Anda di halaman 1dari 18

CASE REPORT

VARIKOKEL SINISTRA

Disusun oleh :

Nerissa Arviana Rahadianthi

1102013210

Pembimbing :

dr. Firmansyah, Sp. B, MARS

KEPANITRAAN KLINIK ILMU BEDAH

RS. MOH. RIDWAN MEURAKSA JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

PERIODE 12 MARET – 19 MEI 2018


CASE REPORT

VARIKOKEL

I. Identitas Pasien :
Nama : Tn. I
Umur : 34 tahun
Alamat : MESS TNI Ragunan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Mayor
Status : Cerai Hidup

Tanggal Masuk RS : 13 Maret 2018


Tanggal Pemeriksaan : 15 Maret 2018
II. Anamnesis :
( Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 15 Maret 2018).

 Keluhan Utama :
Pasien datang ke poli Bedah RS TK II Ridwan dengan membawa hasil Rikkes
yang menyatakan pasien memiliki varikokel pada buah zakar kiri.
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli Bedah RS TK II Ridwan dengan membawa hasil Rikkes
yang menyatakan bahwa pasien memiliki varikokel pada buah zakar sebelah
kiri. Pasien menyatakan tidak merasa adanya nyeri ataupun adanya aktivitas
yang terganggu. Pasien mengaku buang air kecil lancr dengan frekuensi
normal.
 Keluhan Tambahan :
Tidak ada keluhan.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat Alergi : disangkal
 Riwayat Asma : disangkal
 Riwayat Kebiasaan :
 Riwayat mengkonsumsi alkohol (-)
 Riwayat merokok (+)

 Riwayat Keluarga :
 Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan atau penyakit seperti
pasien.

III. Pemeriksaan Fisik


a. Kesadaran : Compos mentis
 Kesan : Tampak Sakit Sedang
 GCS : E4 V5 M6

b. Tanda vital :
 TB : 175 Cm
 BB : 65 Kg
 TD : 110/70 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Rr : 20 x/menit
 Suhu : 360C

c. Kepala : Normocephal
 Mata : Konjungtiva anemis tidak ditemukan (CA-/-)
Sklera ikterik tidak ditemukan (SI-/-)
 Hidung : Deformitas (-)
 Mulut : Bibir sianossis (-), lidah sianosis (-)

d. Leher :
 Deviasi trakea tidak ditemukan
 Pembesaran KGB tidak teraba
e. Paru
 Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak tidak ditemukan, tidak
ditemukan retraksi dinding dada, kelainan bentuk dada (-).
 Palpasi : Fremitus vokal dan Fremitus taktil pada hemitoraks
kanan-kiri teraba simetris
 Perkusi : Sonor pada kedua hemitoraks
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+ normal , Rhonki -/-,
Wheezing -/-

f. Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga ke 5 sebelah medial
linea midclavicularis sinistra
 Perkusi :
- Batas jantung kanan pada linea midclavicularis sela iga ke
5 dextra.
- Batas jantung kiri pada sisi medial linea
midclavicularis sinistra sela iga ke 5.
- Batas pinggang jantung pada parastenum sinistra sel
iga ke 3.
 Auskultasi : - Bunyi Jantung I-II reguler, Murmur (-), Gallop (-)

g. Abdomen
 Inspeksi : Bentuk abdomen simetris, ukuran normal.
 Auskultasi : Bising Usus (+) normal
 Palpasi : Supel, Nyeri Tekan Epigastrium -/-,
Hepar - Lien tidak teraba membesar.
 Perkusi :Terdapat suara timpani diseluruh lapang
abdomen.

h. Ekstremitas Sinistra dan Dextra :


 Akral hangat, capillary refill time < 2”
 Atas : Edema (-)
 Bawah : Edema (-)

i. Genitalia externa
 Penis:
-Kelainan kongenital (-)
-kelainan kulit (-)
- infeksi (-)
- tumor (-)
k. Scrotum
- Tanda radang (-)
- Pembesaran +/-

l. Status Lokalis :
 Inspeksi : terlihat benjolan kecil pada kantong zakar kiri.
 Palpasi : teraba benjolan pada regio skrotalis sinistra dengan
ukuran ± 1x1 cm, mobile, nyeri (+) sedikit, konsistensi kenyal dan
lunak.

