Anda di halaman 1dari 47

JOURNAL READING

Keberhasilan dan Keamanan dalam


Pemberian Tetes Mata Azitromisin 1,5%
pada Anak-Anak dengan Konjungtivitis
Bakteri Purulen

Nerissa Arviana R | 1102013210

Kol. (Purn) dr. Dasril Dahar, Sp.M


Mayor CKM dr. Leidina R, Sp.M
Journal Reading

2
Keberhasilan dan Keamaanan dalam Pemberian Tetes
Mata Azitromisin 1,5% pada Anak-Anak dengan
Konjungtivitis Bakteri Purulen

Kata Kunci Pencarian: Conjunctivits, therapy, management


Dipilih Jurnal Dengan Judul Asli :
Efficacy and safety of azithromycin 1.5% eye drops in paediatric
population with purulent bacterial conjuctivitis
Oleh:
Dominique Bremond-Gignac, Hachemi Nezzar, Paolo Emilio
Bianchi, et all.
Dimuat di: British Journal of Ophtalmology, Volume 98, Issue 6
3
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian multicenter, internasional,
acak dan investigator-masked terhadap 286 anak-anak
dengan discharge purulen dan infeksi konjungtiva bulbi.
Pasien menerima obat tetes mata Azitromisin 1,5% (dua kali
sehari selama tiga hari) atau Tobramisin 0,3% (setiap dua
jam selama dua hari). Gejala klinis di evaluasi pada hari 0,
3 dan 7 dan kultur bakteri pada hari ke-0 dan ke-7.

4
Metode

Jenis penelitian
multicenter, internasional, acak, investigator-masked,
paralel-group.
Populasi
penderita anak-anak (usia 1 hari – 18 tahun) dengan
konjungtivitis bakteri purulen yang ditentukan oleh derajat
ringan hingga berat pada injeksi konjungtiva dan
discharge purulen pada paling sedikit satu mata.
5
Metode

Waktu
December 2008 – Februari 2011.
Sampel
286 penderita yang memenuhi kriteria inklusi
Jenis
Random controlled trial.

6
Prosedur Penelitian

Pada hari ke-0, penderita yang memenuhi kriteria


dialokasikan secara acak (rasio 1:1) ke dalam salah satu dari
dua jenis pengobatan pada penelitian ini.

<4 4-12 >12-18 Azitromisin Tobramisin


1,5% atau 0,3%

2 tetes x 1 hari 1-2 setiap 2 jam 7


Penilaian studi

◉ Seluruh penderita atau subjek di instruksikan untuk


kontrol pada hari ke-0, ke-3 dan ke-7.
◉ Gejala klinis kardinal yang dinilai berupa injeksi
konjungtiva dan sektret purulen.
◉ Swab konjungtiva diambil dari setiap mata yang
terinfeksi pada hari ke-0 dan ke-7
◉ Kultur mikroba dikatakan positif apabila diatas
ambang patogenik berdasarkan kriteria Cagle.
8
Penilaian Studi

◉ Penilaian terhadap keamanan pemakaian kedua


obat berdasarkan ada atau tidaknya efek samping
yang timbul setelah obat diteteskan ke mata, gejala
objektif berdasarkan pemeriksaan dengan slit lamp,
dan toleransi terhadap obat yang diberikan .
◉ Efek samping : sensasi gatal/perih/terbakar,
lengket, sensasi benda asing dan penglihatan kabur.

9
Penilaian Studi

Hasil Primer Hasil Sekunder


Pemulihan klinis yang berdasarkan Pemulihan klinis di hari ke-7,
ketidakadaan atau hilangnya gejala klinis yang lain dapat
injeksi konjungtiva bulbi dan dinilai berdasarkan skala four-
discharge purulen pada mata point ordinal (0=absent; 1=ringan,
dengan infeksi lebih buruk di hari 2=sedang, 3=parah).
ke-3 yang dapat dilihat
menggunakan Microbiological
Positive Full Analysis Set (MFAS).
10
Hasil

• 286 penderita yang memenuhi


kriteria di klasifikasikan secara acak.
• Total 283 pada kedua kelompok
pengobatan berhasil dievaluasi.
• Variabel utama dianalisis
menggunakan MFAS dengan Tes
Cochran-Mantel-Haenszel.
• Penilaian pada populasi tanpa
deviasi mayor dikonfirmasi
menggunakan MPPS.
11
Hasil

12
Hasil

• Pada hari ke-3, laju kesembuhan klinis pada mata yang terinfeksi lebih parah
meningkat secara signifikan pada kelompok azitromisin dibandingkan dengan
tobramisin untuk pasien dalam MFAS.
• Pada hari ke-7, tidak ada perbedaan clinical cure rate yang signifikan pada
kedua kelompok. 13
Hasil Kultur Mikroba

14
Hasil

◉ 283 penderita dievaluasi keamanan dari pemakaian


dua obat tersebut dan didapatkan keduanya
ditoleransi dengan baik dalam semua kategori usia,
tanpa efek samping yang serius.
◉ Gatal/perih/rasa terbakar merupakan gejala yang
paling banyak dilaporkan pada hari ke-3 di kedua
kelompok.

