Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

FISTULA ENTEROKUTAN

Oleh :
Reza Nathasya Aprelea, S. Ked
226100802074

Pembimbing :
dr. Endang Sri Wahyuni, Sp. B

KEPANITERAAN
KLINIK ILMU BEDAH DAN ATLS
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan sebagai salah satu tugas dan syarat dalam mengikuti kepaniteraan
klinik Program Pendidikan Profesi pada bagian / SMF Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya

Nama : Reza Nathasya Aprelea, S. Ked


Judul : Fistula Enterokutan
Bagian : Ilmu Bedah
Fakultas : Kedokteran Universitas Palangka Raya
Pembimbing : dr. Endang Sri Wahyuni, Sp.B

Telah diajukan dan disahkan


Palangka Raya, Agustus 2023
Pembimbing,

dr. Endang Sri Wahyuni, Sp.B

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Reza Nathasya Aprelea, S. Ked
NIM : 226100802074
Jurusan : Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran
Universitas Palangka Raya

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa referat berjudul “Fistula Enterokutan” ini


benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan peniruan terhadap karya dari
orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain ditunjuk sesuai dengan cara-cara
penulisan yang berlaku. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan
bahwa dalam referat ini terdapat unsur plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang
melanggar aturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Palangka Raya, Agustus 2023

Rezaa Nathasya Aprelea, S. Ked

iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, penyusunan referat yang berjudul Fistula Enterokutan dapat
diselesaikan dengan baik. Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Bedah di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan referat ini banyak
mengalami kendala dan juga kekurangan. Namun, berkat dan bantuan bimbingan dan
kerjasama dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat
diatasi.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Endang Sri Wahyuni, Sp.B yang membimbing dan membantu saya dalam
penyusunan referat ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Kiranya referat ini dapat berguna
dan membantu generasi dokter-dokter muda selanjutnya maupun mahasiswa jurusan
kesehatan lain yang sedang dalam menempuh pendidikan.

Palangka Raya, Agustus 2023


Penulis

Reza Nathasya Aprelea, S. Ked

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iv
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHALUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian............................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................2
2.1 Anatomi dan Fisiologi Fistula Enterokutan....................................................2
2.2 Definisi Fistula Enterokutan...........................................................................5
2.3 Etiologi Fistula Enterokutan...........................................................................5
2.4 Manifestasi Fistula Enterokutan.....................................................................6
2.5 Diagnosis Fistula Enterokutan........................................................................6
2.6 Pemeriksaan Penunjang Fistula Enterokutan..................................................7
2.7 Komplikasi Fistula Enterokutan.....................................................................8
2.8 Tatalaksana Fistula Enterokutan.....................................................................8
2.9 Prognosis Fistula Enterokutan......................................................................11
BAB III........................................................................................................................12
KESIMPULAN...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

