Anda di halaman 1dari 26

Referat

FUNGSI PLASENTA

Oleh
Andreia Stephanie Sinta
220141010028
Masa KKM: 05 Juni 2023 – 13 Agustus 2023

Supervisor Pembimbing:
dr. Frank M.M. Wagey, Sp.OG(K)

Residen Pembimbing:
dr. Victor Moniaga

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Referat yang berjudul:

“FUNGSI PLASENTA”

Telah dikoreksi, disetujui dan dibacakan pada tanggal 2023

Oleh
Andreia Stephanie Sinta
220141010028
Masa KKM 05 Juni 2023 – 13 Agustus 2023

Residen Pembimbing :

dr. Victor Moniaga

Supervisor Pembimbing :

dr. Frank M.M. Wagey, Sp.OG(K)

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….i

DAFTAR ISI………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………4

A. Anatomi Plasenta……………………………………………..4
B. Proses Pembentukan Plasenta……………………………….6
C. Fungsi Plasenta……………………………………………….9
D. Pemeriksaan Plasenta………………………………………..16
E. Perkembangan plasenta dan sirkulasi fetomaternal………17
F. Kelainan pada plasenta………………………………………18

BAB III KESIMPULAN…………………………………………………21

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….23

LAMPIRAN……………………………………………………………....25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organ plasenta merupakan organ terpenting bagi pertumbuhan dan

perkembangan janin selama dalam masa kehamilan. Struktur dari organ plasenta

sangat kompleks karena organ ini merupakan suatu penghubung antara janin

dan ibunya. Plasenta memungkinkan transfer nutrisi, termoregulasi, pembuangan

produk metabolisme, dan pertukaran gas melalui aliran darah maternal; untuk

melawan infeksi internal; dan untuk menghasilkan hormon tertentu. Setelah

proses fertilisasi dan implantasi/nidasi, maka plasenta akan mulai terbentuk. Masa

pembentukan plasenta atau masa plasentasi dimulai pada 12-18 minggu setelah

fertilisasi dan bertumbuh terus sampai terbentuk dengan matur. Ukuran plasenta

umumnya berdiameter sekitar 15-20 cm dengan berat 500-600 gram. Plasenta

memiliki dua sisi permukaan, yaitu sisi maternal dan sisi fetal di mana masing-

masing memiliki struktur yang berbeda. 1,2

Plasenta berperan sebagai pengganti dari organ janin yang belum matur

sehingga fungsinya bermacam-macam, mulai dari pertukaran gas, nutrisi, produksi

hormon, proteksi dan barrier, sampai fungsi imunologis dalam kehamilan.

Perkembangan plasenta menentukan apakah janin akan tumbuh kembang dengan

baik atau bisa terjadi kelainan seperti abortus, fetal growth restriction,

preeklampsia, dan stillbirth.1

Plasenta merupakan organ janin dengan dua komponen: plasenta fetus

(Chorion frondosum), yang berkembang dari blastokista yang sama yang

3
membentuk janin, dan plasenta maternal (Decidua basalis), yang berkembang dari

jaringan uterus maternal. Organ ini dikeluarkan dari tubuh saat janin lahir. Unit

struktural dasar plasenta adalah vilus korionik. Vili merupakan proyeksi vaskular

dari jaringan janin yang dikelilingi oleh korion, suatu jaringan yang terdiri dari dua

lapisan seluler: sinsitiotrofoblas dan cytotrophoblast.1–3

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Struktur Plasenta

Gambar 2.1. Anatomi Plasenta

Organ plasenta memiliki diameter 15 – 25 cm dengan ketebalan 2 –3 cm dengan

berat rata-rata 500 – 600 gram. Semakin besar janin, maka semakin besar juga

ukuran dari plasenta. Secara makroskopis plasenta memiliki dua sisi permukaan,

yaitu chorionic plate dan basal plate. Chorionic plate merupakan bagian yang

berhubungan dengan tali pusat atau disebut juga dengan bagian janin (permukaan

fetal), sedangkan basal plate/Decidua basalis merupakan bagian yang

berhubungan dengan endometrium atau disebut dengan bagian ibu (permukaan

maternal).5

Plasenta bagian maternal berwarna merah tua dengan permukaan kasar

beralur-alur yang terdiri dari beberapa lobus dan kotiledon. Isi dari plasenta maternal

adalah arteri dan vena endometrium. Plasenta bagian fetal (chorion) berwarna

lebih mengkilap dan keabuan seperti tembus cahaya sehingga terlihat pembuluh

darah di bawahnya. Teradpat juga tali pusat dan dilapisi selaput amnion. Di

5
dalam bagian chorion terdapat banyak vili chorialis yang mengandung pembuluh

darah janin.

