Anda di halaman 1dari 7

HISTOLOGI

a. Tubulus somniferous

Epitel tubulus seminiferus berada tepat di bawah membran basalis yang dikelililngi oleh jaringan
ikat fibrosa yang disebut jaringan peritubular yang mengandung serat-serat jaringan ikat, sel-sel
fibroblast dan sel otot polos yang disebut dengan sel mioid. Diduga kontraksi sel mioid ini dapat
mengubah diameter tubulus seminiferus dan membantu pergerakan spermatozoa. Setiap tubulus ini
dilapisi oleh epitel berlapis majemuk. Garis tengahnya lebih kurang 150-250 m dan panjangnya
30-70 cm. Panjang seluruh tubulus satu testis mencapai 250 m.

Tubulus kontortus ini membentuk jalinan yang tempat masing-masing tubulus berakhir buntu atau
dapat bercabang. Pada ujung setiap lobulus, lumennya menyempit dan berlanjut ke dalam ruas
pendek yang dikenal sebagai tubulus rektus, atau tubulus lurus, yang menghubungkan tubulus
seminiferus dengan labirin saluran-saluran berlapis epitel yang berkesinambungan yaitu rete testis.
Rete ini, terdapat dalam jaringan ikat mediastinum yang dihubungkan dengan bagian kepala
epididimis oleh 10-20 duktulus eferentes (Junqueira, 2007).

Tubulus seminiferus terdiri sel spermatogenik dan sel Sertoli yang mengatur dan menyokong nutrisi
spermatozoa yang berkembang, hal ini tidak dijumpai pada sel tubuh lain. Sel-sel spermatogenik
membentuk sebagian terbesar dari lapisan epitel dan melalui proliferasi yang kompleks akan
menghasilkan spermatozoa (Junqueira, 2007). Diameter tubulus seminiferus adalah jarak antar dua
titik yang bersebrangan pada garis tenganya, titik tersebut berada pada membrana basalis tubulus
seminiferus ( Maslachah, 2004).

b. Sel-sel Germinal
Spermatogonium adalah sel spermatif yang terletak di samping lamina basalis. Sel spermatogonium
relatif kecil, bergaris tengah sekitar 12 m dan intinya mengandung kromatin pucat. Pada keadaan
kematangan kelamin, sel ini mengalami sederetan mitosis lalu terbentuklah sel induk atau
spermatogonium tipe A, dan mereka berdiferensiasi selama siklus mitotik yang progresif menjadi
spermatogonium tipe B. Spermatogonium tipe A adalah sel induk untuk garis keturunan
spermatogenik, sementara spermatogonium tipe B merupakan sel progenitor yang berdiferensiasi
menjadi spermatosit primer (Junqueira, 2007). Spermatosit primer adalah sel terbesar dalam garis
turunan spermatogenik ini dan ditandai adanya kromosom dalam tahap proses penggelungan yang
berbeda di dalam intinya. Spermatosit primer memiliki 46 (44+XY) kromosom dan 4N DNA
(Junqueira, 2007).

Spermatosit sekunder sulit diamati dalam sediaan testis karena merupakan sel berumur pendek yang
berada dalam fase interfase yang sangat singkat dan dengan cepat memasuki pembelahan kedua.
Spermatosit sekunder memilki 23 kromosom (22+X atau 22+Y) dengan pengurangan DNA per sel
(dari 4N menjadi 2N). Pembelahan spermatosit sekunder menghasilkan spermatid. Spermatid
memiliki ukuran yang kecil garis tengahnya 7-8 m, inti dengan daerah-daerah kromatin padat dan
lokasi jukstaluminal di dalam tubulus seminiferus. Spermatid mengandung 23 kromosom. Karena
tidak ada fase S (sintesis DNA) yang terjadi antara pembelahan meiosis pertama dan kedua dari
spermatosit, maka jumlah DNA per sel dikurangi setengahnya selama pembelahan kedua ini
menghasilkan sel-sel haploid (1N) (Junqueira, 2007).

c. Sel Sertoli

Sel Sertoli adalah sel pyramid memanjang yang sebagian memeluk sel-sel dari garis keturunan
spermatogenik. Dasar sel Sertoli melekat pada lamina basalis, sedangkan ujung apeksnya sering
meluas ke dalam lumen tubulus seminiferus. Dengan mikroskop cahaya, bentuk sel Sertoli tidak
jelas terlihat karena banyaknya juluran lateral yang mengelilingi sel spermatogenik. Kajian dengan
mikroskop elektron mengungkapkan bahwa sel ini mengandung banyak retikulum endoplasma
licin, sedikit retikulum endoplasma kasar, sebuah kompleks Golgi yang berkembang baik, dan
banyak mitokondria dan lisosom. Inti yang memanjang yang sering berbentuk segitiga, memiliki
banyak lipatan dan sebuah anak inti yang mencolok, memiliki sedikit heterokromatin. Fungsi utama
sel Sertoli adalah untuk menunjang, melindungi dan mengatur nutrisi spermatozoa. Selain itu, sel
Sertoli juga berfungsi untuk fagositosis kelebihan sitoplasma selama spermatogenesis, sekresi
sebuah protein pengikat androgen dan inhibin, dan produksi hormon anti-Mullerian (Junqueira,
2007).