15
Hasil

◉ 92,3% penderita dalam kelompok azitromisin dan


90,5% penderita dalam kelompok tobramisin menilai
kedua obat tetes tersebut cukup baik pada hari ke-
3.
◉ Di hari ke-7, tolerabilitis pengobatan dinilai oleh
97,1% penderita dengan azitromisin dan 91,9%
penderita dengan tobramisin sebagai ‘sangat
memuaskan’ dan ‘memuaskan’.
16
Diskusi

Pada penelitian ini, regimen pengobatan yang


singkat (3 hari) dengan azitromisin 1,5%
menghasilkan laju kesembuhan (clinical cure rate) yang
cepat pada anak-anak dengan konjungtivitis bakteri
purulen dibandingkan dengan penggunaan tobramisin
0,3%.
Note
Dosis azitromisin : 1 tetes pagi dan sore selama 3 hari.
17
Dosis tobramisin : 1 tetes setiap 2 jam selama 2 hari, dilanjutkan 4 kali sehari pada 5 hari berikutnya.
Diskusi

◉ Haemophilus influenzae ditemukan sebagai mikroba


penyebab terbanyak, dengan kemungkinan karena
tingginya insidensi OMA pada anak yang disertai
konjungtivitis bakteri.
◉ Pemberian azitromisin 1,5% dibuktikan aman dan
dapat ditoleransi dengan baik oleh penderita anak-
anak.

18
Diskusi

◉ Pemberian azitromisin 1,5% lebih efisien dan lebih


mudah untuk dilakukan dibanding pemberian tobramisin
0,3%.
◉ Dosis pada regimen azitromisin juga dinilai lebih baik
untuk menghindari penyalahgunaan antibiotik dan
mengurangi risiko terhadap resistensi bakteri.

19
Kesimpulan

Obat tetes azitromisin 1,5% merupakan pilihan


pengobatan efektif dan aman terhadap
konjungtivitis bakteri purulen untuk penderita anak-
anak, terutama usia 0-2 tahun.

20
Tinjauan Pustaka

21
Anatomi Konjungtiva

Membran mukosa yang


transparan dan tipis yang
membungkus permukaan
posterior kelopak mata
dan anterior sklera.
1. Konjungtiva palpebra
2. Konjungtiva fornix
3. Konjungtiva bulbi

22
Perdarahan & Persarafan

◉ Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria


siliaris anterior dan arteria palpebralis dan
keduanya beranostomosis dengan banyak vena
konjungtiva membentuk jaringan vaskular
konjungtiva.
◉ Konjungtiva juga menerima persarafan dari
percabangan pertama nervus V cabang 1 (N.
optalmicus) dengan serabut nyeri yang relatif
sedikit. 23
Konjungtivitis
Bakteri

24
Definisi

◉ Merupakan suatu keadaan dimana konjungtiva


mengalami suatu inflamasi yang mengakibatkan
dilatasi pembuluh darah konjungtiva sehingga
mata tampak merah.

25
Etiologi
1. Konjungtivitis N. Gonorrhoeae, Neisseria meningitidis
hiperakut
2. Konjungtivitis subakut Haemophilus influenzae

3. Konjungtivitis akut Streptococcus pneumoniae,


kataral Staphylococcus aureus, Haemophilus
aegyptus.
4. Konjungtivitis kronis Staphylococcus aureus, Moraxella
lacunata, Pseudomonas,
Enterobacteriaceae, Proteus spp.
26
Patogenesis
Gangguan mekanisme pertahanan
terhadap infeksi
1. Primer : lapisan endotel
konjungtiva, kedipan mata
2. Sekunder : air mata (lisozim,
imunoglobulin), bakteri non-
patogenik di dalam mata Bercampur Sekret
dengan leukosit purulen