Bagian antara kedua bagian plasenta (janin dan maternal) adalah kavitas

(intervillous space) berisi darah ibu/maternal yang berasal dari arteri spiralis

endometrium. Pada bagian marginal/tepi plasenta, terdapat ruang- ruang vena

untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller (intervillous space),

disebut dengan sinus marginalis.

Tali pusat (funiculus umbilicalis) merupakan struktur penghubung janin dan

plasenta. Isi dari tali pusat adalah 2 arteri dan 1 vena umbilikalis. Fungsi arteri dan

vena pada tali pusat berkebalikan, di mana arteri bekerja untuk membuang sisa

metabolisme dari janin ke ibu, sedangkan vena umbilikalis berfungsi membawa

darah penuh oksigen, nutrisi, dan hormon dari ibu ke janin. Isi dari tali pusat adalah

massa mukopolisakarida yang disebut dengan Jeli Wharton dengan struktur

bagian luar adalah epitel amnion. 2,6 Panjang tali pusat bervariasi dari 30 – 90

cm dan berbentuk seperti heliks dan fleksibel sehingga terhindar dari tarikan

maupun.

B. Proses Pembentukan Plasenta

Plasentasi merupakan proses pembentukan struktur dan jenis

plasenta. Pada manusia plasentasi terjadi 12-18 minggu setelah fertilisasi. Dua

minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasif telah

melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium dan

membentuk sinus intertrofoblastik darah yang dihancurkan. Pertumbuhan ini

berjalan terus, sehingga terbentuk ruangan-ruangan interviler dimana vili

6
korealis seolah-olah terapung-apung di antara ruangan-ruangan tersebut

sampai terbentuk plasenta.4

Awal pembentukan plasenta atau disebut juga dengan plasentasi dimulai

setelah terjadinya nidasi embrio ke dalam endometrium. Hasil konsepsi di hari

keempat setelah fertilisasi sudah mencapai stadium blastula atau disebut juga dengan

blastokista. Sel bagian dalam blastokista atau inner cell akan berkembang menjadi

janin, sedangkan bagian permukaan luar dari blastokista, yaitu trofoblas akan

berkembang menjadi plasenta.2 Masa plasentasi ini terjadi pada 12 – 18

minggu setelah fertilisasi terjadi. Trofoblas memiliki peranan yang penting dalam

tingkat keberhasilan nidasi (implantasi), produksi hormon kehamilan, imunitas,

peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi2.

Tiga minggu paska dimulai pembentukan vili korealis, vili korealis

kemudian akan bertumbuh menjadi suatu masa jaringan yaitu plasenta.

Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kearah kavum uteri disebut

desidua kapsularis, yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus

disebut desidua basalis disitulah plasenta akan dibentuk. Darah ibu dan darah janin

akan dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion. Plasenta

demikian disebut dengan plasenta jenis hemokorial.

Disini tidak ada pencampuran darah antara darah janin dan darah ibu.

Ada juga sel-sel desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel

ini akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch.

