Anda di halaman 1dari 30

1

Laporan Kasus Orthopedi

Suspect Fracture Clacicula Sinistra

Pembimbing :
dr. R. Satrio Aji, Sp.OT (K)

Disusun oleh :
Dita Merry Diah Vanony 21804101049

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


LABORATORIUM ILMU BEDAH SYARAF
RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul

“Fracture Clavicula”. Penulisan laporan kasus ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas

kepaniteraan klinik bagian Ilmu Bedah di RSUD Kanjuruhan.

Penulis menyadari dengan adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak

sehingga referat ini dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –

besarnya kepada dr. R. Satrio Aji, Sp. OT (K) selaku pembimbing yang telah membantu dan

memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan kasus ini, dan kepada semua pihak yang

turut serta membantu penyusunan laporan kasus ini.

Akhir kata dengan segala kekurangan yang penulis miliki, segala saran dan kritik yang

bersifat membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga laporan kasus

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakan terutama untuk proses

kemajuan pendidikan selanjutnya.

Kepanjen, 21 Juni 2019

Dita Merry Diah Vanony

(21804101049)
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang baik total maupun sebagian yang
dapat disebabkan salah satunya yaitu adanya trauma. Trauma muskuloskeletal dapat
berupa vulnus (luka), perdarahan, memar (kontusio), regangan (sprain), putus atau
robekan (avulsi atau rupture), gangguan pembuluh darah dan gangguan
saraf.Fraktur terbagi menjadi dua jenis yaitu fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Fraktur tertutup adalah fraktur dengan kulit yang utuh dan tidak ada tanda
komplikasi.1
Fraktur klavikula adalah fraktur yang biasanya terjadi pada dengan angka
kejadian sekitar 4 hingga 10% pada kejadian fraktur orang dewasa dan 35-40% dari
jumlah seluruh fraktur pada daerah bahu. Lokasi patah tulang pada klavikula
diklasifikasikanmenjadi 3 kelompok yaitu, patah tulang pada sepertiga tengah
tulang klavikula (insidensi kejadian 75-80%) terjadi karena pada daerah ini tulang
lemah dan tipis serta umumnya terjadi pada pasien yang muda, patah tulang
klavikula pada sepertiga distal (15-25%), patah tulang klavikula pada sepertiga
proksimal (5%).2
Pada beberapa studi kasus didapatkan bahwa fraktur pertengahan klavikula
walaupun bergeser secara signifikan, merupakan kasus yang ringan dengan
prognosis yang baik jika diterapi secara nonoperatif. Namun dalam kasus lainnya
juga dilakukan tindakan operasi pada fraktur klavikula.2
Pada kasus ini akan membahas mengenai fraktur klavikula 1/3 distal tertutup.
Pada laporan ini akan dibahas mengenai fraktur klavikula beserta penanganan yang
tepat. Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi tenaga kesehatan
dalam penanganan terhadap kasus fraktur klavikula.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah anatomi klavikula, jenis fraktur klavikula, manifestasi klinis,
patofisiologi, tatalaksana, dan prognosanya?
4

1.3 Tujuan
Mengetahui anatomi klavikula, jenis fraktur klavikula, manifestasi klinis,
patofisiologi, tatalaksana, dan prognosanya.

1.4 Manfaat
- Manfaat Teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan pembaca
tentang anatomi klavikula, jenis fraktur klavikula, manifestasi klinis,
patofisiologi, tatalaksana, dan prognosanya.
- Manfaat Praktis
Penulisan ini dapat menjadi bahan rujukan bagi dokter klinisi dalam menangani
pasien saat praktek.
5

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1. Identitas
Nama Pasien (L/P) : Tn. S.W / L
TTL/Usia : 16-08-1966 / 52 th
Alamat : Ngajum
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Jawa
No. RM : 4719**
Tanggal Pemeriksaan : 27-05-2019
2.2. Anamnesis
1. Keluhan utama : Nyeri bahu kiri
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kepanjen dengan keluhan nyeri pada bahu
kiri, keluhan dialami setelah pasien mengalami kecelakaan akibat menghindari
kucing ketika akan berbelanja sayuran pada hari Sabtu pukul 12 malam. Pasien
mengaku mengendarai sepeda motor dan tidak mengenakan helm saat
kecelakaan terjadi. Pasien mengaku tidak ingat posisi jatuh dan tidak sadar
setelah terjadi kecelakaan. Pasien baru sadar ketika sudah berada di IGD
RSUD kanjuruan. Nyeri pada bahu dirasakan terus menerus, tidak menjalar,
memberat saat mengangkat bahu dan diperingan saat tidak menggerakkan
tangan. Pasien tidak merasakan rasa baal atau kebas di area bahu dan tangan
kanan serta masih bisa merasakan sentuhan. Pasien juga mengeluhkan sakit
kepala dan pasien tidak mengeluh demam.
3. Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat trauma sebelumnya tidak ditemukan
• Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya
6

