Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS SINISTRA INKARSERATA

DISUSUN OLEH:
Nina Tabligha (H1AP14023)

PEMBIMBING:
dr. Raymond Ukurta Meliala, Sp.B, FINACS

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN BEDAH RSUD Dr. M.YUNUS BENGKULU

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, anugerah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus yang berjudul “Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibel” ini dengan
baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Raymond Ukurta Meliala,
Sp.B, FINACS., selaku pembimbing di Departemen Ilmu Bedah Terintegrasi
RSUD M.Yunus Kota Bengkulu, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Bengkulu.. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini
masih belum sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca agar kedepannya penulis dapat
memperbaiki dan menyempurnakan laporan kasus ini. Penulis berharap agar
laporan kasus ini berguna bagi para pembaca dan dapat digunakan sebaik-baiknya
sebagai sumber informasi. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

Bengkulu, 23 Agustus 2019

Penulis

i
BAB I. PENDAHULUAN

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia di abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1
Hernia dapat dibagi berdasarkan letaknya dan diberi nama sesuai dengan
lokasi anatominya. Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia
ingunalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia
ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua
pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis
medialis.1,3,4 Hernia inguinalis dilaporkan sebagai penyebab obstruksi usus nomor
satu terbesar di Indonesia dan paling sering di temukan dalam kasus bedah serta
urutan kedua dalam tindakan operasi gawat darurat setelah appendicitis akut di
Indonesia.1,2 Hernia dapat terjadi pada semua jenis kelamin, namun angka
kejadian penyakit ini lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan
dengan perbandingan 9:1.2
Hernia ingunalis terbagi menjadi dua, yaitu hernia inguinalis lateralis
(hernia indirect) dan hernia inguinalis medialis (hernia direct). Dua pertiga
kejadian hernia merupakan hernia inguinalis lateralis, sedangkan sepertiganya lagi
merupakan hernia inguinalis medialis.1,2,3
Berdasarkan sifatnya hernia inguinalis dapat digolongkan menjadi
reponibel, ireponibel, inkarserata, dan strangulata.1,3 Hernia harus segera
ditatalaksana sebelum terjadi komplikasi. Hernia inkarserata dapat menyebabkan
ileus obstruktif yang merupakan salah satu gawat abdomen, sehingga memerlukan
tindakan sesegera mungkin. Jika tidak segera dilakukan pembedahan, maka hernia
inkarserata dapat berlanjut menjadi hernia strangulata yang dapat menyebabkan
nekrosis usus, perforasi, dan akhirnya menyebabkan peritonitis.1

2
BAB II. LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. Z
Usia : 69 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
Alamat : Jl. Cinta Damai Kel. Pasar Ujung Kabupaten
Kepahyang
Masuk Rumah Sakit : 10 Juli 2019
No. Rekam Medis : 756062
Ruangan : Seruni

2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan benjolan di lipat paha kanan sejak ± 2 tahun yang
lalu.

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli bedah RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dengan
keluhan terdapat benjolan di lipat paha kanan sejak ± 2 tahun yang lalu. Benjolan
dirasakan hilang timbul. Benjolan berukuran seperti telur ayam. Benjolan biasa
timbul akibat gerakan aktif pasien, seperti batuk, bersin, dan mengedan. Benjolan
dapat hilang saat istirahat.
Sejak 1 tahun terakhir, benjolan lebih sering dirasakan muncul. Benjolan
tersebut dimasukkan secara manual meggunakan tangan. Tidak terdapat benjolan
di tempat lain. Nyeri pada saat benjolan keluar masuk (-), nyeri tekan (-), demam
(-), BAK dan BAB tidak ada keluhan, flatus (+), riwayat trauma (-).

3
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit corronary artery disease sejak 2 tahun
yang lalu. Riwayat pemasangan cincin sudah 3 kali, dibulan September,
Desember, dan Maret.

2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa pada keluarga tidak ada.

