Oleh :
K1A1 15 107
Pembimbing
Mengetahui :
Pembimbing,
2
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An. AN
Tanggal Lahir : 22-10-2004
Umur : 17 Tahun 1 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
BB masuk : 40 kg
PB masuk : 155 cm
Agama : Islam
Alamat : Jln. Imam Bonjol, Mandonga
Suku : Tolaki
No RM : 25 60 92
Tanggal Masuk RS : 26 Oktober 2021
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Demam
2. Anamnesis terpimpin
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan demam yang dirasakan
sejak 5 hari yang lalu SMRS. Demam mendadak, dan dirasakan terus-
menerus, disertai menggigil (+), keringat (-). Keluhan lainnya seperti
nyeri kepala (+), pusing (+), lemas (+), menggigil (+), nyeri retro-orbita
(+), mimisan (-), gusi berdarah (-). Riw. batuk darah (+) 1 hari SMRS,
pilek (-), nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah (+) 5x berisi air dan
makanan, nafsu makan menurun (+), minum biasa. BAB (-) sejak 5 hari
SMRS, BAK (+) dalam batas normal.Terdapat peteki pada ekstremitas
atas.
Riwayat pengobatan = Pasien sudah mendapatkan obat penurun
panas dirumah, berupa paracetamol tablet.
3
Riwayat penyakit sebelumnya = Tidak ada.
Riwayat penyakit keluarga = (+) adik pasien mengalami keluhan
yang sama.
Riwayat sosial/lingkungan = Tidak terdapat tetangga disekitar
lingkungan rumah pasien maupun lingkungan sekolah yang
menderita DBD.
Riwayat Imunisasi = Mendapatkan imunisasi dasar lengkap
Riwayat tumbuh kembang = Tumbuh kembang pasien baik sesuai
dengan usianya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit sedang , Compos mentis
Antropometri : BB : 40 kg │ TB : 155 cm
Status Gizi : Gizi kurang (89%)
Tanda Vital :
TD : 100/60 mmHg P : 22 x/menit
N : 100 x/menit S : 39.0 oC
Kepala : Normocephal
Muka : Simetris kanan dan kiri, peteki (-), ruam (-), edema (-)
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah tercabut
Telinga : Otorhea (-), perdarahan (-)
Mata : Edema palpebral (-), konjungtiva anemis (-), Perdarahan
subkonjungtiva (-), sklera ikterik (-)
Hidung : Rinorhea (-), napas cuping hidung (-), epistaksis (-)
Mulut : Sianosis (-), pucat (-), kering (-), perdarahan gusi (-)
Tenggorok: Hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Paru :
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi (-)
Palpasi : Massa (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-)
4
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler│Rhonki (-/-) │ Wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak
Batas kiri ICS V Linea midclavicularis sinistra
Batas kanan ICS IV Linea parasternalis dekstra
Aukultasi : BJ I/II murni regular, bunyi tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : cembung ikut gerak napas
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : tymphani
Palpasi : distensi (-) nyeri tekan (+) regio epigastrium
Limpa : Tidak teraba
Hati : Teraba 3 cm di bawah arcus costa, konsistensi kenyal,
permukaan rata dengan pinggiran tajam. Tidak terdapat
nyeri tekan.
Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Alat kelamin : tidak ada kelainan
Anggota Gerak : Akral hangat, CRT < 2 detik
Kulit : Turgor baik, ikterik (-), pucat (-), peteki (+) pada
ekstremitas bawah.
Tasbeh : (-)
Col. Vertebralis : spondilitis (-) skoliosis (-)
KPR : (-)
APR : (-)
Refleks Patologis: (-)
5
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Darah Rutin
(26 Oktober 2021)
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
WBC 3.6 [103/µL] (4.00 – 10.00)
RBC 4.86 [106/µL] (4.50 – 5.50)
HGB 12.4 [g/dL] (12.0 – 16.0)
HCT 41.1 [%] (37.0 – 48.0)
PLT 80 [10^3/µL] (150 – 400)
6
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang,
pemeriksaan tanda vital didapatkan TD: 100/60 mmHg, P: 22 x/menit, N: 100
x/menit, S: 39,0 oC. Pemeriksaan kepala, paru, dan jantung dalam batas
normal, pemeriksaan abdomen terdapat pembesaran hepar 3 cm di bawah
arcus costae dengan konsistensi kenyal, permukaan rata, pinggiran tajam dan
tanpa nyeri tekan. Pemeriksaan ekstremitas terdapat peteki pada ekstremitas
atas kanan dan kiri.