• Riwayat diabetes : tidak ada


• Riwayat penyakit jantung: tidak ada
• Riwayat penyakit paru : tidak ada
• Riwayat hipertensi : tidak ada
• Riwayat sesak nafas : tidak ada
4. Riwayat pengobatan : tidak pernah melakukan pengobatan sebelumnya
5. Riwayat Penyakit Keluarga
• Trauma (-)
• Operasi (-)
• DM (-)
• Hipertensi (-)
6. Riwayat Kebiasaan
• Makan : 3 kali sehari.
• Alkohol : (-)
• Olahraga : (-)
• Merokok : sehari 6 batang-1 pack
7. Riwayat alergi : (-)
8. Riwayat sosial ekonomi : menengah kebawah

2.3. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Compos mentis, GCS 456
3. Tanda Vital
Tekanan darah: 121/76 mmHg
Nadi : 54 x / menit
Pernafasan : 20 x /menit
Suhu : 37,1 oC
4. Kulit
Warna kulit kuning sawo matang, turgor kulit normal, ikterik (-), pucat(-),
ptechie (-), pigmentasi kulit (-)
7

5. Kepala
Bentuk normocephal, rambut tidak mudah dicabut, vulnus laseratum(-),
hematome(-).
6. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 3 mm, reflek
cahaya (+).
7. Telinga
Bentuk normotia, sekret (-/-), pendengaran berkurang (-/+).
8. Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas (-/-),
rhinorrheae (-), vulnus ekskoriasi (-)
9. Mulut dan tenggorokan
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-), tonsil membesar (-), pharing
hiperemis (-).
10. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-).
11. Thorax
bentuk simetris, retraksi supraklavikula (-), retraksi interkostal(-), retraksi
subkostal(-), hematoma (-), jejas (-), nyeri tekan (-)
1) Cor :
I : sianosis (-), iktus kordis tidak tampak
Pa : Iktus kordis teraba pada ICS V2 cm lateral LMCS, Pulsus perifer
normal
Pe : batas jantung-paru normal
A : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-), gallop (-)
2) Pulmo : statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan dan kiri simetris, benjolan (-), luka (-),
hematoma (-)
Pa : nyeri tekan (-), krepitasi (-), flail chest (-)
Pe : sonor, batas jantung-paru normal, batas paru-hepar normal
A : vesikuler normal, suara tambahan (-)
8

Rhonki Wheezing
- - - -
- - - -
- - - -

12. Abdomen
I : datar, distended(-), darm countur (-), darm steifung (-), jejas (-), scar (-)
A : bising usus (+) normal, bruit (-)
Pe : timpani, tapping pain (-)
Pa :soufel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, shifting dullnes(-),
undulasi (-)
13. Ekstremitas
Status Lokalis Shoulder Sinistra
• Look : bekas luka (-), luka kotor (-), bone expose (-), deformitas (+)→
shortening (-), angulasi (-), oedem (+), sianosis pada lesi (-).
• Feel : Nyeri tekan setempat (+), krepitasi tidak dapat dinilai, oedem
(+), sensibilitas (+), pulsasi arteri (+), kalor (-), NVD (neurovaskuler
disturbance) (-), capileri refil time (+) normal.
• Move : gerakan aktif dan pasif masih dapat dilakukan tetapi terhambat
karena terasa nyeri saat digerakkan. ROM terbatas nyeri, false of
movement (tidak dapat dievaluasi karena nyeri).

