Oleh:
dr. I Gede Andrika Indrayoga Senthanu
Pendamping:
dr. Syamsul Ma’arif
dr. Bintari Wuryaningsih
Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSI Fatimah, Banyuwangi
Oleh
2.1. IDENTITAS
Nama : Tn. J
Usia : 59 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama/Suku : Islam/Jawa
Alamat : Gitik - Banyuwangi
Tanggal pemeriksaan : 17 September 2018
No. RM : 1376xx
2.2. ANAMNESA
Autoanamnesa (17 September 2018) 10.00 WIB di Poli Bedah RSI Fatimah Banyuwangi.
A. Keluhan Utama
Benjolan pada lipatan paha kanan.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada lipatan paha kanan,
terkadang benjolan bisa sampai ke buah zakar. Benjolan pertama kali muncul sejak
5 bulan yang lalu. Benjolan dapat hilang timbul. Biasanya benjolan muncul jika
pasien batuk, mengejan atau mengangkat benda berat, dan benjolan hilang jika
pasien istirahat atau berbaring. Benjolan tidak nyeri. Pasien mengatakan tidak ada
mual dan muntah. Nafsu makan baik. BAK (+) lancar, urin berwarna kuning. BAB
(+) lancar.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat HT (+) tidak terkontrol.
- Riwayat DM (-) disangkal.
D. Riwayat Keluarga
Tidak ada riwayat sakit yang sama pada keluarga pasien.
E. Riwayat Pengobatan
Tidak ada mengonsumsi obat.
c. Paru:
Inspeksi : gerak nafas simetris pada kedua sisi dinding dada, retraksi (-),
RR 20 kali/menit, teratur, simetris.
Palpasi : pergerakan dinding dada saat bernafas simetris.
Perkusi : sonor sonor
sonor sonor
sonor sonor
Auskultasi: vesikuler di seluruh lapang paru.
- - - -
Rh - - Wh - -
- - - -
F. Abdomen
a. Inspeksi : datar, jaringan parut (-).
b. Auskultasi : bising usus (+) normal.
c. Perkusi : timpani, shifting dullnes (-), nyeri perkusi (-).
d. Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, terdapat benjolan pada inguinal dextra
yang dapat keluar masuk.
Tes khusus:
- Finger test: (+) terdapat dorongan pada ujung jari.
G. Ekstremitas
Akral hangat, edema tungkai (-), CRT <2 detik.
2.4. RESUME
Tn. J/ laki-laki/59 tahun
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada lipatan paha kanan terkadang
benjolan sampai ke buah zakar, muncul sejak 5 bulan yang lalu. Biasanya benjolan
muncul jika pasien batuk, mengejan atau mengangkat benda berat, dan benjolan hilang
jika pasien istirahat atau berbaring. Benjolan tidak nyeri. Pasien mengatakan tidak ada
mual dan muntah. Nafsu makan baik. BAK (+) lancar, urin berwarna kuning. BAB (+)
lancar.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: cukup, Compos Mentis, GCS: 456.
Tanda vital : TD : 130/70 mmHg
Nadi : 83 x/menit reguler.
RR : 20 x/menit.
Suhu aksiler : 36,5 O C.
Kepala : tidak ditemukan kelainan.
Leher : tidak ditemukan kelainan.
Thoraks : tidak ditemukan kelainan.
Abdomen : terdapat benjolan pada inguinal sinistra yang dapat keluar masuk.
Tes khusus: Finger test (+) terdapat dorongan pada ujung jari.
Ekstrimitas : tidak ditemukan kelainan.
2.5. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja: Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponibilis
Tanggal 19/09/2018
S : nyeri pada luka oprasi (+), demam (-), mual (-), muntah (-)
O : Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : E4V5 M6 compos mentis
Vital sign
- TD : 130/80 mmHg
- N : 76 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,6 °C
Status generalis interna :
- A/I/C/D : -/-/-/-
- Kepala : tidak ditemukan kelainan.
- Leher : tidak ditemukan kelainan.
- Thorax : tidak ditemukan kelainan.
Pulmo simetris, retraksi (-), sonor/sonor,
vesicular/vesicular, ronkhi -/-, wheezing-/-
Cor S1S2tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : BU normal, supel, nyeri pada luka oprasi; luka tertutup perban,
tidak ada rembesan darah.