Pada pemeriksaan penunjang darah rutin tanggal 28 Oktober 2021: WBC
5,6.103/µL, RBC 4,34.106/µL, HGB 12.1 g/dL, HCT 36,3 %, PLT 59.103/µL.
Pemeriksaan rapid antigen SARS COV-2 tanggal 26 Oktober 2021: Negatif.
G. DIAGNOSA KERJA
DBD Grade I
H. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Minum air yang cukup
3. IVFD RL 20 tpm (makrodrips)
4. Inj. Paracetamol 400 mg/IV/8 Jam
5. Inj. Ranitidin 50 mg/IV/12 Jam
6. Inj. Ondansentron 4 mg/IV/12 Jam
7. Multivitamin 1x1 Tab
I. FOLLOW UP
Tanggal Keluhan Intruksi Dokter
26/10/21 S : Demam (+), menggigil (+), IVFD RL 30 Tpm
20.35 nyeri kepala (+), pusing (+), Inj. Paracetamol 400 mg/IV/8
IGD lemas (+), nyeri retro-orbita (+), Jam
mual (+), muntah (+) 5x berisi air Inj. Ranitidin 50 mg/IV/12
dan makanan, NUH (+), nafsu Jam
makan menurun (+). BAB (-)
7
sejak 5 hari yll, BAK (+) DBN Inj. Ondansentron 4 mg/IV/12
O: Jam
KU : Sakit sedang Apialys Syr/24 Jam
TD : 100/60 mmHg Banyak minum
N : 100x/menit
P : 22x/menit
S : 39,3oC
SpO2: 98%
BB: 40 kg
Mata : edema palpebra (-/-),
konjungtiva anemis (-/-),
perdarahan subkonjungtiva (-/-)
Hidung : epiktasis (-)
Bibir : pucat (-), sianosis (-),
kering (+)
Telinga : otorhea (-/-),
perdarahan (-)
Paru : inspeksi simetris kiri
kanan, retraksi (-/-). Palpasi nyeri
tekan (-), massa (-). Perkusi sonor
pada kedua lapang paru.
Auskultasi vesikuler (+/+)
Abdomen : Inspeksi cembung
mengikuti gerak napas.
Auskultasi peristaltik kesan
normal. Palpasi nyeri tekan (+).
Perkusi tymphani. Pembesaran
hepar 3 cm di bawah arcus costae
dengan konsistensi kenyal,
permukaan rata, pinggiran tajam,
nyeri tekan (-).
8
Kulit : Peteki (+) ekstremitas atas
D/S
A : DBD Grade I
27/10/21 S : Demam (+) naik turun, IVFD RL 20 Tpm
07.00 menggigil (+), nyeri kepala (+), Inj. Paracetamol 400 mg/IV/8
pusing (+), lemas (+), nyeri retro- Jam
orbita (+), mual (+), muntah (+) Inj. Ranitidin 50 mg/IV/12
1x, NUH (+), nafsu makan Jam
menurun (+). BAB (-), BAK (+) Inj. Ondansentron 4 mg/IV/12
DBN. Jam
O: Multivitamin Tab/24 Jam
KU : Sakit sedang Banyak minum
TD : 100/60 mmHg
N : 105x/menit
P : 25x/menit
S : 37,4oC
SpO2: 98%
BB: 40 kg
Mata : edema palpebra (-/-),
konjungtiva anemis (-/-),
perdarahan subkonjungtiva (-/-)
Hidung : epiktasis (-)
Bibir : pucat (-), sianosis (-),
kering (+)
Telinga : otorhea (-/-),
perdarahan (-)
Paru : inspeksi simetris kiri
kanan, retraksi (-/-). Palpasi nyeri
tekan (-), massa (-). Perkusi sonor
pada kedua lapang paru.
Auskultasi vesikuler (+/+)
9
Abdomen : inspeksi cembung
mengikuti gerak napas.
Auskultasi peristaltik kesan
normal. Palpasi nyeri tekan (-).
Perkusi tymphani.