14. Genitalia
Tidak dievaluasi
9

2.4. Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Kepanjen dengan keluhan nyeri pada bahu kiri,
keluhan dialami setelah pasien mengalami kecelakaan akibat menghindari kucing
ketika akan berbelanja sayuran pada hari Sabtu pukul 12 malam. Pasien mengaku
mengendarai sepeda motor dan tidak mengenakan helm saat kecelakaan terjadi.
Pasien mengaku tidak ingat posisi jatuh dan tidak sadar setelah terjadi kecelakaan.
Pasien baru sadar ketika sudah berada di IGD RSUD kanjuruan. Nyeri pada bahu
dirasakan terus menerus, tidak menjalar, memberat saat mengangkat tangan dan
diperingan saat tidak menggerakkan tangan. Pasien tidak merasakan rasa baal atau
kebas di area bahu dan tangan kanan serta masih bisa merasakan sentuhan. Pasien
juga mengeluhkan sakit kepala dan pasien tidak mengeluh demam. Chepalgia (+),
Mual (+).
Pada pemeriksaan general didapatkan hasil normal. Pemeriksaan status
lokalis didapatan nyeri tekan shoulder sinistra (+), Odema (+), krepitasi tidak
dapat dinilai, sensibilitas (+), pulsasi arteri (+). Gerakan aktif dan pasif masih
dapat dilakukan tetapi terhambat karena terasa nyeri saat digerakkan. ROM
terbatas nyeri, false of movement (tidak dapat dievaluasi karena nyeri).
2.5. Working Diagnosa
• Suspect fraktur klavikula sinistra tertutup.
• CKR 456
2.6. Diagnosa Banding (DDX)
• Fraktur Klavikula
• Rotator cuff injury
• Fraktur Skapula
• Dislokasi sendi bahu
2.7. Planning Diagnosa
• Darah lengkap
• Kimia klinik
• PTT
• APTT
• HbSag
• X-ray
10

• Ct scan kepala
2.8. Planning Terapi
1. Terapi Konservatif
Immobilisasi: arm sling
2. Terapi Farmakologis
- Infus Ringer laktat 20 tpm
- Ketorolac inj. 3x30 gr
- Ranitidin 50 mg 2x1
- Novalgin 3x1 gram
3. Terapi operatif
- Open Reduction Internal Fixation
2.9. Prognosis
dubia at bonam
11

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Fraktur
3.1.1 Definisi Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Akibat trauma bergantung
pada jenis trauma, kekuatan, arahnya dan umur penderita.1
3.1.2 Penyebab Fraktur1
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
1. Peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan.
Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena,
jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat
mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu,
kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
2. Fraktur kelelahan atau tekanan
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal,
terutama pada atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya
oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget).
3.1.3 Klasifikasi Fraktur3
1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
- Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu :
• Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya
12

• Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan
• Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan
• Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartemen
- Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit, fraktur terbuka dibagi
menjadi tiga derajat, yaitu :
1. Derajat I
a) Luka kurang dari 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk
c) Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan
d) Kontaminasi ringan
2. Derajat II
a) Laserasi lebih dari 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
c) Fraktur komuniti sedang
3. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi

Gambar 3.1. Klasifikasi Fraktur Terbuka


13

2. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur:


a. Fraktur complete, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang.
b. Fraktur incomplete, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang.

3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma


1) Fraktur transversal : fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan
akibat trauma angulasi atau langsung
2) Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi
3) Fraktur spiral : fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi
4) Fraktur kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang kearah permukaan lain.
5) Fraktur avulsi : fraktur yang diakibatkan karena tarikan atau traksi otot pada
insersi nya pada tulang.

Gambar 3.2. Klasifikasi Garis Fraktur


14

4. Berdasarkan jumlah garis patah


1) Fraktur kominutif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
2) Fraktur segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan
3) Fraktur multiple : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang
A. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser) : garis patah lengkap tetapi kedua fragmen
tidak bergeser dan periostium masih utuh
B. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen, terbagi atas :
- Dislokasi ad longitudinem cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan
overlapping)
- Dislokasi ad axim( pergeseran yang membentuk sudut)
- Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menajauh)
6. Berdasarkan posisi fraktur :
1) 1/3 proksimal
2) 1/3 medial
3) 1/3 distal
7. Fraktur kelelahan : faktur akibat tekanan yang berulang- ulang
8. Fraktur patologis : fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

3.1.4 Penegakan Diagnosa Fraktur1


a. Anamnesa
• Umur pasien
• Mekanisme cidera
• Nyeri memar dan pembengkakakn
• Gejala cidera yang berkaitan: baal, hilang gerakan, kulit pucat atau sianosis,
darah dalam urine, nyeri perut, hilang kesadaran
• Cedera sebelumnya
15

b. Tanda Umum
Tulang yang patah merupakan bagian dari pasien. Penting untuk mencari bukti
ada tidaknya:
• Syok atau perdarahan
• Kerusakan yang berhubungan dengan otak, medula spinalis, atau visera
• Penyebab predisposis (misalnya penyakit paget)
c. Tanda Lokal
• Look: pembengkakan, memar, deformitas, terdapat robekan kulit yang
berhubungan dengan fraktur
• Feel: nyeri tekan setempat, cedera pembuluh darah menyebabkan nadi tidak
teraba
• Move: krepitus dan gerakan abnormal, pasien dapat menggerakkan sendi
dibagian distal dari cedera
d. Pemeriksaan diagnostik pada pasien fraktur adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan rontgent: menentukan lokasi/ luasnya fraktur/ luasnya
trauma
b. Scan tulang, CT scan: memperlihatkan fraktur dan untuk
mengidentifikasi jaringan lunak
c. Hitung darah lengkap : Hb menurun/ meningkat
d. Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon stress normal setelah
trauma
e. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfuse multiple, atau cedera
3.1.5 Komplikasi Fraktur4
Komplikasi awal:

