Anda di halaman 1dari 24

HUBUNGAN INFEKSI

SALURAN NAPAS ATAS


DENGAN OTITIS MEDIA AKUT
NERISSA ARVIANA R | 1102013210

PEMBIMBING:
KOLONEL (PURN) DR. TRI DAMIJATNO. SP. THT -KL
MAYOR CKM DR. JUNICKO SACRIFIAN ANORAGA SP. THT -KL

KEPANITRAAN KLINIK ILMU THT-KL


RS TK. II MOH RIDWAN MEURAKSA
TAHUN AJARAN 2018
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit
infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih dari saluran
pernapasan, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,
rongga telinga tengah dan pleura.1
Otitis Media Akut (OMA) adalah salah satu komplikasi ISPA
bagian atas yang paling sering terjadi merupakan suatu
infeksi pada telinga tengah yang salah satu penyebabnya
oleh masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah
melalui tuba eustachius.2
KEKERAPAN

Hasil Survei
Kesehatan Indera
Angka kejadian Pendengaran
OMA menurun Prevalensi OMA di
pada orang Tahun 1994-1996: setiap negara
dewasa tetapi Prevalensi bervariasi,
meningkat sebesar morbiditas Telinga, berkisar 2,3 –
2,3% setelah usia Hidung dan 20%.1
75 tahun.1 Tenggorok 38,6%
di tujuh provinsi di
Indonesia.16
ANATOMI SALURAN PERNAPASAN

Saluran Pernapasan Bagian Atas:


1. Cavum Nasi
2. Sinus Paranasalis
3. Faring
4. Laring
1. Cavum Nasi & Sinus Paranasal 2. Faring

3. Laring
ANATOMI TELINGA

1. Membran Timpani 2. Osikulus


3. Tuba Eustachius
INFEKSI SALURAN NAPAS AKUT (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi
akut yang menyerang salah satu atau lebih dari saluran
pernapasan.
Virus Influenza,
virus Parainfluenza
dan virus campak),
Adenovirus,
Bagian Atas Coronavirus,
Picornavirus,
Herpesvirus dan
Saluran lain-lain.
Pernapasan
Bakteri Streptococcus,
Stapilococcus,
Bagian Bawah Pneumococcus,
Haemophyllus,
Bordetella dan
Corynobacterium.
OTITIS MEDIA AKUT
sebagai salah satu komplikasi ISPA bagian atas
yang sering terjadi merupakan suatu infeksi pada
telinga tengah yang disebabkan oleh invasi bakteri
atau virus ke dalam telinga tengah melalui tuba
eustachius.
STADIUM OTITIS MEDIA AKUT
1. Stadium oklusi tuba 1 2

2. Stadium Hiperemis
3. Stadium Supurasi
3 4
4. Stadium Perforasi
5. Stadium Resolusi
5
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS ISPA

Pemeriksaan fisik
Anamnesis
(Rhinoskopi Anterior)
• Permukaan mukosa
• Rasa panas, kering
hidung tampak merah
dan gatal dalam
dan membengkak.
hidung
• Infeksi lebih lanjut
• Bersin-bersin
membuat sekret
• Hidung tersumbat
menjadi kental dan
• Demam
sumbatan di hidung
• Nyeri kepala
bertambah.
DIAGNOSIS OMA
Stadium Anamnesis Otoskopi

1. Oklusi tuba Diawali dengan ISPA dan diikuti - Membran timpani: Retraksi, warna
dengan gejala di telinga: kadang masih normal atau mulai
- Terasa penuh hiperemis
- Grebeg-grebeg - Terdapat gangguan pendengaran
- Gangguan pendengaran tuli konduktif

2. Hiperemis - Nyeri pada telinga - Membran timpani: Tampak


- Gangguan pendengaran pembuluh darah melebar,
- Tinnitus hiperemis + edem
- Demam

