Pembimbing :
dr. R. Satrio Aji, Sp.OT (K)
Disusun oleh :
Dita Merry Diah Vanony 21804101049
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Fracture Clavicula”. Penulisan laporan kasus ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas
Penulis menyadari dengan adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sehingga referat ini dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada dr. R. Satrio Aji, Sp. OT (K) selaku pembimbing yang telah membantu dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan kasus ini, dan kepada semua pihak yang
Akhir kata dengan segala kekurangan yang penulis miliki, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga laporan kasus
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakan terutama untuk proses
(21804101049)
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Mengetahui anatomi klavikula, jenis fraktur klavikula, manifestasi klinis,
patofisiologi, tatalaksana, dan prognosanya.
1.4 Manfaat
- Manfaat Teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan pembaca
tentang anatomi klavikula, jenis fraktur klavikula, manifestasi klinis,
patofisiologi, tatalaksana, dan prognosanya.
- Manfaat Praktis
Penulisan ini dapat menjadi bahan rujukan bagi dokter klinisi dalam menangani
pasien saat praktek.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas
Nama Pasien (L/P) : Tn. S.W / L
TTL/Usia : 16-08-1966 / 52 th
Alamat : Ngajum
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Jawa
No. RM : 4719**
Tanggal Pemeriksaan : 27-05-2019
2.2. Anamnesis
1. Keluhan utama : Nyeri bahu kiri
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kepanjen dengan keluhan nyeri pada bahu
kiri, keluhan dialami setelah pasien mengalami kecelakaan akibat menghindari
kucing ketika akan berbelanja sayuran pada hari Sabtu pukul 12 malam. Pasien
mengaku mengendarai sepeda motor dan tidak mengenakan helm saat
kecelakaan terjadi. Pasien mengaku tidak ingat posisi jatuh dan tidak sadar
setelah terjadi kecelakaan. Pasien baru sadar ketika sudah berada di IGD
RSUD kanjuruan. Nyeri pada bahu dirasakan terus menerus, tidak menjalar,
memberat saat mengangkat bahu dan diperingan saat tidak menggerakkan
tangan. Pasien tidak merasakan rasa baal atau kebas di area bahu dan tangan
kanan serta masih bisa merasakan sentuhan. Pasien juga mengeluhkan sakit
kepala dan pasien tidak mengeluh demam.
3. Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat trauma sebelumnya tidak ditemukan
• Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya
6
5. Kepala
Bentuk normocephal, rambut tidak mudah dicabut, vulnus laseratum(-),
hematome(-).
6. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 3 mm, reflek
cahaya (+).
7. Telinga
Bentuk normotia, sekret (-/-), pendengaran berkurang (-/+).
8. Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas (-/-),
rhinorrheae (-), vulnus ekskoriasi (-)
9. Mulut dan tenggorokan
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-), tonsil membesar (-), pharing
hiperemis (-).
10. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-).
11. Thorax
bentuk simetris, retraksi supraklavikula (-), retraksi interkostal(-), retraksi
subkostal(-), hematoma (-), jejas (-), nyeri tekan (-)
1) Cor :
I : sianosis (-), iktus kordis tidak tampak
Pa : Iktus kordis teraba pada ICS V2 cm lateral LMCS, Pulsus perifer
normal
Pe : batas jantung-paru normal
A : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-), gallop (-)
2) Pulmo : statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan dan kiri simetris, benjolan (-), luka (-),
hematoma (-)
Pa : nyeri tekan (-), krepitasi (-), flail chest (-)
Pe : sonor, batas jantung-paru normal, batas paru-hepar normal
A : vesikuler normal, suara tambahan (-)
8
Rhonki Wheezing
- - - -
- - - -
- - - -
12. Abdomen
I : datar, distended(-), darm countur (-), darm steifung (-), jejas (-), scar (-)
A : bising usus (+) normal, bruit (-)
Pe : timpani, tapping pain (-)
Pa :soufel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, shifting dullnes(-),
undulasi (-)
13. Ekstremitas
Status Lokalis Shoulder Sinistra
• Look : bekas luka (-), luka kotor (-), bone expose (-), deformitas (+)→
shortening (-), angulasi (-), oedem (+), sianosis pada lesi (-).
