BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
penyakit yang dapat menyebabkan disabilitas dan keterbatasan aktifitas. Hal ini
ditandai dengan nyeri bahu dan keterbatasan ruang gerakan aktif dan pasif pada
penurunan volume intraartikular. Hal ini dihasilkan dari proses fibrosis dan
Tiga tulang pembentuk sendi bahu yaitu tulang klavikula, skapula, dan
humerus. Ada beberapa sendi yang terdapat pada bahu yaitu glenohumeral,
dan costovertebral. Terdapat dua sendi yang sangat berperan pada pergerakan bahu
Struktur-struktur yang membentuk bahu disebut juga sebgai rotator cuff. Otot-otot
Otot-otot pada rotator cuff sangat penting pada pergerakan bahu dan
menjaga stabilitas sendi glenohumeral. Otot ini bermulai dari scapula dan
menyambung ke humerus membuat seperti cuff atau manset pada sendi bahu.
Manset ini menjaga caput humeri di dalam fossa glenoid yang dangkal. Otot-otot
pada rotator cuff menjada “ball” dalam “socket” pada sendi glenohumeral dan
memberikan mobilitas dan kekuatan pada sendi shoulder. Terdapat dua bursa untuk
memberi bantalan dan melingungi dari akromion dan memungkinkan gerakan sendi
yang lancar.10
2.3 Epidemiologi
puncak pada dekade kelima dan keenam kehidupan. Frozen shoulder jarang terlihat
pada pasien di bawah usia 40 tahun. Wanita lebih sering terkena penyakit ini
6
daripada pria. Orang kembar memiliki risiko 2-3 kali lipat lebih tinggi begitu salah
satu dari mereka mengalami frozen shoulder. Tidak ada kecenderungan genetik
pada sisi kontralateral adalah 6% - 17% dalam 5 tahun. 11 Kekambuhan pada bahu
yang sama jarang terjadi. Tidak ada bukti dalam literatur bahwa subkelompok
shoulder dibandingkan dengan yang lain. Populasi yang rentan terkena adalah
2.4 Etiologi
dan Helbig et al menyatakan klasifikasi penyebab penyakit ini menjadi primer dan
sekunder untuk kasus yang terjadi secara spontan dan juga yang dihasilkan dari
trauma. Kasus idiopatik primer adalah yang paling umum dan yang paling tidak
mendalam pada kapsula sendi yang secara substansial berbeda dari perubahan yang
stimulus kritis hal ini masih belum dapat diidentifikasi, kombinasi host dan faktor
ekstrinsik dapat memicu frozen shoulder primer. Misalnya, pasien yang biasanya
berusia antara 40 dan 60 tahun dan berdasarkan insiden yang lebih besar kasus yang
terjadi secara bilateral daripada secara acak dipopulasi umum, dan mungkin
kesalahan posisi atau gerakan mekanik tubuh. Berbeda dengan tipe primer, frozen
seperti keterlibatan sistem saraf pusat, imobilisasi ekstremitas atas, trauma pada
lengan, kanker paru-paru atau infeksi, infark miokard, durasi infus intravena yang
lama, cervical disk disease, rheumatoid arthritis, atau diabetes mellitus. Untuk
frozen shoulder sekunder, Quigley berhipotesis bahwa trauma kecil atau sebuah
episode peradangan dapat menghasilkan rasa sakit, yang akhirnya mengarah kepada
2.5 Patofisiologi
glenohumeral, yang menjadi lebih ketat. Adhesi kapsula sendi untuk sendi itu
terbatas. Frozen shoulder telah dijelaskan oleh banyak penulis di masa lalu, dan
dikenal dengan jumlah nama yang hampir sama. Pada tahun 1872, kondisi ini
ketidakmampuan untuk tidur di sisi yang terkena karena rasa sakit yang parah dan
perlengketan kapsula ke caput humerus dengan bursa yang tidak terpengaruh. Dia
menyatakan bahwa hal ini dikarenakan proses inflamasi kronis. Teori ini kemudian
kontraktur. Mereka tidak menemukan jumlah signifikan sel inflamasi dan tidak ada
peradangan merupakan bagian dari patofisiologi atau fibrosis yang menjadi dasar
dijelaskan oleh gambaran makroskopik dari struktur anatomi yang terkena. Interval
rotator dan kapsul anterior adalah fokus dominan kelainan pada frozen shoulder
shoulder primer dan sekunder. Dalam kebanyakan kasus, frozen shoulder muncul
penyakit ini muncul berhubungan dengan adanya trauma pada bahu, seperti fraktur
humerus proksimal, cedera jaringan lunak, bursitis subacromial, dan operasi bahu.