Ketika proses melahirkan, plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan

Nitabuch ini.1,2

7
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kearah cavum uteri disebut

desidua kapsularis. Desidua kapsularis terletak di antara hasil konsepsi dan

dinding uterus yang lain adalah desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri

diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan vili korialis dan berpangkal

pada korion. Sel-sel fibroblast mesodermal tumbuh di sekitar embrio. Dengan

demikian, terbentuk chrionic membrane yang kelak akan menjadi korion. Sel- sel

fibroblast mesodermal tumbuh di sekitar embrio dan melapisi pula bagian dalam

fibroblast. Selain itu vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis

tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik. Di sini korion disebut korion

frondosum berhubungan dengan desidua kapsularis yang kurang

mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke arah kavum uteri

sehingga lambat laun menghilang. Korion yang gundul ini disebut korion

leave. Plasenta sepenuhnya terbentuk pada 18 hingga 20 minggu tetapi terus

tumbuh sepanjang kehamilan.1,2

8
C. Fungsi Plasenta

1. Pertukaran Gas

Paru-paru janin tidak berperan dalam pertukaran gas saat berada dalam

rahim, sehingga plasenta memiliki peran sepenuhnya untuk

transfer oksigen dan karbon dioksida dari dan ke janin yang sedang

berkembang.

Oksigen adalah molekul nonpolar kecil yang siap melintasi

plasenta dengan mekanisme difusi pasif. Transfer oksigen terutama

tergantung pada gradien tekanan parsial oksigen antara darah maternal di

ruang intervillous dan darah janin di arteri umbilikalis. Transfer

oksigen ke janin ditingkatkan oleh efek Bohr. Pada sirkulasi darah

feto-maternal, darah maternal mengambil karbon dioksida dan menjadi

lebih asam. Hal ini menyebabkan pergeseran ke kanan dari kurva

disosiasi oksihemoglobin maternal yang menyebabkan pelepasan

oksigen ke janin. Pada saat yang sama, darah janin melepaskan karbon

dioksida dan menjadi lebih alkalotik. Hal ini mengarah ke pergeseran

kurva janin ke kiri, menyebabkan pengambilan oksigen oleh janin.

Fenomena ini disebut 'Efek Bohr Ganda'. Pemindahan oksigen dari

maternal ke fetus juga dimediasi oleh hemoglobin janin yang

menggeser kurva disosiasi oksihemoglobin janin lebih jauh ke kiri.1

Karbon dioksida juga melintasi plasenta dengan mudah melalui difusi

pasif. Pemindahannya dari janin ke maternal terutama bergantung

pada gradien tekanan parsial untuk karbon dioksida antara darah janin di

arteri umbilical dan darah maternal di ruang intervillous (1,8 kPa).1

9
Transfer karbon dioksida dari janin ke maternal difasilitasi oleh

efek Haldane (peningkatan kapasitas darah terdeoksigenasi untuk

membawa karbon dioksida dibandingkan dengan darah teroksigenasi).

Ketika darah maternal melepaskan oksigen (menghasilkan

deoksihaemoglobin), ia mampu membawa lebih banyak karbon

dioksida. Pada saat yang sama, ketika darah janin mengambil oksigen

untuk membentuk oksihemoglobin, ia mengurangi afinitas terhadap

karbon dioksida dan karenanya melepaskan karbon dioksida ke

maternal. Kombinasi dari dua peristiwa ini disebut 'Efek Haldane Ganda'.1

2. Transfer Nutrisi

Sebagian besar nutrien mengalami transfer dari ibu ke janin

melalui metode transfer aktif yang melibatkan proses enzimatik.

Nutrien yang kompleks akan dipecah menjadi komponen sederhana

sebelum di transfer dan mengalami rekonstruksi ulang pada villi

chorialis janin. Glukosa sebagai sumber energi utama bagi pertumbuhan

janin (90%), 10% sisanya diperoleh dari asam amino. Jumlah glukosa

yang mengalami transfer meningkat setelah minggu ke 30. Sampai

akhir kehamilan, kebutuhan glukosa kira-kira 10 gram per kilogram

berat janin, kelebihan glukosa dikonversi menjadi glikogen dan lemak.