• Feel : Nyeri tekan setempat (+), krepitasi tidak dapat dinilai, oedem
(+), sensibilitas (+), pulsasi arteri (+), kalor (-), NVD (neurovaskuler
disturbance) (-), capileri refil time (+) normal.
• Move : gerakan aktif dan pasif masih dapat dilakukan tetapi terhambat
karena terasa nyeri saat digerakkan. ROM terbatas nyeri, false of
movement (tidak dapat dievaluasi karena nyeri).
14. Genitalia
Tidak dievaluasi
9
2.4. Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Kepanjen dengan keluhan nyeri pada bahu kiri,
keluhan dialami setelah pasien mengalami kecelakaan akibat menghindari kucing
ketika akan berbelanja sayuran pada hari Sabtu pukul 12 malam. Pasien mengaku
mengendarai sepeda motor dan tidak mengenakan helm saat kecelakaan terjadi.
Pasien mengaku tidak ingat posisi jatuh dan tidak sadar setelah terjadi kecelakaan.
Pasien baru sadar ketika sudah berada di IGD RSUD kanjuruan. Nyeri pada bahu
dirasakan terus menerus, tidak menjalar, memberat saat mengangkat tangan dan
diperingan saat tidak menggerakkan tangan. Pasien tidak merasakan rasa baal atau
kebas di area bahu dan tangan kanan serta masih bisa merasakan sentuhan. Pasien
juga mengeluhkan sakit kepala dan pasien tidak mengeluh demam. Chepalgia (+),
Mual (+).
Pada pemeriksaan general didapatkan hasil normal. Pemeriksaan status
lokalis didapatan nyeri tekan shoulder sinistra (+), Odema (+), krepitasi tidak
dapat dinilai, sensibilitas (+), pulsasi arteri (+). Gerakan aktif dan pasif masih
dapat dilakukan tetapi terhambat karena terasa nyeri saat digerakkan. ROM
terbatas nyeri, false of movement (tidak dapat dievaluasi karena nyeri).
2.5. Working Diagnosa
• Suspect fraktur klavikula sinistra tertutup.
• CKR 456
2.6. Diagnosa Banding (DDX)
• Fraktur Klavikula
• Rotator cuff injury
• Fraktur Skapula
• Dislokasi sendi bahu
2.7. Planning Diagnosa
• Darah lengkap
• Kimia klinik
• PTT
• APTT
• HbSag
• X-ray
10
• Ct scan kepala
2.8. Planning Terapi
1. Terapi Konservatif
Immobilisasi: arm sling
2. Terapi Farmakologis
- Infus Ringer laktat 20 tpm
- Ketorolac inj. 3x30 gr
- Ranitidin 50 mg 2x1
- Novalgin 3x1 gram
3. Terapi operatif
- Open Reduction Internal Fixation
2.9. Prognosis
dubia at bonam
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Fraktur
3.1.1 Definisi Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Akibat trauma bergantung
pada jenis trauma, kekuatan, arahnya dan umur penderita.1
3.1.2 Penyebab Fraktur1
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
1. Peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan.
Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena,
jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat
mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu,
kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
2. Fraktur kelelahan atau tekanan
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal,
terutama pada atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya
oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget).