Kulit : Peteki (+) ekstremitas atas
D/S
A : DBD Grade I
28/10/21 S : Demam (-), menggigil (-), IVFD RL 20 Tpm
07.00 nyeri kepala (+), pusing (+), Inj. Paracetamol 400 mg/IV/8
lemas (+), nyeri retro-orbita (-), Jam jika suhu ≥ 38oC
mual (+), muntah (-), NUH (+), Inj. Ranitidin 50 mg/IV/12
nafsu makan baik (+). BAB dan Jam
BAK (+) DBN. Inj. Ondansentron 4 mg/IV/12
O: Jam jika muntah
KU : Sakit sedang Multivitamin Tab/24 Jam
TD : 110/70 mmHg
N : 92x/menit
P : 22x/menit
S : 36,8oC
SpO2: 98%
BB: 40 kg
Mata : edema palpebra (-/-),
konjungtiva anemis (-/-),
perdarahan subkonjungtiva (-/-)
Hidung : epiktasis (-)
Bibir : pucat (-), sianosis (-),
kering (-)
Telinga : otorhea (-/-),
perdarahan (-)
Paru : inspeksi simetris kiri
10
kanan, retraksi (-/-). Palpasi nyeri
tekan (-), massa (-). Perkusi sonor
pada kedua lapang paru.
Auskultasi vesikuler (+/+)
Abdomen : inspeksi cembung
mengikuti gerak napas.
Auskultasi peristaltik kesan
normal. Palpasi nyeri tekan (-).
Perkusi tymphani.
Kulit : Peteki (-) ekstremitas atas
D/S
A : DBD Grade I
29/10/21 S : Demam (-), menggigil (-), IVFD RL 20 Tpm
07.00 nyeri kepala (-), pusing (+), lemas Multivitamin Tab/24 Jam
(+), nyeri retro-orbita (-), mual (- Cek DR, jika PLT <50.000
), muntah (-), NUH (-), nafsu Pasien boleh pulang
makan baik (+). BAB dan BAK
(+) DBN.
O:
KU : Sakit sedang
TD : 100/70 mmHg
N : 82x/menit
P : 20x/menit
S : 36,4oC
SpO2: 98%
BB: 40 kg
Mata : edema palpebra (-/-),
konjungtiva anemis (-/-),
perdarahan subkonjungtiva (-/-)
Hidung : epiktasis (-)
Bibir : pucat (-), sianosis (-),
11
kering (-)
Telinga : otorhea (-/-),
perdarahan (-)
Paru : inspeksi simetris kiri
kanan, retraksi (-/-). Palpasi nyeri
tekan (-), massa (-). Perkusi sonor
pada kedua lapang paru.
Auskultasi vesikuler (+/+)
Abdomen : inspeksi cembung
mengikuti gerak napas.
Auskultasi peristaltik kesan
normal. Palpasi nyeri tekan (-).
Perkusi tymphani.
Kulit : Peteki (-) ekstremitas atas
D/S
A : DBD Grade I
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut
yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditandai demam 2-7 hari
Dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot &
B. ETIOLOGI
Ada empat serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, yang ditularkan
tropis dan bersarang pada genangan air. Semua tipe ada di Indonesia dan
13
yang berbeda yang menyebabkan perbedaan klinis. Perbedaan yang utama
adalah hemokonsentrasi yang khas pada DBD yang bisa mengarah pada
diduga karena proses imunologi. Pada demam dengue hal ini tidak terjadi.
sebelum timbul gejala dan berakhir setelah setelah lima hari gejala panas
dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-Helper
akan mengaktivasi sel T-sitotoksik yang akan melilis makrofag yang sudah
Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi
14
patogenesis demam berdarah dengue hingga kini belum diketahui secara
dengan tipe virus dengue yang berlainan dalam jangka waktu tertentu yang
diperkirakan antara 6 bulan sampai 5 tahun. Akibat infeksi kedua oleh tipe
virus dengue yang berlainan pada seorang penderita dengan kadar antibodi
anti dengue yang rendah, respon antibodi anamnestik yang akan terjadi
bertransformasi akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan
dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30%
natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura dan
15
asidosis dan anoksia yang dapat berakibat fatal, oleh karena itu pengobatan
16
mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif (KID; koagulasi
17
D. DIAGNOSIS
yang terdiri atas kriteria diagnosis klinis Demam Dengue (DD), Demam
manifestation).
a. Diagnosis Klinis:
rumah
18
- Hepatomegali
permeabilitas vaskular yang ditandai salah satu atau lebih tanda berikut:
- Hipoproteinemia / hipoalbuminemia.