v
BAB I
PENDAHALUAN
1.1 Latar Belakang
Fistula enterokutaneus atau enterokutaneus fistula (ECF) merupakan adanya
suatu hubungan abnormal yang biasanya terjadi antara dua permukaan berepitel yaitu
pada caluran cerna dengan kulit, baik antara usus halus dengan kulit atau usus besar
dengan kulit. Hubungan antara kedua permukaan tersebut merupakan sebagian besar
jaringan granulasi. Fistula enterokutaneus merupakan suatu komplikasi yang biasanya
terlihat setelah operasi di usus kecil atau besar.1
1.2 Tujuan Penelitian
Penulisan referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis dan
pembaca mengenai fistula enterokutan, mengerti tata cara mendiagnosis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Fistula Enterokutan
Fistula enterokutan adalah suatu hubungan yang abnormal biasanya terjadi
antara dua permukaan berepitel yaitu antara saluran cerna dengan kulit, baik antara
usus halus dengan kulit maupun usus besar dengan kulit. Hubungan antara kedua
permukaan tersebut sebagian besar disebut berupa jaringan granulasi. Fistula
enterokutan biasanya terlihat setelah operasi di usus kecil atau usus besar.
Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari
pilorus sampai katup ileosekal. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga
abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke
bawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.
Struktur usus halus terdiri dari bagian-bagian berikut ini:
a. Duodenum: Duodenum berbentuk melengkung seperti huruf C, letaknya dekat
dengan caput pankreas dan berada di atas umbilicus. Panjangnya sekitar 20-25
cm dan memiliki lumen paling lebar dibanding bagian lainnya. Duodenum
dibagi menjadi 4 bagian2 :
o Pars superior : bagian ini terletak pada ostium pyloricum gaster sampai
collum vesicae fellea dan sering disebut sebagai ampulla.
o Pars descendens : bagian ini terletak pada collum vesicae fellea sampai ke
tepi bawah vertebra L3, pada pars descendensterdapat papilla duodeni
major dan papilla duodeni minor. Papilla duodeni major merupakan pintu
masuk ductus pancreaticus dan ductus choledochus, sedangkan pada
papilla duodeni minor merupakan pintu masuk ductus pancreaticus
accessorius.
o Pars inferior : bagian ini merupakan bagian terpanjang dan menyilang
pada vena cava inferior, aorta dan columna vertebralis.

2
3

o Pars ascendens : bagian ini diperkirakan berjalan di sisi kiri atau naik dari
aorta sampai tepi atas vertebra L2 dan berakhir menjadi flexura
duodenojejunalis. (Drake et al, 2014)
b. Jejunum : Terletak 2/5 bagian proksimal, diameternya lebih lebar dan
memiliki dinding yang lebih tebal dibanding ileum. Pada bagian dalam
mukosanya terdapat banyak lipatan yang menonjol mengelilingi lumen yang
disebut plicae circulares. Ciri khas jejunum terdapat arcade arteriae yang tidak
begitu terlihat dan vasa recta yang lebih panjang dibanding milik ileum.
c. Ileum : Terletak 3/5 bagian distal, memiliki dinding yang lebih tipis, plicae
circulares yang kurang menonjol dan lebih sedikit, terdapat banyak arteriae
arcade dan lemak mesenterium. Ileum akan bermuara di usus besar, yang
merupakan tempat pertemuan sekum dan colon ascendens. Tempat tersebut
dikelilingi 2 lipatan yang menonjol ke dalam usus besar yang disebut plica
ileocaecale.
Usus besar terletak dari ujung distal ileum sampai anus dan ukuran pada orang
dewasa sekitar 1,5 meter. Memiliki lumen dengan diameter yang lebih besar 6
Universitas Muhammadiyah Surabaya dibanding usus halus. Struktur usus besar
mulai caecum dan appendix vermiformis di regio inguinalis dekstra lalu naik ke atas
sebagai kolon ascendens melewati regio lateralis dekstra menuju regio
hypochondrium dextra, di bawah hepar belok ke kiri membentuk fleksura coli dekstra
(flexura hepatica) lalu menyeberangi abdomen sebagai colon transversum menuju
hypochondrium sinistra. Di posisi tersebut yakni tepat di bawah lien, belok ke bawah
membentuk flexura coli sinistra (flexura lienalis) lalu berlanjut sebagai colon
descendens melewati regio lateralis sinistra menuju regio inguinalis sinistra, saat
masuk di bagian atas cavitas pelvis sebagai colon sigmoideum lalu berlanjut sebagai
rectum di dinding posterior cavitas pelvis dan berakhir menjadi canalis analis. 2
Bagian-bagian usus besar terdiri dari2 :
4