d. Sel Leydig
Sel insterstisial Leydig merupakan sel yang memberikan gambaran mencolok untuk jaringan
tersebut. Sel-sel Leydig letaknya berkelompok memadat pada daerah segitiga yang terbentuk oleh
susunan-susunan tubulus seminiferus. Sel-sel tersebut besar dengan sitoplasma sering bervakuol
pada sajian mikroskop cahaya. Inti selnya mengandung butir-butir kromatin kasar dan anak inti
yang jelas. Umumnya pula dijumpai sel yang memiliki dua inti. Sitoplasma sel kaya dengan benda-
benda inklusi seperti titik lipid, dan pada manusia juga mengandung kristaloid berbentuk batang.
Celah di antara tubulus seminiferus dalam testis diisi kumpulan jaringan ikat, saraf, pembuluh darah
dan limfe (Junqueira, 2007).

Gambar 4. Sel Leydig dan Sel Sertoli (Lutz Slomianka, 2009)

Balanoposthitis

Balanitis merupakan sebuah penyakit yang disebabkan adanya peradangan pada ujung
penis(glans). Kulup (tutup longgar kulit yang menutupi kepala penis) juga sering terpengaruh .
Balanitis dapat menyerang pada semua pria semua usia terutama mereka yang tidak disunat.
Beberapa penyebab terjadinya balanitis adalah adanya infeksi akibat infeksi jamur (candidiasis),
kuman (bakteri) infeksi, infeksi menular seksual, iritasi kulit dan kondisi kulit tertentu.
Gejalanya biasanya adanya ruam pada bagian kulup. Sementara itu, untuk mengatasi penyakit
balanitis biasanya dengan menggunakan obat obatan antibiotik.

Balanopostitis adalah peradangan pada glans dan preputium pada pria yang tidak
disirkumsisi. Sebagian besar kasus terjadi akibat hygiene local yang buruk pada laki-laki yang
tidak disunat disertai akumulasi sel epitel yang terkelupas, keringat, dan debris, yang disebut
smegma, dan bekerja sebagai iritan local. Sekresi normal di bawah kulit prepusium (smegma)
menjaditerinfeksi dengan bakteria anaerob, menyebabkan peradangan dan nekrosis. Peradangan
dapatdisebabkan oleh gonorea, trikomoniasis, sifilis, candida albicans, tinea, atau organisme
koliform; dapat pula sebagai komplikasi dari dermatitis seperti psoariasis; atau dermatitis
kontak akibat celana, pemakaian kondom, dan jeli kontrasepsi. Pria yang mengalami
balanoposthitis mengalami peningkatan resiko berkembangnya balanitis xerotica obliterans,
phimosis, paraphimosis, dan kanker di kemudian hari.

Etiologi

Penyakit balanitis sering terjadi pada mereka yang belum disunat. Penyebab terjadinya
balanitisialah karena terjadinya infeksi. Masalah kebersihan pada bagian kulup disebut sebut
dapat memicu terjadinya infeksi pada penyakit balanitis. Bagian kulup yang kurang bersih
disebut sebut menjadi sarang bagi berkembangnya mikroorganisme sehingga terjadi infeksi.

Adanya penyakit infeksi menular seksual seperti herpes genital dan genore juga akan
menjadi penyebab terjadinya infeksi pada bagian glans. Infeksi juga terjadi akibat Berbagai
kuman (bakteri) yang hidup pada kulit dalam jumlah kecil dapat berkembang biak dan
menyebabkan infeksi. Penyebab umum infeksi adalah dengan ragi yang disebut kandida.
Candida adalah kuman yang sama yang menyebabkan sariawan vagina pada wanita. Sejumlah
kecil kandida biasanya hidup pada kulit dan kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi. Kulit
kepala penis atau glans merupakan bagian kulit yang sensitif sehingga mudah mengalami iritasi.
Jika kita tidak rajin membersihkan area tersebut, kulit yang sudah rusak, urin, keringat dan
kotoran lainnya dapat bersarang di area tersebut. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya
iritasi sehingga timbul peradangan.

Manifestasi klinis

1. Gejala yang paling umum termasuk kemerah kemerahan

2. Pembengkakan

3. Iritasi dan nyeri di sekitar kepala penis atau kulup

4. Bagian kulit penis akan tampak ruam, terasa gatal, adanya bau yang sangat tidak
menyenangkan terasa sakit ketika buang air kecil

Tatalaksana dan edukasi


Pengobatan dan perawatan yang dilakukan untuk menyembuhkan penyakit balanitis
tergantung pada penyebab terjadinya penyakit balanitis tersebut. Untuk mengatasi penyakit
balanitis yang disebabkan oleh jamur, secara umum pengobatan yang diambil adalah pemberian
krim atau tablet anti jamur. Sementara itu, untuk mengatasi penyakit balanitis yang disebabkan
oleh bakteri dan infeksi menular seksual, hal tersebut bisa diatasi dengan memberikan obat
obatan anti biotik, dan memberikan krim steroid jika adanya penyakit balanitis disebabkan oleh
iritasi. Bebeberapa hal ini patut diperhatikan jika penyakit balanitis sedang terjadi, seperti
menghindari sabun saat terjadi inflamasi, sebaiknya untuk membersihkan area penis bisa
menggunakan krim pelembab atau salep. Gunakan air hangat untuk membersihkan penis,
kemudian keringkan dengan lembut.