3.1.3 Klasifikasi Fraktur3
1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
- Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu :
• Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya
12
• Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan
• Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan
• Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartemen
- Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit, fraktur terbuka dibagi
menjadi tiga derajat, yaitu :
1. Derajat I
a) Luka kurang dari 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk
c) Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan
d) Kontaminasi ringan
2. Derajat II
a) Laserasi lebih dari 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
c) Fraktur komuniti sedang
3. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi
b. Tanda Umum
Tulang yang patah merupakan bagian dari pasien. Penting untuk mencari bukti
ada tidaknya:
• Syok atau perdarahan
• Kerusakan yang berhubungan dengan otak, medula spinalis, atau visera
• Penyebab predisposis (misalnya penyakit paget)
c. Tanda Lokal
• Look: pembengkakan, memar, deformitas, terdapat robekan kulit yang
berhubungan dengan fraktur
• Feel: nyeri tekan setempat, cedera pembuluh darah menyebabkan nadi tidak
teraba
• Move: krepitus dan gerakan abnormal, pasien dapat menggerakkan sendi
dibagian distal dari cedera
d. Pemeriksaan diagnostik pada pasien fraktur adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan rontgent: menentukan lokasi/ luasnya fraktur/ luasnya
trauma
b. Scan tulang, CT scan: memperlihatkan fraktur dan untuk
mengidentifikasi jaringan lunak
c. Hitung darah lengkap : Hb menurun/ meningkat
d. Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon stress normal setelah
trauma
e. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfuse multiple, atau cedera
3.1.5 Komplikasi Fraktur4
Komplikasi awal:
1) Kerusakan Arteri.
2) Kompartment Sindrom
3) Fat Embolism Syndrom
4) Infeksi
5) Avaskuler Nekrosis
16
Anatomi Ligamentum dari Klavikula Medial Hanya ada sedikit gerakan pada sendi
sternoklavikula dan struktur jaringan lunak yang menyokongnya tebal. Di sisi medial,
klavikula dan sternum dibatasi oleh kapsul sternoklavikula, penebalan kapsul bagian
posterior merupakan jaringan lunak yang terpenting yang membatasi bagian anterior
dan posterior dari klavikula. Ligamentum interklavikular yang berjalan dari ujung
medial klavikula pada aspek superior dari sternum di bagian sternal notch, dan
melekat pada ujung medial klavikula kontralateral. Ligamentum ini bekerja seperti
tension wire pada basis klavikula, yang mencegah terjadinya angulasi inferior atau
translasi dari klavikula. Selain itu, terdapat ligamentum besar yang berasal dari costa
pertama yang berinsersi di aspek inferior dari klavikula. Fossa rhomboideus, fossa
kecil yang terletak inferomedial merupakan tempat perlekatan dari ligamentum
tersebut, yang menahan translasi dari klavikula medial.6
Lateral Ligamentum korakoklavikular adalah trapezoid (lebih lateral) dan konoid
(lebih medial) merupakan ligamentum tebal yang berasal dari basis korakoid dan
berinsersi ke tonjolan kecil di inferior klavikula (trapezoid) dan tuberkulum konoid
klavikula (konoid). Ligamentum ini sangat kuat dan merupakan penahan utama untuk
terjadinya pergeseran ke superior dari klavikula lateral. Integritas ligamentum ini
merupakan penentu tindakan fiksasi yang akan dikerjakan pada fraktur 1/3 distal
klavikula displaced. Sering terdapat avulsi fragmen inferior bila terjadi fraktur pada
daerah ini, terutama pada pasien usia muda. Inklusi fragmen ini dalam fiksasi surgikal
akan menjamin stabilitas fiksasi. Kapsul sendi akromioklavikula menebal di bagian
superior dan berfungsi menahan pergeseran sendi ke antero-posterior. Sangatlah
penting untuk memperbaiki struktur ini, yang merupakan lapisan miofasial profunda,
18
saat melakukan pembedahan sisi lateral klavikula. Saat memasang fiksasi hook plate
untuk fraktur yang sangat distal, defek kecil dapat dibuat di aspek posterolateral
kapsul untuk insersi bagian hook ke ruang subakromial posterior.6
klavikula. Vena subklavia berjalan di bawah muskulus subklavius dan di atas costa
pertama, yang mudah diakses (untuk akses vena sentral) dan rentan terhadap trauma.
Arteri subklavia dan pleksus brakialis terletak lebih posterior, terpisah dari vena dan
klavikula oleh lapisan muskulus skalenus anterior di bagian medial. Pleksus terletak
paling dekat dengan klavikula pada bagian tengahnya, sehingga tidak dianjurkan
menggunakan bor, screw, atau instrumen lain pada subclavicular space.6
3.2.2 Epidemiologi
Menurut data epidemiologi pada orang dewasa insiden fraktur clavicula sekitar 40
kasus dari 100.000 orang, dengan perbandingan laki-laki perempuan adalah 2 : 1.