a. Caecum dan Appendix Vermiformis : Merupakan struktur intraperitoniale


dan bagian pertama dari usus besar. Pada dinding posteromedial melekat
appendix vermiformis yakni di ujung ileum. Appendix vermiformis
berbentuk tabung sempit yang berongga dan ujungnya buntu. Terdapat
agregasi jaringan limfatik yang luas di dindingnya dan menggantung pada
ileum terminal oleh mesoappendix yang berisi vasa appendicularis.
b. Colon : Terletak di superior caecum dan terdiri dari colon ascendens, colon
transversum, colon descendens, dan colon sigmoideum. Terdapat flexura
coli dextra di tempat pertemuan colon ascendens dan colon transversum,
flexura coli sinistra berda di tempat pertemuan colon transversum dan
colon descendens. Terdapat sulcus paracollici dextra dan sinistra di lateral
colon ascendens dan colon descendens. Colon sigmoideum dimulai dari
atas aperture pelvis superior sampai ke vertebra S3, bentuknya seperti
huruf S, ujung awal berhubungan dengan colon ascendens dan ujung akhir
berhubungan dengan rectum.
c. Rectum dan canalis analis : Merupakan lanjutan dari colon sigmoideum,
daerah pertemuan rectosigmoideum terletak pada vertebra S3. Canalis
analis merupakan lanjutan dari usus besar yang terletak di inferior rectum.
Fistula enterokutan dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria anatomi,
fisiologi yaitu sebagai berikut:3˒4
1. Berdasarkan kriteria anatomi, fistula enterokutan dibagi menjadi 2 yaitu fistula
internal dan eksternal. Fistula internal yaitu fistula yang menghubungkan antara
dua viscera, sedangkan fistula eksternal adalah fistula yang menghubungkan
antara viscera dengan kulit.
2. Berdasarkan kriteria fisiologi, fistula enterokutan dibagi menjadi 3 yaitu high-
output, moderate-output dan low output.
Fistula enterokutan dapat menyebabkan pengeluaran cairan intestinal ke dunia
luar, dimana cairan tersebut banyak mengandung elektrolit, mineral dan protein
5

sehingga dapat menyebabkan komplikasi fisiologis yaitu terjadi ketidak-seimbangan


elektrolit dan dapat menyebabkan malnutrisi pada pasien.

Berikut kriteria fistula enterokutan dibagi menjadi :


 High-output apabila pengeluaran cairan intestinal sebanyak >500ml/hari
 Moderate-output sebanyak 200-500 ml/hari
 Low-output sebanyak <200 ml/hari.5
2.2 Definisi Fistula Enterokutan
Fistel adalah hubungan yang abnormal antara suatu saluran dengan saluran lain
(fistel interna), atau suatu saluran dengan dunia luar melalui kulit (fistel eksterna).
Fistel enterokutaneus atau enterocutaneous fistula (ECF) diklasifikasikan sebagai
fistel ekskterna, adanya hubungan antara usus halus dengan kulit maupun usus besar
dengan kulit.4
2.3 Etiologi Fistula Enterokutan
Berdasarkan kriteria etiologi, fistula enterokutan dibagi menjadi 2 yaitu fistula
yang terjadi secara spontan dan akibat komplikasi post operasi.
Fistula yang terjadi secara spontan, terjadi sekitar 15-25% dari seluruh fistula
enterokutan. Fistula ini dapat disebabkan oleh berbagai hal terutama pada kanker dan
penyakit radang pada usus. Selain itu dapat juga disebabkan oleh radiasi, penyakit
divertikular, appendicitis, dan ulkus perforasi atau iskhemi pada usus.6
Penyebab utama fistula enterokutan adalah akibat komplikasi post operasi
(sekitar 75-85%). Faktor penyebab timbulnya fistula enterokutan akibat postoperasi
dapat disebabkan oleh faktor pasien dan faktor teknik. Faktor pasien yaitu malnutrisi,
infeksi atau sepsis, anemia, dan hypothermia. Sedangkan faktor teknis yaitu pada
tindakan pre operasi. Sebelum dilakukan operasi, pasien harus dievaluasi terlebih
dahulu karena keadaan nutrisi pasien mengakibatkan kehilangan 10-15% berat badan,
kadar albumin kurang dari 3,0 gr/dL, rendahnya kadar transferin dan total limposit
sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya fistula enterokutan.3
6