Glikogen disimpan di hepar dan lemak ditimbun disekitar jantung dan

belakang skapula. Pada trimester akhir, terjadi sintesa lemak 2 gram

perhari sehingga pada kehamilan 40 minggu 15% dari berat janin

berupa lemak. Hal ini menyebabkan adanya cadangan energi sebesar

10
21.000 KJ dan diperlukan untuk fungsi metabolisme dalam regulasi

suhu tubuh janin pada hari-hari pertama setelah lahir.7

Pada bayi preterm atau dismatur, cadangan energi lebih

rendah sehingga akan menimbulkan permasalahan. Lemak dalam

bentuk asam lemak bebas sulit untuk di transfer. Lemak yang mengalami

proses transfer di resintesa kedalam bentuk fosfat dan lemak lain dan

disimpan dalam jaringan lemak sampai minggu ke 30. Setelah itu,

hepar janin memiliki kemampuan untuk sintesa lemak dan mengambil

alih fungsi metabolisme.7

Glukosa, keton, dan beberapa asam amino melewati plasenta dari ibu

ke fetus melalui mekanisme difusi. Trigleserida dalam darah ibu

dihidrolase di dalam plasenta menghasilkan asam lemak yang ada di dalam

sirkulasi fetus. Insulin tidak dapat melewati sawar plasenta tetapi insulin

dapat terikat dengan reseptor insulin yang ada pada membran

trofoblas sehingga mengaktifkan persinyalan hormon ini dan dapat

berkontribusi pada metabolisme nutrisi plasenta. 7

Gambar 2.2. Transport nutrisi melalui sawar plasenta (lapisan trofoblas

syncytial).

11
Diabetes mellitus gestasional dapat terjadi apabila fungsi pankreas tidak

cukup unutk mengatasi keadaan resistensi insulin yang diakibatkan oleh

perubahan hormon diabetogenik selama kehamilan. Kadar glukosa

yang meningkat pada ibu hamil sering menimbulkan dampak yang kurang

baik terhadap bayi yang dikandungnya. Makrosomia (bayi dengan

berat lebih dari 4.000g) merupakan morbiditas yang paling sering dijumpai

dan merupakan masalah serius karena bisa menyebabkan timbulnya

kesulitan dan trauma persalinan. Makrosomia diduga disebabkan

oleh adanya glukosa janin yang berlebihan akibat hiperglikemi pada ibu,

selain faktor lainnya seperti ibu yang gemuk, ras dan etnis. 10

3. Fungsi Endokrin

 Human chorionic gonadotropin

Human chorionic gonadotropin merupakan . glikoprotein

dengan berat molekul sekitar 39.000 dan struktur molekul serta

fungsi yang sama dengan hormon luteinisasi yang disekresi oleh

kelenjar hipofisis. Di bawah pengaruh human chorionic gonadotropin,

korpus luteum dalam ovarium ibu tumbuh menjadi kira-kira dua

kali dari ukuran awalnya sekitar satu bulan atau lebih setelah

kehamilan dimulai. Estrogen dan progesteron yang terus-

menerus disekresi mempertahankan sifat desidua endometrium

uterus, yang diperlukan untuk perkembangan awal fetus. 9

 Progesteron

Progesteron menyebabkan sel-sel desidua tumbuh di endometrium

uterus, dan sel-sel ini berperan dalam nutrisi embrio muda. Progesteron

12
menurunkan kontraktilitas uterus gravid (pada kehamilan),

sehingga mencegah kontraksi uterus yang menyebabkan

abortus spontan. Progesteron membantu perkembangan hasil

konsepsi bahkan sebelum implantasi, karena progesteron

secara khusus meningkatkan sekresi tuba fallopi dan uterus

ibu untuk menyediakan bahan nutrisi yang sesuai untuk

perkembangan morula (massa sferis terdiri atas 16 sampai 32

blastomer yang terbentuk sebelum blastula) dan blastokista

 Estrogen

Hormon estrogen terutama berfungsi proliferatif pada sebagian

besar organ reproduksi dan organ-organ terkait pada ibu. Selama

kehamilan, jumlah estrogen yang sangat berlebihan menyebabkan (1)

pembesaran uterus ibu, (2) pembesaran payudara dan pertumbuhan

struktur duktus payudara ibu, serta (3) pembesaran genitalia

eksterna perempuan. Estrogen juga merelaksasi ligamentum pelvis ibu,

sehingga persendian sakroiliaka menjadi relatif lentur dan simfisis

pubis menjadi elastis. Perubahan ini mempermudah perjalanan fetus

melalui jalan lahir. Banyak anggapan bahwa estrogen juga

memengaruhi banyak aspek umum perkembangan fetus selama

kehamilan, misalnya, memengaruhi kecepatan reproduksi sel pada

embrio muda.9

 hPL (Human Placental Lactogen)