Pemeriksaan Penunjang
13 Maret 2018, 14:53
JENIS HASIL NILAI REFERENSI SATUAN
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
LENGKAP
Hemoglobin 15.7 13,2 – 17,3 g/dl

Jumlah Leukosit 6,4 3,8 – 10,6 ribu/mL

Jumlah Hematokrit 44 40 – 52 %

Jumlah Trombosit 284 150 – 440 ribu/mL

Laju Endap Darah 5 < 10 mm/jam

HITUNG JENIS

Basofil 0 <1 %

Eusinofil 1 <3 %

Batang 0 <6 %

Segmen 60 50 – 70 %

Limfosit 36 20 – 40 %

Monosit 3 <8 %

HEMOSTASIS

Waktu Pendarahan 2’00’’ 1’00’’ – 3’00’’ menit

Waktu Pembekuan 5’00’’ 2’00 – 6’00’’ menit

 FOLLOW UP
15 Maret 2018
S : Pasien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi di buah zakar kanan.
O : - Ku : Tss -Kes : Cm S: 36
-TD : 110/70 -N: 80 RR : 20
Mata : CA -/- , SI -/-
Paru : Ves +/+ , Rh -/- , Wh -/-
Jantung : BJ I-II Reg, Murmur (-) , Gallop (-)
Abdomen : Bu (+) , NT (-)
Ekstremitas : Akral hangat Crt <2”
St. Lokalis : a/r Scrotum Dextra
A : Varikokel Ringan Dextra
P:- IUFD RL 20 TPM
- Cefoporazone 3x1
- Ketorolac 3x1
- Ranitidine 3x1

 Diagnosis Kerja :
- Varikokel Sedang Sinistra

 Penatalaksanaan
- IUFD RL 20 TPM
- Cefoporazone 3x1
- Ketorolac 3x1
- Ranitidine 3 x 1

 Tindakan pembedahan :
- PALOMO

 Prognosis :
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Varikokel merupakan suatu dilatasi abnormal dari vena pada pleksus


pampiniformis dengan ukuran diameter melebihi 2 mm. Dilatasi abnormal vena-vena
dari spermatic cord biasanya akibat gangguan aliran darah balik vena spermatik
internal. Varikokel merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria dan
didapatkan 20-40% pria yang infertile menderita varikokel.

Anatomi

Pada pria dewasa, masing-masing testis merupakan suatu organ berbentuk oval
yang terletak didalam skrotum. Beratnya masing-masing kira-kira 10-12 gram, dan
menunjukkan ukuran panjang rata-rata 4 sentimeter (cm), lebar 2 cm, dan ukuran
anteroposterior 2,5 cm. Testis memproduksi sperma dan androgen (hormon seks
pria).10 Tiap testis pada bagian anterior dan lateral diliputi oleh membran serosa,
tunika vaginalis. Membran ini berasal dari peritoneum cavum abdominal. Pada tunika
vaginalis terdapat lapisan parietal (bagian luar) dan lapisan visceral (bagian dalam)
yang dipisahkan oleh cairan serosa. Kapsul fibrosa yang tebal, keputihan disebut
dengan tunika albuginea yang membungkus testis dan terletak pada sebelah dalam
lapisan visceral dari tunika vaginalis. Pada batas posterior testis, tunika albuginea
menebal dan berlanjut ke dalam organ sebagai mediastinum testis.