Selain itu, fistula enterokutan dapat disebabkan oleh kurangnya vaskularisasi


pada daerah operasi, hipotensi sistemik, tekanan berlebih pada anastomosis, dan
membuat anastomosis dari usus yang tidak sehat. Untuk mengurangi resiko
timbulnya fistula, keadaan pasien harus normovolemia/tidak anemis agar aliran
oksigen menjadi lebih optimal. Selain itu pada saat operasi harus diberikan antibiotik
profilaksis untuk mencegah timbulnya infeksi dan abses yang dapat menimbulkan
fistula.
2.4 Manifestasi Fistula Enterokutan
Gejala awal dari fistula enterokutan adalah rasa tidak nyaman atau bisa disebut
dengan nyeri pada abdomen akibat penyempitan lumen usus yang mempengaruhi
kemampuan usus untuk mentranspor produk dari pencernaan usus melalui lumen
terkonstriksi dan akhirnya mengakibatkan nyeri abdomen berupa kram karena
peristaltic usus dirangsang oleh makanan, maka nyeri biasanya timbul setelah makan.
Untuk menghindari nyeri ini, maka sebagian pasien cenderung untuk membatasi
makanan yang masuk, mengurangi jumlah makanan dan jenis makanan sehingga
kebutuhan nutrisi normal tidak terpenuhi dan menyebabkan terjadinya penurunan
berat badan, malnutrisi, dan anemia sekunder. Selain itu, pembentukan ulkus di
lapisan membran usus dan ditempat terjadinya inflamasi akan menghasilkan rabas
pengiritasi konstan yang dialirkan ke kolon dari usus yang tipis, bengkak, yang
menyebabkan diare kronis.
Pada beberapa pasien, usus yang terinflamasi dapat mengalami demam,
leukositosis, dan infeksi pada luka. Luka atau daerah dimana fistula pada akhirnya
akan keluar mungkin cellulitic. Diagnosis menjadi lebih jelas bila didapatkan drainase
material usus pada luka di abdomen, drainase enteric dimulai dalam waktu 24-48 jam
setelah penampakan kulit cellulitic. Evaluasi bau, warna, konsistensi dan volume
cairan dapat membantu mengidentifikasi sumber kebocoran.7
7

2.5 Diagnosis Fistula Enterokutan


Penegakkan diagnosis dapat ditentukan berdasarkan riwayat klinis yang
komprehensif mengenai kemungkinan kasus penyebab, pemeriksaan fisik secara
menyeluruh, pemeriksaan laboratorium rutin, pemeriksaan radiologis, dan studi
endoskopi bila diperlukan.
2.6 Pemeriksaan Penunjang Fistula Enterokutan
Pemeriksaan penunjang pada kasus fistula sebagai berikut :8
a. Test Methylen Blue
Test ini dapat digunakan untuk mengkonfirmasi keberadaan fistula enterokutan
dan dapat mengkonfirmasi bahwa sumber fistula memang berasal dari saluran
pencernaan.
b. USG
Pemeriksaan USG berperan dalam evaluasi fistula enterokuan. USG juga dapat
digunakan dalam penilaian penyakit Crohn dengan mengidentifikasi penebalan
dinding usus, evaluasi stenosis, serta adanya gambaran ileus di proksimal
stenosis. USG yang dilakukan oleh ahli berpengalaman bisa menjadikan
modalitas pencitraan yang murah, portabel, dan relatif cepat dalam evaluasi
fistula enterokutan.
c. Fistulogram
Pemeriksaan fistulogram dianggap sebagai gold standar untuk mengidentifikasi
lokasi fistula. Fistulogram adalah metode yang paling cepat sehingga bisa
langsung memperlihatkan gambaran hubungan pembukaan kutaneous dengan
saluran gastrointestinal. Manfaat dan keuntungan fistulogram diantaranya dapat
menyediakan gambar secara real-time yang bisa di evaluasi segera, tidak
memerlukan suntikan zat kontras atau injeksi melalui intravena serta relatif
mudah dan murah untuk dilakukan
d. Barium enema
8