3. Supurasi - Pasien tampak sangat sakit - Edema hebat pada mukosa


- Nadi & suhu meningkat telinga tengah
- Nyeri telinga bertambah hebat - Kavum timpani: terbetuk eksudat
purulen
- Membran timpani:
menonjol/bulging ke arah liang
telinga luar
DIAGNOSIS OMA
4. Perforasi - Demam mulai turun - Ruptur membran timpani
- Perforasi, sentral, kecil di
kuadran antero-inferior
- Sekret: mukopurulen kadang
tampak pulsasi
- Warna membran timpani
hiperemis
5. Resolusi Gejala-gejala pada stadium - Membran timpani utuh ->
sebelumnya sudah banyak mereda. keadaan membran timpani
Kadang masih ada gejala sisa: akan kembali normal.
Tinitus dan gangguan - Membran timpani perforasi ->
pendengaran. sekret berkurang dan akhirnya
kering.
- Perforasi menetap -> berlanjut
OMSK.
TATALAKSANA OMA
Stadium Anak Dewasa
1. Oklusi tuba - Obat tetes hidung HCl - Obat tetes hidung HCl
efedrin 0,5% dalam efedrin 1% dalam larutan
larutan NaCl fisiologik NaCl fisiologik

2. Hiperemis - Obat tetes hidung


- Analgetik
- Antibiotik: golongan penisilin/eritromisin (minimal 7 hari)

3. Supurasi - Antibiotik
- Miringotomi bula membran tempani masih utuh
4. Perforasi - Obat cuci telinga H202 3% selama 3-5 hari
- antibiotik
5. Resolusi - Sekret masih keluar: antibiotik dilanjutkan hingga 3 minggu
CASE REPORT
ANAMNESIS
Pada tanggal 15 Februari seorang pasien laki-laki bernama Tuan H
(32 tahun), datang ke poliklinik THT RS TK II Moh. Ridwan Meuraksa
dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri sejak satu minggu
sebelumnya yang terkadang dirasa nyeri. Pasien mengatakan bahwa
cairan yang keluar berwarna bening kekuningan, agak kental dan
tidak berbau. Pasien juga mengeluh telinga kiri berdengung, kadang-
kadang pendengaran berkurang.
Pasien mengatakan juga mengalami demam dan batuk pilek dalam
jangka waktu satu minggu tersebut, namun sudah membaik ketika
datang ke poliklinik. Keluhan menjadi lebih buruk ketika pasien
kelelahan dan keluhan dirasa berkurang ketika pasien beristirahat.
• Pasien sudah pernah berobat sebelumnya di Puskesmas Kecamatan
Makasar untuk mengatasi keluhannya. Dokter sebelumnya
meresepkan pasien berupa Dexamethason, Molexflu dan Ambroxol,
namun setelah minum obat keluhan tidak kunjung membaik.

• Riwayat penyakit sebelumnya : (-)


• Riwayat penyakit keluarga : (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan klinis telinga didapatkan hasil: sekret bening
kekuningan, agak kental pada liang AS dan terdapat membran timpani
perforasi kecil di bagian sentral. Tidak didapatkan kelainan pada AD.

Pada pemeriksaan hidung bagian luar dalam batas normal.


Tidak terdapat edema, tidak ada deformitas hidung, nyeri tekan dan
krepitasi.

Rhinoskopi anterior didapatkan hasil: dalam batas normal. Tidak ada


edem pada konka inferior dan media, tidak ada cairan yang keluar dan
konka tidak ada hiperemis.
Pada pemeriksaan cavum oris dan orofaring didapatkan hasil:
bagian mukosa terlihat normal, tidak ada. Uvula berada di
tengah, tidak ada deviasi. Gigi tidak ada yang bolong, tidak
terdapat bau mulut.
Pada pemeriksaan tonsil didapatkan T1/T1 atau dalam batas
normal.

Pada pemeriksaan faring tidak ditemukan ada kelainan pada


dinding faring ataupun post nasal drip.
RESUME
1. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang ke Poliklinik THT RS TK II Moh Ridwan Meuraksa dengan keluhan keluar cairan dari
telinga kiri. Keluhan dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Cairan tiba-tiba keluar dari luang telinga
yang terkadang dirasa nyeri. Cairan agak kental, bening kekuningan dan tidak berbau. Pasien
juga mengeluh telinga kiri gembrebek, berdengung, kadang-kadang buntu dan pendengaran
berkurang.
Pasien sering membersihkan telinganya menggunakan cotton bud. Pasien sudah pernah berobat
untuk mengatasi keluhannya, namun setelah minum obat cairan keluhan tidak kunjung membaik.