Sebagian pasien memiliki tipe frozen shoulder sistemik. Diabetes mellitus, dengan
prevalensi 10% -20%, merupakan faktor risiko untuk terjadinya frozen shoulder.
Frozen shoulder pada pasien diabetes cenderung lebih parah dan lebih resisten
terhadap terapi, dan pasien ini memiliki risiko kekambuhan yang lebih besar.
Dupuytren, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme. Tidak ada bukti dalam literatur saat
Namun, karena jangkauan gerak dan anatomi tulangnya yang luas, ada risiko
Stabilitas terutama dijamin oleh unit rotator cuff, glenoid labrum, ligamen
glenohumeral, dan kapsula sendi. Ini adalah alasan bahwa kekakuan pada bahu
lebih disebabkan oleh masalah jaringan lunak daripada faktor-faktor lain, seperti
osteofit atau hilangnya kesesuaian fungsi beberapa penyusun sendi bahu. Bahu
yang sakit dengan mobilitas terbatas adalah manifestasi klinis umum. Evaluasi
gejala yang cermat melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk
masalah tendon biseps atau rotator cuff. Frozen shoulder ditandai dengan nyeri
bahu yang parah dan kehilangan gerakan aktif dan pasif ke segala arah. Secara
khusus, kehilangan rotasi eksternal biasanya muncul pada frozen shoulder. Pasien
mengalami kehilangan fungsi dalam aktivitas hidup sehari-hari dan kesulitan tidur
di sisi yang sakit. Otot deltoid dan supraspinatus mungkin atrofi karena tidak
digunakan, diikuti oleh infraspinatus, subscapularis, dan otot kecil teres. Sebagai
hasil dari tidak digunakan dan atrofi otot-otot ini, kinematika sendi akan berubah,
rotasi lateral dalam kaitannya dengan rotasi glenohumeral selama peningkatan bahu
pada tahap awal. Meskipun frozen shoulder tidak dapat dilihat pada X-ray,
tumor tulang. Frozen shoulder akibat fraktur atau pembedahan dapat diamati. Pada
MRI, penebalan kapsuler dan kontraksi reses aksilar dapat terjadi. Namun
pemeriksaan klinis dengan gambaran histologis spesimen biopsi kapsuler untuk tiga
tahap pertama. Penting untuk dicatat tahap-tahap ini lebih mewakili suatu rangkaian
dan pasif. Rasa sakit digambarkan sebagai sakit saat istirahat dan tajam
dengan gerakan dan biasanya lebih buruk di malam hari. Ruang geraknya
minggu sebelumnya. Rasa sakitnya lebih buruk saat malam hari. Tidak ada
.Tahap 3 [Frozen]: Tahap Ini terjadi pada 4-12 bulan. Rasa sakit secara
bertahap mereda dan hanya hadir pada kisaran gerakan berat atau ekstrim.
Tahap 4 [Thawing] : Tahap ini biasanya terjadi sejak 12 bulan setelah onset
2.7 Diagnosis
dan pemeriksaan fisik dan jika perlu dengan pemeriksaan penunjang. Pada
dalam tiga fase klinis, yaitu fase freezing, fase frozen, dan fase thawing. Fase
freezing ditandai oleh rasa sakit di bahu saat istirahat dan dengan gerakan. Nyeri
paling buruk di malam hari karena peregangan kapsul dan pasien sulit tidur. Pada
tahap ini, rasa sakit meningkat dan rentang gerakan berangsur-angsur berkurang.
Pembatasan dalam rotasi eksternal terjadi terlebih dahulu, diikuti oleh rotasi
internal dan perlengketan. Nyeri berkurang lebih menonjol pada fase frozen, dan
kekakuan adalah keluhan terbesar pasien pada tahap penyakit ini. Kegiatan harian
12
seperti menyikat rambut atau meraih sesuatu di lemari menjadi sulit. Rasa sakit di
malam hari perlahan mereda dan pasien memiliki lebih sedikit masalah tidur. Tahap
ini membutuhkan 4-12 bulan sebelum tahap akhir dimulai. Fase thawing ditandai
dengan tidak adanya rasa sakit dan peningkatan gerakan glenohumeral secara
bertahap selama 4-12 bulan. Pada akhirnya, pasien mendapatkan kembali fungsi
diagnosa frozen shoulder. Satu-satunya tanda yang ditemukan pada tahap awal
proses penyakit ini adalah rasa sakit yang dialami pada kisaran gerakan bahu.