Gambar 1. Anatomi
Tunika albuginea berlanjut ke dalam testis dan membentuk septum jaringan
konektif halus, yang membagi kavum internal menjadi 250 lobulus terpisah. Tiap-tiap
lobulus mengandung sampai empat tubulus seminiferus yang sangat rumit, tipis dan
elongasi. Tubulus seminiferous mengandung dua tipe sel: (1) kelompok nondividing
support cells disebut sel-sel sustentacular dan kelompok dividing germ cells yang
terus menerus memproduksi sperma pada awal pubertas.
Cavum yang mengelilingi tubulus seminiferus disebut kavum intersisial. Dalam
cavum intersisial ini terdapat sel-sel intersisial (sel leydig). Luteinizing hormone
menstimulasi sel-sel intersisial untuk memproduksi hormon disebut androgen.
Terdapat beberapa tipe androgen, yang paling umum ialah testosteron. Meskipun
korteks adrenal mensekresi sejumlah kecil androgen, sebagian besar androgen
dilepaskan melalui sel-sel intersisial di testis, dimulai pada masa pubertas.
Duktus deferens juga disebut vas deferens, saluran ini meluas dari tail
epididimis melewati skrotum, kanalis inguinalis dan pelvis bergabung dengan ductus
dari vesica seminalis membentuk duktus ejakulatorius pada glandula prostat.
Testis diperdarahi oleh arteri testicular, arteri yang bercabang dari aorta
setinggi arteri renal. Banyak pembuluh vena dari testis pada mediastinum dengan
suatu kompleks pleksus vena disebut pleksus vena pampiniformis, yang terletak
superior. Epididimis dan skrotum diperdarahi oleh pleksus vena kremaster. Kedua
pleksus beranastomose dan berjalan superior, berjalan dengan vas deverens pada
spermatic cord. Spermatic cord dan epididimis diperdarahi oleh cabang arteri vesical
inferior dan arteri epigastrik inferior (arteri kremaster). Skrotum diperdarahi cabang
dari arteri pudendal internal (arteri scrotal posterior), arteri pudendal eksternal cabang
dari arteri femoral, dan cabang dari arteri epigastrik inferior (kremaster). Aliran vena
testis melalui pleksus vena pampiniformis, terbentuk pada bagian atas epididimis dan
berlanjut ke vena testikularis melalui cincin inguinal. Vena testikularis kanan
bermuara ke vena kava inferior dengan suatu acute angle, dimana vena testikularis
sinistra mengalir ke vena renalis sinistra dengan suatu right angle.
Aliran darah balik melalui vena testikularis membentuk plexus
pampiniformis pada funiculus spermaticus. Plexus ini berperan sebagai tempat
pertukaran panas, sehingga dapat mempertahankan temperatur testise beberapa
derajat dibawah temperatur tubuh. Plexus ini sering melebar membentuk varises yang
disebut varicocele.
Epidemiologi

Varikokel terdeteksi lebih sering pada populasi pria infertil dibanding pada
pria fertil. Sebagian besar varikokel terdeteksi setelah pubertas dan prevalensi
pada pria dewasa sekitar 11-15%. Pada 80-90% kasus, varikokel hanya terdapat
pada sebelah kiri, varikokel bisa bilateral hingga 20% kasus, meskipun dilatasi
sebelah kanan biasanya lebih kecil. Varikokel unilateral sebelah kanan sangat
jarang terjadi.
Varikokel pada remaja pria pernah dilaporkan sekitar 15% kasus. Varikokel
biasanya terdiagnosis pada 20-40% pria infertil. Insidensi varikokel yang teraba
diperkirakan 15% pada populasi umum pria dan 21-39% pria subfertil. Meskipun
varikokel pernah dilaporkan pada pria sebelum remaja, varikokel jarang pada
kelompok usia ini.

Etiologi
Pembentukan varikokel dihubungkan dengan salah satu dari 3 faktor primer
yaitu:

1) Peningkatan tekanan vena didalam vena renalis sinistra;


2) Anastomosis vena-vena kolateral;
3) Katup-katup vena spermatikus internus yang inkompeten.
Peningkatan tekanan dihubungkan dengan salah satu dari beberapa faktor,
meliputi fenomena nutcracker proksimal (disebabkan oleh tekanan dari pembuluh
darah renal sebelah kiri di antara aorta dan arteri mesenterikus superior); efek
nutcracker distal (tekanan dari vena iliaka komunis sinistra sebelah kiri pembuluh
darah iliac oleh arteri iliac yang umum, yang hasil pada aliran mundur melalui segan
dan pembuluh darah spermatic eksternal); dan keganjilan dari pembuluh darah renal
sebelah kiri. Inkompetensi dari vena-vena pada vena spermatikus internus proksimal
kemungkinan bertanggungjawab terbentuknya varikokel pada mayoritas kasus,
predominan pada sisi kiri karena tekanan vena pada system vena sprematikus
internus kiri.

