Anda di halaman 1dari 17

Referat

CERVICAL MUSCLE SPASME

Oleh
Mohammad Riedho Cahya Atazsu, S.Ked
04054821517139

Pembimbing
dr. Nyimas Fatimah, Sp.KFR

BAGIAN/DEPARTEMEN KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2016

HALAMAN PENGESAHAN

Referat dengan judul:

Cervical Muscle Spasme

oleh
Mohammad Riedho Cahya Atazsu, S.Ked
04054821517139

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian/Departemen Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Palembang, 1 Februari 2016

dr. Nyimas Fatimah, Sp.KFR

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan referat ini yang berjudul Cervical Muscle Spasme. Referat ini disusun sebagai
salah satu tugas persyaratan kelulusan kepaniteraan klinik senior Bagian Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nyimas Fatimah, SpKFR
sebagai pembimbing dalam pembuatan referat ini. Tidak lupa terima kasih juga penulis
sampaikan kepada dokter-dokter pembimbing di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
atas bimbingan yang saya dapat selama kepaniteraan klinik ini.
Saya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu diharapkan bantuan dari dokter
pembimbing serta rekan-rekan mahasiswa untuk memberikan saran dan masukan yang
berguna bagi penulis.
Lepas dari segala kekurangan yang ada, saya berharap semoga referat ini membawa
manfaat bagi kita semua.

Palembang, 1 Februari 2016

Penulis

I. Latar Belakang
Tulang belakang terdiri dari tiga bagian utama: serviks (leher), toraks (tengah
belakang) dan lumbal (punggung). Tulang belakang leher adalah bagian dari tulang
belakang yang bertanggung jawab untuk memutar kepala dan leher, selain
memberikan kestabilan dan dukungan untuk menghubungkan struktur otak dengan
sisa dari sistem saraf pusat di tulang belakang.
Sistem otot tulang belakang berukuran besar dan kompleks, setiap area tulang
belakang memiliki kelompok otot yang berfungsi untuk mendukung, bergerak dan
menstabilkan. Otot-otot tulang belakang bekerja sama dengan ligamen untuk
memberikan gerakan, stabilitas, dan dukungan postural ke tulang belakang. Mereka
dapat dikategorikan menurut fungsi mereka. Empat kategori dasar fleksor, ekstensor,
fleksor lateral dan rotator. Iritasi atau cedera dari struktur tulang belakang dapat
menghasilkan kejang dan nyeri pada otot tulang belakang leher.

II. Anatomi
Leher dimana banyak terdapat jaringan yang bisa menjadi sumber nyeri.
Biasanya rasa nyeri berasal dari jaringan lunak atau ligamen, akar saraf, faset
artikular, kapsul, otot serta duramater. Nyeri bisa diakibatkan oleh proses degeneratif,
infeksi/inflamasi, iritasi dan trauma. Selain itu perlu juga diperhatikan adanya nyeri
alih dari organ atau jaringan lain yang merupakan distribusi dermatom yang
dipersarafi oleh saraf cervikal.

Gambar 1. Gambar Dermatom


Radiks anterior dan posterior bergabung menjadi satu berkas di foramen
intervertebral dan disebut saraf spinal. Berkas serabut sensorik dari radiks posterior
disebut dermatom. Pada permukaan thorax dan abdomen, dermatom selapis demi
selapis sesuai dengan urutan radiks posterior pada segmen-segmen medula spinalis
C3-C4 dan T3-T12. Tetapi pada permukaan lengan dan tungkai, kawasan dermatom
tumpang tindih oleh karena berkas saraf spinal tidak langsung menuju ekstremitas
melainkan menyusun pleksus dan fasikulus terlebih dahulu baru kemudian menuju
lengan dan tungkai. Karena itulah penataan lamelar dermatom C5-T2 dan L2-S3
menjadi agak kabur.
Nyeri yang timbul pada vertebra cervikalis dirasakan di daerah leher dan
belakang kepala sekalipun rasa nyeri ini bisa di proyeksikan ke daerah bahu, lengan
atas, lengan bawah atau tangan. Rasa nyeri dipicu/diperberat dengan gerakan/posisi
leher tertentu dan akan disertai nyeri tekan serta keterbatasan gerakan leher.