1) Kerusakan Arteri.
2) Kompartment Sindrom
3) Fat Embolism Syndrom
4) Infeksi
5) Avaskuler Nekrosis
16

Komplikasi dalam waktu lama:


1) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi (bergabung)
sesuai dengan waktu yang di butuhkan tulang untuk menyambung.
2) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan.
3) Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang di tandai dengan perubahan
bentuk (deformitas).
3.2 Fraktur Klavikla
3.2.1 Anatomi dan Fisiologi Klavikula
Klavikula merupakan salah satu tulang yang termasuk kedalam jenis tulang yang
relatif kecil, melebar di bagian medial dan lateral yang berartikulasi dengan sternum
dan akromion. Klavikula medial berartikulasi dengan manubrium sternum pada sendi
sternoklavikularis, sedangkan pada bagian lateral berartikulasi dengan akromion
skapula. Klavikula ini memiliki dua kurva yaitu kurva besar membentuk bidamg
koronal sehingga memberi bentuk S pada tulang klavikula dan terdapat pula kurva
yang lebih halus5

Gambar 3.3 Potongan cross-sectional dan anatomi topografik dari klavikula


17

Gambar 3.4 Anatomi Tulang Klavikula

Anatomi Ligamentum dari Klavikula Medial Hanya ada sedikit gerakan pada sendi
sternoklavikula dan struktur jaringan lunak yang menyokongnya tebal. Di sisi medial,
klavikula dan sternum dibatasi oleh kapsul sternoklavikula, penebalan kapsul bagian
posterior merupakan jaringan lunak yang terpenting yang membatasi bagian anterior
dan posterior dari klavikula. Ligamentum interklavikular yang berjalan dari ujung
medial klavikula pada aspek superior dari sternum di bagian sternal notch, dan
melekat pada ujung medial klavikula kontralateral. Ligamentum ini bekerja seperti
tension wire pada basis klavikula, yang mencegah terjadinya angulasi inferior atau
translasi dari klavikula. Selain itu, terdapat ligamentum besar yang berasal dari costa
pertama yang berinsersi di aspek inferior dari klavikula. Fossa rhomboideus, fossa
kecil yang terletak inferomedial merupakan tempat perlekatan dari ligamentum
tersebut, yang menahan translasi dari klavikula medial.6
Lateral Ligamentum korakoklavikular adalah trapezoid (lebih lateral) dan konoid
(lebih medial) merupakan ligamentum tebal yang berasal dari basis korakoid dan
berinsersi ke tonjolan kecil di inferior klavikula (trapezoid) dan tuberkulum konoid
klavikula (konoid). Ligamentum ini sangat kuat dan merupakan penahan utama untuk
terjadinya pergeseran ke superior dari klavikula lateral. Integritas ligamentum ini
merupakan penentu tindakan fiksasi yang akan dikerjakan pada fraktur 1/3 distal
klavikula displaced. Sering terdapat avulsi fragmen inferior bila terjadi fraktur pada
daerah ini, terutama pada pasien usia muda. Inklusi fragmen ini dalam fiksasi surgikal
akan menjamin stabilitas fiksasi. Kapsul sendi akromioklavikula menebal di bagian
superior dan berfungsi menahan pergeseran sendi ke antero-posterior. Sangatlah
penting untuk memperbaiki struktur ini, yang merupakan lapisan miofasial profunda,
18

saat melakukan pembedahan sisi lateral klavikula. Saat memasang fiksasi hook plate
untuk fraktur yang sangat distal, defek kecil dapat dibuat di aspek posterolateral
kapsul untuk insersi bagian hook ke ruang subakromial posterior.6