Hormon ini memiliki struktur dan fungsi yang mirip dengan

hormon prolaktin dan growth hormone (GH) hipofisis. Kadar hPL

13
akan meningkat seiring peningkatan berat plasenta dan berat badan

janin.2 hPL berfungsi dalam proses metabolisme glukosa, insulin,

dan memastikan kecukupan energi untuk janin. Pada ibu hamil yang

berpuasa, sekresi hPL meningkat sehingga penggunaan glukosa ibu

akan menurun dan janin tetap mendapatkan energi yang cukup.

hPL akan merangsang reseptor prolaktin untuk meningkatkan

proliferasi sel beta dalam sekresi insulin11. hPL juga merupakan

angiogenic hormone, yaitu hormon yang berfungsi penting

dalam pembentukan fetal vasculature.12

 ACTH (Chorionic Adrenocorticotropin)

Sintesis ACTH dirangsang oleh placental corticotropin-

releasing hormone (Placental CRH). Hormon ini berfungsi dalam

maturasi paru-paru janin(3).

 Hypothalamic-Like Releasing Hormones

Beberapa hormon yang diproduksi oleh hipotalamus juga

diproduksi di plasenta, seperti GnRH, CRH, TRH (Thyrotropin-

Releasing Hormone), GHRH (Growth hormone-releasing

hormone), dan somatostatin.

GnRH berperan sebagai hCG-releasing hormone, sedangkan

CRH diduga berperan dalam relaksasi otot polos di vaskular dan

jaringan miometrium. Beberapa fungsi dari hormon lain masih belum

diketahui dengan jelas.

 Relaxin

14
Hormon relaxin ditemukan dalam korpus luteum, desidua, dan

plasenta. Struktur hormon ini serupa dengan insulin dan insulin- like

growth factor. Peningkatan relaxin dapat ditemukan pada awal

masa kehamilan (disekresi oleh korpus luteum). Relaxin dan

progesteron dan berfungsi relaksasi uterus dan ketentraman janin

selama kehamilan.

4. Perlindungan dan Barrier

Plasenta juga berfungsi sebagai selective barrier atau pembatas antara

janin dan lingkungan luar janin. Organ ini melindungi janin dari trauma

sekaligus menyaring zat-zat, patogen, maupun molekul yang bisa lewat dan

membahayakan kesejahteraan janin. Mikroorganisme seperti virus masih

dapat menembus plasenta dan menginfeksi janin, maka dari itu ibu hamil

perlu mengetahui akan risiko vertical transmission melalui plasenta ke

janin dan melakukan pencegahan.13 Obat-obatan jenis acetaminophen

(tylenol), warfarin, alkohol, litium, talidomit, dan obat lain juga masih bisa

menembus barrier plasenta. Plasenta juga mencegah bercampurnya darah ibu

dan janin untuk mencegah bakteri patogen pada ibu yang berpotensi

membahayakan janin.

5. Fungsi Imunologis

Antibodi IgG dari ibu dapat berpindah ke tubuh janin melalui

mekanisme pinositosis sehingga memberikan kekebalan pasif untuk janin

dalam beberapa bulan pertama kehidupan. Sistem kekebalan pada janin

belum berkembang sehingga semua perlindungan janin tergantung dari

pasokan antibodi dari ibu ke janin.2,14

15
Lapisan endometrium uterus bisa dianggap sebagai jaringan limfoid

tersier dikarenakan jumlah leukosit yang banyak ditemukan di daerah stroma

maupun epitel. Pada saat kehamilan, jaringan plasenta (sel

sinsisiotrofoblas) akan langsung berkontak dengan imun maternal

dikarenakan pada awal plasentasi sel trofoblas yang menginvasi

pembuluh darah maternal.

Sel sinsisiotrofoblas memiliki reseptor fragmen Fc dari antibodi IgG.