- Ekstremitas : Hangat keempat ekstremitas, CRT < 2 detik.
A : Post Op Herniotomi H1
P : - IVFD RL:D5 = 2:1
- Inj. Ranitidin 2x50mg
- Inj. Ondansetron 3x4mg
- Inj. Ketorolac 3x30mg
- Inj. Tramadol 3x50mg
- Tab. Amlodipin 5mg 1-0-0
- Tab. Lisinopril 5mg 0-0-1
- Tab. Sincronik (Tramadol 37,5mg; Paracetamol 325mg) 3x1
- Tab. Claneksi (Amoxicillin dan Asam Klavulanat) 3x1
Monitoring : Keadaan umum, TTV, keluhan, luka post oprasi.
Tanggal 20/09/2018
S : nyeri pada luka oprasi mulai berkurang
O : Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : E4V5 M6 compos mentis
Vital sign
- TD : 140/80 mmHg
- N : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36 °C
Status generalis interna :
- A/I/C/D : -/-/-/-
- Kepala : tidak ditemukan kelainan.
- Leher : tidak ditemukan kelainan.
- Thorax : tidak ditemukan kelainan.
Pulmo simetris, retraksi (-), sonor/sonor,
vesicular/vesicular, ronkhi -/-, wheezing-/-
Cor S1S2tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : BU normal, supel, nyeri pada luka oprasi; luka tertutup perban,
tidak ada rembesan darah.
- Ekstremitas : Hangat keempat ekstremitas, CRT < 2 detik.
A : Post Op Herniotomi H2
P : - KRS
- Tab. Amlodipin 5mg 1-0-0
- Tab. Sincronik (Tramadol 37,5mg; Paracetamol 325mg) 3x1
- Tab. Claneksi (Amoxicillin dan Asam Klavulanat) 3x1
- Kontrol tanggal 27/11/2018
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. ANATOMI
Lapisan dinding kulit abdomen terdiri dari, lemak subkutan, scarpa’s fascia,
peritoneum hesselbach’s triangle, external oblique, internal oblique, transversus
abdominis transversalis fascia. Dan di batasi oleh artery epigastrika inferior,
ligamentum inguinal dan lateralnya di batasi oleh rectus sheath (Schwartz, 1989).
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah
dinding anterior abomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Canalis inguinalis
terletak sejajar dan tepat di atas ligamentum inguinale. Dining canalis inguinalis di
bentuk oleh muskulus obliquus externus abdominis dan di bentuk oleh facsia
abdominalis (Snell, 2006).
3.2. DEFINISI
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (Karnadihardja, 2005).
Hernia iguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk
melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis
inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya
testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi
dilahirkan.
3.6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip pengobatan
hernia adalah herniotomi. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong
(Sjamsuhidayat, 2010).
3.7. KOMPLIKASI
Komplikasi hernia inguinalis lateralis bergantung pada keadaan yang dialami oleh
isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia inguinalis lateralis, pada
hernia ireponibel: ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas
omentum, organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul
gejala klinis kecuali benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia
sehingga terjadi hernia strangulata/ inkarserasi yang menimbulkan gejala obstruksi usus
yang sederhana. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada
hernia hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. (Jong,
2004 ; Girl dan Mantu, 1992).
Jepitan cincin hernia inguinalis lateralis akan menyebabkan gangguan perfusi
jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ
atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran
darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi
transudant berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri usus, dapat terjadi
perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika
terjadi hubungan dengan rongga perut (Jong, 2004). Akibat penyumbatan usus terjadi
aliran balik berupa muntah-muntah sampai dehidrasi dan shock dengan berbagai macam
akibat lain (Girl dan Mantu, 1992).
Hernia inkarserata ini dapat terjadi apabila isi kantong hernia tidak dapat kembali
lagi ke rongga abdomen. Organ yang terinkarserasi biasanya usus, yang ditandai dengan
gejala obstruksi usus, yang disertai muntah, perut kembung, konstipasi, dan terlihat
adanya batas udara-air pada saat foto polos abdomen. Setiap anak dengan gejala
obstruksi usus yang tidak jelas sebabnya harus dicurigai hernia inkarseta. Pada anak
wanita organ yang sering terinkarserasi adalah ovarium. Apabila aliran darah ke dalam
organ berkurang, terjadilah hernia strangulasi, yang menjadi indikasi pasti untuk operasi
(Shochat, 2000).