Gambar 3.4 Otot – Otot yang melekat pada Klavikula

Klavikula menjadi insersio pada beberapa otot besar seperti sternokleidomastoid,


pectoralis mayor, dan trapezius. Di sisi medial, muskulus pektoralis mayor berorigo di
shaft klavikula anteroinferior, dan muskulus sternokleidomastoideus berorigo di
bagian superiornya. Origo pektoralis dan origo anterior deltoid bergabung di bagian
lateral, sedangkan insersi trapezius bergabung dengan origo deltoid. Perlekatan otot
berperan penting terutama saat terjadi fraktur.5 Fragmen medial klavikula terangkat
oleh tarikan muskulus sternokleidomastoideus, sedangkan fragmen distal tertarik ke
bawah oleh deltoid, dan ke medial oleh pektoralis mayor.Di sisi bawah klavikula
merupakan insersi dari muskulus subklavius sebagai soft tissue buffer pada ruang
subklavikula superior dari pleksus brachialis dan pembuluh subklavia.7
Anatomi Neurovaskular dari Klavikula Nervus supraklavikula berasal dari cabang
servikal C3 dan C4 dan keluar dari common trunk di belakang batas posterior dari
muskulus sternokleidomastoideus. Terdapat tiga buah cabang besar (anterior, media,
dan posterior) yang melewati klavikula dari medial ke lateral, dan berisiko cedera saat
tindakan operasi. Struktur neurovaskular yang lebih vital terletak inferior dari
19

klavikula. Vena subklavia berjalan di bawah muskulus subklavius dan di atas costa
pertama, yang mudah diakses (untuk akses vena sentral) dan rentan terhadap trauma.
Arteri subklavia dan pleksus brakialis terletak lebih posterior, terpisah dari vena dan
klavikula oleh lapisan muskulus skalenus anterior di bagian medial. Pleksus terletak
paling dekat dengan klavikula pada bagian tengahnya, sehingga tidak dianjurkan
menggunakan bor, screw, atau instrumen lain pada subclavicular space.6
3.2.2 Epidemiologi
Menurut data epidemiologi pada orang dewasa insiden fraktur clavicula sekitar 40
kasus dari 100.000 orang, dengan perbandingan laki-laki perempuan adalah 2 : 1.
Fraktur pada midclavicula yang paling sering terjadi yaitu sekitar 85% dari semua
fraktur clavicula, sementara fraktur bagian distal sekitar 10% dan bagian proximal
sekitar 5%.Sekitar 2% sampai 5% dari semua jenis fraktur merupakan fraktur
clavicula. Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon, frekuensi fraktur
clavicula sekitar 1 kasus dari 1000 orang dalam satu tahun. Fraktur clavicula juga
merupakan kasus trauma pada kasus obstetrik dengan prevalensi 1 kasus dari 213
kasus kelahiran anak yang hidup.8
Secara umum fraktur klavikula diklasifiksikan menjadi tiga tipe, yaitu fraktur
pada sepertiga tengah klavikula (insiden kejadian 75% hingga 80%). Pada daerah ini
tulang lemah dan tipis dan umumnya terjadi pada pasien muda dengan kecelakaan
akibat sepeda, spedamotor, atau kendaraan lainnya. Fraktur distal insiden kejadiannya
sebesar 15%. Sedangkan Fraktur sepertiga proksimal sebesar 5% dan biasanya
berhubungan dengan neurovaskuler.7
3.2.3 Patofisiologi Mekanisme Trauma Fraktur Klavikula
Mekanisme terjadinya trauma pada klavikula dapat diawali oleh beberapa sebab
diantaranya yaitu pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan sepeda, trauma
olahraga, maupun beberapa penyebab lainnya. Saat terjadi kompresi yang keras baik
karena pukulan ataupun energi tekan yang tinggi terhadap bahu datang mengenai
lateral dari bahu, maka bagian yang fraktur akan tertarik sesuai dengan otot yang
menempel pada klavikula. Selain itu karena posisinya tepat di bawah kulit makan
tulang ini rawan sekali patah. Terdapat tiga faktor penyebab patahnya klavikula yaitu
berdasarkan arah jatuhnya, gravitasi, dan gaya tarik oleh otot –otot yang menempel
20

pada klavikula sehingga dapat mengakibatkan fraktur yang menyebabkan bergesernya


klavikula, dapat terjadi pembengkakan, maupun deformitas atau pemendekan.5
Mekanisme trauma dari fraktur klavikula terjadi karena penderita jatuh pada bahu,
biasanya tangan dalam keadaan terulur. Bila gelang bahu mendapat trauma kompresi
dari sisi lateral, penopang utama untuk mempertahankan posisi adalah klavikula dan
artikulasinya. Bila traumanya melebihi kapasitas struktur ini untuk menahan, terjadi
kegagalan melalui 3 cara, artikulasi akromioklavikular akan rusak, klavikula akan
patah, atau sendi sternoklavikular akan mengalami dislokasi. Trauma yng serin terjadi
pada klavikula bagian medial dengan arah lebih posterior (dislokasi posterior) atau
trauma dari arah posterior yang langsung mengenai gelang bahu (menyebabkan
dislokasi proksimal klavikula ke anterior).6
Pada fraktur midshaft, fragmen lateral tertarik ke bawah karena berat lengan,
fragmen medial tertarik oleh muskulus sternocleidomastoideus. Pada fraktur 1/3
lateral, bila ligamen intak, ada sedikit pergeseran; namun bila terjadi robekan ligamen
korakoklavikula, atau bila garis fraktur terletak medial dari ligamen ini, pergeseran
yang terjadi mungkin lebih berat dan tindakan reduksi tertutup tidak mungkin
dilakukan. Klavikula juga merupakan bagian yang sering mengalami fraktur
patologis.9
21