Terjadi invasi Reaksi Vasodilatasi pembuluh Hiperemis


Terjadi reaksi
bakteri eksotoksin Inflamasi darah konjungtiva Injeksi
antigen – antibodi
patogen akut posterior konjungtiva

edema Hipertrofi papil

27
Gejala Klinis

◉ Mata merah akibat dilatasi


pembuluh darah konjungtiva
◉ Injeksi konjungtiva
◉ Sekret konjungtiva mukopurulen
sampai purulen
◉ Edema kelopak mata
◉ Rasa tidak nyaman; perih, panas,
sensasi benda asing, rasa berpasir.
28
Gejala Klinis

◉ Nyeri tidak ada atau minimal


◉ Epifora (air mata berlebih)
◉ Fotofobia biasanya tidak ada atau ringan.
◉ Kelopak mata sulit dibuka saat bangun tidur, melengket satu sama
lain karena adanya sekret (“glue eye”)
◉ Penglihatan biasanya normal. Penglihatan kabur dapat disebabkan
adanya discharge (sekret) atau debris pada tear film
◉ Biasanya bilateral. Mulai pada satu mata kemudian dapat
menyebar dengan mudah ke mata sebelah 29
Konjungtivitis Bakterial Kataral
Akut

◉ “Mata merah”
◉ Timbul hiperemia konjungtiva secara akut, jumlah
eksudat mukopurulen sedang, rasa terbakar, iritasi,
dan air mata keluar.
◉ Pasien sering mengeluhkan kedua kelopak matanya
melengket saat bangun dari tidur.

30
Konjungtivitis Bakterial Kronik

◉ Sebagai kelanjutan dari konjungtivitis akut.


◉ Dapat disebabkan oleh obstruksi duktus
nasolakrimalis.
◉ Gejala klinis berupa gatal, rasa berat di mata,
keluar kotoran banyak di pagi hari dan sensasi mata
berpasir.
◉ Ditemukan sekret mukoid dan injeksi konjungtiva
ringan.
31
Konjungtivitis Bakterial Hiperakut

◉ Suatu keadaan infeksi yang berat dengan onset 12-


24 jam.
◉ Ditandai dengan adanya sekret purulen kuning
kehijauan yang berlebihan disertai edema kelopak
mata, hiperemia, chemosis (utamanya di limbus), dan
sering terdapat limfadenopati preaurikuler.
◉ Penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae.
32
Konjungtivitis Gonore

1. Oftalmika gonoroika < 3 hari


neonatorum (infeksi didapatkan secara in
partu dari ibu yang terinfeksi)
2. Oftalmika gonoroika > 3 hari
infantum

3. Oftalmika gonoroika anak-anak


yuvenil
4. Oftalmika gonoroika dewasa
adultum
33
Diagnosis

ANAMNESIS

Sacred Seven Fundamental Four


1) Onset & Kronologis 1) Riwayat penyakit
sekarang
2) Lokasi 2) Riwayat penyakit
3) Kualitas sebelumnya
4) Kuantitas 3) Riwayat penyakit
5) Faktor Peringan keluarga
4) Riwayat sosial-ekonomi
6) Faktor Pemberat
7) Keluhan yang menyertai
34
Pemeriksaan Fisik

• Injeksi konjungtiva
• Sekret puluren
• Kelopak mata yang lengket (terutama di pagi
hari)
• Pembengkakan kelopak mata

35
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungtiva dengan pewarnaan Gram
atau Giemsa: banyak netrofil polimorfonuklear, kultur dari sekret
konjungtiva.
• Pewarnaan gram dan kultur konjungtiva tidak diperlukan pada kasus
ringan (uncomplicated), tetapi harus dilakukan pada situasi berikut:
1. Host yang memiliki kerentanan yang tinggi
2. Kasus konjungtivitis purulen berat, untuk membedakannya dari
konjungtivitis hiperpurulen, yang pada umumnya membutuhkan terapi
sistemik
3. Kasus-kasus yang tidak berespon terhadap terapi awal
36
Diagnosis Banding

◉ Konjungtivitis Virus
◉ Konjungtivitis Alergi
◉ Konjungtivitis Klamidial
◉ Keratitis

37
Algoritma
diferensial
diagnosis untuk
mendiagnosis
penyakit optalmik
dengan keluhan
mata merah.

38
Terapi

◉ Terapi awal konjungtivitis bakteri ringan – sedang :


antibiotik topikal (tetes mata ciprofloxacin,
ofloxacin, levofloxacin, moxifloxacin, atau
gatifloxacin).
◉ Terapi spesifik dilakukan berdasarkan temuan agen
mikroba setelah kultur.