2.3 Pemeriksaan Fisik


2.3.1 Kesadaran Umum dan Tanda Vital
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/65 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36,0 OC
Pernafasan : 20 x/menit

2.3.2 Status Generalis


Kepala Normocephalic, simetris, jejas (-), rambut hitam tersebar
merata
Mata Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
edema palpebra (-/-)
Hidung Deformitas septum nasi (-/-), sekret (-/-), mukosa
hiperemis (-/-), nafas cuping hidung (-), darah (-/-),
deviasi (-)
Telinga Sekret (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri
tekan mastoid (-/-)
Mulut Bibir tidak sianosis, mukosa bibir kering(-)
Leher Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar getah bening
(-)
Thorax I Gerakan dinding dada saat statis simetris kiri kanan,
dan pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
retraksi dinding dada (-)

4
P Stem fremitus simetris kanan dan kiri
P Sonor seluruh lapang paru
A Suara nafas vesikuler (+/+) normal, wheezing (-/-)
ronhki (-/-)
Cor I Iktus kordis tidak terlihat
P Iktus kordis tidak teraba
P Batas jantung normal
A Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-),
irama reguler
Abdomen I Datar
P Nyeri tekan (-), supel, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba

P Timpani
A Bising usus (+) normal
Ekstremitas Sianosis (-), akral hangat (+/+), edema (-/-),CRT < 2’
superior
dan inferior

2.3.3. Status Lokalis Regio Inguinalis Dekstra


Inspeksi : Terlihat benjolan sebesar telur ayam, diameter ±5cm.
Palpasi : Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur ayam,
konsistensi kenyal. Benjolan dapat dimasukkan dengan
menggunakan tangan.
- Zieman’s Test : Benjolan teraba pada jari ke 2 (jari
telunjuk) pada saat pasien diminta batuk dan mengedan.
- Finger Test : Benjolan teraba pada ujung jari pada saat
pasien diminta batuk dan mengedan.
- Thumb Test : Benjolan tidak keluar pada annulus
internus pada saat pasien diminta batuk dan mengedan.

5
2.4 Pemeriksaan Penunjang
2.4.1 Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 2 Juli 2019
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1. Hemoglobin 12,4 gr/dl Laki-laki 13,0-18,0 gr/dl
Perempuan 12,0-16,0 gr/dl
2. Hematokrit 38% Laki-laki 40-52%
Perempuan 35-47%
3. Leukosit 9.800 mm3 4.000-11.000 mm3
4. Trombosit 281.000 sel/ mm3 150.000-450.000 sel/ mm3
5. Ureum 43 mg Ureum serum=8-20 mg
Ureum rutin 12-20 g/24jam
6. Creatinin 1,4 mg/dl Laki-laki 0,5-1,2 mg/dl
Wanita 0,5-1,1 mg/dl
7. Glukosa Darah Sewaktu 86mg/dl 70-120mg/dl
8. SGOT 19 10-40u/l
9. SGPT 13 10-40u/l
10. HbsAg (Rapid) Non reaktif
11. HIV ICT (Rapid) Non reaktif
12. Masa Perdarahan 2 menit 30 detik -
13. Masa Pembekuan 4 menit -

2.5 Diagnosis
Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibel

2.6 Tatalaksana
Pre op
IVFD RL xx gtt/menit
Pasang catheter
Puasa
Tindakan : Hernioraphy

6
Post op
IVFD RL gtt 20 tpm
Ceftriaxon 1x1 gr
Ketorolac 3x1 amp
Diet : bebas

2.7 Catatan Perkembangan


10 Juli S/ Benjolan pada lipatan P/ Rencana operasi tanggal
2019 paha, dirasakan hilang 11-07-2019
timbul dan benjolan
dapat dimasukkan
menggunakan jari
Sens= CM
O/
TD= 120/65 mmHg
N= 92x/m
P= 20x/m
S= 36,0 OC
St. Lokalis Regio
Inguinalis Dextra
I: Terlihat benjolan
sebesar telur ayam,
diameter ±5cm
P: Teraba benjolan,
bentuk lonjong, sebesar
telur ayam, konsistensi
kenyal. Benjolan dapat
didorong masuk dengan
tangan.