Gambar 3.6 Mekanisme trauma fraktur klavikula

3.2.4 Klasifikasi

Fraktur klavikula biasanya diklasifikasikan berdasarkan posisi dari fraktur oleh


Klasifikasi berdasarkan Allman:
- Grup I : Fraktur pada pertengahan klavikula (80%). Merupakan tipe yang paling
sering terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
- Grup II : Fraktur pada sepertiga distal (15%)
- Grup III : Fraktur pada sepertiga proximal (5%). Pergeseran minimal terjadi jika
ligamen-ligamencostoclaviculartetap utuh.
Walaupun membantu dalam pembagian tempat trauma, sistem tersebut tidak
membagi berdasarkan pergeseran, kominutif, atau pemendekan, dimana semua variabel
tersebutsangat potensial dalam menentukan prognosa dan penanganan.
Klasifikasi berdasarkan Neer:
- Tipe I : Ligamen coracoclavicular utuh.
- Tipe II : Ligamen coracoclavicular lepas dari segmen medial tetapi ligamen
trapezoid utuh sampai ke segmen distal.
Tipe IIA :Conoid dan trapezoid menempel sampai ke segmen distal.
Tipe IIB : LigamenConoidsobek,trapezoid menempel sampai ke segmen distal.
- Tipe III : Intra-articular meluas sampai ke sendi acromioclavicular
Klasifikasi menurut Craig:
Grup I : Fraktur 1/3 tengah klavikula
Grup II : fraktur 1/3 lateral klavikula
Tipe I : Fraktur disertai pergeseran minimal
22

Tipe II : Fraktur disertai pergeseran dari medial sampai ligamentum


korakoklavikular
Tipe II A : Ligamentum conoid dan trapezoid masih intak
Tipe II B : Ligamntum conoid robek tapi ligamentum trapezoid masih
intak
Tipe III : Fraktur pada permukaan artikuler
Tipe IV : Fraktur klavikula pada anak-anak disertai robeknya periosteum
Tipe V : Fraktur kominutif dengan ligamentum yang masih intak
Grup III : Fraktur pada 1/3 medial klavikula
Tipe I : Fraktur disertai pergeseran minimal
Tipe II : Fraktur disertai pergeseran dan robeknya ligamentum
Tipe III : Fraktur intra-artikular
Tipe IV : Fraktur klavikula pada anak-anak dan dewasa muda disertai lepasnya
bagian epifisis
Tipe V : Fraktur kominutif klavikula
3.2.5 Diagnosis
a. Anamnesa
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan
keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperberat dengan
setiap gerakan lengan. 4
b. Pemeriksaan Fisik4
Pada pemeriksaan fisik pasien akan :
o Look yaitu pada fase awal cidera pasien terlihat mengendong lengan pada dada
untuk mencegah pergerakan. Suatu benjolan besar atau deformitas pada bahu
depan terlihat dibawah kulit dan kadang-kadang fragmen yang tajam
mengancam kulit. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari
fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan
warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang
mengikuti fraktur
o Feel didapatkan adanya nyeri tekan pada bahu depan terasa nyeri tekan pada
daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan.
23

o Move karena ketidakmampuan mengangkat bahu ke atas, keluar dan


kebelakang thoraks.
c. Pemeriksaan Penunjang4
Laboratorium :
- Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meningkat di
dalam darah.
Radiologi :
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu foto polos (X Ray) dan CT Scan
1. X Ray
Pemeriksaan pada posisi AP rutin perlu dilakukan untuk memastikan
adanya fraktur klavikula dan derajat pergeserannya. Foto yang diambil harus
dapat mencakup sendiakromioklavikular, sendi sternoklavikular, seluruh bahu
dan paru-paru bagian atas.Karena bentuk anatomis dari klavikula, maka fraktur
1/3 medial klavikula akan menyebabkandeformitas dan ukuran yang akurat pada
pemendekan klavikula akan sulit terlihat pada fotopolos. Maka foto dengan
potongan apikal oblik akan dapat membantu memperjelas.