Ketika fragmen Fc berikatan dengan sel, maka akan terjadi endositosis

sehingga menjadi vesikel sebelum dilepaskan secara eksositosis ke dalam

darah janin. Dari lima jenis antibodi, antibodi yang hanya bisa melewati

plasenta adalah IgG karena adanya reseptor antibodi IgG di sel plasenta. 15

Salah satu pencegahan infeksi janin yang berasal dari ibu, maka ibu

hamil disarankan melakukan vaksinasi yang direkomendasikan seperti vaksin

tetanus toxoid (TT) dan vaksin inactivated influenza virus. 16

D. Pemeriksaan Plasenta

Pemeriksaan plasenta diharuskan setelah persalinan secara

makroskopik. Plasenta yang diukur harus memenuhi syarat sebagai berikut :

plasenta lahir secara utuh, dan merupakan plasenta yang lengkap memiliki

tali pusat yang mengandung dua arteri dan satu vena. Pengukuran

plasenta meliputi pengukuran berat plasenta, diameter plasenta,

ketebalan plasenta, luas permukaan plasenta serta panjang tali pusat

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Berat plasenta, ditimbang segera setelah plasenta lahir menggunakan

timbangan yang memiliki ketelitian 1 gram.

16
b. Diameter plasenta, dihitung diameter maksimal dan diameter minimal

plasenta kemudian diambil rata-rata nilai tengahnya.

c. Ketebalan plasenta, diukur menggunakan jarum pada 5 titik di 3

tempat yang berbeda, yaitu satu jarum pada area pusat plasenta, dua jarum di

area pertengahan antara pusat dan tepi plasenta dan dua jarum lainnya di

daerah tepi plasenta kemudian diambil rata-rata nilai tengahnya.

d. Panjang tali pusat, diukur mulai dari insersi dari sisi bayi hingga

akhir pada insersi di plasenta.5

Pemeriksaan plasenta diharuskan pada setiap persalinan secara

makroskopik. Pemeriksaan plasenta menunjukkan informasi penting

tentang apa yang telah terjadi pada janin. Ukuran plasenta yang besar dapat

beresiko menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi dikemudian hari baik

pada bayi laki maupun perempuan.5

Penelitian di 12 Rumah Sakit di Amerika Serikat tentang faktor risiko ibu

(umur, pengetahuan, pendapatan, perokok atau tidak dan anemia )

terhadap pertumbuhan plasenta,dengan pertumbuhan ketebalan plasenta

serta area chorionic plasenta, ditemukan 21.5 % dari 34.345 ibu hamil

dan lebih memungkinkan akan mengalami hipertropik plasenta

yang akan mempengaruhi morfometri plasenta.5

E. Perkembangan plasenta dan sirkulasi fetomaternal

Perkembangan plasenta pada trimester pertama sangat masif dan cepat

melebihi perkembangan janin itu sendiri. Namun di minggu ke-17, kecepatan

17
perkembangan plasenta dan janin menjadi sama. Pada akhir kehamilan,

berat plasenta diperkirakan 1/6 dari berat janin.

Plasenta pada dasarnya berperan penting dalam vaskularisasi fetal dan

maternal. Darah yang sedikit oksigen akan dialirkan melalui dua arteri

umbilikalis melalui tali pusat menuju plasenta, kemudian darah yang tinggi

oksigen akan dikembalikan melalui satu vena umbilikalis menuju janin.

Darah ibu akan masuk ke dalam plasenta bagian basal (maternal surface) lalu

berpindah ke chorionic plate melalui tekanan arteri yang tinggi. Setelah darah

ibu memenuhi chorionic villus, darah ibu akan kembali melewati

orifisium vena di basal plate dan kembali menuju vena uterina. Posisi vena di

basal plate paralel dengan dinding uterus, hal ini berguna karena darah tidak

akan bisa keluar dari intervillous space ketika terjadi kontraksi.

Gambar 2.3 Full-term Placenta

F. Kelainan pada plasenta

Plasentasi yang abnormal menyebabkan terjadinya gangguan atau kelainan

letak pada plasenta sehingga dapat terjadi komplikasi yang tidak diinginkan.