III. Cervical Muscle Spasme


Kejang otot adalah kontraksi tiba-tiba dan tidak disadari berupa pengencangan
atau getaran dari otot. Sebuah kejang sering terjadi sebagai akibat dari trauma,
ketegangan, kelemahan, atau nyeri. Di tulang belakang leher, kejang otot dapat
menyebabkan gangguan pada pergerakan kepala untuk mengubah atau memindahkan
tanpa peringatan. Sebuah kejang otot leher yang terjadi cukup dekat dengan kabel
atau akar saraf tulang belakang dapat memberikan tekanan pada saraf-saraf penting.
Saraf tulang belakang leher memberikan sensasi dan kontrol motorik ke leher, bahu,
lengan, dan turun ke tangan.

IV. Penyebab
Kejang otot leher sering terjadi sebagai akibat dari rasa sakit, kelelahan
berlebihan. Penyebab umum dari kejang otot serviks meliputi:
- Ketegangan otot atau kelelahan
- Peningkatan aktivitas fisik
- Stres, dan memiliki otot yang tegang
- Respon obat tertentu
- Sebagai hasil dari patah tulang di tulang belakang leher
- Fibromyalgia
- Kondisi yang merosot atau memberikan tekanan pada diskus intervertebralis
- Trauma seperti kecelakaan kendaraan bermotor

V. Manifestasi Klinis
- Nyeri di leher atau punggung
- Kelemahan otot atau strain
- Kekakuan pada leher
- Nyeri atau kesulitan bergerak bahu atau lengan
- Sakit kepala
- Gerakan otot tak sadar
- Mati rasa atau kesemutan di bahu atau lengan

VI. Tingkat Keparahan


Ringan
Dalam kasus ringan istirahat, es dan obat mungkin cukup untuk mengurangi rasa
sakit. Banyak pasien akan melakukannya dengan baik dengan resimen ini. Terapi
fisik dianjurkan untuk mengembangkan serangkaian postural, peregangan dan latihan
penguatan untuk mencegah terulangnya cedera. Kembali ke aktivitas harus bertahap
untuk mencegah kembalinya gejala.
Sedang dan Berat
Jika masalah terus berlanjut, konsultasi dengan dokter Anda harus menjadi langkah
berikutnya. Dokter Anda akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan
kemungkinan penyebab gejala Anda, struktur yang terlibat, tingkat keparahan
kondisi, dan perawatan terbaik.

VII. Cara Penegakkan Diagnosis


Anamnesis
Dalam menanggapi keluhan tentang nyeri tengkuk perlu ditanyakan lebih
lanjut mengenai ada tidaknya penjalaran nyeri serta daerah-daerah kulit yang
parestetik/hipestetik. Biasanya pertanyaan yang harus diajukan untuk melakukan
anamnesa pada penderita dengan keluhan nyeri tengkuk ialah:
-

Apakah keluhan itu didahului dengan trauma atau tidak


Apakah datangnya mendadak atau perlahan-lahan
Mengenai waktu dan lamanya: sudah berapa lama sakitnya
Apakah sakitnya konstan atau intermiten
Apakah sakitnya menjadi lebih berat atau sama seperti waktu pertama

kali terjadi
Karakteristik sakitnya : apakah rasa terbakar, nyut-nyutan atau rasa

seperti ditusuk-tusuk
Lokasi sakitnya : apakah menjadi hebat jika berdiri, duduk atau

berbaring
Apakah sakitnya lebih berat kalau bergerak atau tidak bergerak
Apakah ada gangguan sensibilitas
Apakah ada gangguan fungsi BAB dan BAK
Apakah penderita mempunyai problem sebelumnya
Apakah ada keluarga penderita yang mempunyai keluhan yang sama
Apakah sakitnya bertambah jika berada dirumah, ditempat kerja atau

dimobil
Apakah akhir-akhir ini penderita mengalami stress fisik atau
emosional

Disamping pertanyaan-pertanyaan diatas, harus ditanyakan juga riwayat


kebiasaan penderita seperti : cara tidur, bekerja pada posisi yang menetap cukup lama
dan lain-lain.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umumnya diperlukan untuk mengetahui penyakit penyerta
sedangkan pemeriksaan neurologis untuk mengetahui hal-hal yang lebih khusus.
Pemeriksaan neurologis berupa : fungsi motorik, lingkup gerak sendi,
sensorik, dan refleks.
Pemeriksaan khusus untuk nyeri tengkuk ini yaitu :
1.

Tes Naffziger

2.
3.
4.
5.

Tes Distraksi
Tes Kompresi
Tes Valsava
Tes Adson

1. Tes Provokasi
Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan dengan cara posisi leher
diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan tekanan ke
bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat nyeri radikuler ke arah
ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik
namun tidak sensitif guna mendeteksi adanya radikulopati servikal. Pada pasien yang
datang ketika dalam keadaan nyeri, dapat dilakukan distraksi servikal secara manual
dengan cara pasien dalam posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi leher secara
perlahan. Hasil dinyatakan positif apabila nyeri servikal berkurang.