Patofisiologi
 Peningkatan Tekanan Vena
Perbedaan letak vena spermatika interna kanan dan kiri menyebabkan
terplintirnya vena spermatika interna kiri, dilatasi dan terjadi aliran darah
retrograde. Darah vena dari testis kanan dibawa menuju vena cava inferior
pada sudut oblique (kira-kira 300). Sudut ini, bersamaan dengan tingginya
aliran vena kava inferior diperkirakan dapat meningkatkan drainase pada sisi
kanan (Venturi effect). Vena renalis kiri dapat juga terkompres di daerah
proksimal diantara arteri mesenterika superior dan aorta, dan distalnya diantara
arteri iliaka komunis dan vena. Fenomena ini dapat juga menyebabkan
peningkatan tekanan pada sistem vena testikular kiri.
 Anastomosis Vena Kolateral
 Katup yang Inkompeten

Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui beberapa


cara, antara lain:
 Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis
mengalami hipoksia karena kekurangan oksigen.
 Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan
prostaglandin) melalui vena spermatika interna ke testis.
 Peningkatan suhu testis:
Adanya varikokel berkaitan dengan peningkatan suhu skrotum dan
testis dan dapat menurunkan proses spermatogenesis. Penelitian
eksperimental menunjukkan bahwa spermatogenesis akan terjadi
secara optimal pada suhu yang lebih rendah daripada suhu tubuh.
Banyak enzim yang bertanggung jawab terhadap sintesis DNA yang
optimal dalam testis sangat bergantung pada suhu. Posisi skrotum dan
sistem pendingin yang dilakukan oleh pleksus pampiniformis yang
mengelilingi arteri testikuler memungkinkan terjadinya pertukaran
panas dan bertanggung jawab terhadap pengaturan suhu yang optimal
untuk proses spermatogenesis. Adanya stasis aliran darah pada
varikokel akan mengakibatkan peningkatan suhu sekitarnya, yang
berkaitan dengan penurunan jumlah spermatogonia dan peningkatan
apoptosis sel – sel epithelium.

 Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan,


memungkinkan zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis
kiri ke testis kanan sehingga menyebabkan gangguan spermatogenesis
testis kanan dan pada akhirnya terjadi infertilitas.

Klasifikasi
Ukuran varikokel bervariasi, dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok :

1. Berat : mudah diidentifikasi hanya dengan inspeksi


2. Sedang : dapat diidentifikasi dengan palpasi tanpa maneuver valsava
3. Ringan : diidentifikasi dengan melakukan maneuver valsava, dengan
peningkatan tekanan intraabdominal menyebabkan pembesaran ukuran
varikokel.

Manifestasi Klinis

Beberapa pasien dengan varikokel dapat mengalami nyeri skrotal dan


pembengkakan, namun yang lebih penting, suatu varikokel dipertimbangkan menjadi
suatu penyebab potensial infertilitas pria. Hubungan varikokel dengan fertilitas
menjadi kontroversi, namun telah dilaporkan peningkatan fertilitas dan kualitas
sperma setelah terapi, termasuk terapi oklusif pada varikokel.
Varikokel pada remaja biasanya asimptomatik dan untuk itu diagnosis
khususnya diperoleh saat pemeriksaan fisik rutin. Varikokel bermanifestasi sebagai
massa yang tidak nyeri yang teraba diatas skrotum dan pada beberapa kasus terdapat
di sekeliling testis. Deskripsi klasik dari varikokel adalah konsistensi “kantung
cacing” yang menghilang dengan posisi berbaring.
Varikokel ekstratestikular secara klinis berupa teraba benjolan asimptomatik,
dengan nyeri skrotal atau hanya menyebabkan infertilitas dengan perjalanan
subklinis. Secara klinis varikokel intratestikular kebanyakan hadir dengan gejala
seperti varikokel ekstratestikuler, meskipun sering varikokel intratestikuler tidak
berhubungan dengan varikokel ekstratestikuler ipsilateral.
Manifestasi klinis paling umum pada varikokel intratestikular adalah nyeri
testikular (30%) dan pembengkakan (26%). Nyeri testis diperkirakan berhubungan
dengan peregangan tunika albuginea. Manifestasi klinis lain yang telah dilaporkan
mencakup infertilitas (22%) dan epididimorchitis (11%).

