FISTULA ENTEROKUTAN
Oleh :
Reza Nathasya Aprelea, S. Ked
226100802074
Pembimbing :
dr. Endang Sri Wahyuni, Sp. B
KEPANITERAAN
KLINIK ILMU BEDAH DAN ATLS
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
i
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan sebagai salah satu tugas dan syarat dalam mengikuti kepaniteraan
klinik Program Pendidikan Profesi pada bagian / SMF Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Reza Nathasya Aprelea, S. Ked
NIM : 226100802074
Jurusan : Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran
Universitas Palangka Raya
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, penyusunan referat yang berjudul Fistula Enterokutan dapat
diselesaikan dengan baik. Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Bedah di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan referat ini banyak
mengalami kendala dan juga kekurangan. Namun, berkat dan bantuan bimbingan dan
kerjasama dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat
diatasi.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Endang Sri Wahyuni, Sp.B yang membimbing dan membantu saya dalam
penyusunan referat ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Kiranya referat ini dapat berguna
dan membantu generasi dokter-dokter muda selanjutnya maupun mahasiswa jurusan
kesehatan lain yang sedang dalam menempuh pendidikan.
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iv
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHALUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian............................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................2
2.1 Anatomi dan Fisiologi Fistula Enterokutan....................................................2
2.2 Definisi Fistula Enterokutan...........................................................................5
2.3 Etiologi Fistula Enterokutan...........................................................................5
2.4 Manifestasi Fistula Enterokutan.....................................................................6
2.5 Diagnosis Fistula Enterokutan........................................................................6
2.6 Pemeriksaan Penunjang Fistula Enterokutan..................................................7
2.7 Komplikasi Fistula Enterokutan.....................................................................8
2.8 Tatalaksana Fistula Enterokutan.....................................................................8
2.9 Prognosis Fistula Enterokutan......................................................................11
BAB III........................................................................................................................12
KESIMPULAN...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13
v
BAB I
PENDAHALUAN
1.1 Latar Belakang
Fistula enterokutaneus atau enterokutaneus fistula (ECF) merupakan adanya
suatu hubungan abnormal yang biasanya terjadi antara dua permukaan berepitel yaitu
pada caluran cerna dengan kulit, baik antara usus halus dengan kulit atau usus besar
dengan kulit. Hubungan antara kedua permukaan tersebut merupakan sebagian besar
jaringan granulasi. Fistula enterokutaneus merupakan suatu komplikasi yang biasanya
terlihat setelah operasi di usus kecil atau besar.1
1.2 Tujuan Penelitian
Penulisan referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis dan
pembaca mengenai fistula enterokutan, mengerti tata cara mendiagnosis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Fistula Enterokutan
Fistula enterokutan adalah suatu hubungan yang abnormal biasanya terjadi
antara dua permukaan berepitel yaitu antara saluran cerna dengan kulit, baik antara
usus halus dengan kulit maupun usus besar dengan kulit. Hubungan antara kedua
permukaan tersebut sebagian besar disebut berupa jaringan granulasi. Fistula
enterokutan biasanya terlihat setelah operasi di usus kecil atau usus besar.
Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari
pilorus sampai katup ileosekal. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga
abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke
bawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.
Struktur usus halus terdiri dari bagian-bagian berikut ini:
a. Duodenum: Duodenum berbentuk melengkung seperti huruf C, letaknya dekat
dengan caput pankreas dan berada di atas umbilicus. Panjangnya sekitar 20-25
cm dan memiliki lumen paling lebar dibanding bagian lainnya. Duodenum
dibagi menjadi 4 bagian2 :
o Pars superior : bagian ini terletak pada ostium pyloricum gaster sampai
collum vesicae fellea dan sering disebut sebagai ampulla.
o Pars descendens : bagian ini terletak pada collum vesicae fellea sampai ke
tepi bawah vertebra L3, pada pars descendensterdapat papilla duodeni
major dan papilla duodeni minor. Papilla duodeni major merupakan pintu
masuk ductus pancreaticus dan ductus choledochus, sedangkan pada
papilla duodeni minor merupakan pintu masuk ductus pancreaticus
accessorius.
o Pars inferior : bagian ini merupakan bagian terpanjang dan menyilang
pada vena cava inferior, aorta dan columna vertebralis.
2
3
o Pars ascendens : bagian ini diperkirakan berjalan di sisi kiri atau naik dari
aorta sampai tepi atas vertebra L2 dan berakhir menjadi flexura
duodenojejunalis. (Drake et al, 2014)
b. Jejunum : Terletak 2/5 bagian proksimal, diameternya lebih lebar dan
memiliki dinding yang lebih tebal dibanding ileum. Pada bagian dalam
mukosanya terdapat banyak lipatan yang menonjol mengelilingi lumen yang
disebut plicae circulares. Ciri khas jejunum terdapat arcade arteriae yang tidak
begitu terlihat dan vasa recta yang lebih panjang dibanding milik ileum.
c. Ileum : Terletak 3/5 bagian distal, memiliki dinding yang lebih tipis, plicae
circulares yang kurang menonjol dan lebih sedikit, terdapat banyak arteriae
arcade dan lemak mesenterium. Ileum akan bermuara di usus besar, yang
merupakan tempat pertemuan sekum dan colon ascendens. Tempat tersebut
dikelilingi 2 lipatan yang menonjol ke dalam usus besar yang disebut plica
ileocaecale.