Fraktur pada midclavicula yang paling sering terjadi yaitu sekitar 85% dari semua
fraktur clavicula, sementara fraktur bagian distal sekitar 10% dan bagian proximal
sekitar 5%.Sekitar 2% sampai 5% dari semua jenis fraktur merupakan fraktur
clavicula. Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon, frekuensi fraktur
clavicula sekitar 1 kasus dari 1000 orang dalam satu tahun. Fraktur clavicula juga
merupakan kasus trauma pada kasus obstetrik dengan prevalensi 1 kasus dari 213
kasus kelahiran anak yang hidup.8
Secara umum fraktur klavikula diklasifiksikan menjadi tiga tipe, yaitu fraktur
pada sepertiga tengah klavikula (insiden kejadian 75% hingga 80%). Pada daerah ini
tulang lemah dan tipis dan umumnya terjadi pada pasien muda dengan kecelakaan
akibat sepeda, spedamotor, atau kendaraan lainnya. Fraktur distal insiden kejadiannya
sebesar 15%. Sedangkan Fraktur sepertiga proksimal sebesar 5% dan biasanya
berhubungan dengan neurovaskuler.7
3.2.3 Patofisiologi Mekanisme Trauma Fraktur Klavikula
Mekanisme terjadinya trauma pada klavikula dapat diawali oleh beberapa sebab
diantaranya yaitu pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan sepeda, trauma
olahraga, maupun beberapa penyebab lainnya. Saat terjadi kompresi yang keras baik
karena pukulan ataupun energi tekan yang tinggi terhadap bahu datang mengenai
lateral dari bahu, maka bagian yang fraktur akan tertarik sesuai dengan otot yang
menempel pada klavikula. Selain itu karena posisinya tepat di bawah kulit makan
tulang ini rawan sekali patah. Terdapat tiga faktor penyebab patahnya klavikula yaitu
berdasarkan arah jatuhnya, gravitasi, dan gaya tarik oleh otot –otot yang menempel
20
3.2.4 Klasifikasi
2. CT Scan
Mungkin berguna, terutama pada fraktur 1/3 medial, untuk membedakan
dislokasisternoklavikular dari epifisis atau pada fraktur 1/3 lateral untuk
mengidentifikasi keterlibatan artikuler.
24
mobilisasi dalam batas nyeri yang dapat diterima. Fraktur klavikula 1/3 distal
displaced berhubungan dengan robeknya ligamentum korakoklavikula dan
merupakan injuri yang tidak stabil. Banyak studi menyebutkan fraktur ini
mempunyai tingkat non-union yang tinggi bila ditatalaksana secara non operatif.
Pembedahan untuk stabilisasi fraktur sering direkomendasikan.1 Teknik operasi
menggunakan plate dan screw korakoklavikular, fiksasi plat hook, penjahitan dan
sling techniques dengan graft ligamen Dacron dan yang terbaru adalah locking plates
klavikula.6
yang mempengaruhi non union ini termasuk, keparahan trauma awal, luasnya
pergeseran dari fragmen fraktur, interposisi soft tissue, refraktur, periode
immobilisasi yang tidak adekuat, ORIF (Open redukction and internal fixation)
primer.
- Malunion
Malunion merupakan keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau miring. Komplikasi seperti ini
dapat dicegah dalam melakukan analisis yang cermat sewaktu melakukan reduksi
dan mempertahankan reduksi itu sebaik mungkin terutama pada masa awal periode
penyembuhan. Fragmen-fragmen tulang yang patah dan bergeser setelah reduksi
28
BAB IV
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien di
diagnosa dengan Fraktur Tertutup Clavikula Sinistra dengan CKR 456
5. 2 Saran
Perlu menyampaikan ke keluarga pasien tentang Fraktur Tertutup Clavikula
Sinistra dan CKR 456 dari manifestasi klinis yang terkait, penatalaksanaan dan
follow up untuk mengembalikan fungsi organ seperti semula.
30
Daftar Pustaka