19
Gambar 5. Tanda dan Gejala Syok Dekompensasi6
3. Pemeriksaan Laboratorium
Ada beberapa jenis pemeriksaan laboratorium pada penderita
1) Hematologi
a. Leukosit
biru (LPB) > 4% di darah tepi yang biasanya dijumpai pada hari
b. Trombosit
• Langsung (Rees-Ecker)
20
• Cara lainnya sesuai kemajuan teknologi Jumlah trombosit
c. Hematokrit
centrifuge
• Anak-anak : 33 - 38 vol%
21
• Dewasa perempuan : 37 - 43 vol% Untuk puskesmas yang tidak
2) Radiologi
Pada foto toraks posisi “Right Lateral Decubitus” dapat mendeteksi
3) Serologis
Pemeriksaan serologis didasarkan atas timbulnya antibodi pada
b. ELISA (IgM/IgG)
terhadap IgG. Dengan cara uji antibodi dengue IgM dan IgG, uji
22
sampel darah (serum) saja, yaitu darah akut sehingga hasil cepat
pada hari ke-2 demam) dan disetarakan dengan titer HI > 1:2560
infeksi primer atau infeksi masa lalu tidak dideteksi. Pada infeksi
primer IgG muncul pada setelah hari ke-14, namun pada infeksi
apabila garis yang muncul hanya IgM dan kontrol tanpa garis IgG,
muncul tiga garis pada kontrol, IgM, dan IgG dinyatakan sebagai
tidak muncul garis IgM, jadi hanya muncul garis kontrol dan IgG
23
yang terlihat. Ulangi pemeriksaan dalam 2-3 hari lagi apabila
garis kontrol tidak terlihat dan hanya terlihat garis pada IgM
E. TATALAKSANA
intensif. Diagnosis dini dan memberikan nasehat untuk segera dirawat bila
terdapat tanda syok, merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka
medis dan paramedis untuk dapat mengatasi masa peralihan dari fase
demam ke fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik.
Pertolongan Pertama Penderita Pada awal perjalanan DBD gejala dan tanda
jika terdapat gejala dan tanda yang mungkin merupakan awal perjalanan
penyakit tersebut. Gejala dan tanda awal DBD dapat berupa panas tinggi
tanpa sebab jelas yang timbul mendadak, terus-menerus selama 2-7 hari,
badan lemah/lesu, nyeri ulu hati, tampak bintik-bintik merah pada kulit
24
di kulit. Untuk membedakannya kulit diregangkan bila bintik merah itu
perdarahan.
c. Kompres hangat
kecuali cairan yang berwarna coklat dan merah (susu coklat, sirup
merah).
e. Bila terjadi kejang (jaga lidah agar tidak tergigit, longgarkan pakaian,
tidak memberikan apapun lewat mulut selama kejang) Jika dalam 2-3
hari panas tidak turun atau panas turun disertai timbulnya gejala dan
25
1. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue (DBD)
secara dini fase kritis yaitu saat suhu turun (the time of
26
dipuskesmas, rumah sakit kelas D, C dan pada ruang rawat sehari
DBD dibagi menjadi 3 fase yaitu fase demam, fase kritis dan fase
penyembuhan (konvalesens):
a) Fase Demam
Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan
oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah
b) Fase Kritis
27
sakit ketiga sampai suhu normal kembali. Bila sarana
sensitif.
pada fase penurunan suhu (fase afebris, fase krisis, fase syok) maka
jam pertama, sedangkan pada kasus syok mungkin lebih sering (setiap
tanda vital, kadar hematokrit, dan jumlah volume urin. Secara umum
28
7,46%, 1-2 ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan. Pada saat
tanda vital, diuresis setiap jam dan hematokrit serta trombosit setiap
48 jam.
Jenis Cairan
gelafundin
a) Fase Penyembuhan/konvalesen
29
Pada fase penyembuhan, ruam konvalesen/ sekunder akan muncul
jam. Pasien harus dirawat dan segera diobati bila dijumpai tanda-tanda
30
Pada anak dengan berat badan lebih, diberi cairan sesuai berat BB
ideal dan umur, bila tidak ada perbaikan pemberian cairan kristoloid
kadar hematokrit.
Plasma
31
lebih merupakan indikasi bahwa keadaaan sirkulasi membaik. Pada
reabsorbsi.
DBD/SSD, maka analisis gas darah dan kadar elektrolit harus selalu
oksigen 2 liter per menit harus selalu diberikan pada semua pasien
32
masker, tetapi harus diingat pula pada anak seringkali menjadi
e) Transfusi Darah
menimbulkan kematian.
f) Monitoring
33
(1) Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat
(2) Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sekali sampai
34
perawatan DBD. Paramedis dapat dibantu oleh orang tua/ keluarga
mencatat jumlahnya.
