Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
kembali
Apa penyebabnya?
kapsul sendi, yang menyebabkan kekakuan. Untuk alasan ini, penderita diabetes lebih
mungkinmemiliki kedua bahunya terpengaruh.
Perubahan hormon mungkin bertanggung jawab terhadap kejadian lebih tinggi di
antaraperempuan, khususnya karena prevalensi meningkat sekitar periode menopause.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa postur tubuh yang buruk, terutama
mengitari bahunya, dapat menyebabkan pemendekan salah satu ligamen bahu, yang
juga dapat menyebabkan kondisi ini. Juga, perpanjangan imobilitas (seperti setelah
patah tulang) dapat menyebabkan kondisi ini untuk berkembang.
somber : http://www.sportsinjuryclinic.net
DEFINISI
Frozen shoulder atau adhesive capsulitis mempunyai beberapa sebutan seperti
scapulohumeral periarthritis of duplay atau disebut juga sebagai check rein shoulder.
Adhesive capsulitis adalah suatu keadaan yang mempunyai karakteristik berupa nyeri
dan kekakuan yang disebabkan oleh kelainan intrinsik dan ekstrinsik sendi bahu.
Kekakuan tersebut menimbulkan keterbatasan gerak segara arah baik gerakan aktif
maupun pasif, dan sering dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan lebih sering pada
perempuan. Nyeri secara berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering tidak
dapat tidur pada sisi yang terkena. Gejala klinis dari frozen shoulder adalah nyeri pada
sendi bahu, berkurangnya LGS pada sendi bahu sehingga menyebabkan terjadi
penururunan kapasitas fungsional bahu dalam aktivitas pasien sehari-hari. Keadaan ini
pertama kali dikenali oleh Putnam dan kemudian oleh Codman.
Frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :
a.
Pain (Freezing) : ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak
sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir ampai 10-36
minggu.
b.
Stiffness (Frozen) : ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau
perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang di ikuti oleh
keterbatasan gerak scapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.
c.
Recovery (Thawing) : pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak
ada synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase
ini berakhir 6-24 bulan atau lebih.
Adapun berbagai macam gangguan yang ditimbulkan dari frozen shoulder adalah
sebagai berikut :
1.
Impairment.
Pada kasus frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva permasalahan yang ditimbulkan
antara lain adanya nyeri pada bahu, keterbatasan lingkup gerak sendi dan penurunan
kekuatan otot di sekitar bahu.
2.
Functional limitation.
Participation restriction.
Yaitu frozen yang diikuti trauma yang berarati pada bahu misal fraktur, dislokasi, luka
baker yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa tahun
sebelumnya.
ETIOLOGI
Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan
respon autoimmobization terhadap hasil hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun
penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi frozen shoulder, selain
dugaan adanya respon auto immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor
predisposisi lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus,
kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam
sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan
ekstra articular (cervical spondylisis, angina pectoris). De Palma (1973) melaporkan
bahwa setiap hambatan yang menghalangi gerak scapulohumeral/ scapulothoraxic
menyebabkan inaktifitas dari otot sehingga merupakan predisposisi terjadinya frozen
shoulder
Etiologi dari frozen shoulder masih belum diketahui dengan pasti. Adapun faktor
predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use,
cidera atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme,
penyakit kardiovaskuler, clinical depressiondan Parkinson (AAOS, 2000).
Menurut American Academy Of Orthopedic Surgeon (2000), teori yang mendasari
terjadinya frozen shoulder adalah sebagai berikut :
1. Teori hormonal
Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60 % pada wanita bersamaan dengan
datangnyamenopause.
2. Teori genetik
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya ada
beberapa kasus dimana kembar indentik pasti menderita pada saat yang sama.
3. Teori auto immun
diduga penyakit ini merupakan respon auto immun terhadap hasil-hasil rusaknya
jaringan lokal.
4.Teori postur
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan postur tegap menyebabkan
pemendekkan pada salah satu ligamen bahu.
Walaupun banyak peneliti sependapat bahwa immobilisasi merupakan faktor penting dari
penyebab frozen shoulder sendi glenohumeral. Ada beberapa kondisi predisposisi yang
lain, pertama usia pasien. Adhesive capsulitis tidak terjadi pada usia muda, tetapi sering
pada usia pertengahan. Kedua, refleks spasme otot penting dalam
perubahan fibroticprimer.
