Anda di halaman 1dari 37

Nama : Alex carlos tati metlin

Pengertian
 Plasenta Adalah – Pengertian, Plasenta atau yang
juga sering disebut dengan ari-ari adalah organ dalam
kandungan yang dapat ditemukan pada masa
kehamilan. Plasenta merupakan organ yang berperan
sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan janin.
 Fungsi utama dari plasenta ialah untuk
memberikan nutrisi dan pertukaran produk-
produk metabolisme antara janin dan ibu.
Plasenta manusia memiliki diameter rata-rata 15-
22 cm dengan berat sekitar 470 gram. Tebal pada
bagian tengah organ ini biasanya sekitar 2,5-5 cm,
pada plasenta juga terdapat tali pusar “umbilical
cord” yang terbentuk dari pembuluh darah.
Fungsi Plasenta “Ari-Ari”

1. Nutrisi : memberikan bahan makanan pada janin


2. Ekskresi : mengalirkan keluar sisa metabolisme janin
3. Respirasi : memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin
4. Endokrin : menghasilkan hormon-hormon : hCG, HPL,
estrogen,progesteron, dan sebagainya
5. Imunologi : menyalurkan berbagai komponen antibodi ke
janin
6. Farmakologi : menyalurkan obat-obatan yang mungkin
diperlukan janin, yang diberikan melalui ibu.
7. Proteksi : barrier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat
toksik (tetapi akhir2 ini diragukan, karena pada kenyataanya
janin sangat mudah terpapar infeksi / intoksikasi yang dialami
ibunya).
Adapun fungsi plasenta “ari-ari”
yang diantaranya yaitu:

Pernapasan
 Janin sebagai manusia yang masih dalam tahap perkembangan dan
pertumbuhan tentu membutuhkan oksigen, nah oksigen yang dihirup
oleh ibu akan dialirkan kepada janinnya melalui tali pusar. Lalu organ
ini akan mengedarkan darah yang berisi oksigen dari ibu ke janin
melalui proses difusi, kemudian karbondioksida yang terbentuk akan
dibawa melalui tali pusar dan berdifusi ke tubuh ibu dengan bantuan
sistem peredaran darah, sebelum akhirnya dikeluarkan melalui sistem
pernapasan ibu.
Nutrisi
 Plasenta dapat mengubah glukosa menjadi glikoden “bentuk
karbohidrat yang dapat disimpan di hati sebagai cadangan glukosa”,
nutrisi yang didapatkan oleh janin akan berguna untuk pertumbuhan
dan pembentukan jaringan ketika dibutuhkan.
Eksresi “Pembuangan”
 Plasenta akan membuang setiap produk limbah yang tidak
diperlukan oleh tubuh janin “contohnya urea dan
karbodioksida”.
Pertahanan “Kekebalan Tubuh”
 Fungsi pertahanan pada plasenta dicapai dari dua cara
yaitu kimia dan fisik. Secara kimia fungsi pertahanan ini
berjalan melalui fungsi enzim, dimana plasenta akan
menetralisir aktivitas toksik yang dicurigai. Selain itu ibu
juga memberikan antibodinya pada janin, sedangkan
secara fisik sudah terbentuk struktur yang diciptakan
sedemikian rupa sehingga bayi terlindungi dengan baik.
Pertahanan “kekebalan” tubuh sangatlah penting bagi
janin, karena hati mereka belum mampu mengatasi unsur
berbahaya yang berasal dari darah ibu.
Produksi Hormon
 Plasenta juga berperan dalam memproduksi beberapa hormon
antara lain yaitu:
 Human Chorionic Gonadotripin “HCG”
Berfungsi untuk mencegah terjadinya menstruasi dan menjaga
kehamilan.
 Chorionic Somatomammotropin “Placental Lactogen”
Memiliki fungsi khusus dalam hubungannya dengan nutrisi bagi
ibu dan janin.
 Estrogen
Berfungsi untuk membantu pembesaran uterus, pembesaran dan
perkembangan payudara.
 Progesteron
Berfungsi untuk memberikan nutrisi awal bagi embrio dan
mencegah kontraksi uterus spontan yang dapat menyebabkan
keguguran.
 Tirotropin Korionik Dan Relaksin
Hormon penunjang “hanya memberikan sedikit
perubahan/dampak” dalam kehamilan.
Plasenta “dewasa”
Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas,
umumnya mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan
sekitar 16 minggu.
 Plasenta “dewasa” / lengkap yang normal :
 bentuk bundar / oval
 diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm.
 berat rata-rata 500-600 g
 insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat
di tengah / sentralis, di samping / lateralis, atau di ujung tepi /
marginalis.
 di sisi ibu, tampak daerah2 yang agak menonjol (kotiledon) yang
diliputi selaput tipis desidua basalis.
 di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh
korion) menuju tali pusat. Korion diliputi oleh amnion.
 Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu)
meningkat sampai 600-700 cc/menit (aterm).
Struktur Dan Bagian Plasenta “Ari-Ari”
 Plasenta berbentuk bundaran yang merupakan kumpulan
jaringan dengan lebih dari 200 pembuluh darah. Letak
plasenta dalam rahim normalnya pada bagian korpus
uterus. Plasenta dikelilingi oleh lapisan amnion, plasenta
ini berisi pembuluh darah lanjutan dari tali pusat, plasenta
terdiri dari 3 bagian utama yaitu:
Bagian Pada Janin “Fetal Portion”
Bagian janin ini terdiri dari struktur yang disebut korion
frondosum dan vili. Korion frondosum merupakan
membran yang melindungi janin yang terdiri dari
tropoblas. Sedangkan vili dari plasenta yang matang terdiri
dari:
1. Vili koriali
2. Ruang-ruang interviler
3. Amnion yang melapisi dinding permukaan plasenta pada
bagian bawah lapisan amnion ini terdapat cabang-
cabang pembuluh darah tali pusar.
Bagian Pada Ibu “Maternal
.