3.8. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada jenis dan ukuran hernia, serta pada kemampuan untuk
mengurangi faktor risiko yang terkait dengan perkembangan hernia. Sebagai aturan,
prognosisnya baik dengan diagnosis tepat waktu dan perbaikan. Morbiditas biasanya
sekunder baik untuk hilang diagnosis hernia atau komplikasi yang berhubungan dengan
manajemen penyakiT (Shochat, 2000).
Prognosis hernia inguinalis pada bayi dan anak sangat baik. Insiden terjadinya
komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi pascah bedah mendekati 1%,
dan recurent kurang dari 1%. Meningkatnya insiden recurrent ditemukan bila ada
riwayat inkarserata atau strangulasi (Shochat, 2000).
KESIMPULAN
Berdasarkan laporan kasus Tn. J 59 tahun datang ke Poli Bedah RSI Fatimah
Banyuwangi dengan keluhan utama terdapat benjolan pada lipatan paha kanan, terkadang
benjolan bias sampai ke buah zakar. Benjolan pertama kali muncul sejak 5 bulan yang lalu.
Benjolan dapat hilang timbul. Biasanya benjolan muncul jika pasien batuk, mengejan atau
mengangkat benda berat, dan benjolan hilang jika pasien istirahat atau berbaring. Benjolan
tidak nyeri. Pasien mengatakan tidak ada mual dan muntah. Nafsu makan baik. BAK (+)
lancar, urin berwarna kuning. BAB (+) lancar.
Hernia iguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui
sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah
saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari
perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.
Gejala yang muncul biasanya berupa adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri
jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau periumbilikal berupa
nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke
dalam kantong hernia.
Pada saat inspeksi, pasien diminta mengedan maka akan terlihat benjolan pada lipat
paha, bahkan benjolan bisa saja sudah nampak meskipun pasien tidak mengedan. Pada saat
melakukan palpasi, teraba benjolan yang kenyal, mungkin isinya berupa usus, omentum atau
ovarium, juga dapat ditentukan apakah hernia tersebut dapat didorong masuk dengan
jari/direposisi. Sewaktu aukultasi dapat terdengar bising usus dengan menggunakan stetoskop
pada isi hernia yang berupa usus.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip pengobatan hernia
adalah herniotomi. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
DAFTAR PUSTAKA
Girl, M.K., Mantu, F.M., 1992. Cermin Dunia Kedokteran. 1993. Hernia Inguinalis Lateralis
pada Anak-anak. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Jakarta: 51 – 55.
Greenberg, M.I.; Hendrickson, R.G.; Silvenberg, M., 2008. Greenberg Teks Atlas:
Kedokteran Kedaruratan. Jakarta: Erlangga, pp. 312-3
Jong, W.D., 2004. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum, dan Omentum. Dalam:
Sjamsuhidayat, R., ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 519-537.
Lavelle, M. et al, 2002. Surgery 1. Edisi 2. London: Churchill Livingstone, pp. 75-8
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. In: Mansjoer, A., ed. Bedah Digestif. Jakarta:
Media Aesculapius, 302–328.
Richard l. Drake. 2015. Inguinal Hernias. Gray’s anatomy for students, 3th edition. Canada:
Elsevier Churchill Livingstone. Halaman: 299-302.
Ruhl, C.E.; Everhart, J.E., 2007. Risk Factors for Inguinal Hernia among Adults in the US
Population. Am J Epidemiol. 165(10): 1154-61
Shochat Stephen. 2000. Hernia Inguinalis. Dalam: Behrman, Kliegman, Arvin (ed). Ilmu
Kesehatan Anak Nelson vol. 2 ed.15. Jakarta. Halaman: 1372- 1375.
Schwartz, S.I., 2000. Hernia Dinding Abdomen. Dalam: Chandranata, Linda., ed. Intisari
Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 509–517.
Snell, R.S., 2006. Abdomen: Bagian I Dinding Abdomen. Dalam: Hartanto, Huriawati, ed.
Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC, 147–200.