Beberapa contoh kelainan pada plasenta, antara lain:


18
• Plasenta Previa

Jaringan plasenta yang letaknya dekat atau menutupi leher

rahim (ostium uteri internum) disebut dengan plasenta previa. Plasenta

yang seharusnya berimplantasi di segmen atas rahim terjadi

kelainan letak sehingga plasenta malah terletak di dalam segmen

bawah rahim. Kesalahan letak ini menyebabkan adanya obstruksi

pada serviks sehingga menjadi penyulit pada saat proses

persalinan.17 Angka kejadian plasenta previa di Indonesia kira-kira 1

di antara 200 persalinan (0,5%). Gejala yang sering ditemui pada

plasenta previa meliputi perdarahan vagina tanpa rasa sakit di

trimester kedua atau ketiga kehamilan. Pada inspekulo, didapatkan

perdarahan minimal hingga aktif dan juga plasenta dapat

divisualisasikan pada pemeriksaan spekulum jika serviks melebar. 18

Beberapa klasifikasi plasenta previa, yaitu:

a. Plasenta previa sentralis (totalis) Bila pada pembukaan 4-5

cm teraba plasenta menutup seluruh ostium.

b. Plasenta previa lateralis. Bila pada pembukaan 4-5 cm

teraba plasenta menutup sebagian ostium.

c. Plasenta previa lateralis posterior → menutup ostium

bagian belakang

d. Plasenta previa lateralis anterior → menutupi ostium

bagian depan

19
e. Plasenta previa marginalis → hanya sebagian kecil atau

pinggir ostium yang tertutup plasenta

Gambar 2.4 Plasenta Previa. Kiri A: letak plasenta normal, B: plasenta letak rendah.

Kanan A: plasenta previa lateralis, B: plasenta previa totalis

• Solusio Plasenta

Plasenta yang terlepas sebagian atau seluruhnya dari korpus uteri

sebelum janin lahir disebut dengan solusio plasenta. Jika terjadi sebelum

umur kehamilan 20 minggu disebut abortus imminens. Terdapat

beberapa klasifikasi terlepasnya plasenta dari tempat implantasi, yaitu

solusio plasenta totalis (seluruhnya), solusio plasenta parsialis

(sebagian), atau ruptura sinus marginalis (sebagian kecil di pinggir)

20
BAB III

KESIMPULAN

Plasenta adalah organ sementara berbentuk cakram, yang terdiri dari

dua komponen: plasenta fetus yang berkembang dari blastokista yang sama

yang membentuk janin, dan plasenta maternal yang berkembang dari

jaringan uterus maternal. Organ ini menyediakan interaksi antara ibu

dengan janin, selama kehamilan, dan dikeluarkan dari tubuh saat persalinan.

Unit struktural dasar plasenta adalah vilus korionik, yang merupakan

proyeksi vaskular dari jaringan janin yang dikelilingi oleh korion, suatu

jaringan yang terdiri dari dua lapisan seluler: sinsitiotrofoblas dan

cytotrophoblast. Plasenta memiliki peranan yang sangat penting dalam

perkembangan janin, karena merupakan satu-satunya organ yang memfasilitasi

hubungan fisik antara ibu dengan janin. Dalam kandungan plasenta menjadi

sarana dalam pertukaran gas janin, karena paru-paru janin belum dapat berfungsi

dalam pertukaran gas.

Sebagai fungsi nutrisi plasenta berperan sebagai sensor nutrisi

dengan mengadaptasi sistem transportasi sesuai dengan lingkungan

materal dengan isoform GLUT1 dan GLUT3. Sebagai fungsi endokrin plasenta

berperan melalui hormon human chorionic gonadotropin, progesteron,

esterogen yang efeknya adalah proliferative pada sebagian besar organ

reproduksi dan organ-organ terkait kehamilan pada ibu. Sebagai fungsi

imunologis plasenta berperan dalam imonomodulasi dan sebagai

perlindungan pasif bagi kelangsungan hidup ekstra- uterin dan pertahanan

neonatal terhadap infeksi. Selain semua fungsi diatas plasenta juga memiliki
21
peran penting dalam melindungi janin dari xenobiotik tertentu yang dapat

beredar dalam darah maternal. Singkatnya, plasenta merupakan terminal

hubungan fisik dan fungsional antara maternal dan janin, dimana

didalamnya terdapat koordinasi untuk memastikan pertukaran zat-zat pada

sirkulasi feto-maternal berjalan dengan baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Moore K, Persaud T. The placenta and fetal membranes. In: The