2. CT Scan
Mungkin berguna, terutama pada fraktur 1/3 medial, untuk membedakan
dislokasisternoklavikular dari epifisis atau pada fraktur 1/3 lateral untuk
mengidentifikasi keterlibatan artikuler.
24

3.2.6 Diagnosis Banding


Fraktur clavicula didiagnosis banding dengan beberapa kelainan yaitu fraktur
kosta, fraktur sternum, dislokasi sendi bahu, dan rotator cuff injury.10
1. Fraktur kosta
Penyebab paling sering pada fraktur kosta adalah trauma tumpul pada dinding
dada, tergantung lokasi yang mengalami trauma bisa menyebabkan fraktur 1 tulang
costa atau lebih. Pada pasien dengan fraktur kosta bisa menyebabkan terjadinya
pneumotoraks, hematotoraks karena perdarahan atau cedera pada fleksus brakhialis
untuk fraktur kosta I – III. Untuk fraktur kosta I – III gejala dan tanda bisa mirip
dengan fraktur clavicula, harus bisa dibedakan dengan seksama pada pemeriksaan
radiologi.
2. Fraktur sternum
Fraktur sternum paling sering karena trauma pada dada, biasanya disertai dengan
trauma pada jantung dan paru-paru. Untuk mendiagnosis fraktur sternum biasanya
dipakai plain photo proyeksi lateral seperti pada gambar dibawah ini.

3. Dislokasi sendi bahu


Dislokasi sendi pada bahu ada 4 jenis yaitu anterior dislocation, posterior
dislocation, multidirectional instability dan inferior dislocation. Paling sering
adalah anterior dislocation sekitar 85% dari semua dislokasi sendi bahu. Pasien
dengan dislokasi sendi bahu juga bisa mengeluh nyeri, bengkak ataupun susah
menggerakkan lengan.
25

4. Rotator cuff injury pada bahu


Pasien dengan rotator cuff injury biasanya datang dengan keluhan utama nyeri
pada persendian bahu disertai dengan kekakuan, terbatasnya pergerakan sendi bahu
dan krepitasi. Pemeriksaan yang paling akurat pada kelainan ini adalah MRI.
3.2.7 Tatalaksana
o Fraktur Klavikula 1/3 Tengah
Terdapat kesepakatan bahwa fraktur klavikula 1/3 tengah non displaced
seharusnya diterapi secara non operatif. Sebagian besar akan berlanjut dengan union
yang baik, dengan kemungkinan non union di bawah 5% dan kembali ke fungsi
normal. Manajemen non operatif meliputi pemakaian simple sling untuk
kenyamanan. Sling dilepas setelah nyeri hilang (setelah 1-3 minggu) dan pasien
disarankan untuk mulai menggerakkan lengannya. Dikembangkan teknik fiksasi
internal pada fraktur klavikula akut yang mengalami pergeseran berat, fragmentasi,
atau pemendekan. Metode yang dikerjakan berupa pemasangan plat (terdapat plat
dengan kontur yang spesifik) dan fiksasi intramedular.6

Gambar 3.8 Fraktur klavikula 1/3 tengah dengan pergeseran berat


(dilakukan reduksi terbuka dan fiksasi internal dengan plate dan screw)

o Fraktur Klavikula 1/3 Distal


Sebagian besar fraktur 1/3 distal klavikula mengalami pergeseran minimal dan
ekstra-artikular. Ligamentum korakoklavikula yang intak mencegah pergeseran jauh
dan manajemen non operatif biasanya dipilih. Penatalaksanaannya meliputi
pemakaian sling selama 2-3 minggu sampai nyeri menghilang, dilanjutkan dengan
26

mobilisasi dalam batas nyeri yang dapat diterima. Fraktur klavikula 1/3 distal
displaced berhubungan dengan robeknya ligamentum korakoklavikula dan
merupakan injuri yang tidak stabil. Banyak studi menyebutkan fraktur ini
mempunyai tingkat non-union yang tinggi bila ditatalaksana secara non operatif.
Pembedahan untuk stabilisasi fraktur sering direkomendasikan.1 Teknik operasi
menggunakan plate dan screw korakoklavikular, fiksasi plat hook, penjahitan dan
sling techniques dengan graft ligamen Dacron dan yang terbaru adalah locking plates
klavikula.6

