2
Keberhasilan dan Keamaanan dalam Pemberian Tetes
Mata Azitromisin 1,5% pada Anak-Anak dengan
Konjungtivitis Bakteri Purulen
4
Metode
Jenis penelitian
multicenter, internasional, acak, investigator-masked,
paralel-group.
Populasi
penderita anak-anak (usia 1 hari – 18 tahun) dengan
konjungtivitis bakteri purulen yang ditentukan oleh derajat
ringan hingga berat pada injeksi konjungtiva dan
discharge purulen pada paling sedikit satu mata.
5
Metode
Waktu
December 2008 – Februari 2011.
Sampel
286 penderita yang memenuhi kriteria inklusi
Jenis
Random controlled trial.
6
Prosedur Penelitian
9
Penilaian Studi
12
Hasil
• Pada hari ke-3, laju kesembuhan klinis pada mata yang terinfeksi lebih parah
meningkat secara signifikan pada kelompok azitromisin dibandingkan dengan
tobramisin untuk pasien dalam MFAS.
• Pada hari ke-7, tidak ada perbedaan clinical cure rate yang signifikan pada
kedua kelompok. 13
Hasil Kultur Mikroba
14
Hasil
15
Hasil
18
Diskusi
19
Kesimpulan
20
Tinjauan Pustaka
21
Anatomi Konjungtiva
22
Perdarahan & Persarafan
24
Definisi
25
Etiologi
1. Konjungtivitis N. Gonorrhoeae, Neisseria meningitidis
hiperakut
2. Konjungtivitis subakut Haemophilus influenzae
27
Gejala Klinis
◉ “Mata merah”
◉ Timbul hiperemia konjungtiva secara akut, jumlah
eksudat mukopurulen sedang, rasa terbakar, iritasi,
dan air mata keluar.
◉ Pasien sering mengeluhkan kedua kelopak matanya
melengket saat bangun dari tidur.
30
Konjungtivitis Bakterial Kronik
ANAMNESIS
• Injeksi konjungtiva
• Sekret puluren
• Kelopak mata yang lengket (terutama di pagi
hari)
• Pembengkakan kelopak mata
35
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungtiva dengan pewarnaan Gram
atau Giemsa: banyak netrofil polimorfonuklear, kultur dari sekret
konjungtiva.
• Pewarnaan gram dan kultur konjungtiva tidak diperlukan pada kasus
ringan (uncomplicated), tetapi harus dilakukan pada situasi berikut:
1. Host yang memiliki kerentanan yang tinggi
2. Kasus konjungtivitis purulen berat, untuk membedakannya dari
konjungtivitis hiperpurulen, yang pada umumnya membutuhkan terapi
sistemik
3. Kasus-kasus yang tidak berespon terhadap terapi awal
36
Diagnosis Banding
◉ Konjungtivitis Virus
◉ Konjungtivitis Alergi
◉ Konjungtivitis Klamidial
◉ Keratitis
37
Algoritma
diferensial
diagnosis untuk
mendiagnosis
penyakit optalmik
dengan keluhan
mata merah.
38
Terapi
39
Terapi
41
Terapi Konjungtiva Gonore
43
Komplikasi
44
Prognosis