Hernia Inguinalis
Lateralis Dekstra
A/ Reponibel

7
11 Juli Nyeri luka bekas operasi Instruksi post operasi:
S/ (+), mual (-), muntah (-) P/
2019  IVFD RL 20 gtt/mnt
Sens= CM  Ceftriaxon 1x1 gr
 Ketorolac 3x1 amp
TD= 110/70 mmHg  Diet Bebas
O/
N= 85x/m
 
P= 18x/m
  S= 36,3 OC

  St. Lokalis Regio :


Inguinalis Dekstra
  I: Luka operasi tertutup
verban

P: Nyeri tekan (+).

Hernia Inguinalis
Lateralis Dekstra
A/ Reponibel
 Aff Infus
12 Juli S/ Nyeri luka bekas operasi P/  Aff DC
(+), mual (-), muntah (-)
2019  Ciprofloxacin 2x1
Sens= CM  Paracetamol 3x1
O/
TD= 120/80 mmHg
  N= 87x/m

  P= 20x/m
S= 36,1 OC
 
St. Lokalis Regio :
  Inguinalis Dekstra
I: Luka operasi tertutup
  verban
P: Nyeri tekan (+).
 A/ Hernia Inguinalis
Lateralis Dekstra
Reponibel

8
Laporan Operasi (11 Juli 2019)
Tindakan yang dilakukan : Hernioraphy
Tanggal : 11 Juli 2019
Pukul : 14.10 – 15.00 WIB
1. Dilakukan insisi oblique
2. Identifikasi fascia
3. Kantong di buka
4. Herniotomy
5. Hernioraphy dengan mesh
6. Rawat perdarahan
7. Operasi selesai

2.8. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad sanationem : dubia ad bonam

9
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
A. Struktur Dinding Anterior Abdomen
Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam):5
1. Kulit
2. Fascia superficialis, terdiri dari fascia camperi dan fascia scarpae
3. Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus externus
abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus transversus
abdominis
4. Fascia transversalis
5. Lemak extraperitoneal
6. Peritoneum parietale

Gambar 2.2.1 Lapisan-lapisan dinding abdomen

10
1. Kulit
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal di
sekitar tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan ini
akan sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang menyilang
garis-garis ini akan sembuh dengan jaringan parut yang menonjol

2. Fascia superficialis:
a. Lapisan luar, Panniculus adiposus (fascia camperi): berhubungan dengan
lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin sangat tebal (3
inci [8cm] atau lebih pada pasien obesitas)
b. Lapisan dalam, Stratum membranosum (fascia scarpae): stratum
membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di bagian inferior,
stratum membranosum berjalan di depan paha dan di sini bersatu dengan
fascia profunda pada satu jari di bawah ligamentum inguinale.

3. Otot dinding anterior abdomen:


a. Musculus obliquus externus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh dua lapisan:
superfisial dan profunda menjadi aponeurosis obliquus externus. Bersama dengan
aponeurosis otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka membentuk
sarung rektus dan akhirnya linea alba. Aponeurosis obliqus eksternus menjadi
batas superfisial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina
iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum. Ligamentum inguinale (Poupart)
merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus.
Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang pubis. Lakunare
(Gimbernati) merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk
dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias.6
b. Muskulus obliquus internus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di profunda
muskulus obliquus externus abdominis. Serabut tendon yang terbawah bergabung

11
dengan serabut-serabut yang sama dari muskulus transversus abdominis
membentuk conjoined tendon.5

c. Muskulus transversus abdominis


Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda muskulus
obliquus internus abdominis dan serabut-serabutnya berjalan horizontal ke depan.
Serabut tendo yang terbawah bersatu dengan serabut tendo yang sama dari
muskulus obliquus internus abdominis membentuk conjoined tendon.5