PATOLOGI
Patologinya dikarakteristikan dengan adanya kekakuan kapsul sendi oleh jaringan fibrous
yang padat dan selular. Berdasarkan susunan intra articular adhesion,
penebalan sinovialakan berlanjut ke keterbatasan articular cartilago. Berkurangnya
cairan sinovial pada sendi sehingga terjadi perubahan kekentalan cairan tersebut yang
menyebabkan penyusutan pada kapsul sendi, sehingga sifat ekstensibilitas pada kapsul
sendi berkurang dan akhirnya terjadi perlekatan. Tendinitis bicipitalis,
calcificperitendinitis, inflamasi rotator cuf, frkatur atau kelainan ekstra articular
seperti angina pectoris, cervical sponylosis, diabetes mellitus yang tidak
mendapatkan penanganan secara tepat maka kelama-lamaan akan menimbulkan
perlekatan atau dapat menyebabkan adhesive capsulitis. Adhesive capsulitis dapat
menyebabkan patologi jaringan yang menyebabkan nyeri dan menimbulkan spasme,
degenerasi juga dapat menyebabkan nyeri dan dapat menimbulkan spasme.
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalamnya
terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium, yang
berbentuk suatu kantong yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon
yang melintasi sendi, sinoviumtidak meluas melampaui permukaan sendi tetapi terlipat
sehingga memungkinkan gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang
sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening,
tidak membeku, tidak berwarna. Jumlah yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml).
Cairan sinovium juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan
sendi. Capsulitis adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuf, karena terjadi
peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul sendi dan
mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous dapat diperburuk akibat
terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi impingement yang terlalu lama.
Sindroma nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk diidentifikasi satu persatu bagian
secara detail. Guna memahami penyebab dan patologi sindroma nyeri bahu, maka dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Faktor Penyebab:
1) Faktor penyebab gerak dan fungsi, yang terkait dengan aktifitas gerak dan struktur
anatomi
glenohumeral dan perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan pada kapsul sendi
bagian posterior terjadi kontraktur, sehingga yang khas pada kasus ini rotasi internal
paling bebas, abduksi terbatas dan rotasi eksternal paling terbatas atau biasa disebut
pola kapsuler. Perubahan patologi tersebut merupakan respon terhadap rusaknya
jaringan lokal berupa inflamasi pada membran synovial dan kapsul sendi glenohumeral
yang membuat formasi adhesive (Thomson, 1991). Sehingga menyebabkan perlengketan
pada kapsul sendi dan terjadi peningkatan viskositas cairan sinovial sendi glenohumeral
dengan kapasitas volume hanya sebesar 5-10ml, yang pada sendi normal bisa mencapai
20-30m (Donatelli, 1989). Selanjutnya kapsul sendi glenohumeral menjadi mengkerut,
pada pemeriksaan gerak pasif ditemukan keterbatasan gerak pola kapsular dan firm end
feel dan inilah yang disebut frozen shoulder.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis menyatakan
bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap nyeri yang timbul
pada bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini sering timbul bila sendi
tidak digunakan terutama pada pasien yang apatis dan pasif atau dengan nilai ambang
nyeri yang rendah, di mana tidak tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai
lengannya pada posisi tergantung. Lengan yang imobil akan menyebabkan stasis vena
dan kongesti sekunder dan bersama-sama dengan vasospastik, anoksia akan
menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi, dan akhirnya reaksi fibrosis.
Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan bursa subdeltoid, adhesi
ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon subskapularis dan bisep, perlekatan
kapsul sendi.
Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan fibrinogen
membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut menyebabkan penjedalan dalam
darah dan membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi. Perlekatan pada sekitar
sendi inilah yang menyebabkan perlekatan satu sama lain sehingga menghambat full
ROM. Kapsulitis adhesiva pada bahu inilah yang disebut frozen shoulder.GAMBARAN
KLINIS
Biasanya memang penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta
gerakan sendi bahu yang terbatas ke segala arah, terutama gerakan abduksi dan elevasi,
sehingga mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat
intensitasnya dari hari ke hari. Bersamaan dengan hal ini terjadi gangguan lingkup gerak
sendi bahu. Penyembuhan terjadi lebih kurang selama 6 -12 bulan, di mana lingkup
gerak sendi akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya sedikit terjadi keterbatasan
gerak sendi bahu.