ANMAL

a. Bagaimana histologi dari genitalia eksterna pria?

b. Apa saja etiologi dari nyeri dan kemerahan pada kepala kemaluan dan preputiumnya?

iritasi pada kulit, infeksi jamur

c. Bagaimana mekanisme dari nyeri dan kemerahan pada kepala kemaluan dan
preputiumnya?

Seks bebas dan belum sirkumsisi -> rentan terkena infeksi pada genitalia eksterna ->
balanopostitis -> timbul tanda-tanda inflamasi (nyeri dan kemerahan pada glans penis
dan preputium)

d. Apa saja etiologi dari preputiumnya mengeluarkan nanah?

Terjadi infeksi pada preputium -> inflammasi -> suatu cairan hasil proses peradangan
yang terbentuk dari sel-sel leukosit adalah pus.

Pus juga merupakan suatu campuran neutrofil dan bakteri (yang hidup, dalam proses
mati, dan yang mati), debris seluler, dan gelembung minyak. Infeksi bakteri sering
menyebabkan konsentrasi neutrofil lebih tinggi di dalam jaringan dan banyak dari sel ini
mati serta membebaskan enzim-enzim hidrolisis

e. Etiologi
1) Terjadinya fimosis pada anak-anak masih normal dikarenakan:
- Ujung preputium terlalu sempit untuk melewati glans
- Saat lahir, permukaan dalam preputium dan glans penis memiliki epitel mukosa
yang masih bersatu. Seiring pertumbuhan epitel ini memisah dengan sendirinya
(deskuamasi).
2) Pada fimosis yang patologis penyebab dapat bervariasi, umumnya disebabkan oleh
infeksi (postitis, balanitis, balanopostitis). Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya infeksi.
3) Fimosis dapat terjadi jika prenulum terlalu pendek sehingga preputium tidak retraktil
secara sempurna (frenulum breve)
4) Lichen Sclerosis, penyakit yang penyebabnya tidak diketahui, yang menyebabkan
jaringan indurasi yang melingkar dan berwarna keputih di sekitar ujung preputium.
Jaringan kaku ini menyebabkan preputium tidak retraktil.

f. Patogenesis & patofisiologi

Fimosis patologis terjadi bila preputium kaku dan tidak dapat diretraksi, hal ini
disebabkan infeksi kronik seperti balanitis, postitis, balanopostitis. Fimosis terjadi
awalnya karena infeksi pada preputium. Infeksi menyebar dan menyebabkan preputium
untuk membengkak. Preputium membengkak dan menyempit yang menyebabkan
preputium tidak dapat ditarik ke menjauhi glans penis.
Fimosis ini umumnya terjadi karena infeksi, sering dihubungkan dengan hygiene
yang kurang. Mikroorganisme akan berkembang dibawah preputium. Jaringan yang
luka akan mengalami proses penyembuhan lalu eksaserbasi kemudia sembuh lagi. Pada
akhirnya jaringan akan mengalami fibrosis, jaringan menjadi tidak elastis.
g. Pemeriksaan penunjang

- swab

- urynalisis

- kultur

- biopsy

h. Tatalaksana

1. Penatalaksanaan medis
a. Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan salep
dexamethasone 0,1% yang dioleskan 3-4 kali sehari dan diharapkan setelah 6 minggu
pemberian prepusium dapat diretraksi spontan.

b. Dengan tindakan sirkumsisi, apabila fimosis sampai menimbulkan gangguan


miksi pada klien. Dengan bertambahnya usia, fimosis akan hilang dengan sendirinya.

2. Prinsip terapi dan manajemen keperawatan

a. Perawatan rutin pra bedah.

1)Menjagakebersihanbagianalatkelaminuntukmencegahadanyakumanataubakterid
enganairhangatdansabnmandi.
2) Penis harus dibersihkan secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan
sendiri berbaring seperti popok yang basah dalam waktu yang lama.

b. Perawatan pasca bedah

1) Setelah dilakukan pembedahan, akan menimbulkan komplikasi salah satunya


perdarahan. Untuk mengatasinya, dengan mengganti balutan apabila basah dan
dibersihkan dengan kain/lap yang berguna untuk mendorong terjadinya
penyembuhan.

2) Menggantipopokapabilabasahterkenaairkencing.

3) Mengajarkanorangtuatentangpersonalhygieneyangbaikbagianak.

4)Membersihkandaerahlukasetiapharidengansabundanairsertamenerpkanprinsippr
otektif.

Anda mungkin juga menyukai