Diagnosis
Diagnosis varikokel ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Pasien datang ke dokter biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah
beberapa tahun menikah, atau kadang-kadang mengeluh ada benjolan di atas testis
yang terasa nyeri.
Pemeriksaan fisik harus dilakukan didalam ruangan yang hangat dan posisi
pasien dalam posisi berbaring dan berdiri dengan atau tanpa Valsalva maneuver.
Varikokel diklasifikasikan berdasarkan pemeriksaan fisik ke dalam 3 derajat :

1. Berat : mudah diidentifikasi hanya dengan inspeksi


2. Sedang : dapat diidentifikasi dengan palpasi tanpa maneuver valsava
3. Ringan : diidentifikasi dengan melakukan maneuver valsava, dengan
peningkatan tekanan intraabdominal menyebabkan pembesaran ukuran
varikokel.
Pemeriksaan radiologi yang dapat digunakan yaitu pemeriksaan ultrasonografi,
CT scan, MRI dan angiografi. Pemeriksaan Utrasonografi merupakan pilihan pertama
dalam mendeteksi varikokel. Pemeriksaan ultrasonografi dan terutama Color Doppler
menjadi metode pemeriksaan paling terpecaya dan berguna dalam mendiagnosis
varikokel subklinis. Gambaran varikokel pada ultrasonografi tampak sebagai stuktur
serpiginosa predominan echo free dengan ukuran diameter lebih dari 2 mm.
Pada CT-scan dapat menunjukkan gambaran vena – vena serpiginosa
berdilatasi menyangat. Pada MRI varikokel tampak sebagai suatu massa dari dilatasi,
serpiginosa pembuluh darah, biasanya berdekatan dengan caput epididimis.
Spermatic canal melebar, dan intrascrotal spermatic cord atau pleksus
pampiniformis prominen. Spermatic cord memiliki intensitas signal heterogen.
Spermatic cord memuat struktur serpiginosa dengan intensitas signal tinggi. Peranan
MRI dalam diagnosis varikokel belum terbukti karena tidak cukupnya jumlah pasien
yang telah diperiksa dengan MRI. Venografi dapat menunjukkan dilatasi vena
testikular, dapat menunjukkan aliran retrograde bahan kontras ke arah skrotum.
Sebagian besar varikokel digambarkan sebagai primer atau idiopatik dan
diperkirakan terjadi karena kelainan perkembangan katup dan atau vena. Varikokel
primer jauh lebih mungkin pada sebelah kiri, dimana setidaknya dijumpai 95%.
Sebagian kecil terjadi akibat tidak langsung dari suatu lesi yang mengkompresi atau
mengoklusi vena testikular. Varikokel sekunder akibat dari peningkatan tekanan pada
vena spermatik yang ditimbulkan oleh proses penyakit seperti hidronefrosis, sirosis,
atau tumor abdominal.
Varikokel klinis didefinisikan sebagai pembesaran pleksus pampiniformis yang
dapat diraba, dimana dapat dibagi menjadi derajat 1, 2, 3 menurut klasifikasi Dubin
and Amelar. Varikokel subklinis didefinisikan sebagai refluks melalui vena
spermatika interna, tanpa distensi yang dapat teraba dari pleksus pampiniformis.
Dubin and Amelar menemukan suatu sistem penilaian yang berguna untuk
varikokel yang dapat teraba.
1. Derajat 1 : varikokel dapat diraba hanya pada waktu manuver valsava
2. Derajat 2 : varikokel dapat diraba tanpa manuver valsava
3. Derajat 3 : varikokel tampak pada pemeriksaan sebelum palpasi.