Pasien dengan stadium awal mengalami nyeri pada palpasi anterior dan kapsul
dalam proses penyakit dapat juga ditemukan atrofi deltoid ringan karena otot ini
tidak digunakan begitu pula otot supra spinatus. Difus tenderness untuk palpasi di
Perpanjangan nyeri ini dapat sampai pada leher dan punggung bagian atas
disebabkan oleh bahu yang sakit. Penting untuk membedakan apakah telah terjadi
13
kehilangan kemampuan eksternal rotasi terjadi baik secara aktif maupun pasif. Jika
rotasi pasif eksternal penuh ada tetapi rotasi eksternal aktif tidak ada, kemungkinan
merupakan tes yang dapat diguanakn untuk mengevaluasi lingkup gerak sendi aktif
pasien. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan tangan
sisi kontralateral melewati belakang kepala. Pada Capsulitis adhesive pasien tidak
dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang
geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif, maka kemungkinan
kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan. Selain appley scratch ada
beberapa pemeriksaan untuk melihat ruang lingkup gerak sendi seperti neer test dan
biasa yang diminta. Seringkali ini mungkin dilaporkan sebagai normal, tetapi
juga dapat membantu menyingkirkan potensi lain penyebab frozen shoulder, seperti
radang sendi glenohumeral, kalsifikasi tendonitis, atau kelainan rotator cuff. MRI
Arthrografi tidak terlalu dibutuhkan untuk diagnosis adhesive capsulitis, tetapi jika
korakohumeralligamen.
2.8 Tatalaksana
2.8.1 Medikamentosa
pergerakan sendi dan mengurangi nyeri pada bahu. Biasanya pengobatan diawali
dengan pemberian NSAID dan pemberian panas pada lokasi nyeri, dilanjutkan
16
mengurangi nyeri.12
radiologis, bisa dengan fluoroskopi, USG, atau CT. Bantuan radiologis digunakan
untuk memastikan jarum masuk dengan tepat pada sendi bahu. Kortison injeksikan
pada sendi untuk menekan inflamasi yang terjadi pada kondisi ini. Kapsul bahu juga
dapat diregangkan dengan salin normal, kadang hingga terjadi rupture pada kapsul
untuk mengurangi nyeri dan hilangnya gerak karena kontraksi. Tindakan ini disebut
terapi tersebut. Apabila terapi-terapi ini tidak berhasil seorang dokter dapat
melepaskan perlengketan. Operasi dilakukan pada kasus yang cukup parah dan
muskuloskeletal akut. Demikian pula pada nyeri akut Capsulitis adhesive lebih baik
diberikan terapi dingin. Efek terapi ini diantaranya mengurangi spasme otot dan
aktivitas enzim destruktif (kolagenase) pada radang sendi . Adapun cara dan lama
o Kompres dingin
17
air lalu kompreskan pada bagian yang dimaksud. Lama: 20 menit, dapat diulang
o Masase es
Lama: 5-7 menit. Frekuensi dapat berulang kali dengan jarak waktu 10 menit.
a. Terapi panas
Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik dangkal maupun dalam, terjadi
oleh adanya produksi atau perpindahan panas. Pada umumnya reaksi fisiologis yang
dapat diterima sebagai dasar aplikasi terapi panas adalah bahwa panas akan
Panas mengurangi rasa nyeri dengan jalan meningkatkan nilai ambang nyeri
aliran darah, juga membantu resolusi infiltrat radang, edema, dan efek eksudasi. 9
Pada terapi panas dalam, panas diproduksi secara konversi dari energi listrik atau
suara ke energi panas didalam jaringan tubuh. Panas yang terjadi masuk kejaringan
tubuh kita yang lebih dalam, tidak hanya sampai jaringan dibawah kulit (subkutan).
diatas 17.000 Hz dengan daya tembus yang paling dalam diantara diatermi yang
lain. Gelombang suara ini selain memberikan efek panas/ termal, juga ada efek
nontermal/ mekanik/ mikromasase, oleh karena itu banyak digunakan pada kasus
perlekatan jaringan. Frekuensi yang dipakai untuk terapi adalah 0,8 dan 1 MHz.