Usus besar terletak dari ujung distal ileum sampai anus dan ukuran pada orang
dewasa sekitar 1,5 meter. Memiliki lumen dengan diameter yang lebih besar 6
Universitas Muhammadiyah Surabaya dibanding usus halus. Struktur usus besar
mulai caecum dan appendix vermiformis di regio inguinalis dekstra lalu naik ke atas
sebagai kolon ascendens melewati regio lateralis dekstra menuju regio
hypochondrium dextra, di bawah hepar belok ke kiri membentuk fleksura coli dekstra
(flexura hepatica) lalu menyeberangi abdomen sebagai colon transversum menuju
hypochondrium sinistra. Di posisi tersebut yakni tepat di bawah lien, belok ke bawah
membentuk flexura coli sinistra (flexura lienalis) lalu berlanjut sebagai colon
descendens melewati regio lateralis sinistra menuju regio inguinalis sinistra, saat
masuk di bagian atas cavitas pelvis sebagai colon sigmoideum lalu berlanjut sebagai
rectum di dinding posterior cavitas pelvis dan berakhir menjadi canalis analis. 2
Bagian-bagian usus besar terdiri dari2 :
4
b. Resuscitation
Tujuan utama pada tahap ini yaitu mengganti volume yang hilang secara
eksternal melalui fistula atau dinding abdomen terbuka. Fistula mengeluarkan cairan
yang kaya elektrolit, mineral, dan protein yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit dan malnutrisi. Terapi pengggantian cairan merupakan
langkah awal dalam pengelolaan pasien dengan fistula enterokutan untuk
menghindari dehidrasi dan ketidakstabilan metabolisme selama periode stabilisasi
awal
c. Control of sepsis
Sepsis bertanggung jawab atas 77% kematian yang terkait dengan fistula
enterokutan. Computed tomography abdomen dan pelvis yang dilakukan bersamaan
dengan drainase perkutan dengan panduan radiografi sangat penting untuk
mengevaluasi dan memanajemen sumber infeksi. Computed tomography memiliki
akurasi lebih dari 97% saat media kontras digunakan dengan tepat. Studi radiologis
lain, seperti ultrasonografi dan MRI juga dapat digunakan sebagai tambahan baik
untuk diagnostik maupun terapi.
d. Nutritional support
Pemberian nutrisi pada pasien dengan fistula enterokutan merupakan komponen
kunci penatalaksanaan pada fase stabilization. Fistula enterokutan dapat
menimbulkan malnutrisi pada pasien karena intake nutrisi kurang, hiperkatabolisme
akibat sepsis dan banyaknya komponen usus kaya protein yang keluar melalui fistula.
Pasien dengan fistula enterokutan membutuhkan kalori total sebanyak 25-32 kcal/kg
perhari dengan rasio kalori-nitrogen 150:1 sampai 200:1, protein minimal 1,5g/kg
perhari. Jalur pemberian nutrisi ini dilakukan melalui parenteral. Selain itu, perlu
diberikan elektrolit dan vitamin seperti vitamin C, vitamin B12, zinc, asam folat.
e. Control of fistula drainage
Terdapat berbagai tehnik yang digunakan untuk managemen drainase fistula
yaitu simple gauze dressing, skin barriers, pauches, dan suction catheter. Selain itu,
10
untuk mencegah terjadinya maserasi pada kulit akibat cairan fistula, dapat diberikan
karaya powder, stomahesive atau glyserin. Beberapa penulis melaporkan
keberhasilan menggunakan Vacuum Assisted Closure (VAC) system untuk
penatalaksanaan fistula enterokutan. Obat-obatan (Somatostatin, Octreotide dan H2
Antagonis) dapat juga diberikan untuk menghambat sekresi asam lambung, sekresi
kelenjar pankreas, usus, dan traktus biliaris.
2. Investigation
Pada tahap ini, dilakukan investigasi terhadap sumber dan jalur fistula. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu:
a. Test methylen blue
b. USG
c. Fistulogram
d. Barium enema
e. CT scan
3. Decision
Fistula enterokutan dapat menutup secara spontan dalam 4-6 minggu pada
pasien dengan pemberian nutrisi adekuat dan terbebas dari sepsis. Penutupan spontan
dapat terjadi pada sekitar 30% kasus. Fistula yang terdapat pada lambung, ileum, dan
ligamentum of Treiz memiliki kemampuan yang rendah untuk menutup secara
spontan. Hal ini berlaku juga pada fistula dengan keadaan terdapat abses besar,
traktus fistula yang pendek, striktur usus, diskontinuitas usus, dan obstruksi distal.
Pada kasus-kasus tersebut, apabila fistula tidak menutup (output tidak berkurang)
setelah 4 minggu, maka dapat direncanakan untuk melakukan operasi reseksi. Pada
rencana melakukan tidakan operasi, ahli bedah harus mempertimbangkan untuk
menjaga keseimbangan nutrisi dengan memberikan nutrisi secara adekuat,
11
13
DAFTAR PUSTAKA
14