a. Nyeri
Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma, seringkali ringan, diikuti
sakit pada bahu dan lengan nyeri secara berangsur-angsur bertambah berat dan pasien
sering tidak dapat tidur pada sisi yang terkena. Setelah beberapa lama nyeri berkurang,
tetapi sementara itu kekakuan semakin terjadi, berlanjut terus selama 6-12 bulan setelah
nyeri menghilang. Secara berangsur-angsur pasien dapat bergerak kembali, tetapi tidak
lagi normal.
b. Keterbatasan Lingkup gerak sendi
terbatas pada gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab
keterbatasan.
Nyeri akan bertanbah pada penekanan dari tendon yang membentuk muskulotendineus
rotator cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya
mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff
lainnya.
c. Pemeriksaan penunjang
- Radiologi polos
- Arthrografi
- Bonescan
- MRI
- EMG
- Arthroscopi
- Laboratorium
DIAGNOSA BANDING
Kekakuan pasca trauma setelah setiap cedera bahu yang berat, kekakuan dapat
bertahan beberapa bulan. Pada mulanya kekurangan ini maksimal dan secara berangsurangsur berkurang, berbeda dengan pola bahu beku. Kondisi pembanding dari kondisi
Frozen shoulder yang diakibatkan capsulitis adhesiva antara lain: 1) Bursitis
subacromial, 2) Tendinitis bicipitalis 3) Lesi rotator cuf
PENATALAKSANAAN
Beberapa teknik terapi fisik untuk penderita penyakit ini antara lain :
1.
Mengurangi nyeri
Adanya gejala nyeri menunjukkan dalam keadaan tidak normal. Jaringan tersebut
merupakan sumber nyeri, keadaan yang tidak normal tadi memberikan iritasi kepada
reseptor nyeri. Stimulustadi selanjutnya akan dihantarkan oleh serabut C tanpa myelin
(nyeri tumpul, lamban, difuse) atau serabut A delta bermielin (nyeri tajam, cepat).
Panas yang diberikan akan memberikan efek sedative karena adanya kenaikan nilai
ambang nyeri.karena adanya vasodilatasi akan memperlancar pembuangan zat pain
producing substance.
b)
Nyeri bahu akan merangsang reaksi protektif dari tubuh berupa spasme otot- otot sekitar
bahu. Ini dimaksudkan untuk memfiksir sendi bahu agar tidak bergerak, yang selanjutnya
akan terhindar rasa nyeri. Reaksi spasme itu sendiri akan menghambat sistem peredaran
darah setempat yang mengakibatkan terhambatnya reorgnisasi jaringan dan pain
producing substance. Hal ini akan menambah nyeri, sehingga siklus yang tidak
menguntungkan, sel-sel abnormal yang menyebabkan bengkak dan nyeri oleh pengaruh
medan magnit yang ditimbukan oleh gelombang pulsa SWD, sel-sel abnormal dapat
dinormalkan.
Syarat-syarat untuk menentukan indikasi pemberian terapi dengan SWD:
1)
2)
3)
2.
Terapi Manipulasi
Terapi manipulasi adalah suatu gerakan pasif yang digerakkan dengan tiba- tiba,
amplitude kecil dan kecepatan yang tinggi, sehingga pasien tidak mampu menghentika
gerakan yang terjadi.
Tujuan mobilisasi sendi adalah untuk mengembalikan fungsi sendi normal dan tanpa
nyeri. Secara mekanis, tujuannya adalah untuk memperbaiki joint play movement dan
dengan demikian memperbaiki roll-gliding yang terjadi selama gerakan aktif. Terapi
manipulasi harus diakhiri apabila sendi telah mencapai LGS maksimal tanpa nyeri dan
pasien dapat melakukan gerakan aktif dengan normal.
Gerakan translasi (traksi dan gliding) dibagi menjadi tiga gradasi. Gradasi gerakan ini
ditentukan berdasarkan tingkat kekendoran (slack) sendi yang dirasakan fisioterapis saat
melakukan gerakan pasif seperti yang ditunjukkan pada Grade I. Grade
I traksi merupakan gerakan dengan amplitudo sangat kecil sehingga tidak sampai terasa
adanya geseran permukaan sendi. Kekuatan gaya tarik yang diberikan sebatas cukup
untuk menetralisir gaya kompresi yang bekerja pada sendi.