Gambar 2. Tes Provokasi


2. Tes Distraksi Kepala
Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi terhadap
radiks syaraf. Hal ini dapat diperlihatkan bila kecurigaan iritasi radiks syaraf lebih
memberikan gejala dengan tes kompresi kepala walaupun penyebab lain belum dapat
disingkirkan.

Gambar 3. Tes Distraksi Kepala


3. Tindakan Valsava
Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses desak ruang di
kanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan di naikkannya tekanan intratekal
akan membangkitkan nyeri radikuler.
Nyeri syaraf ini sesuai dengan tingkat proses patologis dikanalis vertebralis bagian
cervical. Cara meningkatkan tekanan intratekal menurut Valsava ini adalah pasien
disuruh mengejan sewaktu ia menahan nafasnya. Hasil positif bila timbul nyeri
radikuler yang berpangkal di leher menjalar ke lengan.

Gambar 4. Tindakan Valsava


Pemeriksaan Penunjang
1.
Foto rontgen yang perlu dibuat harus mencakup foto dengan proyeksi
2.
3.
4.

anteroposterior, lateral, obique kanan dan kiri.


EMG
CT Scan
MRI

VIII. Penatalaksanaan
Prosedur yang dapat direkomendasikan untuk dilakukan selain terapi fisik mungkin
termasuk:
- REST dan ICE

- Splinting atau menguatkan daerah yang terkena


- Penggunaan OAINS (Obat Non steroid anti-inflamasi)
- Steroid injeksi untuk mengurangi peradangan
- Obat sakit untuk mengurangi ketidaknyamanan dan memungkinkan pasien untuk
melakukan latihan yang direkomendasikan
Medikamentosa: Analgetik , Muscle relaxant, Transquilizer, dan Neuroroborantia.
Intervensi Terapi Fisik
Terapis fisik yang profesional, dididik dan dilatih untuk mengelola intervensi. Seperti
yang didefinisikan oleh The Guide to Physical Therapist Practice, intervensi adalah
penggunaan terampil dan tujuan dari metode terapi fisik dan teknik untuk
menghasilkan perubahan yang konsisten dengan diagnosis, prognosis dan pasien atau
tujuan klien.
Terapi fisik akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk menilai dan menentukan:
Pemeriksaan Spinal: dimana pasien dimasukkan melalui serangkaian gerakan dan
tes untuk menentukan penyebab paling mungkin dari kondisi tersebut.
Kekuatan: menolak pengujian dilakukan untuk menentukan apakah ada dikaitkan
kelemahan atau kekuatan ketidakseimbangan.
Fleksibilitas: otot-otot tegang dapat berkontribusi untuk mekanik miskin dan
kelemahan menciptakan ketidakseimbangan dan membuat satu lebih rentan terhadap
disc dan cedera kembali.
Analisis Postur, ADL dan teknis: membahas dan mengamati kegiatan yang mungkin
sudah mulai masalah. Pemeriksaan postur dinamis dan statis yang mungkin telah
menyebabkan atau memberikan kontribusi terhadap masalah punggung. Sebuah

tinjauan kegiatan Anda saat ini di rumah dan pekerjaan yang mungkin atau mungkin
tidak menyebabkan atau memperpanjang kondisi Anda saat ini.
Terapi fisik untuk kejang otot leher harus tetap konservatif di awal untuk menghindari
memperparah kondisi. Rancangan program Anda akan didasarkan pada struktur dan
penyebab gejala Anda. Suatu program tidak disesuaikan dengan masalah Anda bisa
memperburuk gejala.
Intervensi Terapi Fisik umum dalam pengobatan kejang otot leher meliputi:
Terapi Teknik Manual (MTT): tangan pada perawatan pijat jaringan lunak,
peregangan dan mobilisasi bersama oleh ahli terapi fisik untuk meningkatkan
keselarasan, mobilitas dan jangkauan gerak leher dan tulang belakang leher.
Penggunaan teknik mobilisasi juga membantu untuk memodulasi nyeri.
Latihan terapi (TE) termasuk peregangan dan latihan penguatan untuk
mengembalikan mobilitas sendi, berbagai gerakan, dan memperkuat otot-otot
dukungan punggung dan leher, menstabilkan dan mengurangi tempat tekanan pada
sendi tulang belakang, dan cakram.
Neuromuskuler