Dosis terapi 0,5-4 watt/cm2, lama pemberian 5-10 menit, diberikan setiap hari atau
melalui daerah hampa udara. Menurut penelitian, medium kontak yang paling ideal
adalah gel. 12
digunakan arus listrik dengan frekuensi tinggi dengan panjang gelombang 11m
ini paling banyak diserap jaringan dibawah kulit dan otot yang terletak di
permukaan.
kronis, dan sering digunakan untuk meredakan nyeri pada Capsulitis adhesive.
masih lebih banyak bersifat seni dan subyektif. Namun peletakkan elektrode harus
elektroda yang biasa dipilih yaitu: daerah paling nyeri, dermatom saraf tepi, motor
abduksi, elektrode aktif (negatif) ditempatkan pada tepi depan aksila dan elektroda
kedua diletakkan pada bahu atau diatas otot deltoid penderita. Pasien berdiri
dinding. Pada saat stimulasi, jari-jari tangan pasien diminta untuk berjalan ke atas
beberapa jam dan dapat dilakukan sendiri oleh penderita. Angka keberhasilan untuk
c. Latihan
Merupakan bagian yang terpenting dari terapi Capsulitis adhesive. Pada
awalnya latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu berat.
Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif dibantu. Rasa nyeri yang
timbul pada waktu sendi digerakkan baik secara pasif maupun aktif menentukan
saat dimulainya latihan gerak. Bila selama latihan pasif timbul rasa nyeri sebelum
20
akhir pergerakan sendi diduga masih fase akut sehingga latihan gerakan aktif tidak
diperbolehkan. Bila rasa nyeri terdapat pada akhir gerakan yang terbatas, berarti
masa akut sudah berkurang dan latihan secara aktif boleh dilakukan. Pada latihan
gerak yang menimbulkan/ menambah rasa nyeri, maka latihan harus ditunda karena
rasa nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan lingkup gerak sendi. Tetapi bila
gerakan pada latihan tidak menambah rasa nyeri maka kemungkinan besar terapi
latihan gerak akan berhasil dengan baik. Latihan gerak dengan menggunakan alat
seperti shoulder wheel , overhead pulleys, finger ladder, dan tongkat merupakan
A. B.
Bila penderita melakukan gerak abduksi pada saat berdiri tegak akan timbul raa
nyeri hebat. Tetapi bila dilakukan dengan pengaruh dari gravitasi dan otot
supraspinatus relaksasi maka gerakan tersebut terjadi tanpa disertai rasa nyeri. Pada
Tubuh dapat ditopang dengan meletakkan lengan satunya diatas meja atau
bangku, lengan digerakkan ke depan dan ke belakang pada bidang sagital (fleksi-
jarum jam. Pemberian beban pada latihan pendulum akan menyebabkan otot
Latihan dengan tongkat dapat berupa gerakan fleksi, abduksi, adduksi, dan
rotasi. Gerakan dapat dilakukan dalam posisi berdiri, duduk ataupun berbaring.
Finger ladder adalah alat bantu yang dapat memberikan bantuan secara
latihan lingkup gerak sendi dengan penuh. Perlu diperhatikan agar penderita
berlatih dengan posisi yang benar, jangan sampai penderita memiringkan tubuhnya,
berjinjit maupun melakukan elevasi kepala. Gerakan yang dapat dilakukan adalah
fleksi dan abduksi. Penderita berdiri menghadap dinding dengan ujung jari-jari
tangan sisi yang terkena menyentuh dinding. Lengan bergerak keatas dengan
Bila diajarkan dengan benar, sistem katrol sangat efektif untuk membantu
mencapai lingkup gerak sendi bahu dengan penuh. Peralatan: dua buah katrol
digantungkan pada tiang dengan seutas tali dihubungkan dengan kedua katrol
tersebut. Kedua ujung tali diberi alat agar tangan dapat menggenggam dengan baik.
Posisi penderita bisa duduk, berdiri atau berbaring terlentang dengan bahu terletak
dibawah katrol tersebut. Dengan menarik tali pada salah satu tali yang lain akan
terangkat. Sendi siku diusahakan tetap dalam posisi ekstensi dan penderita tidak
lahan. 9
24
memberi motivasi pada penderita untuk melakukan latihan lingkup gerak sendi
bahu secara aktif. Cara penggunaan alat yaitu penderita berdiri sedemikian rupa
sehingga aksis dari sendi bahu sama dengan aksis roda pemutar sehingga gerak
lengan sesuai dengan gerak putaran roda. Penderita tidak diharuskan menggerakkan
roda secara penuh, tetapi gerakan hanya dilakukan sebesar kemampuan gerakan
sendi bahunya. Harus pula diperhatikan pada waktu melakukan gerakan endorotasi
maupun eksorotasi bahu dalam posisi abduksi 90o dan siku fleksi 90o. Dengan
meletakkan siku pada aksis roda maka gerakan dapat dilakukan sampai pada