Gambar 3.9 Fraktur klavikula 1/3 distal


o Fraktur Klavikula 1/3 Proksimal
Sebagian besar fraktur yang jarang terjadi ini adalah ekstra-artikular.
Penatalaksanaan yang dilakukan sebagian besar adalah non operatif kecuali jika
pergeseran fraktur mengancam struktur mediastinal. Fiksasi pada fraktur
berhubungan dengan komplikasi yang mungkin terjadi seperti migrasi dari implan ke
mediastinum, terutama pada penggunaan K-wire. Metode stabilisasi lain yang
digunakan yaitu penjahitan dan teknik graft, dan yang terbaru locking plates.6
3.2.8 Komplikasi
Komplikasi awal fraktur klavikula khususnya bagian proksimal terletak dekat
dengan struktur vital, kejadian pneumotoraks, ruptur pembuluh darah subklavia, dan
cedera pleksus brachialis jarang terjadi.6
Komplikasi lanjut dapat berupa :6
- Non-union
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di tandai
dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi
palsu atau pseuardoarthrosis. Kejadian non union pada fraktur klavikula sekitar
0,1-1,3% dengan 85% non union terjadi pada fraktur 1/3 tengah. Faktor-faktor
27

yang mempengaruhi non union ini termasuk, keparahan trauma awal, luasnya
pergeseran dari fragmen fraktur, interposisi soft tissue, refraktur, periode
immobilisasi yang tidak adekuat, ORIF (Open redukction and internal fixation)
primer.

Terapi yang digunakan, antara lain :


a. Open bone graft & immobilization
b. Open bone graft & Screw fixation

c. Open bone graft & Plate fixation

d. Open bone graft & Intramedullary fixation

- Malunion
Malunion merupakan keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau miring. Komplikasi seperti ini
dapat dicegah dalam melakukan analisis yang cermat sewaktu melakukan reduksi
dan mempertahankan reduksi itu sebaik mungkin terutama pada masa awal periode
penyembuhan. Fragmen-fragmen tulang yang patah dan bergeser setelah reduksi
28

harus diketahui sedini mungkin dengan melakukan pemeriksaan radiografi serial.


Keadaan ini harus dipulihkan kembali dengan reduksi berulang dan immobilisasi,
atau mungkin juga tindakan operasi.
3.2.9 Prognosis
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat
ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan usia penderita.
Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan sangat cepat, sementara
pada orang dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika penanganan baik maka
komplikasi dapat diminimalisir.12
29

BAB IV
PENUTUP

5. 1 Kesimpulan
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien di
diagnosa dengan Fraktur Tertutup Clavikula Sinistra dengan CKR 456
5. 2 Saran
Perlu menyampaikan ke keluarga pasien tentang Fraktur Tertutup Clavikula
Sinistra dan CKR 456 dari manifestasi klinis yang terkait, penatalaksanaan dan
follow up untuk mengembalikan fungsi organ seperti semula.
30

Daftar Pustaka

1. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s System of Orthopaedics and


Fractures Ninth Edition. London: Hodder Education. 2010. p687-732
2. Abbasi D. Clavicle Fractures. [Cited] November, 9th 2012. Available from: URL:
http://www.orthobullets.com/trauma/1011/clavicle-fractures Accessed: November
22th2012.
3. Thompson, JC. Netter’s Concise Orthopedic Anatomy, 2nd Edition. Elsevier, US,
2010
4. Helmi, Z.N. 2012. Buku Saku Kedaruratan di Bidang Bedah Orthopedi. Jakarta:
Salemba Medika
5. McKee, 2014. Clavicle Fractures. Page 1427.
6. Court-Brown CM, Heckman JD, McQueen MM, Ricci WM, Tornetta III P, editors.
Rockwood and Green’s Fracture in Adults (8th edition). Philadelphia: Wolters
Kluwer, 2015
7. Wahyuni, S. 2012. Close Fracture Clavicula 1/3 Tengah Dextra. UMS :Surakarta.
8. Pecci M, Kreher JB. Clavicle fracture. [Cited] January, 1st2008. Availablefrom:
URL: http://www.aafp.org/afp/2008/0101/p65.html
9. Blom A, Warwick D, Whitehouse MR, editors. Apley & Solomon’s System of
Orthopaedics and Trauma (10th edition). New York: CRC Press, 2018
10. . Schimpf M, Neira C, Edwar G, The Deveptive Nature of Clavicle Fractures in
Young Patients. In: The Physician and Sportmedicine, Vol 27 No 3 [online]. 1999
March [cited 2008 Augst 5, Available from: URL: http://www.sportsmedicine.com
11. (FR CLV)Wright M. Clavicle Fracture. [Cited] April, 20th 2010. Available from:
URL: http://www.patient.co.uk/doctor/Fractured-Clavicle.htm Accessed:
November 22th 2012

Anda mungkin juga menyukai