Re-education

(NMR)

untuk

memperbaiki

postur

tubuh,

memulihkan stabilitas, melatih pasien dalam tidur yang tepat, duduk dan mekanika
tubuh untuk melindungi tulang belakang terluka.
Modalitas termasuk penggunaan USG, stimulasi listrik, es, laser dingin, traksi dan
lain-lain untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan struktur tulang belakang.
Program rumah termasuk penguatan, peregangan dan latihan stabilisasi dan petunjuk
untuk membantu orang melakukan tugas-tugas sehari-hari dan maju ke tingkat
fungsional berikutnya.
Fisioterapi

Tujuan utama penatalaksanaan adalah reduksi dan resolusi nyeri, perbaikan


atau resolusi defisit neurologis dan mencegah komplikasi atau keterlibatan medulla
spinalis lebih lanjut.
1. Thermoterapi
Thermoterapi dapat juga digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri. Modalitas
terapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi servikal untuk relaksasi otot.
Kompres dingin dapat diberikan sebanyak 1-4 kali sehari selama 15-30 menit, atau
kompres panas/pemanasan selama 30 menit 2-3 kali sehari jika dengan kompres
dingin tidak dicapai hasil yang memuaskan. Pilihan antara modalitas panas atau
dingin sangatlah pragmatik tergantung persepsi pasien terhadap pengurangan nyeri.

Gambar 7. Thermoterapi
2. Latihan
Berbagai modalitas dapat diberikan pada penanganan nyeri leher. Latihan bisa
dimulai pada akhir minggu I. Latihan mobilisasi leher kearah anterior, latihan
mengangkat bahu atau penguatan otot banyak membantu proses penyembuhan nyeri.

Hindari gerakan ekstensi maupun flexi. Pengurangan nyeri dapat diakibatkan oleh
spasme otot dapat ditanggulangi dengan melakukan pijatan.
Operasi
Tindakan operatif lebih banyak ditujukan pada keadaan yang disebabkan
kompresi terhadap radiks saraf atau pada penyakit medula spinalis yang berkembang
lambat serta melibatkan tungkai dan lengan. Pada penanggulangan kompresi tentunya
harus dibuktikan dengan adanya keterlibatan neurologis serta tidak memberikan
respon dengan terapi medikamentosa biasa.
Larangan
Menghindari bekerja dengan kepala terlalu turun atau satu posisi dalam waktu yang
lama, pegangan dan posisi yang sering berulang.
Saran
Untuk mencapai kondisi pemulihan pasien sehingga bisa secepatnya kembali bekerja
adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan lingkungan kerja yang baik.
Untuk mencegah terjadinya nyeri tengkuk ada beberapa nasehat yang bermanfaat:

Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu santai, dagu
masuk, leher merasa kuat, longgar dan santai.

Tidur dengan bantal atau bantal Urethane.

Memelihara sendi otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang benar.

Pencegahan nyeri cervical ulangan yaitu dengan memperhatikan posisi saat


duduk, mengendarai kendaraan, dan posisi leher yang berkaitan dengan berbagai
pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.

IX. Prognosa
Kebanyakan fungsi penuh pasien yang sembuh dikarenakan mengikuti kursus
perawatan konservatif yang meliputi terapi fisik, obat-obatan dan atau suntikan.
Penting untuk diketahui bahwa setelah rasa sakit dan peradangan berkurang, dan
gerak dan kekuatan dikembalikan, pasien secara bertahap kembali ke aktivitas penuh.
Instruksi dalam kegiatan sehari-hari atau kinerja olahraga sangat membantu untuk
mengurangi suatu terulangnya kejang otot leher.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Angliadi LS, Sengkey L, Gessal J, Mogi J. Buku diktat Ilmu Kedokteran Fisik

2.

dan Rehabilitasi. 2006. Manado. Hal 50-54


Anonymous. Cervical Muscle Spasm. Cited: January, 28th 2016. Available

3.

from:http://bimaariotejo.wordpress.con/2009/05/31/cervical-musclespasm.pdf
Gerard A Malanga, MD. Cervical Muscle Spasm. Cited: January, 28th 2016.

4.

Available from http://emedicine.medscape.com/article/94118-clinical#showall


Anonymous. Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana pada Nyeri Servikal.
Cited:

January,

28th

2016.

Available

from:

http://www.fisioindonesia.com/f/8591-pendekatan-diagnosis-tatalaksana-nyeri5.

servikal.
Simon Carette, MD, MPhil. Cervical Muscle Spasm. Cited: January, 28th 2016.
Available from:http://enotes.tripod.com/cervical_muscle_spasm.pdf

Anda mungkin juga menyukai