Diagnosis Banding
Beberapa kelainan yang pada pemeriksaan ultrasonografi memberikan
gambaran mirip dengan gambaran varikokel dan menjadi diagnosis banding yaitu
spermatokel dan ektasia tubular.
Spermatokel merupakan suatu lesi kistik jinak yang berisi sperma. Spermatokel
umunya ditemukan pada kaput epididimis. Spermatokel banyak ditemukan secara
kebetulan pada saat skrining ultrasonografi pada pasien usia pertengahan sampai usia
tua. Ukuran spermatokel dapat bervariasi dari beberapa millimeter sampai beberapa
sentimeter. Sebagian besar spermatokel tidak menyebabkan gejala, dan pasien bisa
datang dengan teraba massa lunak pada bagian dalam skrotum. Pada beberapa kasus,
dapat juga terdapat rasa tak nyaman karena efek massa. Etiologi spermatokel masih
belum jelas. Sebagian besar penulis mengarahkan bahwa suatu obstruksi duktus
eferen merupakan asal mula dari kelainan ini.
Ektasia tubular juga dikenal sebagai transformasi kistik rete testis merupakan
dilatasi rete testis sebagai suatu akibat obliterasi parsial atau komplit duktus eferen.
Ektasia tubular sering bilateral dan asimetris, sering berhubungan dengan
spermatokel. Rerata usia pada diagnosis ialah 60 tahun dan secara umum pasien
berusia lebih dari 45 tahun.

Komplikasi
Beberapa komplikasi dari varikokel diantaranya kenaikan temperatur testis,
jumlah sperma rendah dan infertilitas pria. Hambatan aliran darah, suatu varikokel
dapat membuat temperatur lokal terlalu tinggi, mempengaruhi pembentukan dan
motilitas sperma.
Terdapat bukti yang baik dimana lamanya varikokel menyebabkan efek
merugikan yang progresif pada testis. Chehval dan Porcell (1992) melakukan analisis
semen pada 13 pria dengan varikokel dan kemudian mengevaluasi kembali semen
pria tersebut 9 sampai 96 bulan kemudian. Hasilnya menunjukkan suatu
kemerosotan pada follow up analisis semen mereka.
Potensi komplikasi dari tatalaksana varikokel jarang terjadi dan komplikasi
biasanya ringan. Semua pendekatan pembedahan varikokel berkaitan dengan suatu
resiko kecil seperti infeksi luka, hidrokel, varikokel berulang dan jarang terjadi yaitu
atrofi testis. Potensi komplikasi dari insisi inguinal karena tatalaksana varikokel
mencakup mati rasa skrotal dan nyeri berkepanjangan.

Penatalaksanaan
Kebanyakan pasien penderita varikokel tidak selalu berhubungan dengan
infertilitas, penurunan volume testicular, dan nyeri, untuk itu tidak selalu dilakukan
tindakan operasi. Varikokel secara klinis pada pasien dengan parameter semen yang
abnormal harus dioperasi dengan tujuan membalikkan proses yang progresif dan
penurunan durasi dependen fungai testis. Untuk varikokel subklinis pada pria dengan
faktor infertilitas tidak ada keuntungan dilakukkan tindakan operasi.
Indikasi dilakukan operasi, yaitu:
a. Infertilitas dengan produksi semen yang jelek.
b. Ukuran testis mengecil
c. Nyeri kronis atau ketidaknyamanan dari varikokel yang besar.

Teknik operasi
Ligasi dari vena spermatika interna dilakukkan dengan berbagai teknik. Teknik
yang paling pertama dilakukkan dengan memasang clamp eksternal pada vena lewat
kulit skrotum.
Operasi ligasi varikokel termasuk retroperitoneal, ingunal atau sublingual,
laparoskopik dan mikrokroskopik varikokelektomi.