F. KOMPLIKASI
35
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Infeksi dengue terbagi menjadi demam dengue (DD) dan demam berdarah
dengue (DBD). Adapun manifestasi klinis utama pada demam dengue yaitu
ditandai dengan adanya demam tinggi mendadak, sakit kepala, nyeri retroorbital,
nyeri sendi, dan nyeri otot. Sedangkan demam berdarah dengue merupakan
bentuk yang lebih berat dari demam dengue yang ditandai dengan manifestasi
klinis berupa fenomena perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi.
Manifestasi perdarahan yang ditemukan pada pasien DBD dapat berupa tes
36
torniket positif, peteki pada kulit, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, dan
perdarahan gastrointestinal pada kondisi berat. 3
Penyakit DBD memiliki dua perubahan patologik utama, yakni
peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan hemostasis. Pertama, terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat menyebabkan kehilangan volume
plasma pada pembuluh darah sehingga terjadi hemokonsentrasi. Peningkatan
hematokrit sangat banyak ditemukan pada kasus syok sehingga pemeriksaan nilai
hematokrit perlu dilakukan dalam pemantauan kasus penyakit DBD. Kedua,
gangguan hemostasis yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia, dan
juga koagulopati. Trombositopenia muncul pada hari ke-3 pada DBD, dan tetap
bertahan selama perjalanan penyakit tersebut. Akibat dari gangguan hemostasis
ini, maka terjadi manifestasi klinis perdarahan. 4
B. DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditegakkan diagnosa DBD grade I. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
didapatkan :
1. Anamnesis
a. Demam dirasakan sejak 5 hari SMRS demam mendadak, bersifat terus-
menerus
b. Mengigil (+), lemas (+)
c. Nyeri kepala (+), pusing (+), nyeri retroorbita (+),
d. Mual (+), muntah (+) 5 kali dan perut kembung (+)
e. Nafsu makan menurun (+).
f. Riwayat pengobatan (+) pasien sudah meminum obat penurun panas
namun gejala tidak membaik.
2. Pemeriksaan Fisis
a. Tekanan Darah 100/60 mmHg
b. Nadi 100 x/menit
c. Pernapasan 22 x/menit
d. Suhu 39,3 oC
37
e. Perdarahan subkonjungtiva (-/-)
f. Epiktasis (-)
g. Perdarahan gusi (-)
h. Pulmo dalam batas normal
i. Cor dalam batas normal
j. Abdomen: Inspeksi : cembung ikut gerak napas
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : tymphani
Palpasi :distensi (-) nyeri tekan (+) regio epigastrium
k. Terdapat pembesaran hepar 3 cm di bawah arcus costae dengan
konsistensi kenyal, permukaan rata, pinggiran tajam dan tanpa nyeri
tekan.
l. Ekstremitas peteki (+) pada ektremitas atas D/S, akral hangat, CRT < 2
detik.
3. Pemeriksaan Penunjang
26/10/2021 28/10/2021
WBC 3.6 x 103/ UL 5.6 x103/ UL
RBC 4.86 x106/ UL 4.34 x106/ UL
HGB 12.4 g/dL 12.1 g/dL
HCT 41.1 % 33.3 %
PLT 80 x 103/UL 59 x 103/UL
38
d. Derajat IV: Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur.
C. Tatalaksana
Pada dasarnya pengobatan Demam Berdarah Dengue bersifat suportif,
yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan
permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DBD dirawat diruang
perawatan biasa, namun kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan
intensif. Diagnosis dini dan edukasi segera dirawat bila terdapat tanda syok.8
Pada kasus ini penatalaksanaan dengue sesuai dengan perjalanan penyakit
yang terbagi atas 3 fase. Pada fase demam yang diperlukan hanya pengobatan
simtomatik dan suportif. Pemberian paracetamol merupakan antipiretik pilihan
pertama dengan dosis 10mg/kg/dosis selang 4 jam apabila suhu >38 oC sedangkan
golongan antipiretik lain seperti pemberian aspirin dan ibuprofen merupakan
indikasi kontra. Kompres hangat kadang membantu apabila anak merasa nyaman
dengan pemberian kompres. Pengobatan suportif lain yang dapat diberikan antara
lain diet makanan lunak, asupan cairan yang cukup.9
Asupan cairan pasien harus dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan
oral pasien tidak adekuat maka diperlukan pemberian cairan melalui intravena
untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara penuh.
39
DAFTAR PUSTAKA
40