4. Fascia transversalis
Merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi muskulus transversus
abdominis. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan:Fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit
sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari
tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke
linea semulunaris. Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus
pubis dan dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum Cooper adalah titik
fiksasi yang penting dalam metode perbaika laparoscopic sebagaimana pada titik
McVay.6

5. Lemak extraperitoneal
Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam jumlah
yang bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan peritoneum
parietale.5

6. Peritoneum parietale
Merupakan membrana serosa tipis (pelapis dinding abdomen) dan
melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang melapisi rongga
pelvis.5

B. Saraf-Saraf Dinding Anterior Abdomen:5


 Rami anteriores enam nervi thoracici bagian bawah. Berjalan di dalam celah
antara muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus

12
abdominis. Saraf tersebut menyarafi kulit dinding anterior abdomen, otot-otot
(termasuk muskulus rectus abdominis dan muskulus pyramidalis), dan
peritoneum parietale. Saraf-saraf ini berakhir dengan menembus dinding
anterior vagina muskuli recti abdominis.
 Nervus lumbalis 1. Punya perjalanan yang sama namun tidak masuk ke vagina
muskuli recti abdominis. Saraf ini berbentuk sebagai nervus iliohypogastricus
yang menembus aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis di atas
anulus inguinalis superficialis dan nervus ilioinguinalis yang keluar dari
anulus ini. Saraf-saraf ini berakhir dengan menyarafi kulit tepat di atas
ligamentum inguinale dan symphisis pubica

C. Arteriae Dinding Anterior Abdomen:5


 Arteri epigastrika superior: merupakan salah satu cabang terminal arteri
thoracica interna. Mendarahi bagian tengah atas dinding anterior abdomen dan
beranastomosis dengan arteria epigastrika inferior
 Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat diatas
ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah dinding abdomen
anterior dan beranastomosis dengan arteria epigastika superior.
 Arteri circumflexa profunda: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat
diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian lateral bawah dinding
abdomen.
 Dua arteri intercostales posterior bagian bawah merupakan cabang aorta
descendens dan empat arteri lumbales yang berasal dari aorta abdominalis.
Mendarahi bagian lateral dinding abdomen.

D. Vena Dinding Anterior Abdomen:5


 Vena epigastrika superior
 Vena epigastrika inferior mengalirkan darah ke vena thoracica
 Vena circumflexa ilium profunda interna dan vena iliaca externa
 Vena intercostales posterior mengalirkan darah ke vena azygos

13
 Vena lumbales mengalirkan darah ke vena cava inferior

2.2. Canalis Inguinalis5


Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah
dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Pada laki-laki,
saluran ini merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan dari testis
ke abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, saluran ini dilalui oleh ligamentum
teres uteri (rotundum) yang berjalan dari uterus ke labium majus pudendi. Selain
itu, saluran ini dilewati oleh nevus ilioinguinalis baik laki-laki maupun
perempuan.
Canalis inguinalis panjangnya sekitar 1.5 inci (4 cm) pada orang dewasa
dan terbentang dari anulus inguinalis profundus (lubang berbentuk oval terletak
sekitar 1.3cm diatas ligamentum inguinale pada pertengahan antara sias dan
symphisis pubica) pada fascia transversalis, berjalan ke bawah dan medial sampai
anulus inguinalis superficialis (lubang berbentuk segitiga) pada aponeurosis
obliquus externus abdominis. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat diatas
ligamentum inguinale.