1. Teknik retroperitoneal (palomo)


Teknik retroperitoneal (palomo) memiliki keuntungan mengisolasi vena
spermatiaka interna ke arah proksimal, dekat dengan lokasi drainase menuju
vena renalis kiri. Pada bagian ini, hanya 1 vena besar yang terlihat. Sebagai
tambahan, arteri testicular belum bercabang dan seringkali berpisah dari vena
spermatika interna. Kekurangan dari teknik ini yaitu sulitnya menjaga
pembuluh limfatik karena sulitnya mencari lokasi pembuluh retroperitoneal,
dapat menyebabkan hidrokel post operasi. Sebagai tambahan, angka
kekambuhan tinggi karena arteri testicular terlindungi oleh plexus periarterial
(vean comitantes), dimana akan terjadi dilatasi seiring berjalannya waktu dan
akan menimbulkan kekambuhan. Parallel ingunal atau retroperitoneal kolateral
bermula dari testis dan bersama dengan vena spermatika interna ke arah atas
ligasi (cephalad), dan vena kremaster yang tidak terligasi, dapt menyebabkan
kekambuhan. Ligasi dari atreri testikular disarankan pada anak-anak untuk
meminimalkan kekambuhan, tetapi pada dewasa dengan infertilitas, ligasi arteri
testicular tidak direkomendasikan karena akan mengganggu fungsi testis.

2. Teknik Inguinal (Ivanissevich)


a. Insisi dibuat 2cm diatas simfisis pubis.
b. Fasia M. External oblique secara hati-hati disingkirkan untuk mencegah
trauma N. Ilioinguinal yang terletak dibawahnya.
c. Pemasangan penrose drain pada saluran sperma.
d. Insisi fasia spermatika, kemudian akan terlihat pembuluh darah spermatika.
e. Setiap pembuluh darah terisolasi, kemudian diligasi dengan menggunakan
benang yang nonabsorbable.
f. Setelah semua pembuluh darah kolateral terligasi, fasia M. External
oblique ditutup dengan benang yang absorbable dan kulit dijahit
subkitikuler.

3. Microsurgical varicocelectomy (Marmar-Goldstein)


Microsurgical subinguinal atau inguinal merupakan teknik terpilih untuk
melakukkan ligasi varikokel. Saluran spermatika dielevasi kearah insisi, untuk
memudahkan pengelihatan, dan dengan menggunakan bantuan mikroskop
pembesaran 6x hingga 25x, periarterial yang kecil dan vena kremaster akan
dengan mudah diiligasi, serta ekstraspermatik dan vena gubernacular sewaktu
testis diangkat. Fasia intraspermatika dan ekstraspermatika secara hati-hati
dibuka untuk mencari pembuluh darah. Arteri testikular dapat dengan mudah
diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop. Pembuluh limfatik dapat
dikenali dan disingkirkan, sehingga menurunkan komplikasi hidrokel.

DAFTAR PUSTAKA
1. Schneck FX, Bellinger MF. Abnormalities of the testes and scrotum and their
surgical management. In: Wein AJ, ed. Campbell-Walsh Urology. 9th ed.
Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2007:chap 67.
2. Tanagho EA, McAninch JW. Smith general urology. 2008. McGraw Hill-
Companies. Ed 17. Chap 44 hal 14, 690-691, 704.
3. Hillegas KB. Gangguan Sistem Reproduksi Pria. Dalam Price SA, Wison LM.
2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. EGC:
Jakarta.
4. White WM. Department of Surgery, Division of Urology, University of
Tennessee Graduate School of Medicine, University of 31 Maret 2018.
5. www.medlineplus.com. Updated 220909. Linda J. Vorvick, MD, Medical
Director, MEDEX Northwest Division of Physician Assistant Studies,
University of Washington, School of Medicine; Louis S. Liou, MD, PhD,
Assistant Professor of Urology, Department of Surgery, Boston University
School of Medicine. Also reviewed by David Zieve, MD, MHA, Medical
Director, A.D.A.M., Inc.
6. www.varicoceles.com. 2001. Diakses tgl 1 April 2018.
7. Purnomo BB. 2008. Dasar-Dasar Urologi. Edisi kedua. Jakarta. Sagung Seto:
Jakarta.
8. Netter’s Atlas Anatomy.

Anda mungkin juga menyukai