Kombinasi antara tegangan otot, gaya kohevisitas kedua permukaan sendi dan tekiri
atmosfer menghasilkan gaya kompresi pada sendi.
Grade II traksi dan gliding gerakan sampai terjadi slack taken up jaringan di sekitar
persendian meregang.
Grade III traksi dan gerakan sampai diperoleh slack taken up kemudian diberi gaya lebih
besar lagi sehingga jaringan di sekitar persendian teregang.
Traksi untuk memperbaiki luas gerak sendi:
Traksi mobilisasi grade III efektif untuk memperbaiki mobilitas sendi karena dapat
meregang (streatch) jaringan lunak sekitar persendian yang memendek. Traksimobilisasi dipertahamkan selama 7 detik atau lebih dengan kekuatan maksimal sesuai
dengan toleransi pasien. Antara duatraksi yang dilakukan, traksi tidak perlu dilepaskan
total keposisi awal melainkan cukup diturunkan kegrade II dan kemudian lakukan traksi
grade III lagi.
2.
Terapi Latihan.
Latihan aktif disini bertujuan untuk menjaga serta menambah lingkup gerak sendi
(LGS).Disini penulis memberikan latihan dengan menggunakan metode free active
exercise.Gerakan dilakukan oleh kekuatan otot penderita itu sendiri dengan tidak
menggunakan suatu bantuan dan tahanan yang berasal dari luar.Latihan ini bisa
dilakukan kapan pun dan dimana pun penderita berada.
b. Overhead pulley
Tujuan dari pemberian overhead pulley adalah untuk menambah lingkup gerak sendi dan
meningkatkan nilai kekuatan otot dengan bantuan alat ini. Dengan adanya gerakan yang
berulang-ulang maka akan terjadi penambahan lingkup gerak sendi serta menjaga dan
menambah kekuatan otot jika diberi beban.
c, Codman pendulum exercis.
Codman pendulumexercise dilakukan pada stadium akut.
1) Tujuan :
Untuk mencegah perlengketan pada sendi bahu dengan melakukan gerakan pasif sedini
mungkin yang dilakukan pasien secara aktif.
Gerakan pasif dilakukan untuk mempertahankan pergerakan pada sendi & mencegah
pelengketan permukaan sendi. Sedangkan pencegahan gerakan aktif adalah untuk
mencegah terjadinya kontraksi otot- otot rotator cuf & abductor bahu
2) Cara melakukan:
Pasien membungkukkan badan dan lengan yang sakit tergantung vertical. Posisi ini
menyebabkan lengan fleksi 90 pada bahu tanpa adanya kontraksi otot- otot deltoid
maupunrotator cuf. Gravitasi / gaya tarik bumi menyebabkan pemisahan permukaan
sendi glenohumeralsehingga kapsul sendi tersebut akan memanjang. Lutut pasien dalam
keadaan fleksi untuk mencegah timbulnya gangguan pada pinggang.
Pengobatan pada frozen shoulder sangat bervariasi sesuai dengan pengalaman klinik
dan sampai sekarang tidak ada terapi akurat. Terapi fisik baik dan menguntungkan
dengan dimulainya gerakan yang terarah dan benar.
Selama periode nyeri dapat dilakukan
1. Mengurangi/menghilangkan sakit dengan kompres es lokal
2. Medika mentosa dengan analgesik oral/NSAID
3. Gerakan lingkup gerak sendi pasif, yang lebih baik dilakukan daripada aktif
4. TENS
5. Mobilisasi dan manipulasi yang tepat dan benar
6. Pemanasan dengan alat diatermi.
7. Terapi latihan pendulum aktif dan pasif dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dan
memperbaiki fleksibilitas kapsul.
KOMPLIKASI
Pada kondisi frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva yang berat dan tidak dapat
mendapatkan penanganan yang tepat dalam jangka waktu yang lama, maka akan timbul
problematik yang lebih berat antara lain :
(1) Kekakuan sendi bahu
(2) Kecenderungan terjadinya penurunan kekuatan otot-otot bahu
(3) Potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu
(4) Atropi otot-otot sekitar sendi bahu