14
Gambar 2.2. Canalis inguinalis
Dinding canalis inguinalis, terdapat dinding anterior, dinding posterior,
dinding inferior/dasar, dan dinding superior/atap. Dinding anterior canalis
inguinalis dibentuk oleh aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis.
Dinding posterior canalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis. Dinding
inferior canalis inguinalis dibentuk oleh lipatan pinggir bawah aponeurosis
muskulus obliquus externus abdominis yang disebut ligamentum inguinale dan
ujung medialnya disebut ligamentum lacunare. Dinding superior canalis inguinalis
dibentuk oleh serabut-serabut terbawah muskulus obliquus internus abdominis
dan muskulus transversus abdominis yang melengkung.
Fungsi canalis inguinalis, pada laki-laki, memungkinkan struktur-struktur
yang terdapat di dalam funiculus spermaticus berjalan dari atau ke testis menuju
abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, canalis inguinalis yang lebih kecil
memungkinkan ligamentum teres uteri berjalan dari uterus menuju ke labium
majus.

15
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen
pada laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat lemah. Tataletak canalis
inguinalis untuk mengatasi kelemahan ini:
1. Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-serabut muskulus
obliquus internus abdominis tepat di depan anulus inguinalis profundus
2. Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoined tendon tepat di
belakang anulus inguinalis superficialis
3. Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, dan partus), serabut-serabut
paling bawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang melengkung
menjadi datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin menekan isi canalis
inguinalis ke arah dasar sehingga sebenarnya canalis inguinalis menutup.
4. Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus,
secara alamiah orang cenderung dalam posisi jongkok, articulatio coxae fleksi,
dan permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior dinding
abdomen. Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior abdomen dilindungi
oleh tungkai atas..

2.3. Trigonum Hesselbach


Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:
 Inferior:  Ligamentum Inguinale.
 Lateral:  Vasa epigastrika inferior.
 Medial:  Tepi m. rectus abdominis.
Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat
aponeurosis m.transversus abdominis. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai hernia direk, sedangkan hernia yang muncul lateral
dari trigonum ini adalah hernia indirek.

16
Gambar 2.4 Trigonum Hesselbach

17
3.1 Hernia
3.1.1 Definisi
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia di abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. 1,3 Skema hernia
abdomen dapat dilihat pada gambar 2.1.1

Gambar 2.1. Skema Hernia Abdomen1


Keterangan gambar:
(1) kulit dan jaringan subkutis, (2) lapisan
muskulo-aponeurosis, (3) peritoneum parietale
dan jaringan praperitoneal, (4) rongga perut,
(5) cincin atau pintu hernia, (6) kantong hernia.

3.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan
hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai
dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis,
femoralis, dan sebagainya.1 Gambar 2.2 menunjukkan lokasi hernia yang terjadi
pada abdomen.1.3,4

Gambar 2.2. Tipe Hernia Abdomen4


Menurut sifatnya dibagi sebagai berikut.1

18
1. Hernia reponibel: isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar ketika berdiri atau
mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong masuk perut.
2. Hernia ireponibel: isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan
isi kantong kepada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta.
3. Hernia inkarserata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,
terjadi gangguan pasase.
4. Hernia strangulata: bila sudah terjadi gangguan vaskularisasi pada isi hernia.

Klasifikasi hernia berdasarkan sifatnya dapat dilihat pada tabel 2.1. dan gambar
2.3.1

Gambar 2.3.
Klasifikasi Hernia Berdasarkan
Sifatnya, Hernia Usus1

Keterangan gambar:
(1) Kulit dan jaringan subkutan, (2)
lapisan otot dan/atau aponeurosis, (3)
peritoneum parietale dan jaringan
peritoneum, (4) kantong hernia dengan
usus.
A. Hernia reponibel
B. Hernia ireponibel
C. Hernia inkarserata dengan ileus
obstruksi usus
D. Hernia strangulate

Tabel 2.1. Gambaran Klinis Hernia Berdasarkan Klasifikasi Sifatnya1


Reponibel
Tampak
Jenis secara Nyeri Obstruksi Toksik
Sakit
spontan
Reponibel + - - - -
Ireponibel - - - - -
Inkarserata - + + + -
Strangulata - ++ ++ ++ ++