39
Terapi

◉ Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut,


saccus conjungtivae harus dibilas dengan larutan
garam fisiologis agar dapat menghilangkan sekret
konjungtiva.
◉ Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan
antibiotic setelah 3-5 hari maka pengobatan
dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan
mikrobiologik .
40
Terapi

◉ Apabila tidak ditemukan kuman pada sediaan


langsung, maka diberikan antibiotic spektrum luas
dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep
mata 4 sampai 5 kali sehari.
◉ Tetes mata sebaiknya diberikan sebelum tidur
diberi salep mata (sulfasetamid 10-15% atau
kloramfenikol).

41
Terapi Konjungtiva Gonore

• Penderita harus dirawat di kamar isolasi


• Pemberian antibiotik topikal
• Dibersihkan setiap ¼ jam dengan kapas basah, disusul
dengan salep mata penisilin, dilanjutkan setiap jam
• Tetes mata penisilin diberikan dalam bentuk larutan
Penisilin G 10,000 – 20,000 IU/ml setiap menit – 30
menit  salep mata setiap 5 menit selama 30 menit
 setiap jam selama 3 hari
42
Terapi Konjungtiva Gonore

• Pengobatan sistemik : penisilin 50,000 IU/kgbb,


intramuskuler atau sulfa peroral
• Simptomatik
• Sekret harus diperiksa setiap hari selama pengobatan
• Ulkus kornea (+) = ditambah sulfas atropin 0,5% satu
tetes diberikan 3 x 1

43
Komplikasi

• Blefaritis (ektropion, entropion trikiasis, obstruksi


aparatus lakrimal)
• Ulkus kornea (pada Konjungtivitis Gonore)

44
Prognosis

• Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh


sendiri.
• Tanpa diobati, infeksi dapat berlangsung selama 10-
14 hari, jika diobati dengan memadai, 1-3 hari,
kecuali konjungtivitis Staphylococcus (yang dapat
berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki
tahap menahun) dan konjungtivitis gonokokkus (yang
bila tidak diobati berakibat ulkus kornea, abses
kornea, perforasi kornea, dan endoftalmitis).
45
Daftar Pustaka
◉ Garcia-Ferrer, Francisco J.; Schwab, Ivan R.; Shetlar, Debra J. Conjunctiva. In: Riordan-Eva, Paul; Whitcher, John P., Eds. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology, 16th Edition.
2004. London: McGraw-Hill; p.101-5.
◉ Marlin, David S. Bacterial Conjunctivitis. Hampton Roy Sr, ed. Available in: http://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview#showall. Updated: Jun 7, 2011. Accessed
on Sepetember 24, 2011.
◉ Riordan-Eva, Paul. Anatomy & Embryology of the Eye. In: Riordan-Eva, Paul; Whitcher, John P., Eds. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology, 16th Edition. 2004. London:
McGraw-Hill; p.3-7.
◉ Morrow, Gary L.; Abbott, Richard L. Conjunctivitis. In: American Family Physician. February 15, 1998. Published by American Academy of Family Physicians. Available in:
www.aafp.org/afp/980251/morrow.html. Accessed on September 24, 2011.
◉ Lang, Gerhard K.; Lang, Gabriele E. Conjunctiva. In: Gerhard K.Lang, Ed. Ophthalmology: A Pocket Textbook Atlas, 2nd Edition. 2006. New York: Thieme; p.67-83.
◉ Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. 2008. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. hal.109-28.
◉ Skuta, Gregory L.; Cantor, Louis B.; Weiss, Jayne S. Basic and Cliniccal Science Cources : External Disease dan Cornea, Section 8, 2008-2009. 2008. Singapore : American Academy
of Ophthalmology; p.169-71.
◉ Wood, Mark. Conjunctivitis: Diagnosis and Management. In: Journal of Community Eye Health, Vol.12 (30), 1999. Available in:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1706007/ . Accessed on November 24, 2018.
◉ Anonymous. Acute Bacterial Conjungtivitis. Available in: www.cms.revoptom.com/handbook/sect2c.htm. Accessed on November 24, 2018.
◉ Singer, Michael S.; Pavan-Langston, Deborah; Levy, Bruce D. Conjunctivitis (Rad Eye). Available in:
http://www.bhchp.org/BHCHP%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/Conjunctivitis.pdf . Accessed on September 24, 2011.
◉ Anonymous. Bacterial Conjungtivitis. Last Updated: January 27, 2011. Available in: http://www.patient.co.uk/doctor/Bacterial-Conjunctivitis.htm . Accessed on November 24,
2018.
◉ Anonymous. ConjungtiMedicine. Available in: http://www.mdguidelines.com/conjunctivitis . Accessed on November 24, 2018. 46

Anda mungkin juga menyukai