Developing Human: Clinically Oriented Embryology. Philadelphia:
Saunders Elsevier Inc.; 2016. p. 107–18.
2. Power I, Kam P. Maternal and neonatal physiology. In: Principles of
Physiology for the Anaesthetist. London: Arnold; 2015. p. 409–32.
3. Pinnock C, Lin T, Smith T. Physiology of pregnancy. In: Fundamentals
of Anaesthesia. 4th ed. London: Greenwich Medical Media Ltd; 2017.
4. Weinberg D. Human Placenta Project: How Does the Placenta Form?
[Internet]. NICHD - Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child
Health and Human Development. 2018. Available from:
https://www.nichd.nih.gov/research/supported/HPP/form#
5. Aifa SAN. Hubungan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Dengan
Morfometri Plasenta. Universitas Muhamadiyah Semarang; 2017. Serov
AS, Salafia C, Grebenkov DS, Filoche M. The role of morphology in
mathematical models of placental gas exchange. J Appl Physiol
[Internet]. 2015.
6. Wibowo AP. Ekspresi Asialoglycoprotein Receptor Pada Plasenta Ibu
Hamil HbeAg Positif dan HbeAg Negatif. Universitas Hasanuddin; 2019.
7. Winterhager E, Gellhaus A. Transplacental Nutrient Transport
Mechanisms of Intrauterine Growth Restriction in Rodent Models and
Humans [Internet]. Vol. 8, Frontiers in Physiology. 2017. Available
from: https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fphys.2017.00951
8. Hall JE, Guyton AC. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Edisi 12. Ilyas EII, Widjajakusumah MD, Tanzil A, editors. Singapore:
Elsevier Inc.; 2016.
9. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2016. 459–474 p.
10. Malek A. Role of IgG antibodies in association with placental function
and immunologic diseases in human pregnancy. Expert Rev Clin
Immunol. 2013 Mar;9(3):235–49

23
11. Ibrahim R. Pengaruh Pemberian Sekretom Sel Punca Mesenkimal
Terhadap Ekspresi Vascular Cell Adhesion Molecule-1 (VCAM-1) Pada
Plasenta Mencit Bunting Model Lupus Induksi Pristan. Universitas
Sebelas Maret; 2020.
12. Luis F, Yhois S. Thyroid hormones: Metabolism and transportation in the
fetoplacental. Molecular Reproduction and Development. 2022
13. Abu-Raya B, Michalski C, Sadarangani M, Lavoie PM. Maternal
Immunological Adaptation During Normal Pregnancy. Front Immunol.
2020.
14. Bernstein HB, Lee M. Maternal and Perinatal Infection in Pregnancy :
Viral [Internet]. Eighth Edi. Obstetrics: Normal and Problem
Pregnancies. Elsevier Inc.; 2022.
15. Kemenkes. Pedoman Program Pencegahan Penularan HIV, Sifilis dan
Hepatitis B dari Ibu ke Anak. 2019.
16. Feldman DM, Keller R, Borgida AF. Toxoplasmosis, Parvovirus, and
Cytomegalovirus in Pregnancy. Clin Lab Med [Internet]. 2016.
17. Supit B. Infeksi TORCH Maternal dan Kongenital. Cermin Dunia
Kedokt. 2021.
18. Yinon Y, Farine D, Yudin MH, Gagnon R, Hudon L, Basso M, et al.
Cytomegalovirus Infection in Pregnancy. J Obstet Gynaecol Canada
[Internet]. 2010.
\\

24
Lampiran
Lampiran I

Mengetahui
Supervisor Pembimbing

dr. Frank M.M. Wagey, Sp.O.G, Subsp. Onk

25

Anda mungkin juga menyukai