19
Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut
hernia Richter. Hernia Richter dapat disertai dengan ileus, bisa juga tidak (lihat
Gambar 2.4).1

Gambar 2.4. Hernia Richter1


A. Hernia Richter tanpa ileus obstruktif
B. Hernia Richter dengan ileus obstruktif

Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol ke luar melalui dinding


perut, pinggang, atau perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong
hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut, seperti foramen Winslow,
resesus retrosekalis atau defek dapatan pada mesenterium umpamanya setelah
anastomosis usus.1,3
Hernia insipiens atau hernia yang membalut, merupakan hernia indirek
pada kanalis inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari anulus eksternus. Hernia
yang kantongnya menjorok ke dalam celah antara lapisan dinding perut
dinamakan hernia interparietalis atau hernia interstisialis.1
Hernia yang sebagian dinding kantongnya terbentuk dari organ isi hernia,
misalnya sekum, kolon desenden atau kandung kemih, disebut hernia gelincir atau
sliding hernia. Hernia gelincir dapat terjadi karena isi kantong berasal dari organ
yang letaknya ekstraperitoneum. Alat bersangkutan tidak masuk ke kantong
hernia, melainkan menggelincir turun ke rongga kantong hernia.1
Hernia epigastrika menonjol melalui defek di linea alba, kranial dari
umbilikus. Yang jarang terjadi ialah hernia Spieghel yang muncul melalui tempat
lemah di antara tepi lateral otot rektus abdominis dengan linea semisirkularis.
Hernia Spieghel merupakan hernia interstisial yang terletak antara m.transversus
abdominis dan m.oblikus internus abdominis (Gambar 2.5).1,3

20
Gambar 2.5 Hernia Interstitialis1
Hernia lumbalis menempati dinding perut bagian lateral, contohnya hernia
sikatriks pada bekas luka operasi ginjal, hernia di trigonum lumbale inferior Petit,
dan trigonum lumbale superior Grijnfelt. Hernia di trigonum lumbale jarang
ditemukan.1,3
Hernia sikatriks atau hernia insisional terjadi pada bekas luka laparotomi.
Sayatan pada menyebabkan anestesia kulit dan paralisis otot pada segmen yang
dipersarafi oleh saraf yang bersangkutan. Jika lebih dari dua saraf terpotong,
mungkin terjadi hernia ventralis, umpamanya pada insisi lumbotomi.1
Bentuk hernia lain yang juga jarang dijumpai ialah hernia obturatoria
melalui foramen obturatorium dan hernia diafragmatika melalui foramen
Bochdalek di diafragma. Hernia Littre adalah hernia yang berisi divertikulum
Meckel.1,3

3.2 Hernia Inguinalis


3.2.1 Klasifikasi Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus.
Di medial bawah, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus. Kanalis
inguinalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum
pada perempuan.3,7
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis (HIL)
karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus. Hernia
kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan
sampai ke skrotum sehingga disebut hernia skrotalis.1 Gambar 2.6 A menunjukkan
annulus inguinalis interna dan eksterna, serta kanalis inguinalis.7

21
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis (HIM),
menonjol langsung ke depan melalui segitiga Hesselbach (Gambar 2.6 B), daerah
yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika
inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Hernia medialis,
umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.1,7 Jika hernia
inguinalis lateralis dan medialis terjadi secara bersamaan di satu sisi yang sama
maka disebeut sebagai hernia pantalon.3

Gambar 2.6. Regio Inguinalis5

22
Nervus ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis mempersarafi otot di regio
inguinalis, sekitar kanalis inguinalis, funikulus spermatikus, serta sensibilitas kulit
regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit tungkai bagian
proksimomedial.7