2. Pemeriksaan Objektif
• Telinga
Telinga kiri : terdapat discharge mukoid warna bening kekuningan, terlihat membran timpani
perforasi kecil di bagian sentral
• Hidung : Tidak ditemukan kelainan
• Sinus : Tidak ditemukan kelainan
• Tenggorok : Tidak ditemukan kelainan
• Leher dan kepala : Tidak ditemukan kelainan
• Mulut dan Gigi : Tidak ditemukan kelainan
DISKUSI
• ISPA pada pasien menyebabkan obstruksi tuba, sehingga
infeksi pada nasofaring dapat masuk ke telinga tengah.
• Pemeriksaan fisik telinga mengkonfirmasi adanya proses
inflamasi akibat infeksi pada telinga tengah. Tampak sekret
mukopurulen pada liang telinga kiri, karena adanya proses
inflamasi akibat infeksi pada telinga tengah yang diawali
dengan ISPA.
• Pada membran timpani tampak hiperemis dan perforasi kecil
pada pars tensa dengan sekret yang terlihat keluar melalui
lubang perforasi.
• Berdasarkan data pasien diatas dapat mengarahkan diagonis
kerja yaitu Otitis Media Akut AS.
• Terapi medikamentosa pada pasien diberikan
antibiotik topical ofloxacin pada telinga yang otore,
karena bersifat ototoksik dan antibiotik oral
ciprofloxacin untuk adekuasi terapi dengan tablet
antihistamin chlorpheniramine maleat apabila
terdapat alergi.
• Pasien diminta kembali lagi untuk kontrol setelah 2
minggu untuk melihat perkembangan terutama
berhentinya otore dan penutupan pada perforasi
membran timpani.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Depkes RI. Jakarta: 2012
2. Djaafar ZA., Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi EA., Iskandar HN. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Badan Penerbit FKUI. Jakarta: 2012.
3. Djaafar ZA., Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi EA., Iskandar HN. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Badan Penerbit FKUI. Jakarta: 2017.
4. Umar S., Restuti RD., Suwento R., Priyono H., Mansyur M. Prevalensi dan Faktor Risiko Otitis Media Akut Pada Anak-anak di
Kotamadya Jakarta Timur. Skripsi FKUI. Depok: 2013.
5. Gulya AJ., Anatomy of the ear and temporal bone. In: Glasscock III ME, Gulya AJ, editors. Glasscokc-Shambaugh, surgery of the
ear. Fifth edition. BC Decker Inc. Ontario: 2003.
6. Boies, Adams, Higler. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. Jakarta: 1997.
7. Harmes KM., Blackwood RA., Burrows HL., Cooke JM., Harrison RV., Passamani PP. Otitis Media: Diagnosis and Treatment. Clinical
practice guidline. American Academy of Family Physycian. USA: 2013.
8. Dhingra PL., Dhingra S., Dhingra D. Disease of Ear Nose and Throat & Head and Neck Surgery. 6th ed. Elsevier. Haryana: 2014.
9. Kerschner JE. Otitis Media. In: Kliegman RM., ed. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Saunders Elsevier. USA: 2007.
10. American Academy of Pediatrics and American Academy of Family Physicians. Diagnosis and Management of Acute Otitis Media.
Clinical Practice Guideline. Pediatric 2004: 113(5):1451-1465.
11. Neff MJ. AAP, AAFP release guideline on diagnosis and management of acute otitis media. Am Fam Physician. 2004;69(11):2713-
2715.
12. Healy GB, Rosbe KW. Otitis media and middle ear effusions. In: Snow JB, Ballenger JJ,eds. Ballenger’s otorhinolaryngology head and
neck surgery. 16th edition. BC Decker New York: 2003.
13. Ramakrishnan K, Sparks RA, Berryhill WE. Diagnosis and treatment of otitis media. Am Fam Physician. 2007;76(11):1650-58.
14. Rosenfeld RM. Clinical pathway for acute otitis media. In: Rosenfeld RM, Bluestone CD,eds. Evidence-based otitis media.
15. Jacobs MR. Current considerations in the management of acute otitis media. Infectious disease Otitis Media. US Pediatrics review:
2007.
16. Monasta, L., et al. 2012. Burden of Disease Caused by Otitis Media: Systematic Review and Global Estimates. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22558393 [Accessed February 2018].

Anda mungkin juga menyukai