Pemeriksaan ini menggunakan kontras, untuk mengevaluasi lambung, usus


halus, dan kolon. Tujuannya untuk mengetahui penyebab timbulnya fistula
seperti penyakit Crohn's, dan neoplasma.
e. Computed tomography (CT-Scan)
CT-Scan memiliki akurasi lebih dari 97% dengan menggunakan media kontras.
Radiologi juga dapat dipakai untuk panduan drainase, untuk memastikan rute
tercepat dan teraman dalam mengevakuasi serta mengendalikan infeksi yang
ada.
2.7 Komplikasi Fistula Enterokutan
Fistula enterokutan telah dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas yang
cukup tinggi. Komplikasi umum fistula enterokutan yaitu sepsis, malnutrisi, dan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.9 Komplikasi umum yang biasanya terjadi
pada pembedahan fistula enterokutan adalah penurunan berat badan, infeksi, eksoriasi
kulit serta dehisensi luka perut. Selain itu, fistel enterokutan dapat memberikan
dampak sosial maupun finansial bagi penderita.10
2.8 Tatalaksana Fistula Enterokutan
Penatalaksanaan fistula enterokutan dapat dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu
stabilization, investigation, decision making, definitive therapy, dan healing.
1. Stabilization
Tahap ini dibagi menjadi 5 yaitu: identification, resuscitation, control of sepsis,
nutritional support, control of fistula drainage
a. Identification
Pada tahap ini, yang dilakukan adalah mengidentifikasi pasien dengan fistula
enterokutan. Pada minggu pertama post operasi, pasien menunjukkan tanda-tanda
demam dan prolonged ileus serta terbentuk eritema pada luka. Luka akan terbuka dan
terdapat drainase cairan purulen yang terdiri dari cairan usus. Pasien dapat mengalami
malnutrisi yang disebabkan karena sedikit atau tidak diberikan nutrisi dalam waktu
lama. Pasien dapat menjadi dehidrasi, anemis, dan kadar albumin yang rendah.
9

b. Resuscitation
Tujuan utama pada tahap ini yaitu mengganti volume yang hilang secara
eksternal melalui fistula atau dinding abdomen terbuka. Fistula mengeluarkan cairan
yang kaya elektrolit, mineral, dan protein yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit dan malnutrisi. Terapi pengggantian cairan merupakan
langkah awal dalam pengelolaan pasien dengan fistula enterokutan untuk
menghindari dehidrasi dan ketidakstabilan metabolisme selama periode stabilisasi
awal

c. Control of sepsis
Sepsis bertanggung jawab atas 77% kematian yang terkait dengan fistula
enterokutan. Computed tomography abdomen dan pelvis yang dilakukan bersamaan
dengan drainase perkutan dengan panduan radiografi sangat penting untuk
mengevaluasi dan memanajemen sumber infeksi. Computed tomography memiliki
akurasi lebih dari 97% saat media kontras digunakan dengan tepat. Studi radiologis
lain, seperti ultrasonografi dan MRI juga dapat digunakan sebagai tambahan baik
untuk diagnostik maupun terapi.
d. Nutritional support
Pemberian nutrisi pada pasien dengan fistula enterokutan merupakan komponen
kunci penatalaksanaan pada fase stabilization. Fistula enterokutan dapat
menimbulkan malnutrisi pada pasien karena intake nutrisi kurang, hiperkatabolisme
akibat sepsis dan banyaknya komponen usus kaya protein yang keluar melalui fistula.
Pasien dengan fistula enterokutan membutuhkan kalori total sebanyak 25-32 kcal/kg
perhari dengan rasio kalori-nitrogen 150:1 sampai 200:1, protein minimal 1,5g/kg
perhari. Jalur pemberian nutrisi ini dilakukan melalui parenteral. Selain itu, perlu
diberikan elektrolit dan vitamin seperti vitamin C, vitamin B12, zinc, asam folat.
e. Control of fistula drainage
Terdapat berbagai tehnik yang digunakan untuk managemen drainase fistula
yaitu simple gauze dressing, skin barriers, pauches, dan suction catheter. Selain itu,
10