3.2.2 Etiologi dan Epidemiologi


Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat.
Hernia dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada
perempuan. Berbagai faktor berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1
Faktor yang dipandang berperan dalam kejadian hernia adalah adanya (1)
prosesus vaginalis yang terbuka, (2) peningkatan tekanan intraabdomen, dan (3)
kelemahan otot dinding perut karena usia atau karena kerusakan nervus
ilioingunalis dan iliofemuralis.1
Saat di kandungan, testis turun mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus,
kurang lebih 90 % prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur
satu tahun, sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup, namun kejadian hernia
pada umur ini hanya beberapa persen (< 10%). Umumnya disimpulkan bahwa
prosesus vaginalis paten bukan merupakan penyebab tunggal hernia, tetapi
diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar dan tekanan
intraabdomen yang meningkat secara kronik, seperti batuk kronik, hipertrofi
prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai hernia inguinalis.1

3.2.3 Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat atau
mengedan dan menghilang setelah berbaring atau istirahat. Nyeri yang disertai
mual atau muntah baru timbul jika terjadi inkarserata karena ileus obstruktif atau
jika terjadi strangulata karena nekrosis atau gangren.1,8

23
Pada bayi dan anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha
biasanya diketahui oleh orangtua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi
sering gelisah, banyak menangis, dan kadang perut kembung, harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata.1
Pada saat inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat
paha, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta
mengedan atau batuk (manuver valsava) sehingga benjolan atau keadaan asimetri
dapat dilihat.1
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Kantong
hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus dengan cara
menggesek dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan
sutera. Tanda ini disebut dengan tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya
tanda ini sukar ditentukan. Jika kantong hernia berisi organ, bergantung isinya,
pada palpasi mungkin teraba usus, omentum, atau ovarium. Isi hernia, pada bayi
perempuan, yang teraba seperti sebuah massa padat, biasanya terdiri atas
ovarium.8
Hernia inguinalis medialis dan lateralis dapat dibedakan menggunakan tiga
teknik berikut ini.1,8
1. Zieman’s test
Pasien diperiksa dalam posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan terlebih
dahulu benjolan tersebut. Hernia kanan diperiksa menggunakan tangan kanan,
begitu pula sebaliknya. Minta pasien untuk batuk atau mengedan. Jika teraba
benjolan di jari kedua berarti hernia inguinalis lateralis, jari ke 3 berarti hernia
inguinalis medialis, jari ke-4 berarti Hernia Femoralis (Gambar 2.7 A).8
2. Finger test
Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada pasien anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Jika
hernia tersebut dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus
eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia,

24
berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang
menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis (Finger test, lihat Gambar 2.7
B).1
3. Thumb test
Ibu jari menenkan annulus internus dan minta pasien untuk batuk atau
mengejan. Bila keliar benjolan berarti hernia inguinalis medialis, sedangkan
jika tidak keluar berarti hernia inguinalis lateralis (Gambar 2.7 C).8

A B C
Gambar 2.7. Pemeriksaan Hernia Inguinal (A) Zieman’s test (B) Finger test (C)
Thumb test1,8

3.2.4 Tatalaksana
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata,
kecuali pada pasien anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia sambil membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap
sampai terjadi reposisi.1,3
Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas
isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan
oleh cincin hernia pada anak lebih elastis. Reposisi dilakukan dengan menidurkan
anak menggunakan sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila reposisi berhasil,
anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya (lihat Gambar 2.8). Jika
reposisi hernia tidak berhasil, operasi harus segera dilakukan dalam waktu enam
jam1.