Portion
 Merupakan permukaan yang menghadap ke dinding
rahim, berwarna merah dan terbagi oleh celah-celah yang
berasal dari jaringan ibu. Pada bagian ini terdapat
desidua kompakta yang terbentuk dari 15-20 struktur
berupa bulatan yang disebut kotiledon. Juga terdapat
struktur yang disebut desidua basalis pada bagian
maternal, desidua basalis pada plasenta matang disebut
lempeng korion.
Proses Terbentuknya Plasenta
“Ari-Ari”
 Biasanya plasenta akan terbentuk secara sempurna
setelah kehamilan memasuki usia 16 minggu,
pembentukan plasenta dimulai dari perkembangan
trofoblas pada hari ke 8-9 setelah pembuahan. Sel
membelah sehingga sel yang tadinya hanya selapis
menjadi berlapis-lapis dan membentuk rongga yang
banyak pada lapisan sinsitiotrofoblas “sinsitium”,
stadium ini disebut stadium berongga “Lacunar Stage”.
 Kemudian sinsitium tumbuh ke dalam endometrium
“dinding rahim” dan menyebabkan pembuluh darah
dinding rahim rusak sehingga sinsitium tadi bisa
dialiri oleh darah dari ibu dengan perbaikan otomatis
pembuluh darah karena masuknya organ baru.
Stadium ini disebut stadium sirkulasi utero-plasenta
“rahim ke plasenta” atau sistem feto-maternal janin ke
ibu”.
Selanjutnya trofoblas menghasilkan lagi sekelompok sel
yang akan membentuk jaringan penyambung lembut
yang disebut mesoderm ekstraembrional. Jaringan ini
merupakan jaringan penyambung antara lapisan
dalam sitotrofoblas dengan sel selaput heuser. Bagian
yang melekat dengan sitotrofoblas menjadi selaput
korion “chorionic plate” sedangkan bagian yang
melekat dengan sel selaput heuser menjadi pelindung
yolk sac “kantung kuning telur”.
 Lalu pada akhir minggu ketiga kehamilan, mesoderm
yang terbentuk dari sitotrofoblas tersebut menjadi sel
darah dan pembuluh darah kapiler. Dari waktu ke
waktu, rongga korion semakin luas, sehingga jaringan
embrional semakin terpisah dari sitotrofoblas/selaput
korion, hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan
mesoderm yang menjadi tangkai penghubung
“connecting stalk”. Nah connecting stalk inilah yang
nantinya akan berkembang menjadi tali pusar.
Selaput Janin (Amnion Dan
Korion)
Pada minggu-minggu pertama perkembangan, villi / jonjot
meliputi seluruh lingkaran permukaan korion.
Dengan berlanjutnya kehamilan :
 jonjot pada kutub embrional membentuk struktur korion
lebat seperti semak-semak (chorion frondosum) sementara
 jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi,
menjadi tipis dan halus disebut chorion laeve.
 Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami
reaksi desidua, juga mencerminkan perbedaan pada kutub
embrional dan abembrional :

 Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami
reaksi desidua, juga mencerminkan perbedaan pada
kutub embrional dan abembrional :
1. desidua di atas korion frondosum menjadi desidua
basalis
2. desidua yang meliputi embrioblas / kantong janin di
atas korion laeve menjadi desidua kapsularis.
3. desidua di sisi / bagian uterus yang abembrional
menjadi desidua parietalis.
Cairan Amnion
 Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai
RONGGA AMNION.
 Di dalam ruangan ini terdapat cairan amnion (likuor
amnii).
 Asal cairan amnion : diperkirakan terutama disekresi
oleh dinding selaput amnion / plasenta, kemudian
setelah sistem urinarius janin terbentuk, urine janin
yang diproduksi juga dikeluarkan ke dalam rongga
amnion.

Fungsi cairan amnion :
1. Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar
2. Mobilisasi : memungkinkan ruang gerak bagi janin
3. Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan
lingkungan asam-basa (pH) dalam rongga amnion, untuk
suasana lingkungan yang optimal bagi janin.
4. Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh
ruangan intrauterin (terutama pada persalinan).
5. Pada persalinan : membersihkan / melicinkan jalan lahir,
dengan cairan yang steril, sehingga melindungi bayi dari
kemungkinan infeksi jalan lahir.
 Keadaan normal cairan amnion :
 pada usia kehamilan cukup bulan, volume 1000-1500 cc.
 keadaan jernih agak keruh
 steril
 bau khas, agak manis dan amis
 terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan
bahan organik (protein terutama albumin), runtuhan
rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-sel epitel.
 sirkulasi sekitar 500 cc/jam

:
Kelainan plasenta :
Solulusio Plasenta
 Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari
tempat implantasinya sebelum janin lahir diberi
beragam sebutan; abruption plasenta, accidental
haemorage. Beberapa jenis perdarahan akibat solusio
plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban
dan uterus dan kemudian lolos keluar menyebabkan
perdarahan eksternal.
 Yang lebih jarang, darah tidak keluar dari tubuh tetapi
tertahan diantara plasenta yang terlepas dn uterus
serta menyebabkanperdarahan yang tersembunyi.
Solusio plasenta dapat total atau parsial. Keadaan
klien dengan solutio plasenta memiliki beberapa
macamberdasarkan tingkat keparahannya, tingkat
keparahan ini dilihat dari volumeperdarahan yang
terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat.
 Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil,
umbilicus pendek ataulilitan tali pusat, janin terlalu aktiv
sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan padavena kafa
inferior, dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab
dari solutionplasenta. Beberapa faktor yang menjadi faktor
predisposisi solution plasenta itusendiri didapat dan
diketahui mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan
katalain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yangdapat
mendukung timbulnyasolution plasenta. Adapun
komplikasi dari solusio plasenta pada ibu dan
janintergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia
kehamilan dan lamanyasolusio plasenta berlangsung.
Komplikasi terparah dari solution plsenta
dapatmengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi,
keadaan seperti ini sangatberpengaruh pada keselamatan
dari ibu dan janin.
Frekuensi solusio plasenta

 Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200


pelahiran. Intensitassolusio plasenta sering bervariasi
tergantung pada seberapa cepat wanita
mendapatpertolongan. Angka kematioan perinatal
sebesar 25 %. Ketikaangka lahir matiakibat kausa lain
telah berkurang secara bermakna, angka lahir mati
akibat solusioplasenta masih tetap menonjol.
 Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih
berbahaya daripadaplasenta previa oleh karena pada
kejadian tertentu perdarahan yang tampak
keluarmelalui vagina hampir tidak ada atau tidak
sebanding dengan perdarahan yangberlangsung
internal yang sangat banyak. Pemandangan yang
menipu inilahsebenarnya yang membuat solusio
plasenta lebih berbahaya karena dalamkeadaan yang
demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah
keluar sukardiperhitungkan, padahal janin telah mati
dan ibu berada dalam keadaan syok.
 Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti,
tetapi pada kasus-kasusberat didapatkan korelasi dengan
penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan15,5% disertai
pula oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut
berperansebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah
tingginya tingkat paritas danmakin bertambahnya usia ibu.
 Penatalaksanaan dari solution plasenta dapat dilakukan
secara konservatif dan secara aktif. Masing-masing dari
penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan demi
keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupuun keduanya.

 Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan
pasti, tetapi pada kasus-kasusberat didapatkan
korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler
menahun, dan15,5% disertai pula oleh preeklamsia.
Faktor lain yang diduga turut berperansebagai
penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya
tingkat paritas danmakin bertambahnya usia ibu.
Penatalaksanaan dari solution plasenta dapat
dilakukan secara konservatif dan secara aktif. Masing-
masing dari penatalaksaan tersebut mempunyai
tujuan demi keselamatan baik bagi ibu, janin,
ataupuun keduanya.
ETIOLOGI
 Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak
diketahui. Tetapi diduga hal tersebut berhubungan dengan
abnormalitas dari vaskularisasi endometrium yang
mungkin disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma
operasi/infeksi. (Mochtar, 1998). Perdarahan berhubungan
dengan adanya perkembangan segmen
bawah uterus pada trimester ketiga.
 Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak akibat
ketidakmampuan segmen bawah rahim. Kemudian
perdarahan akan terjadi akibat ketidakmampuan segmen
bawah rahim untuk berkonstruksi secara adekuat.
Faktor risiko plasenta termasuk:
 iwayat plasenta previa sebelumnya.
 Riwayat seksio sesarea.
 Riwayat aborsi.
 Kehamilan ganda.
 Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun.
 Multiparitas.
 Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga
mempersempit permukaan bagi penempatan plasenta.
 Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya
dari indung telur setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.
 Adanya trauma selama kehamilan.
 Sosial ekonomi rendah/gizi buruk, patofisiologi dimulai dari
usia kehamilan 30 minggu segmen bawah uterus akan terbentuk dan
mulai melebar serta menipis.
 Mendapat tindakan Kuretase.
PATOISIOLOGI
 Perdarahan tidak dapat dihindari karena
ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut
otot uterus yang menghentikan perdarahan pada kala
III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin
rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.
Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta
previa totalis akan terjadi lebih dini daripada
pada plasenta letak rendah yang mungkin baru
berdarah setelah persalinan dimulai.
Tanda dan Gejala
 Tanda dan gejala dalam hal ini adalah gejala utama
dan gejala klinik.
Gejala Utama
 Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak.
Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan
dan tanpa rasa nyeri.
Gejala Klinik
 Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak.
Perdarahan yang terjadi pertama kali biasanya tidak
banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya
hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan
pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
 Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta
previa tidak mengeluh adanya rasa sakit.
 Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
 Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul dan tidak jarang terjadi letak janin letak janin
(letak lintang atau letak sungsang)
 Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung
banyaknya perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya
masih hidup.
Diagnosis
 Untuk mendiagnosis perdarahan diakibatkan
oleh plasenta previa diperlukan anamnesis dan
pemeriksaan obstetrik. Dapat juga dilakukan
pemeriksaaan hematokrit. Pemeriksaan bagian luar
terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul. Pemeriksaan inspekulo bertujuan untuk
mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium
uteri eksternum atau dari kelainan serviks
atau vagina seperti erosro porsionis uteri, karsinoma
porsionis uteri polipus serviks uteri, varises vulva dan
trauma.
 Komplikasi Plasenta Previa
 Menurut Prof.Dr.Sarwono
Prawirohardjo.SpOG,1997,Jakarta.
 Prolaps tali pusat.
 Prolaps plasenta.
 Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan
kalau perlu dibersihkan dengan kerokan.
 Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan.
 Perdarahan post portum.
 Infeksi karena perdarahan yang banyak.
 Bayi premature atau lahir mati.
Penanganan
 Menurut Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo.SpOG. 1997. Jakarta.
Penanganan Pasif
 Perhatian – Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show
(perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan
manipulasi apapun. Baik rektal apalagi vaginal (Eastmon).
 Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup
belum inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu atau berat badan
janin dibawah 2500 gr, maka kehamilan dapat dipertahankan, istirahat
dan pemberian obat-obatan seperti spasmolitika, progestin atau
progesterone, observasi dengan teliti.
 Sambil mengawasi periksa golongan darah dan menyiapkan donor
transfusi darah, bila memungkinkan kehamilan dipertahakan setua
mungkin supaya janin terhindar dari prematuritas.
 Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil tersangka plasenta
previa rujuk segera ke rumah sakit dimana tedapat fasilitas operasi dan
transfusi darah.
 Bila kekurangan darah, berikanlah transfusi darah dan obat-obatan
penambah darah.

Anda mungkin juga menyukai