untuk mencegah terjadinya maserasi pada kulit akibat cairan fistula, dapat diberikan
karaya powder, stomahesive atau glyserin. Beberapa penulis melaporkan
keberhasilan menggunakan Vacuum Assisted Closure (VAC) system untuk
penatalaksanaan fistula enterokutan. Obat-obatan (Somatostatin, Octreotide dan H2
Antagonis) dapat juga diberikan untuk menghambat sekresi asam lambung, sekresi
kelenjar pankreas, usus, dan traktus biliaris.

2. Investigation
Pada tahap ini, dilakukan investigasi terhadap sumber dan jalur fistula. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu:
a. Test methylen blue
b. USG
c. Fistulogram
d. Barium enema
e. CT scan
3. Decision
Fistula enterokutan dapat menutup secara spontan dalam 4-6 minggu pada
pasien dengan pemberian nutrisi adekuat dan terbebas dari sepsis. Penutupan spontan
dapat terjadi pada sekitar 30% kasus. Fistula yang terdapat pada lambung, ileum, dan
ligamentum of Treiz memiliki kemampuan yang rendah untuk menutup secara
spontan. Hal ini berlaku juga pada fistula dengan keadaan terdapat abses besar,
traktus fistula yang pendek, striktur usus, diskontinuitas usus, dan obstruksi distal.
Pada kasus-kasus tersebut, apabila fistula tidak menutup (output tidak berkurang)
setelah 4 minggu, maka dapat direncanakan untuk melakukan operasi reseksi. Pada
rencana melakukan tidakan operasi, ahli bedah harus mempertimbangkan untuk
menjaga keseimbangan nutrisi dengan memberikan nutrisi secara adekuat,
11

kemungkinan terjadinya penutupan spontan dan tehnik-tehnik operasi yang akan


digunakan.
4. Definitive therapy
Keputusan untuk melakukan operasi pada pasien dengan fistula enterokutan
yang tidak dapat menutup secara spontan adalah tindakan yang tepat. Sebelumnya,
pasien harus dalam kondisi nutrisi yang optimal dan terbebas dari sepsis.
Pada saat operasi, abdomen dibuka menggunakan insisi baru. Insisi secara
transversal pada abdomen di daerah yang terbebas dari perlekatan. Tujuan tindakan
operasi selanjutnya adalah membebaskan usus sampai rektum dari ligamentum treiz.
Kemudian melakukan eksplorasi pada usus untuk menemukan seluruh abses dan
sumber obstruksi untuk mencegah kegagalan dalam melakukan anastomosis.
Pada saat isolasi segmen usus yang mengandung fistula, reseksi pada segmen
tersebut merupakan tindakan yang tepat.Pada kasus-kasus yang berat, dapat
digunakan tehnik exteriorization, bypass, Roux-en-Y drainase, dan serosal patches.
Namun tindakan-tindakan tersebut tidak menjamin hasil yang optimal. Berbagai
kreasi seperti two-layer, interrupted, end-to-end anastomosis menggunakan segmen
usus yang sehat dapat meningkatkan kemungkinan anastomosis yang aman.
5. Healing
Penutupan fistula secara spontan ataupun operasi, pemberian nutrisi harus terus
dilakukan untuk menjamin pemeliharaan kontinuitas usus dan penutupan dinding
abdomen. Tahap penyembuhan (terutama pada kasus postoperasi) ini membutuhkan
keseimbangan nitrogen, pemberian kalori dan protein yang adekuat untuk
meningkatkan proses penyembuhan dan penutupan luka.
2.9 Prognosis Fistula Enterokutan
Fistula enterokutan dapat menyebabkan mortalitas sebesar 10-15%, lebih
banyak disebabkan karena sepsis. Namun, sebanyak 50% kasus fistula dapat menutup
secara spontan. Faktor-faktor yang dapat menghambat penutupan spontan fistula
yaitu FRIEND (Foreign body didalam traktus fistula, Radiasi enteritis,
12