25
Gambar 2.8. Tatalaksana Hernia
Inkarserata1
Keterangan gambar:
(1) Sedative parenteral, (2) sikap
trendelenberg, (3) cairan parenteral,
(4) kantong es pada hernia di lipat
paha

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis


yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplasti (lihat Gambar
2.9).1,2,3,7

Gambar 2.9. Herniotomi dan Hernioplasti1


Pada herniotomi, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan kalau ada pelekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit dan diikat setinggi mungkin lalu
dipotong.1,7

26
Pada hernioplasti, dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih
penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
Dikenal berbagai metode hernioplasti, seperti memperkecil anulus inguinalis
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversalis,
dan menjahitkan pertemuan otot transversus abdominis internus dan otot oblikus
abdominis internus, yang dikenal dengan nama conjoint tendon, ke ligamentum
inguinale Pouparti menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia transversalis,
otot tranversus abdominis, dan otot oblikus internus abdominis ke ligamentum
Cooper pada metode Lotheissen-McVay.1,3
Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha
dengan cara mendekatkan muskulus oblikus internus abdominis, muskulus
transversus abdominis, dan fasia transversalis ke traktus iliopubik dan ligamentum
inguinale. Teknik ini dapat diterapkan baik pada hernia direk (lihat Gambar 2.10)
maupun indirek.1,3
Gambar 2.10. Hernia Inguinalis Direct1

Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan pada otot-otot yang
dijahit. Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 1980-an, dipopulerkan
pendekatan operasi bebas regangan, yaitu teknik hernioplasti bebas regangan
menggunakan mesh (hernioplasti bebas regangan), dan sekarang teknik ini banyak
dipakai. Pada teknik ini, digunakan mesh prostesis untuk memperkuat fasia
transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-
otot ke ligamentum inguinale.9

27
Pada hernia kongenital bayi dan anak-anak yang penyebabnya adalah
prosesus vaginalis yang tidak menutup, hanya dilakukan herniotomi karena anulus
inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat.1
Tidak satu pun teknik yang dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi
residif. Angka kekambuhan setelah perbaikan hernia inguinalis indirek pada
dewasa dilaporkan berkisar 0,6–3%. Penggunaan mesh pada perbaikan hernia
menurunkan risiko kekambuhan 50-75%.9
Pada operasi hernia, secara laparoskopik, mesh prostesis diletakkan di
bawah peritoneum secara intraperitoneal on-lay mesh procedur (IPOM) pada
dinding perut atau ekstraperitoneum secara trans-abdominal preperitoneal
technique (TAPP) atau total extraperitoneal mesh placement (TEP). 1,9

3.2.5 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat pula tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia inkarserata
yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Jarang terjadi
inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong
hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W
(lihat Gambar 2.11). 1,9

Gambar 2.11. Hernia W1

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi


hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi edema organ
atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya
edema menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredaran darah jaringan terganggu (strangulasi). Isi hernia menjadi

28
nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
Jika isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi; akhirnya, dapat timbul
abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut. 1,2,3

29
DAFTAR PUSTAKA

1. de Jong W. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong: sistem organ
dan tindak bedahnya. Diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh R Sjamsuhidajat,
TOH Prasetyono, R Rudiman, I Riwanto, P Tahalele (Ed.). Volume 2. Edisi 4.
Jakarta: EGC; 2017: pp.640–649.
2. Sari IM. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hernia inguinalis
pada pasaien dewasa di RSUD Wonosari. Yogyakarta: UGM; 2017.
3. Skandalakis JE, Gray SW, Mansberger AR, Colborn GL, dan Skandalakis LL.
HERNIA Surgical Anantomy and Techniquf; 1989. pp.54–113.
4. The British Hernia Centre. The Anatomy of Hernia. Tersedia di
https://bit.ly/2ZO7rh3 diakses tanggal 31 Mei 2019.
5. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih bahasa:
Liliana Sugiharto, edisi ke-6. Jakarta:EGC, 2006, hal. 148-65, 189-90
6. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New
York. WB Saunders Company. 795-801
7. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. Edisi 5. Philadelphia: Elsevier Saunders;
2013: pp.199.
8. Bickley LS. BATES: Buku Ajar Pemeruksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.
9. Jenkins JT dan O’Dwyer. Clinical Review: Inguinal Hernias. BMJ; 2008:
1(336), pp.269–272.

30

Anda mungkin juga menyukai