n berbagi Zona
No Kode Pewarnaa Uji
UMUR KELAMI KEPANITERAA menggunakan pakai MSA Interpretasi hambat Kriteria
. Sampel n Gram Katalase
N N antibiotik barang (mm)
pribadi
16 S16 23 L 1 tahun Ya Tidak + + + S. aureus 12 Resisten
17 S17 22 L 1 tahun Ya Tidak + + + S. aureus 0 Resisten
non S.
18 S18 23 L 1 tahun Ya Tidak - + +
aureus
19 S19 22 L 1 tahun Tidak Tidak + + + S. aureus 2 Resisten
20 S20 23 L 1 tahun 8 bulan Ya Tidak + + + S. aureus 9 Resisten
21 S21 24 L 2 tahun Ya Tidak + + + S. aureus 17 Resisten
22 S22 23 P 1 tahun 8 bulan Ya Tidak + + + S. aureus 16 Resisten
23 S23 25 L 10 bulan Ya Tidak + + + S. aureus 1 Resisten
24 S24 23 L 1 tahun Ya Tidak + + + S. aureus 10 Resisten
non S.
25 S25 22 L 1 tahun Tidak Tidak - + +
aureus
non S.
26 S26 24 L 1 tahun Tidak Tidak - + +
aureus
non S.
27 S27 23 L 1 tahun Ya Tidak - + +
aureus
non S.
28 S28 24 L 2 tahun Ya Tidak - + +
aureus
non S.
29 S29 23 L 1 tahun Tidak Tidak - + +
aureus
30 S30 23 L 1 tahun Ya Tidak + + + S. aureus 0 Resisten
75
76
76
77
Proses pemanasan media biakan bakteri Nutrient Agar (kiri) dan media transport
BHIB (kanan)
77
78
78
79
Isolasi Spesimen
79
80
Uji Katalase
80
81
81