Infeksi/inflamasi pada sumber fistula, Epithelisasi pada traktus fistula, Neoplasma


pada sumber fistula, Distal obstruction pada usus). Tindakan pembedahan dapat
menyebabkan lebih dari 50% morbiditas pada pasien dan 10% dapat kambuh
kembali.
BAB III
KESIMPULAN
Fistel adalah hubungan yang abnormal antara suatu saluran dengan saluran
lain (fistel interna), atau suatu saluran dengan dunia luar melalui kulit (fistel
eksterna). Fistel enterokutaneus atau enterocutaneous fistula (ECF) diklasifikasikan
sebagai fistel ekskterna, adanya hubungan antara usus halus dengan kulit maupun
usus besar dengan kulit.4
Berdasarkan kriteria etiologi, fistula enterokutan dibagi menjadi 2 yaitu
Komplikasi umum fistula enterokutan yaitu sepsis, malnutrisi, dan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Penatalaksanaan fistula enterokutan dapat
dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu stabilization, investigation, decision making,
definitive therapy, dan healing terjadi secara spontan, terjadi sekitar 15-25% dari
seluruh fistula enterokutan. Fistula ini dapat disebabkan oleh berbagai hal terutama
pada kanker dan penyakit radang pada usus. Selain itu dapat juga disebabkan oleh
radiasi, penyakit divertikular, appendicitis, dan ulkus perforasi atau iskhemi pada
usus.6
Penyebab utama fistula enterokutan adalah akibat komplikasi post operasi
(sekitar 75-85%). Faktor penyebab timbulnya fistula enterokutan akibat postoperasi
dapat disebabkan oleh faktor pasien dan faktor teknik. Faktor pasien yaitu malnutrisi,
infeksi atau sepsis, anemia, dan hypothermia. Sedangkan faktor teknis yaitu pada
tindakan-tindakan pre operasi.3
Komplikasi umum fistula enterokutan yaitu sepsis, malnutrisi, dan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Penatalaksanaan fistula enterokutan dapat
dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu stabilization, investigation, decision making,
definitive therapy, dan healing.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Dodiyi-Manuel A, Wichendu PN. Current concepts in the management of


enterocutaneous fistula. Int Surg J. 2018;5(6):1981.
2. Richard L. Drake, A. Wayne Vogl AWMM. Gray’s Anatomy. 2014.
3. Evenson AR, Fischer JE. Current management of enterocutaneous fistula. J
Gastrointest Surg. 2006;10(3):455–64.
4. Thompson MJ, Epanomeritakis E. An accountable fistula management
treatment plan. Br J Nurs. 2008;17(7).
5. Dumas RP, Moore SA, Sims CA. Clinics in Surgery Enterocutaneous Fistula :
Evidence-based Management. Clin Surg. 2017;2:1–5.
6. Cowan KB, Cassaro S. Enterocutaneous Fistula. Fundam Pediatr Surgery,
Third Ed [Internet]. 2022 Aug 8 [cited 2023 Jul 29];673–8. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459129/
7. Willcutts K, Scarano K, Eddins CW. Ostomies and fistulas: A collaborative
approach. Pract Gastroenterol. 2005;29(11):63–79.
8. Galie KL, Whitlow CB. Postoperative Enterocutaneous Fistula : When to
Reoperate and How to Succeed. 2006;1(212):237–46.
9. Kumar P, Namrata, Ahmad S. Enterocutaneous Fistula: Different Surgical
Intervention Techniques for Closure along with Comparative Evaluation of
Aluminum Paint, Karaya Gum (Hollister) and Gum Acacia for Peristomal Skin
Car. 2015;
10. RP D, SA M, CA. S. Enterocutaneous Fistula: evidence-based management.
Clin Surg. 2017;

14

Anda mungkin juga menyukai